Sunday, July 15, 2018

17 Tahun Perang Gak Kelar-Kelar, As Akan Negosiasi Langsung Dengan Taliban (Perang Vietnam 18 Tahun). Uni Soviet Dengan Personal Dan Peralatan Militer Sangat Besar, Frustrasi Dan Terhina Dari Afghanistan (10 Tahun Invasi). Di Suriah, Rusia Akan Lebih “Terjerembab” Dan Bangkrut (3 Tahun Invasi Langsung)

Hasil gambar untuk uni soviet afghanistan

Mujahidin yang bertempur di Syam (Suriah) keturunan Para Sahabat Nabi yang Mulia, Keimanan dan keberkahan Penduduknya yang dipuji Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam (tidak termasuk kufar Syi’ah). Sahabat yang Mulia Umar Ibnu Chotob RA, Salahuddin al Ayyubi dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ditempat yang sama mempercundangi Musuh-musuh Besar umat Islam. Ucapan Nabi “Tempat berkumpulnya kaum muslimin di pertempuran besar ada di bumi Syaam dan akan dimenangkannya”.
Afghanistan pada saat itu berbatasan langsung (panjang) dengan komunis Uni Sovyet (USSR), juga Tetangga Komunis Cina dan Negeri Syi’ah Majusi Iran. Tetangga Pendudukung hanya Pakistan. Sedang Suriah (Syams) dikandang Negara Arab, sangat mudah masuknya Mujahidin Arab dan lainnya. Bagi Arab dan Islam, memerangi Rafidhah (Alawit) dan membebaskan Bumi Syam, kewajiban Agama sesuai Hadits Nabi terkait Syam. Super Rafidhah Alawit Cuma 8 % , tidak mungkin bisa memenangi perang ! dan yang terpenting, Pembebasan Syam akan membebaskan Jerusalem (al Aqsha). jihad mereka sama dengan Ghirah Jihad Sahabat Nabi (in sya Allah). Rusia selama tujuh tahun hanya menguasai lima puluh prosen (50%), harus mengeluarkan biaya besar. Lebih mudah mempercundangi Rusia

Kondisi Suriah Saat Ini, Hampir Sama Dengan Yang Dialami Syaikhul Islam Di Zamannya, Musuh Kembali Bersekutu, Sejak Dari Bangsa Mongol (Tar Tar), Berbagai Suku Turki, Persia, Orang-Orang Sejenis Dengan Mereka Yang Murtad, Dari Kalangan Kristen Armenia Dan Lain-Lain.
Subhanallah Walhamdulillah, Mujahidin Ahlus Sunnah (Non-Sekuler) Syam Bisa Bertahan Tujuh Tahun Menghadapi Ekpansi Bangsa Asing Adi Kuasa Komunis Rusia- Kufar Barat- Majusyi’ah Iran- Tentara Rezim Bengis Syiah Nushairiyah Bashar Al-Assad- Turki.
Hadits Shahih Tentang Peperangan Besar Di Negeri Syaam Dan Keutamaannya, Terutama Damaskus Dan Ghuuthah. Nabi Nabi : ‘Benteng Kaum Muslimin Pada Hari-Hari Peperangan Dahsyat/Besar Adalah Damaskus”
Taliban (Muridnya Ulama Syam) : Sekuat Apapun, Musuh Akan Pulang Dengan Tangan Kosong. Juga Di Syam (Suriah), Gerombolan Komunis Dan Syi’ah Akan Kalah (In Sha Allah).
Akankah Suriah Akan Menjadi Afghanistan Kedua Bagi Rusia/Putin?
Frustrasi dan Minim Dukungan, Rusia Mungkin Segera Keluar dari Suriah (segerakan, Ya Rabb)
Gagal Perangi Mujahidin Suriah, Rusia Nyatakan Basyar Asad Siap Dialog dengan Oposisi
Uni Eropa : Rusia Akan Kalah Dan Terusir Dari Suriah Seperti Di Afghanistan.
Mengapa Putin Akan Gagal di Suriah?
Arab Saudi: Serangan Rusia Picu Berkumpulnya Seluruh Mujahid Dunia di Suriah
Lihat artikel lainnya dibawah


Amerika Serikat akhirnya lelah meladeni Taliban, dan akan  bergabung dalam negosiasi langsung dengan Taliban dalam upaya mengakhiri perang 17 tahun di Afghanistan, kata seorang komandan senior AS.
Di tengah spekulasi yang berkembang tentang kemungkinan pembicaraan perdamaian, Jenderal John Nicholson mengeluarkan komentar pada hari Senin (16/7/2018) menyusul peningkatan upaya diplomatik untuk mengupayakan perundingan menyusul adegan yang belum pernah terjadi sebelumnya yaitu pejuang Taliban yang tidak bersenjata yang berbaur dengan pasukan militer Afghanistan di jalan-jalan Kabul dan kota-kota lain selama gencatan senjata kejutan bulan lalu.
Nicholson, yang memimpin misi Resolute Support yang dipimpin NATO, mengatakan AS mengakui mereka memiliki peran kunci untuk dimainkan.
“Sekretaris negara kami, Tuan [Mike] Pompeo, telah mengatakan bahwa kami, Amerika Serikat, siap untuk berbicara dengan Taliban dan mendiskusikan peran pasukan internasional,” katanya.
“Kami berharap mereka menyadari ini dan ini akan membantu menggerakkan proses perdamaian ke depan.”
Al Jazeera menghubungi Taliban di Afghanistan tetapi tidak ada komentar segera.
Sohail Shahin, seorang juru bicara untuk kantor politik Taliban di Qatar, mengatakan dia masih menunggu konfirmasi komentar Nicholson tetapi menyambut tanda-tanda pendekatan baru.
“Ini yang kami inginkan dan kami sedang menunggu – untuk duduk dengan AS secara langsung dan membahas penarikan pasukan asing dari Afghanistan,” kata Shahin.
Dia mengatakan sebagai langkah pertama dia berharap untuk melihat pemimpin Taliban dikeluarkan dari daftar hitam PBB agar dapat melakukan perjalanan.
Shahin juga mengatakan masalah pasukan internasional di Afghanistan akan menjadi masalah besar dan Taliban akan bersedia untuk mendiskusikan masalah Amerika.
Para pejabat AS mengatakan Presiden Donald Trump telah menunjukkan ketidaksabaran melihat kurangnya kemajuan di Afghanistan, di mana Taliban menguasai sebagian besar negara itu meskipun operasi serangan udara yang lebih agresif diumumkan tahun lalu.
Taliban (Imarah Islam Afghanistan) menolak pembicaraan dengan pemerintah Presiden Ashraf Ghani, yang dianggapnya tidak sah, dan malah bersikeras bahwa mereka hanya akan berbicara dengan Amerika Serikat.
Pompeo mengatakan walaupun proses perdamaian secara keseluruhan harus dipimpin Afghanistan, Washington akan siap untuk bergabung dengan pembicaraan – bergeser dari sikap mereka sebelumnya yang menetapkan hanya pemerintahan Ghani yang memiliki legitimasi untuk berbicara dengan Taliban.
Dia juga mengatakan AS bersedia untuk membahas posisi pasukan internasional di Afghanistan, yang menurut Taliban Pasukan AS harus meninggalkan negara itu sebagai syarat untuk negosiasi.
Para pejabat senior AS, termasuk Pompeo dan Alice Wells, diplomat penting Departemen Luar Negeri AS untuk Afghanistan, mengunjungi Kabul dalam beberapa pekan terakhir untuk mencoba memuluskan jalan bagi pembicaraan.
Banyak rintangan masih ada sebelum konflik yang telah menewaskan sejumlah warga sipil tahun ini bisa berakhir. Sebanyak 1.692 warga sipil tewas pada paruh pertama tahun 2018.
Editor : Deddy PurwantoSumber : Al Jazeera

Analis Rekomendasikan AS Siapkan Skenario Kekalahan di Afghanistan

Hal terpenting selama tujuh belas tahun pendudukan (baca: penjajahan) pasukan asing pimpinan AS di Afghanistan dalam rangka perang global melawan “teror” (GWT) adalah mencegah Afghanistan menjadi tempat aman atau surga bagi para jihadis. Sekali lagi, misi utama perang AS dan sekutu-sekutunya di Afghanistan adalah mencegah negeri itu menjadi tempat favorit bagi organisasi-organisasi jihad baik lokal maupun internasional.
Namun dalam beberapa bulan terakhir, para analis telah memperingatkan, seperti dilansir Antiwar, sebagian wilayah Afghanistan secara de facto sudah kembali lagi menjadi surga bagi para jihadis. Mereka memiliki data konkrit mengenahi banyaknya wilayah yang lepas dari kontrol pasukan militer Afghan yang didukung oleh Amerika. Sementara para pejabat Washington pun memperkirakan di tahun 2018 ini situasinya lebih buruk karena akan semakin banyak wilayah yang jatuh ke tangan Taliban.
Apa yang sudah dipersiapkan oleh pejabat-pejabat intelijen & pertahanan AS dalam menghadapi kekalahan efektif mereka dalam perang di Afghanistan? Bagaimana imperium AS yang sudah mulai udzur ini menyikapi realita Taliban, al-Qaidah, dan dalam batas tertentu (juga) ISIS yang sedang membangun kekuatan secara riil di tanah Afghanistan? Mimpi buruk apa yang membuat AS tidak mampu mencegah menjamurnya kembali kamp-kamp pelatihan yang membuat para jihadis “merdeka” melakukan kaderisasi & perencanaan serangan?
Nampaknya AS tidak lagi punya banyak pilihan maupun alternatif apapun dalam menghadapi perkembangan di Afghanistan saat ini. Model invasi dengan mengerahkan pasukan besar-besaran seperti di era Bush sudah dilakukan dan terbukti gagal. Eksperimen “drone” untuk meminimalisir korban pasukan seperti di era Obama justru memicu kecaman luas karena jatuhnya banyak korban sipil, dan alhasil tidak efektif. Kebijakan eskalasi yang sudah diumumkan Presiden Trump sejak 2017 lalu, dalam banyak kasus di lapangan juga mengalami kegagalan.
Yang bisa dilakukan AS untuk menghadapi realita Afghanistan saat ini adalah mempersiapkan segala konskuensi dari kekalahan tersebut. Kamp-kamp atau muaskar jihadis di banyak wilayah benar-benar sudah eksis, bahkan dengan model yang lebih sophisticated. Di tahun-tahun mendatang, wilayah aman & pusat pelatihan jihadis itu tentu akan terus berkembang baik jumlah maupun penyebarannya.
Sumber: Antiwar


Peringati Kekalahan Uni Soviet di Afghanistan, Taliban Ejek AS

Taliban memanfaatkan peringatan penarikan pasukan Uni Soviet dari Afghanistan pada 1989 untuk mengejek pasukan NATO pimpinan AS dengan mengatakan, mereka akan menghadapi nasib serupa.
"Hari ini pada peringatan kejayaan ini, pasukan penyerbu AS dan sekutu koalisi mereka menghadapi kekalahan yang sama dengan pasukan penyerbu Rusia," kata Taliban dalam sebuah pernyataan di situs beritanya, Rabu (15/2).
Pasukan Uni Soviet diusir setelah pendudukan 10 tahun oleh jihad rakyat Afghanistan, kata pernyataan itu, yang membandingkannya dengan perjuangan satu dasawarsa mereka melawan pasukan NATO di Afghanistan.
Peringatan itu dirayakan sebagai hari libur umum di Afghanistan, dan saluran-saluran televisi berulang kali menayangkan gambar pasukan Uni Sovyet yang mundur ke seberang perbatasan 23 tahun lalu.
"Setelah 10 tahun bertempur dengan orang Afghanistan yang gigih, pasukan penyerbu Rusia menyadari bahwa mereka tidak bisa melanjutkan perang mereka," kata Taliban.
"Pada acara peringatan ini, orang egois AS harus mengkaji pelajaran dari kekalahan memalukan Uni Soviet dan tidak lagi melakukan perang yang sia-sia," tambahnya.
Uni Soviet menyerbu Afghanistan pada 1979 untuk menopang pemerintah komunis Kabul dan penarikan mereka menyulut perang saudara sengit yang mengarah pada penggulingan pemerintah pada 1992 dan kebangkitan Taliban, yang berkuasa pada 1996.
Pada Oktober, Taliban berjanji akan berperang sampai semua pasukan asing meninggalkan Afghanistan. Presiden Hamid Karzai dan negara-negara Barat pendukungnya telah sepakat bahwa semua pasukan tempur asing akan kembali ke negara mereka pada akhir 2014, namun Barat berjanji memberikan dukungan yang berlanjut setelah masa itu dalam bentuk dana dan pelatihan bagi pasukan keamanan Afghanistan.
Gerilyawan meningkatkan serangan terhadap aparat keamanan dan juga pembunuhan terhadap politikus, termasuk yang menewaskan Ahmed Wali Karzai, adik Presiden Hamid Karzai, di Kandahar pada Juli 2011 dan utusan perdamaian Burhanuddin Rabbani di Kabul bulan September 2011.
Konflik meningkat di Afghanistan dengan jumlah kematian sipil dan militer mencapai tingkat tertinggi tahun lalu ketika kekerasan yang dikobarkan Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan dan timur ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil.
Sebanyak 711 prajurit asing tewas dalam perang di Afghanistan sepanjang tahun lalu, yang menjadikan 2010 sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan asing, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas situs independen icasualties.org.
Sumber : ANTARA/AFP

Invasi Soviet ke Afganistan, Usaha Penaklukan yang Gagal

Invasi Uni Soviet ke Afganistan pada tahun 1979 merupakan bagian dari Perang Soviet-Afganistan yang merupakan usaha Soviet yang berusaha mempertahankan pemerintahan Marxis-Lenin di Afganistan, dan mendukung Partai Demokrasi Rakyat Afganistan, menghadapi mujahidin Afganistan yang ingin menggulingkan pemerintahan. Uni Soviet mendukung pemerintahan Afganistan, sementara para mujahidin mendapat dukungan dari banyak negara, antara lain Amerika Serikat dan Pakistan.

Pasukan Soviet pertama kali sampai di Afganistan pada tanggal 25 Desember 1979, dan penarikan pasukan terakhir terjadi pada tanggal 2 Februari 1989. Uni Soviet lalu mengumumkan bahwa semua pasukan mereka sudah ditarik dari Afganistan pada tanggal 15 Februari 1989.

Invasi Soviet di Afganistan yang dimulai pada akhir Desember 1979 merupakan langkah Soviet ikut campur dalam perpolitikan Afganistan untuk menumpas pemberontak dan berakhir dengan usaha menguasai Afganistan.

Pada bulan April 1978 pemerintahan Mohammad Daud Khan dikudeta oleh militant sayap kiri pimpinan Nur Muhammad Taraki. Pemerintah yang baru ini dipayungi oleh partai-partai sayap kiri Afganistan. Pemerintah yang baru ini mulai melekatkan hubungannya dengan Uni Soviet guna meminta bantuan menumpas lawan politik mereka. Pasukan musuh mereka adalah para Mujahidin Afganistan dan front antikomunis disana.

Uni Soviet memiliki ide lain, pada 24 Desember 1979 dikirim sebanyak 30.000 tentara untuk menduduki Afganistan dan menjadikannya Negara bawahannya. Amerika tidak tinggal diam, pihak Paman Sam ikut andil menangkis usaha Soviet dengan mempersenjatai besar-besaran pasukan Mujahidin Afganistan yang sangat antikomunis.

Perang di Afganistan semakin sengit dan seimbang antara pasukan mujahidin dengan tentara Soviet. Penambahan 100.000 tentara dilakukan oleh Soviet sebagai upaya pendudukan Afganistan. Taktik gerilya mereka gunakan untuk menumpas pasukan mujahidin dan seteru lainnya dan terbukti sangat efektif awalnya. 

Akhirnya para mujahid berhasil menggempur balik Soviet menggunakan senjata-senjata canggih dan misil anti pesawat tempur pemberian Amerika yang dikirim via Pakistan. Tercatat lebih dari 4 juta warga mengungsi menuju Negara tetangga seperti Afganistan dan Pakistan untuk menghindari perang yang berkecamuk disana.

Usaha pendudukan Afganistan yang gagal disinyalir menjadi salah satu penyebab runtuhnya Uni Soviet. Hal ini karena perang tersebut mengorbankan 15.000 nyawa tentara dan sejumlah besar uang untuk hal tersebut. Tahun 1988 pihak Soviet menandatangani perjanjian bersama Amerika, Pakistan dan Afganistan untuk menarik pasukan mereka masing – masing. 15 Februari tercatat sebagai hari dimana seluruh pasukan Soviet ditarik dari Afganistan.


Hari Ini dalam Sejarah: Militer Uni Soviet Mundur dari Afganistan

Setelah lebih dari delapan tahun berperang akhirnya pada 15 Mei 1988, salah satu angkatan bersenjata Uni Soviet mengakui kekalahan di Afganistan dan menarik diri dari negeri Asia Tengah itu. Pada Desember 1979, pasukan Uni Soviet menginvasi Afganistan sebagai upaya untuk mendukung pemerintahan pro-Soviet yang terancam oleh pemberontakan internal. Dalam waktu singkat, ribuan tentara Uni Soviet dengan berbagai peralatan tempur tercanggih saat itu masuk ke Afganistan. Sejak saat itulah Uni Soviet harus menghadapi gerilyawan Muslim Afganistan yang sebelumnya menolak pemerintahan komunis di negeri itu. Selama delapan tahun berikutnya kedua kubu bertempur memperebutkan kendali di negeri itu, dan keduanya sama-sama tak pernah mendapatkan kemenangan menentukan dalam perang panjang itu. Bagi Uni Soviet, intervensi militer di Afganistan ini terbukti sangat mahal dalam banyak hal, salah satunya adalah jumlah korban tewas di antara para prajuritnya. Antara 25 Desember 1979 hingga 15 Februari 1989 secara total hampir 15.000 personel militer dari sekitar 620.000 personel yang pernah bertugas di Afganistan. Selain itu, Uni Soviet juga kehilangan 451 pesawat terbang, 147 tank, 1.314 kendaraan lapis baja, 433 senjata artileri, dan 11.369 truk. Sementara di sisi Afganistan, kehancuran dan korban jiwa jauh lebih besar. Jumlah warga sipil yang tewas diperkirakan antara 562.000 hingga 2 juta orang. Sementara sebanyak 5-10 juta warga Afganistan mengungsi ke Pakistan dan Iran. Sebanyak sepertiga populasi negeri itu kehilangan tempat tinggalnya. Pada dekade 1980-an, separuh jumlah pengungsi di seluruh dunia berasal dari Afganistan. Akhirnya, pada 1988 Uni Soviet memutuskan untuk keluar dari penderitaan itu. Pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev melihat intervensi di Afganistan menguras keuangan negeri itu. Selain itu, warga Uni Soviet sudah lelah dengan perang yang disebut para pengamat Barat sebagai Vietnam-nya Uni Soviet itu. Proses penarikan mundur pasukan Uni Soviet dimulai pada 15 Mei 1988 dan berakhir pada 15 Februari 1989 di bawah pimpinan Kolonel Jenderal Boris Gromov. Di masa proses penarikan mundur pasukan ini, pemerintah Uni Soviet bekerja sama dengan pemerintahan Presiden Mohammad Najibullah memperbaiki hubungan Kabul dengan para pemimpin faksi pemberontak. Namun, mundurnya pasukan Uni Soviet tak berarti perang berakhir di Afganistan. Para pemberontak Mujahidin kemudian berperang melawan pemerintah dan berhasil menggulingkan Mohammad Najibullah pada musim semi 1992.

Ekonomi Terancam Hancur, Rusia Melonggarkan Sanksi Terhadap Turki. Ya Allah Ya Rabb, Hancurkanlah Melebihi Penderitaan Umat Muslim Suriah
Ekonomi Rusia Memasuki Tahun Terburuk Sejak Krisis Keuangan Global. Kasus HIV Di Rusia Capai Rekor Tertinggi. Amerika Bangkrut Di Afghanistan, Rusia Tambahan Di Suriah ( Isya Allah )
Hasil Wawancara Amir Jundu Syam: Sama Seperti di Checnya, Rusia akan Kalah di Suriah
Uni Eropa : Rusia Akan Kalah Dan Terusir Dari Suriah Seperti Di Afghanistan.
Intervensi Rusia Menandakan Rezim Assad di Ambang Keruntuhan
Taliban (Muridnya Ulama Syam) : Sekuat Apapun, Musuh Akan Pulang Dengan Tangan Kosong. Juga Di Syam (Suriah), Gerombolan Komunis Dan Syi’ah Akan Kalah (In Sha Allah).
Teroris Super Biadab Rusia Keok, Negaranya Bangkrut, Rezim Minoritas Syiah Alawite (Nushairiyyah) Laknatullah Yang Dibela Sangat Loyo, Khawatir Rencana B (“Ra’d Asy-Syimal”), Pilih Hengkang Dari Suriah. Kedepan Mereka Akan Menjadi Musuh Bangsa Syam/Arab .
Vedemosti: Tarik Pasukan, Teroris Putin Takut Perang Vietnam Terulang. Pakar: Ditinggal Pasukan Putin, Rezim Barbar Assad Di Ambang Kehancuran (Insya Allah)
AS Merugi, Hari Ini Taliban Kuasai Wilayah Lebih Luas Daripada Awal Perang. Mantan Pejabat AS: Jika Amerika Pergi, Kabul Akan Jatuh Ke Tangan Taliban Dalam 3 Hari
Iran Mengakui Bahwa Perang Suriah “Melelahkan”. Tanda-tanda Kebinasaan Rezim Majusi Al-Saba Yahudi !
Membaca Masa Depan Perang Suriah
PM Turki: Teroris Biadab Komunis Rusia Akan Mundur Dari Suriah Dalam Keadaan Terhina Seperti Dulu Di Afghanistan, Era Soviet Sudah Berakhir ! Rusia Butuh 15 Tahun Untuk Pemulihan Ekonomi (Masya Allah)
Amerika Bangkrut, Keok Dan Menyesal Perang Di Afghanstan !
Amerika Dan Sekutu-Sekutunya Telah Membuat Kesalahan Sejarah Dengan Menginvasi Afghanistan, Tindakan Terbaik Segera Meninggalkannya !
Perang Berkepanjangan, Donald Trump Mengaku Kalah Di Afghanistan !!
Perang Soviet–Afganistan
Perang Vietnam
Putin Frankenstein. Putin Mau Apa?
Teroris Barbar Putin : Suriah Adalah Lapangan Latihan Militer Berbiaya Murah
Al-Jaulani: Intervensi Rusia adalah Perang Salib yang Didukung Syiah Iran !
Benar-Benar Berhati Iblis Di Barbar Putin : Dalam 5 Bulan Kami Uji Coba 30.000 Bom Di Suriah !
Benar-Benar Berhati Iblis ! Jatuhkan 1.500 Bom, Tewaskan 600 Bayi, Anak-Anak, Wanita Dan Orang Tua Ahlus Sunnah Suriah, Si Teroris Super Bengis Putin: “Itu Belum Maksimal, Rusia Siap Gunakan Cara Lebih Sadis Di Suriah !!”
Presenter Al Jazeera Sebut Perang Suriah Sebagai Perang Salib Era Modern. Gereja Ortodoks Rusia : Intervensi Di Suriah Adalah ‘Perang Suci’
Inilah 52 Ulama Arab Saudi yang Menandatangani Pernyataan Desakan untuk Jihad Hadapi Rusia di Suriah
Uskup Rusia (haram Jadah) Berkati Misil Sebelum Serang Kelompok Oposisi Suriah
55 Ulama Saudi Ingatkan Rusia Kekalahan Uni Soviet di Afghanistan
7 Seruan Rabithah Ulama Muslimin terkait Serangan Rusia di Suriah
IM Suriah: Berperang Melawan Pendudukan Rusia Adalah Kewajiban Agama
Kristenisasi Peperangan: Manipulasi Putin Terhadap Sejarah Rusia
Teroris Barbar Putin : Suriah Adalah Lapangan Latihan Militer Berbiaya Murah
Aksi Mevlut Tunjukkan Rusia (Juga Syi’ah Iran) Musuh Jutaan Umat Islam. Kufar Syi’ah Akan Menghadapi Perang Terpanjang Dengan Umat Islam !
Jürgen Todenhöfer: FAKTA & DATA Barat Lebih Brutal Dari Dunia Islam
Petantang-petentang di Dunia Arab, Putin Mau Apa? (lebih Mudah Hancurkan Rusia Di Suriah Dibanding Di Afghanistan)
Professor Chomsky: If You Want to Stop Terrorism, Stop Killing Muslims
Robert Fisk: Serangan Teror Di Barat Adalah Akibat Zalimnya Mereka Di Dunia Arab
 ●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●