Mujahidin yang bertempur di Syam (Suriah)
keturunan Para Sahabat Nabi yang Mulia, Keimanan dan keberkahan Penduduknya yang
dipuji Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam (tidak termasuk kufar Syi’ah).
Sahabat yang Mulia Umar Ibnu Chotob RA, Salahuddin al Ayyubi dan Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah ditempat yang sama mempercundangi Musuh-musuh Besar umat
Islam. Ucapan Nabi “Tempat berkumpulnya kaum muslimin di pertempuran besar ada
di bumi Syaam dan akan dimenangkannya”.
Afghanistan pada saat itu berbatasan langsung
(panjang) dengan komunis Uni Sovyet (USSR), juga Tetangga Komunis Cina dan
Negeri Syi’ah Majusi Iran. Tetangga Pendudukung hanya Pakistan. Sedang Suriah
(Syams) dikandang Negara Arab, sangat mudah masuknya Mujahidin Arab dan
lainnya. Bagi Arab dan Islam, memerangi Rafidhah (Alawit) dan membebaskan Bumi
Syam, kewajiban Agama sesuai Hadits Nabi terkait Syam. Super Rafidhah Alawit Cuma
8 % , tidak mungkin bisa memenangi perang ! dan yang terpenting, Pembebasan
Syam akan membebaskan Jerusalem (al Aqsha). jihad mereka sama dengan Ghirah
Jihad Sahabat Nabi (in sya Allah). Rusia selama tujuh tahun hanya menguasai
lima puluh prosen (50%), harus mengeluarkan biaya besar. Lebih mudah
mempercundangi Rusia
Kondisi Suriah Saat Ini, Hampir Sama Dengan
Yang Dialami Syaikhul Islam Di Zamannya, Musuh Kembali Bersekutu, Sejak Dari
Bangsa Mongol (Tar Tar), Berbagai Suku Turki, Persia, Orang-Orang Sejenis
Dengan Mereka Yang Murtad, Dari Kalangan Kristen Armenia Dan Lain-Lain.
Subhanallah Walhamdulillah, Mujahidin Ahlus
Sunnah (Non-Sekuler) Syam Bisa Bertahan Tujuh Tahun Menghadapi Ekpansi Bangsa
Asing Adi Kuasa Komunis Rusia- Kufar Barat- Majusyi’ah Iran- Tentara Rezim
Bengis Syiah Nushairiyah Bashar Al-Assad- Turki.
Hadits Shahih Tentang Peperangan Besar Di
Negeri Syaam Dan Keutamaannya, Terutama Damaskus Dan Ghuuthah. Nabi Nabi ﷺ : ‘Benteng Kaum
Muslimin Pada Hari-Hari Peperangan Dahsyat/Besar Adalah Damaskus”
Taliban (Muridnya Ulama Syam) : Sekuat
Apapun, Musuh Akan Pulang Dengan Tangan Kosong. Juga Di Syam (Suriah),
Gerombolan Komunis Dan Syi’ah Akan Kalah (In Sha Allah).
Akankah Suriah Akan Menjadi Afghanistan
Kedua Bagi Rusia/Putin?
Frustrasi dan Minim Dukungan, Rusia
Mungkin Segera Keluar dari Suriah (segerakan, Ya Rabb)
Gagal Perangi Mujahidin Suriah, Rusia
Nyatakan Basyar Asad Siap Dialog dengan Oposisi
Uni Eropa : Rusia Akan Kalah Dan Terusir
Dari Suriah Seperti Di Afghanistan.
Mengapa Putin Akan Gagal di Suriah?
Arab Saudi: Serangan Rusia Picu
Berkumpulnya Seluruh Mujahid Dunia di Suriah
Lihat
artikel lainnya dibawah
Amerika Serikat akhirnya lelah meladeni
Taliban, dan akan bergabung dalam negosiasi langsung dengan Taliban dalam
upaya mengakhiri perang 17 tahun di Afghanistan, kata seorang komandan senior
AS.
Di tengah spekulasi yang berkembang
tentang kemungkinan pembicaraan perdamaian, Jenderal John Nicholson
mengeluarkan komentar pada hari Senin (16/7/2018) menyusul peningkatan upaya
diplomatik untuk mengupayakan perundingan menyusul adegan yang belum pernah
terjadi sebelumnya yaitu pejuang Taliban yang tidak bersenjata yang berbaur
dengan pasukan militer Afghanistan di jalan-jalan Kabul dan kota-kota lain
selama gencatan senjata kejutan bulan lalu.
Nicholson, yang memimpin
misi Resolute Support yang dipimpin NATO, mengatakan AS mengakui
mereka memiliki peran kunci untuk dimainkan.
“Sekretaris negara kami, Tuan [Mike]
Pompeo, telah mengatakan bahwa kami, Amerika Serikat, siap untuk berbicara
dengan Taliban dan mendiskusikan peran pasukan internasional,” katanya.
“Kami berharap mereka menyadari ini dan
ini akan membantu menggerakkan proses perdamaian ke depan.”
Al Jazeera menghubungi Taliban di
Afghanistan tetapi tidak ada komentar segera.
Sohail Shahin, seorang juru bicara untuk
kantor politik Taliban di Qatar, mengatakan dia masih menunggu konfirmasi
komentar Nicholson tetapi menyambut tanda-tanda pendekatan baru.
“Ini yang kami inginkan dan kami sedang
menunggu – untuk duduk dengan AS secara langsung dan membahas penarikan pasukan
asing dari Afghanistan,” kata Shahin.
Dia mengatakan sebagai langkah pertama
dia berharap untuk melihat pemimpin Taliban dikeluarkan dari daftar hitam PBB
agar dapat melakukan perjalanan.
Shahin juga mengatakan masalah pasukan
internasional di Afghanistan akan menjadi masalah besar dan Taliban akan
bersedia untuk mendiskusikan masalah Amerika.
Para pejabat AS mengatakan Presiden
Donald Trump telah menunjukkan ketidaksabaran melihat kurangnya kemajuan di
Afghanistan, di mana Taliban menguasai sebagian besar negara itu meskipun
operasi serangan udara yang lebih agresif diumumkan tahun lalu.
Taliban (Imarah Islam Afghanistan)
menolak pembicaraan dengan pemerintah Presiden Ashraf Ghani, yang dianggapnya
tidak sah, dan malah bersikeras bahwa mereka hanya akan berbicara dengan
Amerika Serikat.
Pompeo mengatakan walaupun proses
perdamaian secara keseluruhan harus dipimpin Afghanistan, Washington akan siap
untuk bergabung dengan pembicaraan – bergeser dari sikap mereka sebelumnya yang
menetapkan hanya pemerintahan Ghani yang memiliki legitimasi untuk berbicara
dengan Taliban.
Dia juga mengatakan AS bersedia untuk
membahas posisi pasukan internasional di Afghanistan, yang menurut Taliban
Pasukan AS harus meninggalkan negara itu sebagai syarat untuk negosiasi.
Para pejabat senior AS, termasuk Pompeo
dan Alice Wells, diplomat penting Departemen Luar Negeri AS untuk Afghanistan,
mengunjungi Kabul dalam beberapa pekan terakhir untuk mencoba memuluskan jalan
bagi pembicaraan.
Banyak rintangan masih ada sebelum
konflik yang telah menewaskan sejumlah warga sipil tahun ini bisa berakhir.
Sebanyak 1.692 warga sipil tewas pada paruh pertama tahun 2018.
Editor : Deddy PurwantoSumber
: Al Jazeera
Analis
Rekomendasikan AS Siapkan Skenario Kekalahan di Afghanistan
Hal terpenting selama tujuh belas tahun
pendudukan (baca: penjajahan) pasukan asing pimpinan AS di Afghanistan dalam
rangka perang global melawan “teror” (GWT) adalah mencegah Afghanistan menjadi
tempat aman atau surga bagi para jihadis. Sekali lagi, misi utama perang AS dan
sekutu-sekutunya di Afghanistan adalah mencegah negeri itu menjadi tempat
favorit bagi organisasi-organisasi jihad baik lokal maupun internasional.
Namun dalam beberapa bulan terakhir, para
analis telah memperingatkan, seperti dilansir Antiwar, sebagian wilayah
Afghanistan secara de facto sudah kembali lagi menjadi surga bagi para jihadis.
Mereka memiliki data konkrit mengenahi banyaknya wilayah yang lepas dari
kontrol pasukan militer Afghan yang didukung oleh Amerika. Sementara para
pejabat Washington pun memperkirakan di tahun 2018 ini situasinya lebih buruk
karena akan semakin banyak wilayah yang jatuh ke tangan Taliban.
Apa yang sudah dipersiapkan oleh
pejabat-pejabat intelijen & pertahanan AS dalam menghadapi kekalahan
efektif mereka dalam perang di Afghanistan? Bagaimana imperium AS yang sudah
mulai udzur ini menyikapi realita Taliban, al-Qaidah, dan dalam batas tertentu
(juga) ISIS yang sedang membangun kekuatan secara riil di tanah Afghanistan?
Mimpi buruk apa yang membuat AS tidak mampu mencegah menjamurnya kembali
kamp-kamp pelatihan yang membuat para jihadis “merdeka” melakukan kaderisasi
& perencanaan serangan?
Nampaknya AS tidak lagi punya banyak
pilihan maupun alternatif apapun dalam menghadapi perkembangan di Afghanistan
saat ini. Model invasi dengan mengerahkan pasukan besar-besaran seperti di era
Bush sudah dilakukan dan terbukti gagal. Eksperimen “drone” untuk meminimalisir
korban pasukan seperti di era Obama justru memicu kecaman luas karena jatuhnya
banyak korban sipil, dan alhasil tidak efektif. Kebijakan eskalasi yang sudah
diumumkan Presiden Trump sejak 2017 lalu, dalam banyak kasus di lapangan juga
mengalami kegagalan.
Yang bisa dilakukan AS untuk menghadapi
realita Afghanistan saat ini adalah mempersiapkan segala konskuensi dari
kekalahan tersebut. Kamp-kamp atau muaskar jihadis di banyak wilayah
benar-benar sudah eksis, bahkan dengan model yang lebih sophisticated. Di
tahun-tahun mendatang, wilayah aman & pusat pelatihan jihadis itu tentu
akan terus berkembang baik jumlah maupun penyebarannya.
Sumber: Antiwar
Redaktur: YasinMuslim
https://www.kiblat.net/2018/03/14/analis-rekomendasikan-as-siapkan-skenario-kekalahan-di-afghanistan/
https://www.kiblat.net/2018/03/14/analis-rekomendasikan-as-siapkan-skenario-kekalahan-di-afghanistan/
Peringati
Kekalahan Uni Soviet di Afghanistan, Taliban Ejek AS
Taliban memanfaatkan peringatan penarikan
pasukan Uni Soviet dari Afghanistan pada 1989 untuk mengejek pasukan NATO
pimpinan AS dengan mengatakan, mereka akan menghadapi nasib serupa.
"Hari ini pada peringatan kejayaan
ini, pasukan penyerbu AS dan sekutu koalisi mereka menghadapi kekalahan yang
sama dengan pasukan penyerbu Rusia," kata Taliban dalam sebuah pernyataan
di situs beritanya, Rabu (15/2).
Pasukan Uni Soviet diusir setelah
pendudukan 10 tahun oleh jihad rakyat Afghanistan, kata pernyataan itu, yang
membandingkannya dengan perjuangan satu dasawarsa mereka melawan pasukan NATO
di Afghanistan.
Peringatan itu dirayakan sebagai hari
libur umum di Afghanistan, dan saluran-saluran televisi berulang kali
menayangkan gambar pasukan Uni Sovyet yang mundur ke seberang perbatasan 23
tahun lalu.
"Setelah 10 tahun bertempur dengan
orang Afghanistan yang gigih, pasukan penyerbu Rusia menyadari bahwa mereka
tidak bisa melanjutkan perang mereka," kata Taliban.
"Pada acara peringatan ini, orang
egois AS harus mengkaji pelajaran dari kekalahan memalukan Uni Soviet dan tidak
lagi melakukan perang yang sia-sia," tambahnya.
Uni Soviet menyerbu Afghanistan pada 1979
untuk menopang pemerintah komunis Kabul dan penarikan mereka menyulut perang
saudara sengit yang mengarah pada penggulingan pemerintah pada 1992 dan
kebangkitan Taliban, yang berkuasa pada 1996.
Pada Oktober, Taliban berjanji akan
berperang sampai semua pasukan asing meninggalkan Afghanistan. Presiden
Hamid Karzai dan negara-negara Barat pendukungnya telah sepakat bahwa semua
pasukan tempur asing akan kembali ke negara mereka pada akhir 2014, namun Barat
berjanji memberikan dukungan yang berlanjut setelah masa itu dalam bentuk dana
dan pelatihan bagi pasukan keamanan Afghanistan.
Gerilyawan meningkatkan serangan terhadap
aparat keamanan dan juga pembunuhan terhadap politikus, termasuk yang
menewaskan Ahmed Wali Karzai, adik Presiden Hamid Karzai, di Kandahar pada Juli
2011 dan utusan perdamaian Burhanuddin Rabbani di Kabul bulan September 2011.
Konflik meningkat di Afghanistan dengan
jumlah kematian sipil dan militer mencapai tingkat tertinggi tahun lalu ketika
kekerasan yang dikobarkan Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan
dan timur ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil.
Sebanyak 711 prajurit asing tewas dalam
perang di Afghanistan sepanjang tahun lalu, yang menjadikan 2010 sebagai tahun
paling mematikan bagi pasukan asing, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas
situs independen icasualties.org.
Sumber : ANTARA/AFP
Invasi
Soviet ke Afganistan, Usaha Penaklukan yang Gagal
Invasi Uni Soviet ke Afganistan pada
tahun 1979 merupakan bagian dari Perang Soviet-Afganistan yang merupakan usaha
Soviet yang berusaha mempertahankan pemerintahan Marxis-Lenin di Afganistan,
dan mendukung Partai Demokrasi Rakyat Afganistan, menghadapi mujahidin
Afganistan yang ingin menggulingkan pemerintahan. Uni Soviet mendukung
pemerintahan Afganistan, sementara para mujahidin mendapat dukungan dari banyak
negara, antara lain Amerika Serikat dan Pakistan.
Pasukan Soviet pertama kali sampai di
Afganistan pada tanggal 25 Desember 1979, dan penarikan pasukan terakhir
terjadi pada tanggal 2 Februari 1989. Uni Soviet lalu mengumumkan bahwa semua
pasukan mereka sudah ditarik dari Afganistan pada tanggal 15 Februari 1989.
Invasi Soviet di Afganistan yang dimulai
pada akhir Desember 1979 merupakan langkah Soviet ikut campur dalam
perpolitikan Afganistan untuk menumpas pemberontak dan berakhir dengan usaha
menguasai Afganistan.
Pada bulan April 1978 pemerintahan
Mohammad Daud Khan dikudeta oleh militant sayap kiri pimpinan Nur Muhammad
Taraki. Pemerintah yang baru ini dipayungi oleh partai-partai sayap kiri
Afganistan. Pemerintah yang baru ini mulai melekatkan hubungannya dengan Uni
Soviet guna meminta bantuan menumpas lawan politik mereka. Pasukan musuh mereka
adalah para Mujahidin Afganistan dan front antikomunis disana.
Uni Soviet memiliki ide lain, pada 24
Desember 1979 dikirim sebanyak 30.000 tentara untuk menduduki Afganistan dan
menjadikannya Negara bawahannya. Amerika tidak tinggal diam, pihak Paman Sam
ikut andil menangkis usaha Soviet dengan mempersenjatai besar-besaran pasukan
Mujahidin Afganistan yang sangat antikomunis.
Perang di Afganistan semakin sengit dan
seimbang antara pasukan mujahidin dengan tentara Soviet. Penambahan 100.000
tentara dilakukan oleh Soviet sebagai upaya pendudukan Afganistan. Taktik
gerilya mereka gunakan untuk menumpas pasukan mujahidin dan seteru lainnya dan
terbukti sangat efektif awalnya.
Akhirnya para mujahid berhasil menggempur
balik Soviet menggunakan senjata-senjata canggih dan misil anti pesawat tempur
pemberian Amerika yang dikirim via Pakistan. Tercatat lebih dari 4 juta warga
mengungsi menuju Negara tetangga seperti Afganistan dan Pakistan untuk
menghindari perang yang berkecamuk disana.
Usaha pendudukan Afganistan yang gagal
disinyalir menjadi salah satu penyebab runtuhnya Uni Soviet. Hal ini karena
perang tersebut mengorbankan 15.000 nyawa tentara dan sejumlah besar uang untuk
hal tersebut. Tahun 1988 pihak Soviet menandatangani perjanjian bersama
Amerika, Pakistan dan Afganistan untuk menarik pasukan mereka masing – masing.
15 Februari tercatat sebagai hari dimana seluruh pasukan Soviet ditarik dari
Afganistan.
Hari
Ini dalam Sejarah: Militer Uni Soviet Mundur dari Afganistan
Setelah lebih dari delapan tahun
berperang akhirnya pada 15 Mei 1988, salah satu angkatan bersenjata Uni Soviet
mengakui kekalahan di Afganistan dan menarik diri dari negeri Asia Tengah itu.
Pada Desember 1979, pasukan Uni Soviet menginvasi Afganistan sebagai upaya
untuk mendukung pemerintahan pro-Soviet yang terancam oleh pemberontakan
internal. Dalam waktu singkat, ribuan tentara Uni Soviet dengan berbagai
peralatan tempur tercanggih saat itu masuk ke Afganistan. Sejak saat itulah Uni
Soviet harus menghadapi gerilyawan Muslim Afganistan yang sebelumnya menolak
pemerintahan komunis di negeri itu. Selama delapan tahun berikutnya kedua kubu
bertempur memperebutkan kendali di negeri itu, dan keduanya sama-sama tak
pernah mendapatkan kemenangan menentukan dalam perang panjang itu. Bagi Uni
Soviet, intervensi militer di Afganistan ini terbukti sangat mahal dalam banyak
hal, salah satunya adalah jumlah korban tewas di antara para prajuritnya.
Antara 25 Desember 1979 hingga 15 Februari 1989 secara total hampir 15.000
personel militer dari sekitar 620.000 personel yang pernah bertugas di Afganistan.
Selain itu, Uni Soviet juga kehilangan 451 pesawat terbang, 147 tank, 1.314
kendaraan lapis baja, 433 senjata artileri, dan 11.369 truk. Sementara di sisi
Afganistan, kehancuran dan korban jiwa jauh lebih besar. Jumlah warga sipil
yang tewas diperkirakan antara 562.000 hingga 2 juta orang. Sementara sebanyak
5-10 juta warga Afganistan mengungsi ke Pakistan dan Iran. Sebanyak sepertiga
populasi negeri itu kehilangan tempat tinggalnya. Pada dekade 1980-an, separuh
jumlah pengungsi di seluruh dunia berasal dari Afganistan. Akhirnya, pada 1988
Uni Soviet memutuskan untuk keluar dari penderitaan itu. Pemimpin Uni Soviet
Mikhail Gorbachev melihat intervensi di Afganistan menguras keuangan negeri
itu. Selain itu, warga Uni Soviet sudah lelah dengan perang yang disebut para
pengamat Barat sebagai Vietnam-nya Uni Soviet itu. Proses penarikan mundur
pasukan Uni Soviet dimulai pada 15 Mei 1988 dan berakhir pada 15 Februari 1989
di bawah pimpinan Kolonel Jenderal Boris Gromov. Di masa proses penarikan
mundur pasukan ini, pemerintah Uni Soviet bekerja sama dengan pemerintahan
Presiden Mohammad Najibullah memperbaiki hubungan Kabul dengan para pemimpin
faksi pemberontak. Namun, mundurnya pasukan Uni Soviet tak berarti perang
berakhir di Afganistan. Para pemberontak Mujahidin kemudian berperang melawan
pemerintah dan berhasil menggulingkan Mohammad Najibullah pada musim semi 1992.
Ekonomi Terancam Hancur, Rusia
Melonggarkan Sanksi Terhadap Turki. Ya Allah Ya Rabb, Hancurkanlah Melebihi
Penderitaan Umat Muslim Suriah
Ekonomi Rusia Memasuki Tahun Terburuk
Sejak Krisis Keuangan Global. Kasus HIV Di Rusia Capai Rekor Tertinggi. Amerika
Bangkrut Di Afghanistan, Rusia Tambahan Di Suriah ( Isya Allah )
Hasil Wawancara Amir Jundu Syam: Sama
Seperti di Checnya, Rusia akan Kalah di Suriah
Uni Eropa : Rusia Akan Kalah Dan Terusir
Dari Suriah Seperti Di Afghanistan.
Intervensi Rusia Menandakan Rezim Assad
di Ambang Keruntuhan
Taliban (Muridnya Ulama Syam) : Sekuat
Apapun, Musuh Akan Pulang Dengan Tangan Kosong. Juga Di Syam (Suriah),
Gerombolan Komunis Dan Syi’ah Akan Kalah (In Sha Allah).
Teroris Super Biadab Rusia Keok,
Negaranya Bangkrut, Rezim Minoritas Syiah Alawite (Nushairiyyah) Laknatullah
Yang Dibela Sangat Loyo, Khawatir Rencana B (“Ra’d Asy-Syimal”), Pilih Hengkang
Dari Suriah. Kedepan Mereka Akan Menjadi Musuh Bangsa Syam/Arab .
Vedemosti: Tarik Pasukan, Teroris Putin
Takut Perang Vietnam Terulang. Pakar: Ditinggal Pasukan Putin, Rezim Barbar
Assad Di Ambang Kehancuran (Insya Allah)
AS Merugi, Hari Ini Taliban Kuasai
Wilayah Lebih Luas Daripada Awal Perang. Mantan Pejabat AS: Jika Amerika Pergi,
Kabul Akan Jatuh Ke Tangan Taliban Dalam 3 Hari
Iran Mengakui Bahwa Perang Suriah
“Melelahkan”. Tanda-tanda Kebinasaan Rezim Majusi Al-Saba Yahudi !
Membaca Masa Depan Perang Suriah
PM Turki: Teroris Biadab Komunis Rusia
Akan Mundur Dari Suriah Dalam Keadaan Terhina Seperti Dulu Di Afghanistan, Era
Soviet Sudah Berakhir ! Rusia Butuh 15 Tahun Untuk Pemulihan Ekonomi (Masya Allah)
Amerika Bangkrut, Keok Dan Menyesal
Perang Di Afghanstan !
Amerika Dan Sekutu-Sekutunya Telah
Membuat Kesalahan Sejarah Dengan Menginvasi Afghanistan, Tindakan Terbaik
Segera Meninggalkannya !
Perang Berkepanjangan, Donald Trump
Mengaku Kalah Di Afghanistan !!
Perang Soviet–Afganistan
Perang Vietnam
Putin Frankenstein. Putin Mau Apa?
Teroris Barbar Putin : Suriah Adalah
Lapangan Latihan Militer Berbiaya Murah
Al-Jaulani: Intervensi Rusia adalah
Perang Salib yang Didukung Syiah Iran !
Benar-Benar Berhati Iblis Di Barbar Putin
: Dalam 5 Bulan Kami Uji Coba 30.000 Bom Di Suriah !
Benar-Benar Berhati Iblis ! Jatuhkan
1.500 Bom, Tewaskan 600 Bayi, Anak-Anak, Wanita Dan Orang Tua Ahlus Sunnah
Suriah, Si Teroris Super Bengis Putin: “Itu Belum Maksimal, Rusia Siap Gunakan
Cara Lebih Sadis Di Suriah !!”
Presenter Al Jazeera Sebut Perang Suriah
Sebagai Perang Salib Era Modern. Gereja Ortodoks Rusia : Intervensi Di Suriah
Adalah ‘Perang Suci’
Inilah 52 Ulama Arab Saudi yang
Menandatangani Pernyataan Desakan untuk Jihad Hadapi Rusia di Suriah
Uskup Rusia (haram Jadah) Berkati Misil
Sebelum Serang Kelompok Oposisi Suriah
55 Ulama Saudi Ingatkan Rusia Kekalahan
Uni Soviet di Afghanistan
7 Seruan Rabithah Ulama Muslimin terkait
Serangan Rusia di Suriah
IM Suriah: Berperang Melawan Pendudukan
Rusia Adalah Kewajiban Agama
Kristenisasi Peperangan: Manipulasi Putin
Terhadap Sejarah Rusia
Teroris Barbar Putin : Suriah Adalah
Lapangan Latihan Militer Berbiaya Murah
Aksi Mevlut Tunjukkan Rusia (Juga Syi’ah
Iran) Musuh Jutaan Umat Islam. Kufar Syi’ah Akan Menghadapi Perang Terpanjang
Dengan Umat Islam !
Jürgen Todenhöfer: FAKTA & DATA Barat
Lebih Brutal Dari Dunia Islam
Petantang-petentang di Dunia Arab, Putin
Mau Apa? (lebih Mudah Hancurkan Rusia Di Suriah Dibanding Di Afghanistan)
Professor Chomsky: If You Want to Stop
Terrorism, Stop Killing Muslims
Robert Fisk: Serangan Teror Di Barat
Adalah Akibat Zalimnya Mereka Di Dunia Arab
●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●