Mereka yang keluar dari Ahlussunnah wal Jama’ah
( Bantahan terhadap lamurkha )
7
Oktober 2016 oleh mutiarazuhud ( Yulizon
Amansyah)
Contoh penjelasan hasil muktamar internasional ahlussunnah wal jama’ah di
Chechnya yang cukup lengkap disampaikan oleh Habib Rizieq dalam video yang
diupload pada http://www.youtube.com/watch?v=M5DvVk9atvM dan http://www.youtube.com/watch?v=pXBThgFaohg
Ada seseorang yang menyampaikan keberatannya atas penjelasan Habib Rizieq
tersebut dengan menyampaikan sebuah link tulisan mereka kepada kami yakni http://lamurkha.blogspot.co.id/2016/09/sanggahan-ilmiyyah-dengan-dalil-shahih.html
“Bantahan Ilmiyyah (Dengan Dalil Shahih Dan Sharih) Komprehensif Untuk
Habib Rizeq Terkait Tuduhan Tajsim Dan Mujasimah Serta Trilogi Tauhid Kepada
Salafi. Silahkan Kaji Dengan Jujur (Tanpa Vested Interested) Dan Bawa Keranah
MUI. Demi Allah, Al-Haq Sangat Terang Benderang”
Mereka mengatakan bahwa “bantahan ilmiyyah” dengan dalil shahih namun
permasalahannya pemahaman mereka belum tentu shahih atau benar karena mereka
selalu berpegang pada dalil secara dzahir atau pemahaman mereka selalu dengan
makna dzahir.
“Bantahan ilmiyyah” tersebut hanya memuat daftar link tulisan mereka
sebelumnya contohnya,
Ahlus Sunnah Wal Jamaah, Mengikuti Manhaj (Pemahaman, Cara Beribadah) Para
Sahabat, Tabi’in, Tabiut Tabi’in ( Tiga Generasi Terbaik). Merekalah Yang
Mendengar, Mencatat, Menghafal, Membukukan Semua Wahyu ( Al-Quran Dan Hadits)
Dari Nabi. Juga Merujuk Kepada Empat Imam Mazhab, Imam Bukhari-Muslim. Pedoman
Ini Sudah Sangat Cukup Untuk Mereview, Apakah Ibadah Kita Benar-Benar Ittiba’
Kepada Rasulullah Shallallahu `Alaihi Wa Sallam.
Abul-Hasan Al-Asy’ariy Bertaubat ke ‘Aqidah Asy’ariyyah atau Salafiyyah ? http://lamurkha.blogspot.com/2015/03/abul-hasan-al-asyariy-bertaubat-ke.html
Allah Berfirman dengan Suara dan Huruf
Mengimani Sifat-sifat Allah : Bingung Tentang ( Keberadaan ) Rabbnya ?
Kita sebagai umat Islam sebaiknya menyebarluaskan atau mensosialisasikan
hasil muktamar internasional ahlussunnah wal jama’ah di Chechnya, salah satunya
adalah untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap upaya pencatutan istilah
“Ahlussunnah wal Jama’ah” dari kaum Khawarij yakni orang-orang seperti Dzul
Khuwaishirah penduduk Najed dari bani Tamim sebagaimana yang telah disampaikan
pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2016/09/19/pencatut-istilah-aswaja/
Muktamar Chechnya pada hakikatnya bukan mengeluarkan orang-orang seperti
Dzul Khuwaishirah penduduk Najed dari bani Tamim dari ahlussunnah wal jama’ah
atau dari mayoritas kaum muslim (as-sawadul a’zham) namun merekalah yang
menyalahkan umat Islam yang tidak sepaham (sependapat) dengan mereka sehingga
mereka menyempal keluar (kharaja) dari mayoritas kaum muslim (as-sawadul
a’zham) dan disebut dengan khawarij
●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●
Terkait konferensi "Dhirar"
Chechnya" silahkan baca beberapa artikel dibawah ini :
●Klimaks Dari Muktamar Chechnya, Presiden Chechnya Meminta
Maaf Atas Kejahatan Muktamar Sufi Aswaja Sedunia Yang Menghujat Salafiyyah !!
●Pernyataan Penutup Konferensi Internasional “Pemahaman Yang Benar (Al-Haq) Dari Madzhab Ahlussunnah Wal Jamaah Dan Pengaruhnya Terhadap Penjagaan Dari Sikap Berlebihan Dan Ekstrimisme”
●Pernyataan Penutup Konferensi Internasional “Pemahaman Yang Benar (Al-Haq) Dari Madzhab Ahlussunnah Wal Jamaah Dan Pengaruhnya Terhadap Penjagaan Dari Sikap Berlebihan Dan Ekstrimisme”
●Sanggahan Ilmiyyah (Dengan Dalil Shahih Dan Sharih)
Komprehensif Untuk Habib Rizeq Terkait Tuduhan Tajsim Dan Mujasimah Serta
Trilogi Tauhid Kepada Salafi. Silahkan Kaji Dengan Jujur (Tanpa Vested
Interested) Dan Bawa Keranah MUI. Demi Allah, Al-Haq Sangat Terang Benderang.
●Benarkah Muktamar ( Shufi) Chechnya itu Ahlussunnah Wal Jama’ah ? Dimana kaum Asy'ariyyah, kaum Maturidiyyah di masa-masa yang penuh dengan keutamaan (masa shahabat, tabi'in dan tabi'ut tabi'in). Di waktu itu belum ada kaum Asy'ariyyah dan kaum Maturidiyyah.
●Benarkah Muktamar ( Shufi) Chechnya itu Ahlussunnah Wal Jama’ah ? Dimana kaum Asy'ariyyah, kaum Maturidiyyah di masa-masa yang penuh dengan keutamaan (masa shahabat, tabi'in dan tabi'ut tabi'in). Di waktu itu belum ada kaum Asy'ariyyah dan kaum Maturidiyyah.
●Daftar Referensi Studi Komparatif Antara
Tuduhan Dan Fakta : Salafi (Ahlus Sunnah, “Wahhabi"?), Aswaja, Ibnu
Taimiyah, Sifat/Keberadaan/ Melihat Allah Diakhirat, Tanduk Setan, Najd,
Muawiyah Bin Abi Sofyan, Takfiri Syi’ah, Nawashib,Saudi, Malaysia Dan
Lain-Lain.
●Silsilah
Ulama Ahlus Sunnah
●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●
Khawarij adalah bentuk jamak (plural) dari kharij (bentuk isim fail)
artinya yang keluar.
Oleh karena orang-orang seperti Dzul Khuwaishirah, penduduk Najed dari bani
Tamim salah memahami Al Qur’an dan As Sunnah sehingga mereka bersikap takfiri
yakni mengkafirkan umat Islam yang tidak sepaham (sependapat) dengan mereka dan
berujung menghalalkan darah atau membunuhnya.
Dari Hudzaifah Radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
bersabda “Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas kamu adalah seseorang
yang telah membaca al-Qur’an, sehingga ketika telah tampak kebagusannya terhadap
al-Qur’an dan dia menjadi pembela Islam, dia terlepas dari al-Qur’an,
membuangnya di belakang punggungnya, dan menyerang tetangganya dengan pedang
dan menuduhnya musyrik”. Aku (Hudzaifah) bertanya, “Wahai nabi Allah, siapakah
yang lebih pantas disebut musyrik, penuduh atau yang dituduh?”. Beliau
menjawab, “Penuduhnya”.
Rasulullah bersabda: “Siapa pun orang yang berkata kepada saudaranya,
‘Wahai kafir’ maka sungguh salah seorang dari keduanya telah kembali dengan
kekufuran tersebut, apabila sebagaimana yang dia ucapkan. Namun apabila tidak
maka ucapan tersebut akan kembali kepada orang yang mengucapkannya.” (HR
Muslim).
Dzul Khuwaishirah tokoh penduduk Najed dari bani Tamim walaupun termasuk
salaf atau sahabat karena bertemu dengan Rasulullah namun tidak mendengarkan
dan mengikuti Rasulullah melainkan mengikuti pemahaman atau akal pikirannya
sendiri sehingga menjadikannya sombong dan durhaka kepada Rasulullah yakni
merasa lebih pandai dari Rasulullah sehingga berani menyalahkan dan menghardik
Rasulullah.
●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●
Terkait Fitnah Pengkafiran, silahkan baca
artikel dibawah ini :
Dakwah Wahabiyah, Mudah
Mengkafirkan? Menganggap Paling Benar Sendiri? Betulkah?
Dahsyatnya Dosa Takfir, Memahami Konsep Takfir, Antara
Takfir dan Thaghut
Kitab-Kitab Kontemporer yang Membahas
tentang Iman dan Kufur (Membantah Tuduhan Salafiy = Murji’).
Kaum Munafik Dan Perang
Pemikiran
Kritik atas Artikel "Sejarah
Keganasan Wahabi"
Membongkar Koleksi Dusta Idahram (9) : Wahhabi Suka
Mengkafirkan Kaum Muslimin ???!!!
Mazhab Salafy adalah Mazhab yang Paling Benar dan Baik
dalam Islam
Prinsip Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Terhadap Masalah Kufur
Dan Takfir (Pengkafiran)
Pikirkan Sebelum Mengkafirkan!!!
Terkait Takfiri dan Wahhabi, silahkan
baca beberapa artikel paling dibawah.
●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●
Abu Sa’id Al Khudriy radliallahu ‘anhu berkata; Ketika kami sedang bersama
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang sedang membagi-bagikan
pembagian(harta), datang Dzul Khuwaishirah, seorang laki-laki dari Bani Tamim,
lalu berkata; Wahai Rasulullah, tolong engkau berlaku adil. Maka beliau
berkata: Celaka kamu!. Siapa yang bisa berbuat adil kalau aku saja tidak bisa
berbuat adil. Sungguh kamu telah mengalami keburukan dan kerugian jika aku
tidak berbuat adil. (HR Bukhari 3341)
Begitupula orang-orang pada masa khalaf (kemudian) yang menisbatkan sebagai
SALAFI pada kenyataannya mereka berguru atau mengambil pendapat dari
orang-orang yang “kembali kepada Al Qur’an dan Hadits” bersandarkan mutholaah
(menelaah kitab) secara otodidak (shahafi) menurut akal pikiran mereka sendiri
dengan selalu berpegang pada nash secara dzahir atau pemahaman mereka selalu
dengan makna dzahir.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,“Barangsiapa menguraikan Al
Qur’an dengan akal pikirannya sendiri dan merasa benar, maka sesungguhnya dia
telah berbuat kesalahan”. (HR. Ahmad).
Dalam sabda Rasulullah di atas telah ditegaskan bahwa mereka yang mendalami
ilmu agama secara otodidak (shahafi) hanyalah mereka yang “merasa benar”
sebagaimana yang telah disampaikan pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2016/05/20/firqah-merasa-benar/
Salah satu pernyataan atau pengakuan yang menyesatkan dari mereka adalah
bahwa mereka mengikuti pemahaman para Sahabat (Salafush Sholeh) atau mengikuti
aqidah para Sahabat (Salafush Sholeh) sehingga dapat menjerumuskan orang awam
untuk mengikuti mereka.
Hal yang perlu kita ingat bahwa orang-orang yang membeli atau memiliki
kitab-kitab hadits kemudian mereka membacanya maka tidak dapat dikatakan bahwa
mereka telah mengikuti pemahaman para Sahabat (Salafush Sholeh) hanya
dikarenakan dalam hadits tercantum nama para Sahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in
karena ketika orang membaca hadits maka itu adalah pemahaman orang itu sendiri
terhadap hadits yang dibacanya menurut akal pikirannya sendiri.
Tujuan menyebarluaskan atau mensosialisasikan hasil muktamar internasional
ahlussunnah wal jama’ah di Chechnya salah satunya adalah untuk mencegah orang
awam, saudara-saudara ataupun anak – cucu keturunan kita terjerumus bertuhan
tidak kepada Allah Ta’ala.
Contohnya mereka membaca dan menyampaikan dalil menurut akal pikirannya
sendiri sehingga mereka bertuhan kepada sesuatu yang bertangan dua dan
kedua-duanya kanan sebagaimana tulisan salah satu ulama panutan mereka yang
dipublikasikan pada http://moslemsunnah.wordpress.com/2010/03/29/benarkah-kedua-tangan-allah-azza-wa-jalla-adalah-kanan
Jelas sekali bahwa apa yang mereka sampaikan bukan aqidah atau pemahaman
para Sahabat (Salafush Sholeh) melainkan aqidah atau pemahaman mereka sendiri
menurut akal pikiran mereka sendiri terhadap dalil yang mereka baca.
Dengan mereka mengatakan bahwa pemahaman atau aqidah yang mereka sampaikan
adalah pemahaman atau aqidah para Sahabat (Salafush Sholeh) maka termasuk
fitnah terhadap Salafush Sholeh.
Di sisi yang lain ada yang mengatakan bahwa kedua tangan Allah adalah kanan
dan kiri.
Berikut kutipan beberapa kesimpulan mereka akibat selalu berpegang pada
nash secara dzahir atau pemahaman mereka selalu dengan makna dzahir .
***** awal kutipan *****
– Allah Ta’ala terikat arah kiri dan kanan!
– Allah Ta’ala mempunyai lima jari!
– Allah Ta’ala mempunyai mata dan telinga!
– Allah Ta’ala memiliki kaki!
– Allah Ta’ala memiliki betis!
– Allah Ta’ala memiliki pantat!
– Allah Ta’ala mempunyai pinggang!
– Allah Ta’ala mempunyai wajah!
– Seseorang yang berada di dataran tinggi, maka dia akan lebih dekat dengan
Allah Ta’ala ketimbang mereka yang berada di dataran rendah!
***** akhir kutipan ******
Dalil dari kesimpulan mereka di atas dapat dibaca dalam tulisan mereka yang
kami arsip (salin) pada https://mutiarazuhud.files.wordpress.com/2014/02/bentuk-tuhan-mereka.pdf.
Jadi pada kenyataannya mereka beribadah bukan kepada Allah Azza wa Jalla
melainkan beribadah kepada sesuatu yang diyakininya (dii’tiqodkan) bersandarkan
selalu berpegang pada nash secara dzahir atau berdasarkan pemamaham mereka
selalu dengan makna dzahir.
Oleh karenanya kita umat Islam prihatin dengan “serangan” terhadap dunia
Islam pada umumnya dan khususnya keadaan negara kita yang boleh dikatakan bahwa
“Indonesia darurat Wahabi”
Bukti lainnya sebuah video ceramah ustadz panutan bagi mereka lainnya yang
dipublikasikan pada http://www.youtube.com/watch?v=XWR57GnZu3w
Pada menit 14:07 Beliau berpendapat bahwa, “Allah itu Maha Besar. Jadi
kenapa Allah itu tidak kelihatan karena Allah terlalu besar untuk dilihat”
Pada menit 14:49 Beliau berpendapat bahwa, “Ayat kursi berarti informasi
tentang pijakan kakinya Allah di singgasana”.
Paham Wahabisme adalah pemahaman atau ajaran ulama Najed dari bani Tamim
yakni Muhammad bin Abdul Wahhab penerus kebid’ahan Ibnu Taimiyyah yang dibiayai
dan disebarluaskan oleh kerajaan dinasti Saudi sebagaimana contoh informasi
resmi dari https://saudiembassy.net/islam
●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●
Terkait Tanduk setan,Najd, Muhammad bin
Abdul Wahhab, Siapakah Yang Menjadi Agen Inggris Hempher dan lain-lain,
silahkan baca artikel dibawah ini :
Benarkah
Khawarij Muncul Dari Najd Arab Saudi?? Di Manakah Najd? Fitnah Masyriq –
Kemunculan Tanduk Setan.[Bagian
Pertama]
Benarkah
Khawarij Muncul Dari Najd Arab Saudi?? Di Manakah Najd? Fitnah Masyriq –
Kemunculan Tanduk Setan.[Bagian
Kedua]
Benarkah
Khawarij Muncul Dari Najd Arab Saudi?? Di Manakah Najd? Fitnah Masyriq –
Kemunculan Tanduk Setan.[Bagian
Ketiga]
Benarkah
Khawarij Muncul Dari Najd Arab Saudi?? Di Manakah Najd? Fitnah Masyriq –
Kemunculan Tanduk Setan.[Bagian
Keempat]
Benarkah
Khawarij Muncul Dari Najd Arab Saudi?? Di Manakah Najd? Fitnah Masyriq –
Kemunculan Tanduk Setan.[Bagian
Kelima]
(Bantahan) Mengungkap
Tipu Muslihat Abu Salafy CS (bag 1) : Ternyata Tuhan Tidak Di Langit !
(Bantahan) Sekali lagi
: Tipu muslihat Abu Salafy CS (bag 2)
Biografi Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab
Dakwah Tauhid Pondasi
Kemuliaan Politik Negara Islam, Kontribusi Wahabi Terhadap Kekuatan Arab Saudi
Dakwah Salafiyyah Dan
Daulah Su’udiyyah
Fakta
Mengejutkan ! Pengkhiatan Syiah di balik runtuhnya kekhilafahan Islam (
Utsmaniyah )
KERANCUAN
SEJARAH WAHHABI : Sebuah kritik atas pertentangan memoar Hempher dalam Buku
Catatan Harian Seorang Mata-Mata: Kisah Penyusupan Mata-Mata Inggris untuk
Menghancurkan Islam
Mengenal
Hempher Dan Fitnahnya Terhadap Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahab
‘Muhammad Bin Abdul
Wahab Mencoba Mengembalikan Karakter Muslim’
Membongkar
Kebohongan & Penyesatan Buku ”Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi”
Membongkar Koleksi
Dusta Idahram (8) : Siapa Sebenarnya Yang Takfiri, Wahhabi atau Idahram ???!!!
Mengapa
Mereka Menyerang Dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
Meluruskan Pemahaman Keliru
Tentang Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab(Penulis: Asy Syaikh Shalih bin
Abdul Aziz As Sindi)
Muhammad bin Abdul
Wahhab: Fitnah Nejed?
Mata Satu Adalah Simbol
Dajjal? Betulkah? Otak Atik Gathuk !
Nabi SAW Menyebut
Munculnya “Tanduk Setan Dari Timur”, Apa Maksudnya?
Negeri NEJED, Sumber
FITNAH, Dimanakah Letak Negeri Dua Tanduk
Perjanjian
Faisal Bin Husein (Putra Syarif Mekkah Husein Bin Ali, Penganut Sufisme,
Keluarga Hasyimiyah) -Weizmann, Pintu Masuk Yahudi Eropa Miliki Tanah Di
Palestina. 'Arab Revolt', Pemberontakan Keluarga Sufi Melawan Turki Utsmani
Siapakah
Yang Menjadi Agen Inggris? Siapakah Yang Meruntuhkan Daulah Utsmaniyah?
Studi Kritis Atas Buku
“Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi” [2]
http://lamurkha.blogspot.co.id/2014/08/studi-kritis-atas-buku-sejarah-berdarah.html
Syubhat Syaikh Sulaiman Bin Abdul Wahhab Menjawab Syubhat Seputar Al Mujaddid Asy Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab *
Syubhat Syaikh Sulaiman Bin Abdul Wahhab Menjawab Syubhat Seputar Al Mujaddid Asy Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab *
Silahkan
buka bebarapa video terkait “wahhabi” di halaman muka video ( you tube )
dibawah ini :
Sejarah
Dan Penyebab Runtuhnya Khilafah Turki Utsmani, banyak yang tidak mengetahui
sejarah sebenarnya
Tentang
Ahmad Zaini Dahlan Dan Sikap Ulama Ahlu Sunnah Terhadapnya
http://lamurkha.blogspot.co.id/2016/07/tentang-ahmad-zaini-dahlan-dan-sikap.html
Tuduhan Palsu Seputar Wahabi. Wahhabi.. Wahhabi.. Faktanya ?
Tuduhan Palsu Seputar Wahabi. Wahhabi.. Wahhabi.. Faktanya ?
Ustadz Firanda:ISIS
Memang Berbahaya, Tapi Syiah Jauh Lebih Berbahaya
Wahabi ( Muhammad Bin
Abdul Wahab ) Memberi Nama Anaknya Dengan Nama-Nama Keluarga Nabi, Yaitu Ali,
Fathimah, Hasan Dan Husein.
●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●
“In the 18th century, a religious scholar of the central Najd, Muhammad bin
Abdul Wahhab, joined forces with Muhammad bin Saud, the ruler of the town of
Diriyah, to bring the Najd and the rest of Arabia back to the original and
undefiled form of Islam”.
Berikut kutipan catatan kaki (footnote) ketika menafsirkan QS Al Baqarah
[2]:255 dalam mushaf Al Madinah An Nabawiyah yang diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia dan dicetak di Komplek Percetakkan Al Qur’an Al Karim kepunyaan Raja
Fahd yang biasa menjadi oleh-oleh bagi Jama’ah haji atau umroh Indonesia.
***** awal kutipan ****
161) “Kursi dalam ayat ini oleh sebagian mufassirin mengartikan Ilmu Allah,
ada juga yang mengartikan kekuasaan-Nya. Pendapat yang shahih terhadap makna
“Kursi” ialah tempat letak telapak Kaki-Nya.”
***** akhir kutipan ****
Kutipan di atas dapat pula dilihat secara online pada http://www.quranonline.net/ebooks-quran/ebook-quran-indonesian-translation.html
Salah satu contoh dalil yang mereka pergunakan untuk meyakini Tuhan mereka
memiliki dua buah kaki seperti
Ibnu Abbas radhiallahu anhu berkata, “Al-Kursy adalah tempat kedua kaki,
sedangkan Arsy tidak ada seorang pun yang dapat memperkirakan ukurannya.”
Berikut kutipan penjelasan Ibn al Jawzi, ulama Hanbali,
***** awal kutipan ****
Riwayat ini ditetapkan oleh Ahl al-Itsbat, mereka mengatakan bahwa ini
hadits mawqûf dari sahabat Ibnu Abbas, di antara mereka ada satu orang bernama
Syuja bin Mukhallad mengatakan bahwa riwayat ini marfû’ berasal dari
Rasulullah. Pernyataan Syuja bin Mukhallad yang mengatakan bahwa hadits ini
marfû’ menyalahi riwayat para perawi terkemuka lainnya yang telah menetapkan
bahwa hadits ini hanya mawqûf saja, dengan demikian pernyataan Ibnu Mukhallad
ini adalah salah
Adapun pemahaman hadits tersebut adalah bahwa besarnya al-Kursiy dibanding
dengan arsy adalah bentuk yang sangat kecil sekali. Perumpamaan besarnya kursi
hanyalah seukuran dua telapak kaki seorang yang duduk di atas ranjang
Ad-Dlahhak berkata: “Kursi adalah tempat yang dijadikan pijakan dua kaki
oleh para raja yang berada di bawah tempat duduk (singgasana) mereka”.
***** akhir kutipan *****
Jadi hadits tersebut jika tetap hendak diterima adalah sekedar untuk
memperbandingkan besarnya kursi Allah dengan Arsy Nya. Tidak lebih dari itu.
Contoh lain mereka yang mengatakan bahwa Tuhan mempunyai Telapak Kaki
(Qadamur Rahman) akibat memahami selalu dengan makna dzahir terhadap riwayat
seperti berikut,
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “Setiap kali Jahannam
dilempari (dengan penghuninya) ia (Jahannam) senantiasa mengatakan, “Masih
adakah tambahan?” Sehingga Rabbul ‘Izzah (Allah) meletakkan telapak kaki-Nya
didalamnya -dalam riwayat lain, meletakkan telapak kaki-Nya di atasnya-. Maka
sebagiannya mengisutkan kepada sebagian lainnya, lalu ia (Jahannam) berkata,
“Cukup… cukup…!” (Riwayat Bukhari, no: 4848 dan Muslim, no: 2848)
Ibnul Jawzi berkata: “Wajib bagi kita berkeyakinan bahwa Dzat Allah bukan
benda yang dapat terbagi-bagi, tidak diliputi oleh tempat, tidak disifati
dengan berubah, dan tidak disifati dengan berpindah-pindah. Telah diriwayatkan
dari Abu Ubaid al-Harawi dan Imam al-Hasan al-Bashri, bahwa ia (al-Hasan
al-Bahsri) berkata: Yang dimaksud “ قدم ”
(makna dzahirnya kaki) dalam hadits di atas adalah orang-orang yang didatangkan
(dimasukkan) oleh Allah dari para makhluk-Nya yang jahat di dalam neraka
Jahanam”.
Aqidah pengikut paham Wahabisme
mengikuti pola pemahaman Ibnu Taimiyyah sebelum bertaubat sehingga tanpa
disadari mereka meneladani Ibnu Taimiyyah dan sekaligus meneruskan kebid’ahan
Ibnu Taimiyyah yakni mereka selalu berpegang pada nash secara dzahir atau
pemahaman mereka selalu dengan makna dzahir sebagaimana yang telah disampaikan
pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2016/08/19/salah-ulama-panutan/
Sebelum wafat, Ibnu Taimiyyah masih
sempat bertaubat di depan Qodhi empat mazhab yakni para fuqaha, para ulama yang
paling faqih di suatu negara dalam menggali hukum dari Al Qur’an dan As Sunnah
berdasarkan mazhab yang empat.
Semoga Allah Ta”ala menerima taubat
beliau.
Begitupula dengan Adz Dzahabi masih
sempat bertaubat dan menuliskan beberapa risalah sebagai nasehat kepada gurunya
sendiri yakni Ibn Taimiyah yang ketika itu belum bertaubat. Hal ini sekaligus
sebagai “pengakuan” dari seorang murid terhadap kesesatan gurunya sendiri.
Risalah pertama berjudul Bayân Zghl al-‘Ilm Wa ath-Thalab, dan risalah kedua
berjudul an-Nashîhah adz-Dzhabiyyah Li Ibn Taimiyah.
Dalam nasehatnya Adz Dzahabi
mengambarkan sikap Ibnu Taimiyyah sebelum bertaubat yang suka menyalahkan dan
mencela ulama-ulama sholeh terdahulu yang tidak sepaham (sependapat) dengannya
sebagaimana informasi yang kami arsip (salin) pada https://mutiarazuhud.files.wordpress.com/2016/05/nasehat-adz-dzahabi-atas-kesombongan-ibnu-taimiyyah.pdf
Adz Dzahabi (w 748 H) maupun Ibnu
Qoyyim al Jauziyah (w 751 H) adalah murid dari Ibnu Taimiyyah (W 728H) atau
pengikut Ibnu Taimiyyah yang bertemu muka langsung.
Sedangkan pengikut Ibnu Taimiyyah
yang tidak bertemu muka langsung alias berdasarkan mutholaah (menelaah kitab)
dengan akal pikiran mereka sendiri, contohnya adalah Muhammad bin Abdul Wahhab
(W 1206 H) dan Al Albani (w 1420H)
●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●
Terkait Ibnu Taimiyah Rahimakumullah,
silahkan baça artikel dibawah ini :
Fitnah Ibnu Bathutah
HARUSKAH MEMBENCI IBNU
TAIMIYYAH?? (Padahal Ibnu Hajar Al-Asqolaani dan para ulama syafi’iyah terkmuka
lainnya telah memuji Ibnu Taimiyyah dengan pujian setinggi langit)
Haruskah Membenci Ibnu
Taimiyyah?? (Padahal Ibnu Hajar Al-Asqolaani dan para ulama syafi'iyah terkmuka
lainnya telah memuji Ibnu Taimiyyah dengan pujian setinggi langit [ Edited
Version ]
Ibnu Taimiyah
Dikafirkan, Ibnu Hajar meradang
Ibnu
Taimiyah : Fitnah Tasjim
Ibnu Bathuthah
Bercerita tentang Syi’ah (Bagian 1,2,3)
Kedustaan
Ibnu Bathuthoh Terhadap Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
Kenapa Syiah Membenci Ibnu Taimiyah ?
http://lamurkha.blogspot.co.id/2015/07/kenapa-syiah-membenci-ibnu-taimiyah.htmlMenjawab 17 Fitnah Terhadap Syaikh al-Islam Ibn Taimiyyah
Menangkis
Fitnah K.H Sirajuddin Abbas al-Jahmiyyah Ke Atas Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah
Rahimahullah
Menjawab
Fitnah Keempat: Allah Memiliki Arah [ Menjawab 17 Fitnah Terhadap Syaikh
al-Islam Ibn Taimiyyah ]
Menjawab
Fitnah Kelima: Allah Berjisim1 [ Menjawab 17 Fitnah Terhadap Syaikh al-Islam
Ibn Taimiyyah ]
Menjawab
Fitnah Kesepuluh: Nabi Duduk Di Atas Arasy
[Menjawab
17 Fitnah Terhadap Syaikh al-Islam Ibn Taimiyyah ]
Membongkar Kebohongan
Terhadap Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah [Studi Kritis Buku ‘…Itiqad Ahlu Sunnah
Wal-Jamaah” Oleh KH Sirajuddin Abbas]
Penyelewengan
Buku ‘Salafiyah Wahabiyah’, ‘Fitnah Terhadap Syaikh Al Islam Ibnu Taimiyah’
Pembelaan Al-Hafizh
Ibnu Hajar terhadap Ibnu Taimiyyah dari Tuduhan Keji Abu Salafy
Pujian Para Ulama
Terhadap Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
Penyelewengan Buku
‘Salafiyah Wahabiyah’, ‘Fitnah Terhadap Syaikh Al Islam Ibnu Taimiyah’
Taubatkah
Ibnu Taimiyah kedalam Aqidah Asy’ariyah?
Tuduhan dan Kedustaan
Terhadap Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
Tanya Jawab Bersama Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah: Dimana Allah ?
71
Responses to “Fitnah Tajsim” ( Ibnu Taimiyah) 19-July-2015 at 16:00
62 Tanya Jawab Tentang Syiah Dari Kitab Al-Mihaj Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah
http://abuyusakh.blogspot.co.id/2012/10/syaikhul-islam-ibnu-taimiyah.html
Membongkar Kebohongan Terhadap Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah (1 dan 2)
(Bukan Tuduhan Baru, Mereka Hanya
Mengekor Saja)
almanhaj.or.id
almanhaj.or.id
Komen-komen silahkan lihat disini :
Imam Ibnu Taimiyah: Ulama Ahlussunnah Dan
Murabbi Agung
Berikut contoh-contoh ulama panutan
bagi para pengikut paham Wahabisme penerus kebid’ahan Ibnu Taimiyyah yang
menyalahkan, menganggap sesat dan bahkan ada yang mengkafirkan para ulama ahlus
sunnah wal jama’ah terdahulu yang tidak sepaham (sependapat) dengan mereka
Salah satunya pentahdziran mereka
terhadap ulama terdahulu https://mutiarazuhud.files.wordpress.com/2011/09/ulama_dan_tahdzir.pdf
“Wahai Syaikh, engkau membawakan
biografi 3 ulama terdahulu yaitu Al-Baihaqy, An-Nawawy dan Ibnu Hajar. Mereka
terjatuh pada penakwilan terhadap sebagian sifat-sifat Allah. Mereka memiliki
karya-karya tulis yang besar dan berfaedah. Oleh karena itulah Ahlus Sunnah
memandang bahwa manusia sangat membutuhkan untuk mengambil faedah dari
kitab-kitab mereka selain kebid’ahan yang mereka terjatuh padanya.“
Mereka berpendapat bahwa pentakwilan
terhadap sebagian sifat-sifat Allah yang disampaikan oleh Imam Baihaqi, Imam
Nawawi dan Ibnu Hajar telah terjatuh dalam kebid’ahan.
Pendapat serupa mereka utarakan pada
http://www.rumaysho.com/belajar-islam/jalan-kebenaran/3375-ibnu-hajar-dan-imam-nawawi-dikatakan-mubtadi.html
“Ibnu Hajar dan An Nawawi
rahimahumallah memang dalam beberapa masalah aqidah terdapat ketergelinciran
terutama dalam pembahasan Asma’ wa Shifat, di mana mereka berdua di antara
orang yang mentakwil makna nama dan sifat Allah tanpa dalil. Namun demikianlah
kesalahan ini tertutupi dengan kemanfaatan ilmu dan keutamaan mereka. Moga
Allah merahmati mereka.“
Begitupula fatwa Al-Lajnah
Ad-Da`imah lil Buhuts Al-’Ilmiyyah wal Ifta` (Komite Tetap untuk Riset Ilmiah
dan Fatwa) kerajaan dinasti Saudi ditanya tentang aqidah Imam Nawawi dan
menjawab: “Lahu aghlaath fish shifat” (Beliau memiliki beberapa kesalahan dalam
bab sifat-sifat Allah). Sumber: http://muslim.or.id/biografi/biografi-ringkas-imam-nawawi.htm
Ulama
panutan mereka dari Lajnah Daimah, Abdul Aziz bin Baaz, Abdur Razzaq al ‘Afifi,
Abdullah bin Qu’ud menegaskan bahwa Abu Bakar al Baqillani (W 403H), al Baihaqi
(W 458 H) , Abu al Farj Ibnul Jawzi (W 597 H), Abu Zakariya an Nawawi (W 676
H), Ibnu Hajar al Asqalani (W 852 H) , Ibnu Hajar Haitami (W 974 H) dan yang
serupa dengan mereka bersalah karena mentakwil nash yang menjelaskan tentang
sifat-sifat Allah sebagaimana informasi dari http://islamqa.info/id/107645
Berikut
kutipan-kutipan lain dari link tersebut
****
awal kutipan *****
Akan
tetapi di sana ada beberapa ulama yang terkenal baik dan tidak termasuk dalam
kelompok ahlul bid’ah, namun dalam pendapat mereka ada beberapa yang mengandung
bid’ah, seperti Ibnu Hajar al Asqalani dan An Nawawi –rahimahumallah. Sebagian
orang-orang yang tidak mengerti menuduh mereka berdua sembarangan, bahkan
dikatakan kepada saya. “Sungguh sebagian orang berkata: Diwajibkan untuk
membakar kitab “Fathul Baari” ; karena Ibnu Hajar adalah termasuk ‘Asy’ariyyah,
hal ini tidak benar; karena kedua ulama tersebut saya tidak pernah mengetahui
pada masa sekarang ada seseorang yang mampu mempersembahkan sebuah karya
terbaiknya kepada Islam dalam masalah hadits seperti karya mereka berdua. Hal
itu menunjukkan kepada anda bahwa Allah–subhanahu wa ta’ala- dengan daya dan
kekuatan-Nya -saya tidak mendahului kehendak Allah bahwa Dia telah menerimanya
******
akhir kutipan *****
******
awal kutipan *****
4.
Syekh Muhammad Nashiruddin al Al Baani –rahimahullah-:
Seperti
Imam Nawawi, Ibnu Hajar dan lainnya yang serupa dengan beliau berdua, adalah
sebuah kedzaliman jika mereka di sebut sebagai ahli bid’ah. Saya mengetahui
bahwa kedua ulama tersebut dari ‘Asy’ariyyah. Namun keduanya tidak bermaksud
untuk menyelisihi al Qur’an dan Sunnah, akan tetapi mereka ragu-ragu dan
mengira bahwa aqidah ‘Asy’ariyyah itulah yang diwariskan.
******
akhir kutipan ******
●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●
Terkait Syaikh Al-Albani, silahkan baca :
Ahmad Sarwat, Al-Buuthiy, dan Al-Albaaniy
Benarkah Syaikh
Nashirudin Al-Albaniy Itu Muhadits Tanpa Guru Dan Sanad ? Apalah Artinya
Sanadnya Bersambung Pada Nabi, Tapi Amalannya Menyelisihi Ajaran Nabi.. Pujian
Ulama Dunia Terhadap Syaikh Al-Albaniy Dan Tuduhan Dusta Kepadanya
Dialog
antara al bani dan al buthi dibawah ini dusta belaka !
Mengenal Lebih Dekat
Syaikh Al-Ghumari
Mereka Yang Bukan Wahabi Bicara Wahabi
Pujian
Ulama Dunia terhadap Syaikh Al-Albaniy
Penistaan Terhadap
Syaikh Al-Albani Rahimahullah Oleh KH. Luthfi Bashori, Dengan Bersandar Pada
Kitab Hasan Ali Assegaf. (Pembelaan terhadap al-imam al-muhaddits
al-albany dari kedustaan hasan ali as-saqqof dan pendukungnya)
Syaikh Muhammad
Nashiruddin Al-Albany dan 9 Tuduhan Dusta Yang Dialamatkan Padanya (Bag. I)
Syaikh Muhammad
Nashiruddin Al-Albany dan 9 Tuduhan Dusta Yang Dialamatkan Padanya (Bag. II)
Mau Tahu Sanad Ulama Salafy (Wahabi) ?
Perlukah Sanad Di Zaman Ini?
Ilmu Sanad, Tradisi Istimewa Sejarah Islam
http://lamurkha.blogspot.co.id/2017/03/ilmu-sanad-tradisi-istimewa-sejarah.html
Biografi Syaikh Al-Albani Rahimahullah
●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●
Dari
link tersebut , ditengarai ada upaya sistematik untuk menyesatkan umat Islam
dengan hasutan atau ghazwul fikri (perang pemahaman) supaya meninggalkan aqidah
Asy’ariyah dan Maturidiyah dan mengarahkan untuk mengikuti aqidah Wahabisme
penerus kebid’ahan Ibnu Taimiyyah sebagaimana yang telah disampaikan pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2016/04/22/dijauhkan-dari-asyariyah/
Para
ulama terdahulu menyampaikan bahwa yang dimaksud dengan Ahlussunnah wal Jama’ah
adalah para pengikut Abu Hasan al-Asy’ari (Asy’ariyah) dan Abu Manshur
al-Maturidi (Maturidiyah) radhiyallaahu ‘anhumaa
“Dan
yang dimaksud dengan ulama adalah Ahlussunnah wal-Jama’ah, dan mereka adalah
para pengikut Abu Hasan al-Asy’ari dan Abu Manshur al-Maturidi radhiyallaahu
‘anhumaa (semoga Allah ridha kepada keduanya)” (Hasyiyah At-Thahthawi ‘ala
Maraqi al-Falah, Ahmad At-Thahthawi al-Hanafi, Maktabah al-Babi al-Halabi,
Mesir, 1318, juz 1, hal. 4).
Salah
satu hal yang membuat orang-orang terjerumus mengikuti aqidah Wahabisme penerus
kebid’ahan Ibnu Taimiyyah adalah syubhat, propaganda atau fitnah yang
mengatakan bahwa Imam Abu al-Hassan al-Asy`ari telah bertaubat dua kali alias
melalui tiga fase pemikiran
●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●
Terkait Salafi
(Ahlus Sunnah “wahabi”), Silahkan baca artikel dibawah
●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●
Apakah
benar tuduhan mereka bahwa Imam Abu Hasan al-Asy’ari melalui tiga fase
pemikiran dan fase terakhir adalah Imam Abu al-Hassan al-Asy`ari meninggalkan
metodologi Ibn Kullab dan berpindah ke metodologi Salaf serupa yang dipahami
oleh ulama Najed dari bani Tamim, Muhammad bin Abdul Wahhab penerus kebid’ahan
Ibnu Taimiyyah ?
Contoh
jawabannya dapat ditemukan pada http://jundumuhammad.wordpress.com/2011/03/05/benarkah-imam-abu-hasan-al-asyari-melalui-3-fase-pemikiran/
Sejarawan
terkemuka, Ibn Khaldun berkata: “Hingga akhirnya tampil Syaikh Abu al-Hassan
al-Asy`ari dan berdebat dengan sebagian tokoh Muktazilah tentang
masalah-masalah shalah dan aslah, lalu dia membantah metodologi mereka
(Muktazilah) dan mengikut pendapat Abdullah bin Said bin Kullab, Abu al-Abbas
al-Qalanisi dan al-Harits al-Muhasibi dari kalangan pengikut Salaf dan Ahl
al-Sunnah”. (Ibn Khaldum(2001), al-Muqaddimah, Dar al-Fikr, Beirut, ed. Khalil
Syahadah, hal. 853)
Fakta
yang dikemukakan oleh Ibn Khaldun tersebut menyimpulkan bahwa setelah al-Imam
Abu al-Hassan al-Asy`ari keluar daripada faham Muktazilah, beliau mengikuti
mazhab Abdullah bin Sa`id bin Kullab, al-Qalanisi dan al-Muhasibi yang
merupakan pengikut ulama’ Salaf alias Ahlussunnah wal Jama`ah.
Salah
satu contoh pemalsuan kitab Al Ibanah adalah menghilangkan kalimat
بلا كيف ولا استقرار
(
lihat gambar pada https://mutiarazuhud.files.wordpress.com/2016/02/contoh-perbedaan-al-ibanah.jpg
)
Contoh-contoh
perbedaan kitab Al Ibanah lainnya dapat diketahui pada http://jundumuhammad.wordpress.com/2011/03/04/pemalsuan-kitab-al-ibanah-imam-abu-hasan-al-asyariy/
Jika
konsep “bila kaif” telah tertanam dalam keyakinan kita, maka segala karakter
turunnya makhluk yaitu pergerakan dari atas ke bawah dan berpindah dari suatu
tempat (keadaan) ke tempat (keadaan) yang lain pasti ternafi dari Allah
Subhânahû wa Ta‘âlâ.
Para
pengikut paham Wahabisme penerus kebid’ahan Ibnu Taimiyyah mengatakan bahwa
Salafush Sholeh bermanhaj isbat yakni mengisbatkan (menetapkan) semua sifat-sifat
Allah dengan mengetahui maknanya dan Salafush Sholeh hanya menafikan
pengetahuan tentang keadaan sifat tersebut (nafi ilmul kaif)
Pada
kenyataannya, Salafush Sholeh bukanlah nafi ilmul kaif melainkan nafi aslul
kaif yakni menafikan akan adanya keadaan kaif itu sendiri yang di nisbat kan
pada Dzat Allah Subhanahu wa Ta’ala
Menafikan
aslul kaif berarti mencegah orang dari menggambarkan lafaz-lafaz ayat sifat
tersebut dengan maknanya dari sudut bahasa atau makna dzahir karena ketika
seseorang mendengar lafaz-lafaz ayat sifat akan terus menggambarkan sifat-sifat
tersebut dengan makna dzahir maka dia akan terjerumus kepada paham tajsim atau
menjisimkan Allah Subhanahu wa Ta’ala
Terhadap
lafaz-lafaz ayat sifat kita sebaiknya tidak mengi’tiqodkan selalu berdasarkan
maknanya secara dzahir karena akan terjerumus kepada jurang tasybih
(penyerupaan), sebab lafaz-lafaz ayat sifat sangat beraroma tajsim dan secara
badihi (otomatis) pasti akan menjurus ke sana.
Terhadap
lafaz-lafaz ayat sifat , Imam Syafi’i ~rahimahullah mengatakan “Jawaban yang
kita pilih tentang hal ini dan ayat-ayat yang semacam dengannya bagi orang yang
tidak memiliki kompetensi di dalamnya adalah agar mengimaninya dan tidak
–secara mendetail– membahasnya dan membicarakannya. Sebab bagi orang yang tidak
kompeten dalam ilmu ini ia tidak akan aman untuk jatuh dalam kesesatan tasybîh”
Salafush
Sholeh bukanlah menetapkan berdasarkan makna dzahir (isbat makna dzahir)
sebagaimana pengikut paham Wahabisme penerus kebid’ahan Ibnu Taimiyyah
melainkan menetapkan berdasarkan lafaznya (isbat lafaz) dan tafwidh yakni
menafikan makna secara bahasa dan menyerahkan maknanya kepada Allah.
Salasush
Sholeh mengatakan, “Dan Walid bin Muslim berkata: Aku bertanya kepada Auza’iy,
Malik bin Anas, Sufyan Tsauri, Laits bin Sa’ad tentang hadits-hadits yang di
dalamnya ada sifat-sifat Allah? Maka semuanya berkata kepadaku: “Biarkanlah ia
sebagaimana ia datang tanpa tafsir“
Imam
Sufian bin Uyainah radhiyallahu anhu berkata: “Apa yang disifati oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala tentang diriNya dalam kitabNya, maka bacaan perkataan
tersebut adalah tafsirannya. Tidak boleh seseorang menafsirkannya dengan
(makna) bahasa Arab ataupun menafsirkannya dengan (makna) bahasa Farsi (makna
bahasa selain Arab / bahasa asing) (Al-Asma’ wa As-Sifat: 314).
Begitu
juga dengan apa yang diriwayatkan oleh Imam Az-Zahabi dari perkataan Ibn
Suraij: “Tidak boleh menterjemahkan sifat-sifatNya (yang mutasyabihat tersebut)
ke dalam bahasa selain daripada bahasa Arab”.
Imam
Sufyan bin Uyainah radhiyallahu anhu mengatakan: “Setiap sesuatu yang Allah
menyifati diri-Nya dengan sesuatu itu, maka tafsirannya adalah bacaannya
(tilawahnya) dan diam daripada sesuatu itu”.
Sufyan
bin Uyainah radhiyallahu anhu ingin memalingkan kita dari mencari makna dzahir
dari ayat-ayat sifat dengan cukup melihat bacaannya saja, tafsiruhu tilawatuhu:
tafsirannya adalah bacaannya. Bacaannya adalah melihat, mengikuti
huruf-perhurufnya, bukan maknanya, bukan tafsiruhu ta’rifuhu.
Jadi
ada dua cara dalam menghadapi sifat Allah yang ditetapkanNya yakni
1.
Cara yang dipergunakan oleh Salafush Sholeh yakni
Beriman
pada lafaz-lafaz yadd, ain, janbun dan lain lain namun tidak meng-kaif atau
tidak membagaimanakan yadd, ain, janbun dan lain lain maksudnya tidak
memaknakan yadd, ain, janbun dan lain lain dengan makna dzahir atau makna yang
asal menurut bahasa namun membiarkan sebagaimana lafaznya dan menyerahkan
maknanya kepada Allah yang disebut dengan TAKWIL IJMALI (ringkas dan
menyeluruh)
2.
Cara yang digunakan oleh ulama khalaf (kemudian) untuk menjawab pertanyaan
orang-orang yang suka menggunakan akal pikirannya sendiri yakni
Beriman
pada lafaz-lafaz yadd, ain, janbun dan lain lain dan memahaminya menggunakan
ilmu tata bahasa Arab atau ilmu alat seperti nahwu, sharaf, balaghah (ma’ani,
bayan dan badi’) dan ilmu-ilmu lainnya karena Hadits dan “bacaan Al Qur’an
dalam bahasa Arab” (QS Fush shilat [41]:3) yang disebut dengan TAKWIL TAFSILI
(memalingkan dari makna dzahir)
Dalam
memahami sifat Allah yang ditetapkanNya boleh menggunakan takwil ijmali atau
takwil tafsili karena takwil ijmali dengan takwil tafsili adalah sejalan atau
tidak bertentangan.
Berikut
contoh cara memahaminya,
Si
A berkata bahwa gadis itu cantik bagaikan bulan. Sore itu bulan masuk ke warung
makan.
Takwil
Ijmali “Saya percaya dengan kata-kata Si A bahwa si A mengatakan “Bulan masuk
ke warung makan” tetapi saya serahkan makna sebenarnya perkataan bulan tersebut
kepada si A, karena dialah yang mengetahuinya
Takwil
Tafsili “Saya percaya dengan kata-kata Si A bahwa si A mengatakan “Bulan masuk
ke warung makan” tapi makna kata bulan tersebut bukanlah makna dzahir yakni
bulan yang mengambang di waktu malam, tentulah ada makna lain yang sesuai
dengan kaidah atau tata bahasa.
Jadi
klaim para pengikut Wahabisme penerus kebid’ahan Ibnu Taimiyyah bahwa Salafush
Sholeh menetapkan seluruh sifat-sifat Allah dengan “TANPA TAKWIL” adalah sebuah
fitnah karena pada kenyataannya Salafush Sholeh terhadap ayat-ayat sifat
menggunakan manhaj takwil (memalingkan makna sesuatu lafaz daripada makna
dzahir atau makna yang asal menurut bahasa) yakni takwil secara ijmali (ringkas
dan menyeluruh) yakni menetapkan berdasarkan lafaznya (isbat lafaz) dan tafwidh
yakni menafikan makna secara bahasa walaupun tidak memberikan makna lain kepada
lafaz tersebut dan menyerahkan maknanya kepada Allah sebagaimana yang telah
disampaikan pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2016/02/12/takwil-ijmali-dan-tafsili/
●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●
Terkait Sifat Allah, silahkan baca
beberapa artikel dibawah ini :
'Aqidah
Ahlus-Sunnah : Kaum Mukminin Kelak Akan Melihat Allah di Hari Kiamat/Akhirat
(Ru'yatullah)
Allah Berfirman dengan Suara yang Dapat Didengar
Allah Berfirman dengan Suara dan Huruf
http://lamurkha.blogspot.com/2015/05/allah-berfirman-dengan-suara-dan-huruf.html
http://lamurkha.blogspot.com/2015/05/allah-berfirman-dengan-suara-dan-huruf.html
Apakah
Seorang Muslim Harus Mengikuti Madzhab Tertentu ?
As-Sunnah
dan Akal
Abul-Hasan Al-Asy’ariy Bertaubat ke ‘Aqidah Asy’ariyyah atau
Salafiyyah ?
Al-Imam
Abul-Hasan Al-Asy’ariy, Asyaa’irah (Asy’ariyyah), dan Bahasan Pemalsuan Kitab
Al-Ibaanah ‘an Ushuulid-Diyaanah
Ahlus Sunnah Wal Jamaah, Mengikuti Manhaj (Pemahaman, Cara
Beribadah) Para Sahabat, Tabi’in, Tabiut Tabi’in ( Tiga Generasi Terbaik). Merekalah
Yang Mendengar, Mencatat, Menghafal, Membukukan Semua Wahyu ( Al-Quran Dan
Hadits) Dari Nabi. Juga Merujuk Kepada Empat Imam Mazhab, Imam Bukhari-Muslim.
Pedoman Ini Sudah Sangat Cukup Untuk Mereview, Apakah Ibadah Kita Benar-Benar
Ittiba’ Kepada Rasulullah Shallallahu `Alaihi Wa Sallam.
Aqidah
Dua Mujaddid dalam Islam : Imam Syafi'i dan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
'Aqidah
Ahlus-Sunnah wal-Jama'ah dalam Sifat Allah ta'ala
Ajaran
Madzhab Syafi’i Yang Ditinggalkan Sebagian Pengikutnya : Mengingkari Aqidah
Syi’ah
Apakah
Imam Madzhab Itu Lebih Tahu Seluruh Hadits Daripada Ulama Setelahnya? Akidah
Imam Yang Empat Itu Adalah Satu… Yaitu Akidah Yang Benar..!
Ahlus sunnah wal jamaah yang sesungguhnya
http://aminbenahmed.blogspot.co.id/2016/03/ahlus-sunnah-wal-jamaah-yang.html
http://aminbenahmed.blogspot.co.id/2016/03/ahlus-sunnah-wal-jamaah-yang.html
Antara Zuhud Sunni dan Zuhud Sufi
Aqidah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Ahlussunnah Wal
Jama’ah [Bukti Otentik Dari Surat Beliau Kepada Penduduk Al-Qashim]
"Berbicara Tentang Allah Tanpa Ilmu" Lebih
Besar Dosanya Dari Dosa Syirik...
(Bagian 1) Mengimani Sifat-sifat Allah : Bingung Tentang
( Keberadaan ) Rabbnya ?
(Bagian 2) Mengimani Sifat-sifat Allah
: Isu tentang tajsim dan mujasimah
(Bagian 3) Mengimani Sifat-sifat Allah
: Isu Tentang Tasybih dan Musyabihah
(Bagian 4) Mengimani Sifat-sifat Allah
: 'Aqidah Ulama Besar Ahlus Sunnah, 'Aqidah Jahmiyah dan 'Aqidah
"oknum" Aswaja
(Bagian 5) Mengimani Sifat-sifat Allah : "
Keberadaan Allah" Menurut Ustadz KH Muhammad Idrus Ramli ( Intelektual
Aswaja )
(Bagian 6) Mengimani Sifat-sifat Allah : " Mengimani
bahwa kalamullah itu berhuruf dan bersuara " "
Benarkah Muktamar ( Shufi) Chechnya itu Ahlussunnah Wal
Jama’ah ? Dimana kaum Asy'ariyyah, kaum Maturidiyyah di masa-masa yang penuh
dengan keutamaan (masa shahabat, tabi'in dan tabi'ut tabi'in). Di waktu itu
belum ada kaum Asy'ariyyah dan kaum Maturidiyyah.
Bermadzhab Syafi’i, Berakidah Asy’ari
Bagai Pinang Dibelah Dua Al-Imam Muhammad Bin Idris
Asy-Syafi’i Rahimahullahu Dan Al-Imam Muhammad Bin Abdul Wahab At-Tamimi
An-Najdi Rahimahullahu.
Benang
Tipis: Antara Kemudahan Islam Dan Bermudah-Mudahan Dalam Mengamalkan Syariat
Islam
Benarkah Kelompok
Shufiyyah Termasuk Ahlus Sunnah Wal Jama’ah
Ciri-ciri
Aqidah dan Karakteristik Pengikut Ahlussunnah Wal Jama’ah
Definisi
Ahlus Sunnah Wal Jamaah Yang Lain, Sebagai Pembanding/Kajian ( Bagian I )
Definisi
Ahlus Sunnah Wal Jamaah Yang Lain, Sebagai Pembanding/Kajian ( Bagian 2 )
Definisi
Aswaja Di Nusantara Yang Disepakati 3 Tokoh NU Garis Lurus
Definisi
Aswaja Menurut Rumusan Muktamar NU
Diantara
Adab dalam Menerima Kebenaran dan Membantah Kebatilan
Dimanakah
Allah ? – Ini Jawaban Al-Imaam Maalik bin Anas rahimahullah
Fatwa MPU
Aceh No. 9 Tahun 2014 Terkait Manhaj Salaf Tampak Janggal Dan Terkesan Tidak
Ilmiyyah, Bertentangan Dengan Dalil Alquran Dan Sunnah. Berseberangan Dengan
Fatwa Yang Pernah Dikeluarkan Oleh MUI Jakarta Utara Tentang Salafi. Tidak
Jujur Menyalin/Memahami Manhaj Salaf Dari Tokoh-Tokoh Salafi Aceh, Dilakukan
Tanpa Proses Peradilan Di Mahkamah Syar’iyah Dan Terkesan Ada Vested
Interested.
Generasi
Salaf Ajarkan Sirah Nabawiyah ( Berdasarkan Riwayat-riwayat Shahih ) Seperti
Mengajarkan Surat Al Qur’an
Hanya
Satu Jalan Menuju Allah Azza Wa Jalla
Hakikat
Yang Terlupakan Dari Imam Asy-Syafi'i Dan Kesamaan Aqidah Imam Empat
Hindari
Berdebat dengan Orang Jahil
Hikmah
ittiba kepada rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
Imam
Syafi’i : Sang Pembela Sunnah dan Hadits Nabi dan Biografi Singkat Imam Ahmad
bin Hanbal
[IT]
Ushuulus-Sunnah lil-Imaam Ahmad bin Hanbal (12) – Beriman kepada Taqdir
[IT]
Jagalah Allah !
Imam
An-Nawawi, Sang Penulis Kitab Hadits Arbain
Ibnu
Abbas, Ahlus Sunnah dan Syiah
Jalan
Keluar dari Perselisihan yang Terjadi Diantara Ahlus-Sunnah (Nasehat Asy-Syaikh
Muqbil)
[Jawaban Jahil
Murokkab] Kenapa Imam Mazhab Tidak Pakai Hadits Bukhari dan Muslim?
Kebenaran
Tidak Diukur Dengan Banyaknya Orang Yang Mengikutinya.Berpegang Pada Suara
Mayoritas Adalah Kaidah Kaum Jahiliyah
Kejinya
Syi’ah ( Majusi), Menuduh Asya’irah ('Asyariyah) Kafir, Musyrik, Majusinya Umat
Ini, Lebih Hina Dan Rendah Dalam Memaknai Sifat Dan Asma Allah SWT.
Kesepakatan Umat (Ulama) Kitab Shahih Al-Bukhari Dan Muslim,
Kitab Yang Paling Shahih Setelah Al-Qur’an,Kecuali Golongan
Syi’ah/Taqiyaher/Kamuflaser Yang Tidak Mengakui Keberadaan Keduanya.
KH.
Hasyim Asyari dan Fenomena ‘NU Garis Lurus’ [1]
KH.
Hasyim Asyari dan Fenomena ‘NU Garis Lurus’ [2]
Kumpulan Artikel Seputar Keberadaan Allah Di Atas Langit
Kedudukan
Shahih Bukhari Muslim [ bagian I ]
Larangan Berdebat dalam Masalah Agama
Larangan Menafsirkan Al-Qur’an Dengan Pendapat Sendiri. Kaedah
Penting Dalam Memahami Al Qur’an Dan Hadits.
Melihat
Allah di Akhirat Anugerah Teristimewa (Bagian 2)
Melihat
Allah di Akhirat Anugerah Teristimewa (Bagian 3)
Mereka Membenci Kitab “Al-Ibanah” Karya Abul Hasan
al-Asy’ari?! (Bagian 1 dari 2 Tulisan)
Mereka Membenci Kitab “al-Ibanah” Karya Abul Hasan
al-Asy’ari?! (Bagian 2 dari 2 Tulisan)
Mengapa Harus Manhaj Salaf
Mendahulukan
Akidah Sebelum Ukhuwah
Makna
Ahlus Sunnah Wal Jama’ah
Meninggalkan
Perdebatan dalam Masalah Agama ( Ushuulus-Sunnah lil-Imaam Ahmad bin Hanbal )
Mau Tahu Sanad Ulama Salafy (Wahabi) ?
Mengikuti Manhaj Salaf Dalam Segala Hal
Nasihat untuk Ahlus Sunnah Aceh dan Seluruh Negeri
(Disertai Jawaban Ilmiah Atas Fatwa Sesat dari MPU Aceh)
[OOT] Mengapa Kamu Mengatakan Apa yang Tidak Kamu Lakukan
?
[OOT] Kaidah dan Landasan Para Juru Dakwah
Mengenal Manhaj Salaf
Menjawab Syubhat Kyai Idrus Ramli Dalam Melegalkan Bid’ah
Hasanah
Para Shahabat Saja Bertanya!
Pembagian Tauhid Menurut Ahlus-Sunnah wal-Jama'ah
Pro dan
Kontra: Hadith Jariah ( 1 ) - Istiwa'nya Allah atas Arsy....
Pro dan
Kontra: Hadith Jariah ( 2 ) - Bantahan Bagi Yang Mendha’ifkan Hadits Jaariyyah
( Muawiyyah bin Hakam Tentang Dimana Allah) !
Prof. Dr.
Kamaluddin Nurdin Marjuni : Siapakah Ahlu Sunnah Wal Jama'ah?
Perbedaan Pokok Ajaran Islam Dan Tasawuf
Perbedaan Antara Ahlussunnah Dan Ahlul Bathil
http://lamurkha.blogspot.co.id/2016/10/perbedaan-antara-ahlussunnah-dan-ahlul.html
Qidam Sifat Allah?
Qidam Sifat Allah?
Rujuk
Kepada Petunjuk Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam. Korelasi
Antara Bermadzhab Dengan Ta’ashub.
Standarisasi Kebenaran Dalam Islam
Siapakah Ahl As-Sunnah
Siapakah
Ahlussunnah Wal Jama’ah?
Sejarah Istilah Ahlus
Sunnah Wal Jama’ah: Meluruskan Pemahaman Habib Rizieq Shihab
http://lamurkha.blogspot.co.id/2015/07/sejarah-istilah-ahlus-sunnah-wal-jamaah.html
Silsilah Ulama Ahlus Sunnah
Silsilah Ulama Ahlus Sunnah
Sebagian
Pokok-Pokok 'Aqidah Ahlus-Sunnah wal-Jama'ah - Komparasi Antara Klaim dan
Realitas
Sebagian ‘Aqidah Para Imam Ahli Hadits
Salaf dan Perdebatan
Syiah Menuduh Wahabi Sebagai Kelompok Mujassim ! Lucu !
Sanad Hadits, Pentingkah?
Syara' Menggalakkan Zuhud Bukan Tasawuf
Siapakah Yang Mengikuti Aqidah Imam Abu Hasan Al Asy'ari?
Sifat Duduk (Juluus)
http://lamurkha.blogspot.co.id/2017/03/sifat-duduk-juluus.html
Silsilah Ulama Ahlus
Sunnah
http://lamurkha.blogspot.co.id/2015/03/silsilah-ulama-ahlus-sunnah.htmlTahukah Anda Di Mana Allah?
Turunya Allah ke Langit Dunia ( Bagian 1 )
Turunya Allah ke Langit Dunia ( Bagian 2/ Comments )
Turunya Allah ke Langit Dunia ( Bagian 3/ Comments )
Tauhid Dibagi menjadi 3 (tiga) Bagian,
Mana dalilnya? Bid'ahkah ? Sesatkah ? ( Bagian 1 )
Tauhid Dibagi menjadi 3 (tiga) Bagian,
Mana dalilnya? Bid'ahkah ? Sesatkah ? ( Bagian 2 )
Tauhid Itu Mengesakan Alloh yang Satu, Kok Dibagi Tiga?
[Dalil-dalil & Alasan Pembagian Tauhid, Asal-Usul Pembagian Tauhid, Akibat
Tidak Mau Membagi Tauhid Menjadi 3]
Tong
Sampah
Ulama al-Syafi‘iyyah Menegaskan Allah di Atas ‘Arsy
Ushuulus-Sunnah
lil-Imaam Ahmad bin Hanbal (1) dan (2)
Ushuulus-Sunnah
lil-Imaam Ahmad bin Hanbal (9) – Hubungan antara As-Sunnah dan Al-Qur’an
Ushuulus-Sunnah lil-Imaam Ahmad bin Hanbal (10) – Para
Pengingkar As-Sunnah
‘Umar Dan Imam Syafi’i Berbicara Tentang Bid’ah Hasanah
Ulama Rabbani Dalam Perspektif Al-Quran Dan As-Sunnah
Ulama Syafi’iyah Antara Salafi Dan Asy’ari
Ustadz Sunnah, Kajian Sunnah
54 Hal Yang Bukan Termasuk Manhaj Salaf
15 Alasan Kokohnya Aqidah Salaf Shalih
Membongkar kesesatan sufi (bahagian I, sejarah dan fitnah tasawwuf)
Membongkar kesesatan sufi (bahagian II, sorotan terhadap sufi)
Membongkar kesesatan sufi (bahagian III, Perbedaan pokok islam dan
tasawwuf)
Membongkar kesesatan sufi (bahagian IV, Definisi tarekat sufi)
Membongkar kesesatan sufi (bahagian V, Kasyaf, khurafat dan shufi)
Http://saidaneffendi-darussalam.blogspot.co.id/2012/04/membongkar-kesesatan-sufi-bahagian-v.html?M=0
Mengoreksi ajaran tasawwuf
Rahasia tipu muslihat dedengkot shufi & syi’ah dibalik tudingan
“wahabi” dalang paham takfir dan aksi terorisme
Sifat WAJIB BAGI ALLAH ITU 20?? Asmaul
Husna saja minimal ada 99 nama, Dan Semuanya Adalah Sifat Allah (Abu Nu’aim Al
Atsari, lihat 15 Comments)
●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●
****
awal kutipan transkrip video yang pertama ****
Karena
itu saya sangat prihatin terbit sebuah buku dengan judul “Mulia dengan manhaj
salaf”. Judulnya bagus betul. Diterbitkan oleh pustaka At Taqwa, Yang menulis
Yazid bin Abdul Qodir.
Kenapa saya prihatin dengan
kehadiran buku ini. Kalau kita buka pada bab yang ketigabelas yaitu bab yang
terakhir. Disini penulis menyebutkan firqoh-firqoh sesat dan menyesatkan. Yang
nomor delapan disebutkan Asy’ariah. Yang nomor sembilan disebut Maturidiyah.
Buku-buku semacam ini memecah belah
umat. Kalau pengarang ini merasa bahwa Wahhabi adalah ajaran yang paling benar,
silahkan. Dia menamakan dirinya pengikut Salafi atau di Indonesia lebih dikenal
dengan nama istilah Wahhabi. Kalau dia merasa Salafi
Wahhabi paling benar, hak dia. Kalau dia merasa paling suci, hak dia. Kalau dia
merasa paling lurus, hak dia. Tapi dia tidak punya hak untuk sesat menyesatkan,
kafir mengkafirkan sesama umat Islam.
***** akhir kutipan transkrip video
******
Mereka menganggap “telah kafir” bagi
umat Islam yang tidak mau mengikuti mereka yang “tanpa (perlu) takwil” yakni
memahami apa yang telah Allah Ta’ala sifatkan untuk diriNya selalu dengan makna
dzahir karena dianggap telah mengingkari sifat-sifat Allah sebagaimana yang
mereka publikasikan pada http://almanhaj.or.id/content/794/slash/0/mengingkari-tauhid-asma-wa-sifat/
***** awal kutipan ****
Mengingkarinya setelah mengetahui
bahwa itu memang benar adanya. Mereka mengingkarinya secara sengaja, dan mengajak
yang lain untuk mengingkarinya. Maka mereka yang berlaku seperti ini telah
kafir karena mengingkari apa yang telah Allah tetapkan untuk diriNya. Padahal
mereka mengetahui hal tersebut tanpa perlu takwil-nya.
***** akhir kutipan *****
Kaum muslim yang mengikuti
Rasulullah dengan mengikuti Imam Mazhab yang empat tentu bukanlah mengingkari
sifat-sifat Allah atau bukanlah mengingkari apa yang telah Allah tetapkan untuk
diriNya namun menghindari memahami apa yang telah Allah Ta’ala sifatkan untuk
diriNya selalu berpegang pada nash secara dzahir atau pemahamannya selalu
dengan makna dzahir karena akan terjerumus kekufuran dalam i’tiqod.
Imam Ahmad ar-Rifa’i (W. 578 H/1182
M) dalam kitabnya al-Burhan al-Muayyad, “Sunu ‘Aqaidakum Minat Tamassuki Bi
Dzahiri Ma Tasyabaha Minal Kitabi Was Sunnati Lianna Dzalika Min Ushulil
Kufri”, “Jagalah aqidahmu dari berpegang dengan dzahir ayat dan hadits
mutasyabihat, karena hal itu salah satu pangkal kekufuran”.
Imam besar ahli hadis dan tafsir,
Jalaluddin As-Suyuthidalam dalam kitab “Tanbiat Al-Ghabiy Bi Tabriat Ibn
‘Arabi” mengatakan “Ia (ayat-ayat mutasyabihat) memiliki makna-makna khusus
yang berbeda dengan makna yang dipahami oleh orang biasa. Barangsiapa memahami
kata wajh Allah, yad , ain dan istiwa sebagaimana makna yang selama ini
diketahui (wajah Allah, tangan, mata,bertempat), ia kafir (kufur dalam i’tiqod)
secara pasti.”
Akibat mereka memahami apa yang
telah Allah Subhanahu wa Ta’ala sifatkan untuk diriNya selalu dengan makna
dzahir sehingga mereka belum dapat mengenal Allah dengan sebenar keagungan-Nya
terjerumus bertasyabbuh dengan kaum Yahudi.
Contohnya pertanyaan kaum Yahudi
dalam riwayat berikut
Telah menceritakan kepada kami Musa
telah menceritakan kepada kami Abu ‘Awanah dari Al A’masy dari Ibrahim dari
Alqamah dari Abdullah berkata, “Datang seorang pendeta (Yahudi) kepada
Rasulullah, berkata: “Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah meletakkan langit
diatas satu jari, seluruh bumi diatas satu jari, semua gunung diatas satu jari,
pohon dan sungai di atas satu jari, dan semua makhluk di atas satu jari,
kemudian Allah berfirman seraya menunjukan jarinya, ‘Akulah Sang raja’.” Maka
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam tertawa lalu membaca kutipan firmanNya
yang artinya “Dan tidaklah mereka dapat mengenal Allah dengan sebenar
keagungan-Nya”.(QS Az Zumar [39]:67) (Hadits riwayat Bukhari 6865, 6897)
Ibn al Jawzi menjelaskan bahwa
“Tertawanya Rasulullah dalam hadits diatas sebagai bukti pengingkaran beliau
terhadap pendeta (Yahudi) tersebut, dan sesungguhnya kaum Yahudi adalah kaum
yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya(Musyabbihah). Lalu turunnya firman
Allah: “وما قدروا الله حق قدره ” (“Dan tidaklah mereka dapat
mengenal Allah dengan sebenar keagungan-Nya” (QS Az Zumar[39]:67) adalah bukti
nyata lainnya bahwa Rasulullah mengingkari mereka (kaum Yahudi)”
Contoh lain akidah Yahudi :
Disebutkan dalam kitab Yahudi yang
mereka namakan “Safar Khuruj“ ishah 19 nomer : 3-6 :
“Maka Tuhan memanggil kami dari
bukit….sekarang jika kalian mendengar suaraku dan menjaga janjiku“.
Contoh akidah mereka :
Di dalam kitab “Fatawa al-Aqidah“
karya Muhammad bin Shalih al-Utsaimin yang dicetak Maktabah as-Sunnah cetakan
pertama tahun 1992 di Mesir, pada halaman 72 Ibnu Utsaimin berkata :
“Dalam hal ini dijelaskan adanya
penetapan akan ucapan Allah Swt. Dan sesungguhnya ucapan Allah itu berupa huruf
dan suara. Karena asli ucapan itu harus adanya suara. Maka jika dikatakan
ucapan, maka sudah pasti ada suara“.
Hal ini akibat mereka mengikuti
ajaran atau pemahaman Muhammad bin Abdul Wahhab yang mengangkat kembali
pemahaman Ibnu Taimiyyah sebelum bertobat.
Ibnu Taimiyyah meyakini bahwa Allah
berbicara dengan huruf dan suara dan bahwa Allah kadang berbicara dan kadang
diam. (Risalah fi Shifat al Kalam 51, 54, Minhaj as-Sunnah an-Nabawiyyah 1/221,
Muwafaqah Sharih al Ma’qul Li Shahih al Manqul 2/143,151, 4/107, Majmu’ al
Fatawa 6/160, 234, 5/556-557, Majmu’ah Tafsir 311)
Al-Faqîh Syamsuddin Muhammad ibn
Adlan asy-Syafi’i (w 749 H), salah seorang ulama terkemuka yang hidup semasa
dengan Ibn Taimiyah juga menyampaikan bahwa Ibnu Taimiyah meyakini sifat Kalam
Allah berupa huruf dan suara.
Mereka mengatasnamakan ahlussunnah
wal Jama’ah menuliskan bahwa Kalam Allah adalah sifat yang haqiqi yang
ditetapkan selayaknya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan terdiri dari huruf
dan suara, dengan cara yang dikehendaki-Nya, kapan Dia berkehendak, dan dapat
didengarkan oleh siapa yang dikehendaki-Nya sebagaimana contoh tulisam yang
dipublikasikan pada http://muslimah.or.id/aqidah/al-quran-adalah-kalam-allah-bukan-makhluk-bagian-1.html
Mereka tampaknya belum dapat
membedakan antara Sifat kalam Allah yang kekal (Kalam Allah ad-Dzati) dengan
bacaan Al Qur’an (al-Lafzh al-Munazzal)
Hal yang dimaksud Al Qur’an bukan
makhluk adalah mengacu pada sifat kalam Allah yang kekal (Kalam Allah ad-Dzati)
yang bukan huruf, bukan suara dan bukan bahasa karena huruf, suara maupun
bahasa adalah makhluk (diciptakan)
Sedangkan Bacaan Al-Qur’an adalah
lafazh-lafazh yang diturunkan (al-Lafzh al-Munazzal), yang ditulis dengan tinta
di antara lebaran-lembaran kertas (al-Maktub Bain al-Masha-hif), yang dibaca
dengan lisan (al-Maqru’ Bi al-Lisan), dan dihafalkan di dalam hati (al-Mahfuzh
Fi ash-Shudur) adalah berupa bahasa Arab, tersusun dari huruf-huruf, serta
berupa suara saat dibaca.
Tentulah huruf, suara maupun bahasa
adalah makhluk (diciptakan) sehingga bacaan Al-Qur’an dalam pengertian al-Lafzh
al-Munazzal maka ia adalah makhluk (diciptakan).
Bacaan Al Qur’an (al-Lafzh
al-Munazzal) adalah ungkapan (ibarah) dari pada sifat kalam Allah yang kekal
(Kalam Allah al-Dzati) yang bukan suara, bukan huruf-huruf, dan bukan bahasa.
Sifat kalam Allah yang kekal (Kalam
Allah ad-Dzati) adalah qadim, tanpa permulaan dan tanpa penghabisan serta tidak
menyerupai sifat kalam yang ada pada makhluk.
Sifat kalam pada makhluk berupa
huruf-huruf, suara dan bahasa.
Oleh sebab itu kita tidak percaya
bahwa kalam Allah ada permulaannya, atau kalamNya itu adalah suatu tindakan
seperti pembicaraan kita, karena dengan hal itu berarti Allah butuh kepada
selainNya untuk menciptakan kalamNya supaya menjadi sempurna.
Suatu ketidaksempurnaan jika
kalamNya untuk mengungkapkan apa yang diketahuiNya itu berupa serial (kata-kata
berurutan, perkataan satu demi satu, atau perkataan dengan huruf atau suara),
karena kalam yang terdiri dari ekspresi serial itu pasti memiliki awal dan akan
ada penundaan (dimensi waktu) dalam menginformasikan semua yang diketahuiNya.
Contoh dalam “Bismillah”, misalnya
“i” ada setelah datang “b”, sehingga ketika anda mengatakan Bismillah, suara
“i” hanya menjadi ada setelah ketidak adaan “b”
Pada hakikatnya kita tidak boleh
mengimani sifat Allah yang dipengaruhi atau dibatasi oleh ciptaanNya seperti
dimensi ruang dan waktu.
Allah Azza wa Jalla dengan sifat
kalamNya tidak membutuhkan atau tidak dipengaruhi atau dibatasi kepada
ciptaanNya seperti dimensi ruang dan waktu.
Kalam yang terdiri dari suara dan
huruf adalah kalam ciptaan, karena alasan ini seseorang tidak boleh mengatakan
bahwa sifat kalam Allah yang kekal adalah huruf dan suara, karena Allah
berfirman yang artinya: “tidak ada sesuatu yang menyerupai Dia” (QS Asy Syuura
[53]:11)
Imam Abu Hanifah (150 H) mengatakan
“Kami berbicara dengan alat dan huruf sedangkan Allah Ta’ala berbicara tanpa
alat dan huruf, sedangkan huruf itu makhluk dan kalamullah bukanlah makhluk “. (Disebutkan dalam kitab al-Fiqh al-Akbar,al-Washiyyah, al-Alim w
al-Muta’allim dan lainnya)
Al-Imam al-Isfiraini (w 418 H)
mengatakan : “Dan hendaknya kamu mengetahui bahwa sesungguhnya kalam Allah itu
tidaklah dengan huruf dan suara karena huruf dan suara mengandung bolehnya
pendahuluan dan pengakhiran, yang demikian itu mustahil bagi Allah yang Maha
Qadim “. (at-Tafsir fiddin : 102)
Imam Al-Qurthubi mengatakan : “
Fasal. Hadits “ Maka diserukan dengan suara “, dijadikan hujjah oleh orang yang
berkata Allah berbicara dengan huruf dan suara, sungguh Maha Suci Allah
sesuci-sucinya dari apa yang diucapkan kaum mujassimah dan pengingkar,
sesungguhnya nida (seruan) yang dinisbatkan kepada Allah diartikan seruan
sebagian malaikat muqarrabin Allah dengan izin dan perintah-Nya “.
(at-Tadzkirah fi Ahwal al-Mauta wa Umur al-Akhirah : 338)
Begitupula pada hari kiamat kelak,
Allah akan menghisab seluruh hamba-Nya dari bangsa manusia dan jin.
Allah akan memperdengarkan Kalam-Nya
kepada setiap orang dari mereka.
Mereka akan memahami dari kalam
Allah tersebut pertanyaan-pertanyaan tentang segala apa yang telah mereka
kerjakan, segala apa yang mereka katakan, dan segala apa yang mereka yakini
ketika mereka hidup di dunia.
Mereka akan memahami dari kalam
Allah yang bukan huruf dan suara sehingga tidak diperlukan penterjemah
Rasulullah bersabda: “Setiap orang
akan Allah perdengarkan Kalam-Nya kepadanya (menghisabnya) pada hari kiamat,
tidak ada penterjemah antara dia dengan Allah”. (HR. al-Bukhari)
Mereka akan memahami dari kalam
Allah yang bukan huruf dan suara, tanpa penterjemah, dan yang tidak dipengaruhi
dimensi ruang dan waktu.
Allah Azza wa Jalla akan menghisab
seluruh hamba-Nya dalam waktu yang sangat singkat sebagaimana firmanNya yang
artinya “dan Dia Allah yang menghisab paling cepat (QS Al An’am [6]:62]
Seandainya Allah menghisab mereka
dengan suara, susunan huruf, dan dengan bahasa, maka Allah akan membutuhkan
waktu beratus-ratus ribu tahun untuk menyelesaikan hisab tersebut, karena
makhluk Allah sangat banyak.
Jelaslah seandainya Kalam Allah
berupa suara, huruf, dan bahasa maka dalam menghisab semua makhluk tersebut
Allah akan membutuhkan kepada waktu yang sangat panjang. Karena dalam
penggunaan huruf-huruf dan bahasa jelas membutuhkan kepada waktu.
Huruf berganti huruf, kemudian kata
menyusul kata, dan demikian seterusnya. Dan bila demikian maka maka berarti
Allah bukan sebagai Asra’ al-Hasibin (Penghisab yang paling cepat), tapi
sebaliknya; Abtha’ al-Hasibin (Penghisab yang paling lambat). Tentunya hal ini
mustahil bagi Allah.
Al-Imam al-Mutakallim Ibn al-Mu’allim
al-Qurasyi dalam kitab Najm al-Muhtadi Wa Rajm al-Mu’tadi menuliskan sebagai
berikut:
“Asy-Syaikh al-Imam Abu Ali al-Hasan
ibn Atha’ pada tahun 481 H ketika ditanya sebuah permasalahan berkata:
Sesungguhnya huruf-huruf itu dalam penggunaannya saling mendahuli satu atas
lainnya. Pergantian saling mandahului antara huruf seperti ini tidak dapat
diterima oleh akal jika terjadi pada Allah yang maha Qadim. Sebab pengertian
bahwa Allah maha Qadim adalah bahwa Dia ada tanpa permulaan, sementara
pergantian huruf-huruf dan suara adalah sesuatu yang baharu (huduts) yang
memiliki permulaan; tidak Qadim.
Kemudian seluruh sifat-sifat Allah
itu Qadim; tanpa permulaan, termasuk sifat Kalam-Nya. Seandainya Kalam Allah
tersebut berupa huruf-huruf dan suara maka berarti pada kalam-Nya tersebut
terjadi pergantian antara satu huruf dengan lainnya, antara satu suara dengan
suara lainnya, dan bila demikian maka Dia akan disibukan oleh perkara tersebut.
Padahal Allah tidak disibukan oleh satu perkara atas perkara yang lain.
Dengan demikian harus dibedakan
antara bacaan Al Qur’an (al-Lafzh al-Munazzal) dan Sifat kalam Allah yang kekal
(al-Kalam adz-Dzati). Sebab apa bila tidak dibedakan antara dua perkara ini,
maka setiap orang yang mendengar bacaan al-Qur’an akan mendapatkan gelar
“Kalimullah” sebagaimana Nabi Musa alaihi salam yang telah mendapat gelar
“Kalimullah”.
Tentu hal ini menjadi rancu dan
tidak dapat diterima. Padahal, Nabi Musa mendapat gelar “Kalimullah” adalah
karena beliau pernah mendengar dan memahami al-Kalam adz-Dzati yang bukan
berupa huruf, bukan suara dan bukan bahasa.
Seandainya setiap orang yang
mendengar bacaan al-Qur’an mendapat gelar “Kalimullah” seperti gelar Nabi Musa
alaihi salam maka berarti tidak ada keistimewaan sama sekali bagi Nabi Musa
alaihi salam yang telah mendapatkan gelar “Kalimullah” tersebut.
Dalam al-Qur’an Allah Ta’ala
berfirman yang artinya: “Dan apa bila seseorang dari orang-orang musyrik
meminta perlidungan darimu (wahai Muhammad) maka lindungilah ia hingga ia
mendengar Kalam Allah”. (QS. at-Taubah: 6).
Dalam ayat ini Allah memerintahkan
Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam untuk memberikan perlidungan kepada
seorang kafir musyrik yang diburu oleh kaumnya, jika memang orang musyrik ini
meminta perlindungan darinya. Artinya, Orang musyrik ini diberi keamanan untuk
hidup di kalangan orang-orang Islam hingga ia mendengar Kalam Allah. Setelah
orang musyrik tersebut diberi keamanan dan mendengar Kalam Allah, namun
ternyata ia tidak mau masuk Islam, maka ia dikembalikan ke wilayah tempat
tinggalnya.
Dalam ayat ini, yang dimaksud bahwa
orang musyrik tersebut “mendengar Kalam Allah” adalah mendengar bacaan kitab
al-Qur’an yang berupa lafazh-lafazh dalam bentuk bahasa Arab (al-Lafzh
al-Munazzal), bukan dalam pengertian mendengar al-Kalam adz-Dzati. Sebab jika
yang dimaksud mendengar al-Kalam adz-Dzati maka berarti sama saja antara orang
musyrik tersebut dengan Nabi Musa yang telah mendapatkan gelar “Kalimullah”.
Dan bila demikian maka berarti orang musyrik tersebut juga mendapatkan gelar
“Kalimullah”, persis seperti Nabi Musa. Tentunya hal ini tidak bisa dibenarkan.
Ada pula mereka yang mengatakan
bahwa penduduk surga kelak akan melihat bentuk Allah dengan kesempurnaanNya
dengan mata kepala berdalilkan
Telah menceritakan kepada kami Al
Humaidi berkata, telah menceritakan kepada kami Marwan bin Mu’awiyah berkata,
telah menceritakan kepada kami Isma’il dari Qais dari Jarir bin ‘Abdullah
berkata, Pada suatu malam kami pernah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam, beliau lalu melihat ke arah bulan purnama. Kemudian beliau bersabda:
Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan
purnama ini. Dan kalian tidak akan saling berdesakan dalam melihat-Nya (HR
Bukhari 521)
Dari Jarir bin Abdullah dia berkata;
Ketika kami duduk-duduk di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di
malam hari ke empat belas, beliau melihat bulan, kemudian bersabda:
Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan
ini. Kalian tidak akan kesulitan ketika melihatnya. (HR Bukhari 4473).
Imam Nawawi mengatakan, artinya
kalian akan melihat Allah secara nyata, tidak ada keraguan dalam melihatNya,
dan tidak pula ada kesulitan padanya. Seperti halnya kalian melihat bulan
(purnama) ini secara nyata, tidak ada kesulitan dalam melihatnya. Yang
diserupakan disini adalah cara melihatnya (tidak ada kesulitan), bukan Allah
diserupakan dengan bulan (mempunyai bentuk dan ukuran) (Syarh Shahih Muslim,
Nawawi, hlm. 136-137)
Al-Imâm al-Mujtahid Abu Hanifah
an-Nu’man ibn Tsabit (w 150 H), salah seorang ulama Salaf terkemuka perintis
madzhab Hanafi, berkata:
“Allah
di akhirat kelak akan dilihat. Orang-orang mukmin akan melihat-Nya ketika
mereka di surga dengan mata kepala mereka masing-masing dengan tanpa adanya
keserupaan bagi-Nya, bukan sebagai bentuk yang berukuran, dan tidak ada jarak
antara mereka dengan Allah (artinya bahwa Allah ada tanpa tempat, tidak di
dalam atau di luar surga, tidak di atas, bawah, belakang, depan, samping kanan
ataupun samping kiri)” (al-Fiqh al-Akbar karya al-Imâm Abu Hanifah dengan
penjelasannya karya Mulla Ali al-Qari, h. 136-137 )
Al-Imâm
asy-Syaikh Abu ath-Thayyib Sahl ibn Muhammad asy-Syafi’i (w 404 H), seorang
mufti wilayah Nisafur pada masanya berkata:
“Saya
telah mendengar asy-Syaikh Abu at-Thayyib as-Sha’luki berkata dalam menerangkan
hadits tentang Ru’yatullâh (melihat Allah bagi orang-orang mukmin). Dalam
hadits tersebut terdapat kata “Lâ Tudlammûn”, al-Imâm as-Sha’luki
mengartikannya bahwa kelak orang-orang mukmin di surga akan melihat Allah tanpa
tempat dan tanpa arah, mereka ketika itu tidak saling berdesakan satu sama
lainnya. Orang-orang mukmin tersebut berada di dalam surga, namun Allah tidak
dikatakan di dalam atau di luar surga. Karena Allah bukan benda, Dia ada tanpa
tempat dan tanpa arah”. (Pernyataan al-Imâm as-Sha’luki ini dikutip pula oleh
al-Hâfizh Ibn Hajar al-Asqalani dan kitab Fath al-Bâri dan disepakatinya)
Berdasarkan
penjelasan para ulama di atas dapat kita pahami bahwa Allah Ta’ala tidak
dikatakan di dalam atau di luar Surga atau di Sidratul Muntaha seperti pada
peristiwa Mi’raj Rasulullah atau di dekat bukit Thursina pada persitiwa Nabi
Musa as ataupun di atas ‘Arsy karena Allah Ta’ala bukan benda, Dia ada tanpa
tempat dan tanpa arah.
Ada
kita temukan kitab-kitab terjemahan Al Qur’an yang mengartikan kata Istawa
dengan kata bersemayam, namun kata bersemayam janganlah dimaknai dengan makna
dzahir/harfiah/tertulis/tersurat
yang menurut kamus bahasa
Indonesia adalah
1.
duduk; Contohnya, “Pangeran bersemayam di kursi kerajaan”
2.
tinggal; berkediaman, bertempat; Contohnya, “Presiden bersemayam di Istana
Negara”
Makna
yang mendekati kata Istawa adalah makna
kata bersemayam dalam makna majaz (makna kiasan) atau makna yang tersirat yakni
Terkait
dengan hati, terpendam dalam hati, tersimpan (kata kiasan); Contohnya “sudah
lama dendam itu bersemayam di hatinya” atau “cinta bersemayam di hatinya”.
“Bersemayam di hati” dapat diartikan pula dengan “menguasai hati”
Al-Qushayri
dalam Lata’if al-Isharat, telah menyebutkan : Adapun mengenai singgasana Qalbu,
“Kami angkut mereka di daratan dan di lautan” . telah disimpulkan pula
bahwasanya : “Dia (Allah) Yang Maha Rahman menetapkan Dirinya sendiri atasnya
(`alayhi istawa); sedang mengenai arsy di hati: Yang Maha Rahman menguasainya
(`alayhi istawla). Arsy di langit adalah kiblat bagi doa seluruh makhluk,
sedang arsy di hati adalah tempat melihat Al-Haq, Yang Maha Tinggi. Sehingga,
ada ada perbedaan besar antara kedua arsy itu” (Lata’if al-Isharat jilid 4
hal:118)”
Para
ulama yang mengikuti Rasulullah dengan mengikuti Imam Mazhab yang empat
membolehkan memaknai istiwa dengan bersemayam dalam makna majaz artinya
menguasai dan terlarang dimaknai bersemayam dalam makna dzahir yakni menetap
atau bertempat karena menetap atau bertempat mensifatkan Allah dengan sifat
makhluk.
Imam
al-Hâfizh al-Lughawiy Muhammad Murtadla az-Zabidi al Hanafi (w 1205 H) dalam
kitabnya, Ithâf as-Sâdah al-Muttaqîn menyebutkan bahwa seorang yang menafsirkan
Istawâ dengan Istawlâ tidak berbuat kesalahan apapun dan tidak mensifati Allah
dengan sesuatu yang tidak boleh. Menurut Imam az-Zabidi penafsiran semacam ini
dapat dibenarkan karena sesuai dengan keagungan Allah. Hal ini jauh berbeda
dengan yang memaknai Istawâ dengan Istaqarra (menetap atau bertempat),
penafsiran semacam ini sama sekali tidak dapat dibenarkan, karena sama dengan
mensifati Allah dengan sifat-sifat makhluk-Nya.
Sebagai
pembenaran aqidah, ada pula mereka mengutip perkataan ulama salaf ataupun Imam
Mazhab yang empat namun permasalahannya mereka tidak membedakan apakah
perkataan tersebut berfungsi menyampaikan untuk menjelaskan atau sekedar ‘ala
sabilil hikayah, menetapkan lafazhnya (itsbatul lafzhi) saja; yaitu hanya
mengucapkan kembali apa yang diucapkan oleh al Qur’an, “Ar-Rahmanu alal arsy
istawa” atau “A’amintum man fis sama’“. Tidak lebih lebih dari itu; yaitu tidak
memaknakan (tafsir) atau tidak menetapkan maknanya (itsbatul ma’na) secara
dzahir bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala berada dalam arti bertempat di langit
atau bertempat di atas ‘arsy.
Mereka
yang kekeuh (bersikukuh) atau ngeyel berpendapat bahwa Allah Ta’ala berada atau
bertempat atau menetap tinggi di atas ‘Arsy pada hakikatnya telah mengingkari
firman Allah Ta’ala yang artinya, “Dialah Yang Awal dan Yang Akhir” (QS Al
Hadiid [57]:3)
Allah
Ta’ala tidak berubah, sebagaimana awalnya dan sebagaimana akhirnya.
Allah
Ta’ala sebagaimana sebelum diciptakan ciptaanNya, sebagaimana setelah
diciptakan ciptaanNya.
Allah
Ta’ala sebagaimana sebelum diciptakan ‘Arsy , sebagaimana setelah diciptakan
‘’Arsy
Imam
asy-Syafi’i rahimahullah berkata :“Sesungguhnya Allah Ta’ala ada dan tidak ada
tempat, maka Dia menciptakan tempat, sementara Dia tetap atas sifat azali-Nya
(sifat qadim), sebagaimana Dia ada sebelum Dia menciptakan tempat, tidak boleh
atas-Nya berubah pada dzat-Nya dan pada sifat-Nya”. [Kitab Ithaf As-Sadati
Al-Muttaqin –Jilid 2-halaman 36].
Al-Imâm
al-Qurthubi menuliskan: “Allah yang Maha Agung tidak boleh disifati dengan
perubahan atau berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain. Dan mustahil
Dia disifati dengan sifat berubah atau berpindah. Karena Dia ada tanpa tempat
dan tanpa arah, dan tidak berlaku atas-Nya waktu dan zaman. Karena sesuatu yang
terikat oleh waktu itu adalah sesuatu yang lemah dan makhluk” (al-Jami’ Li
Ahkam al-Qur’an, j. 20, h. 55, dalam QS. al-Fajr: 22)
Begitupula
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah bersabda bahwa Allah ada tanpa
sesuatu apapun yang menyertaiNya, termasuk pula tempat.
Al-Imam
al-Bukhari meriwayatkan dalam Shahih-nya:
“Imran
bin Hushain radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku berada bersama Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, tiba-tiba datang sekelompok dari penduduk Yaman dan berkata:
“Kami datang untuk belajar agama dan menanyakan tentang permulaan yang ada ini,
bagaimana sesungguhnya?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
“Allah ada dan tidak ada sesuatu apapun selain Allah.” (HR. al-Bukhari 3191)
Al-Imam al-Tirmidzi meriwayatkan
dengan sanad yang hasan dalam al-Sunan berikut ini:
“Abi Razin radhiyallahu ‘anhu
berkata: “Aku berkata, wahai Rasulullah, di manakah Tuhan kita sebelum
menciptakan makhluk-Nya?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
“Allah ada tanpa sesuatu apapun yang menyertainya. Di atasnya tidak ada sesuatu
dan di bawahnya tidak ada sesuatu. Lalu Allah menciptakan Arasy di atas air.”
Ahmad bin Mani’ berkata, bahwa Yazid bin Harun berkata, maksud hadits tersebut,
Allah ada tanpa sesuatu apapun yang menyertai (termasuk tempat). Al-Tirmidzi
berkata: “hadits ini bernilai hasan”. (Sunan al-Tirmidzi, 3109)
Begitupula Al-Imam al Baihaqi (w 458
H) dalam kitabnya al-Asma Wa ash-Shifat, hlm. 506, berkata : “Sebagian sahabat
kami dalam menafikan tempat bagi Allah mengambil dalil dari sabda Rasulullah
shalllallahu ‘alayhi wa sallam “Ya Allah, Engkaulah, Azh-Zhahir, tidak ada
sesuatu apapun di atas-Mu, dan Engkau al-Bathin, tidak ada sesuatu apapun di
bawah-Mu (HR. Muslim dan lainnya)
Sedangkan para pengikut paham
Wahabisme penerus kebid’ahan Ibnu Taimiyyah merujuk dari kitab Bayan Talbisul
Jahmiyyah jilid 4, Ibnu Taimiyyah menjelaskan bahwa makna : “فلَيس
دونك شيء
adalah “tidak ada sesuatu yang lebih dekat dari-Mu.” Mereka mengikuti pendapat
Ibnu Taimiyyah bahwa kata ‘duuna’ di sini diambil dari kata ‘ad dunuww‘ yang
artinya dekat, bukan dari kata ‘ad-duun‘ yang artinya ‘rendah’ atau ‘di bawah’
Padahal “tidak ada sesuatu yang
lebih dekat dari-Mu” atau “tidak ada sesuatu di dekat -Mu” sama saja dengan
“tidak ada sesuatu di bawah-Mu” karena Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
bersabda: Allah ada, dan tiada sesuatu di selainNya.
Sayyidina Ali ~radiyallahu ‘anhu~
berkata: “Allah ada tanpa tempat. Dia saat ini pada apa adanya Dia ada.”
Syaikh Ibnu Athoilah berkata “Allah
ada, dan tiada sesuatu besertaNya. Dia kini adalah tetap sebagaimana adanya”
Begitupula ada dari pengikut aqidah
paham Wahabisme penerus kebid’ahan menuduh umat Islam berkeyakinan bahwa Tuhan
bertempat di mana mana berdasarkan ungkapan-ungkapan yang dipahami oleh mereka
selalu dengan makna dzahir.
Bahkan tuduhan tersebut dipergunakan
sebagai bahan celaan atau olok-olokan terhadap umat Islam yang tidak sepaham
(sependapat) dengan mereka sebagaimana yang telah disampaikan pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2016/06/21/bahan-olok-olokan/
Padahal ungkapan-ungkapan seperti,
“Allah wujud (ada) di mana mana”
atau
“apa yang terlihat di mana mana
adalah wujud (keberadaan) Allah”
bukan berarti Allah Ta’ala bertempat
di mana mana namun maknanya adalah bahwa dengan kita memperhatikan alam dan
isinya atau semua yang terlihat oleh mata yang merupakan tanda-tanda
kekuasaanNya atau disebut juga ayat-ayat kauniyah maka kita bisa mengetahui dan
meyakini keberadaan dan kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala
Manusia mengenal Allah
(makrifatullah) melalui tanda-tanda kekuasaanNya yang merupakan ayat-ayat
kauniyah yaitu ayat-ayat dalam bentuk segala ciptaan Allah berupa alam semesta
dan semua yang ada didalamnya. Ayat-ayat ini meliputi segala macam ciptaan
Allah,baik itu yang kecil (mikrokosmos) ataupun yang besar (makrokosmos).
Firman Allah Ta’ala yang artinya
“Kami akan memperlihatkan kepada
mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka
sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur’an itu adalah benar. Dan
apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala
sesuatu?“ (QS. Fush Shilat [41]:53)
“(yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami,
tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS Ali ‘Imran [3]:191).
“Katakanlah: “Perhatikanlah apa yang
ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan
rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman“. (QS
Yunus [10] : 101).
Lalu mereka bertanya di mana Tuhanmu
?
Rasulullah telah melarang untuk
menanyakan atau memikirkan DzatNya dan menyarankan untuk meyakini keberadaan
Allah dengan memikirkan nikmat-nikmat yang telah diberikanNya atau dengan
memikirkan tanda-tanda (kekuasaan) Allah Azza wa Jalla sebagai wujud
perbuatanNya.
Rasulullah bersabda, ” Berpikirlah
tentang nikmat-nikmat Allah, dan jangan sekali-kali engkau berpikir tentang
Dzat Allah“.
Imam Sayyidina Ali ra mengatakan
yang maknanya “Sesungguhnya yang menciptakan ayna (tempat) tidak boleh
dikatakan bagi-Nya di mana (pertanyaan tentang tempat), dan yang menciptakan
kayfa (sifat-sifat makhluk) tidak boleh dikatakan bagi-Nya bagaimana“
Ibnu Hajar al Asqallâni dalam Fathu
al Bâri-nya,1/221:“Karena sesungguhnya jangkauan akal terhadap rahasia-rahasia
ketuhanan itu terlampau pendek untuk menggapainya, maka tidak boleh dialamatkan
kepada ketetapan-Nya: Mengapa dan bagaimana begini? Sebagaimana tidak boleh
juga mengalamatkan kepada keberadaan Dzat-Nya: Di mana?.”
Al Imam Fakhruddin ibn ‘Asakir (W.
620 H) dalam risalah aqidahnya mengatakan : “Allah ada sebelum ciptaan, tidak
ada bagi-Nya sebelum dan sesudah, atas dan bawah, kanan dan kiri, depan dan
belakang, keseluruhan dan bagian-bagian, tidak boleh dikatakan “Kapan ada-Nya
?”, “Di mana Dia ?” atau “Bagaimana Dia ?”, Dia ada tanpa tempat”.
Imam al Qusyairi menyampaikan, ” Dia
Tinggi Yang Maha Tinggi, Luhur Yang Maha Luhur dari ucapan “bagaimana Dia?”
atau “dimana Dia?”. Tidak ada upaya, jerihpayah, dan kreasi-kreasi yang mampu
menggambari-Nya,atau menolak dengan perbuatan-Nya atau kekurangan dan aib.
Karena, tak ada sesuatu yang menyerupai-Nya. Dia Maha Mendengar dan Melihat.
Kehidupan apa pun tidak ada yang mengalahkan-Nya. Dia Dzat Yang Maha Tahu dan
Kuasa“.
Salah satu satu pokok permasalahan
para pengikut paham Wahabisme penerus kebid’ahan Ibnu Taimiyyah dalam perkara
aqidah , salah satunya mereka berpegang pada hadits ahad (satu jalur perawi)
yang diriwayatkan Muawiyah bin al-Hakam as-Sulami yang baru masuk Islam yang
dapat diketahui dengan pernyataannya “Wahai Rasul shallallahu alaihi wasallam
sesungguhnya aku adalah seorang yang baru saja berada di dalam kejahiliyahan
kemudian datang Islam”
Hal pokok yang shahih dan tidak
diperselisihkan dari hadits tersebut adalah pada bagian sabda Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam yang artinya, “Sesungguhnya shalat ini, tidak
pantas di dalamnya ada percakapan manusia, karena shalat itu hanyalah tasbih,
takbir dan membaca al-Qur’an.”
Sedangkan hadits yang diriwayatkan
Muawiyah bin al-Hakam as-Sulami pada bagian kisah budak Jariyah
diperselisihkan.
Dalam istilah para ulama hadits,
riwayat yang diperselisihkan matan (redaksinya) oleh para perawi disebut
mudhtharib, hadits kacau (guncang) matan (redaksinya).
Kekacauan (keguncangan) matan
(redaksi) dalam hadits tersebut disebabkan sebagian perawi meriwayatkan hadits
tidak dengan matan (redaksi) asli sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam, ia
meriwayatkannya dengan ma’nan (hanya kandungan maknanya saja). Karenanya ia
terjatuh dalam kesalahan. Sementara matan (redaksi) hadits yang benar ialah
tidak ada pertanyaan: “Di mana Allah?”
Jadi pada bagian kisah budak Jariyah
adalah matan (redaksi) dari dia secara pribadi berdasarkan penyaksiannya
terhadap percakapan secara isyarat yang dapat pula dipengaruhi oleh keadaan
Muawiyah bin al-Hakam as-Sulami yang baru masuk Islam ketika meriwayatkan kisah
budak Jariyah.
Selain itu matan (redaksinya)
diperselisihkan karena melanggar larangan dari Rasulullah untuk memikirkan
(menanyakan) dzatNya.
Jumhur ulama telah sepakat bahwa
pada bagian kisah budak Jariyah yang diriwayatkan Muawiyah bin al-Hakam
as-Sulami diragukan ke-shohih-annya dan seandainya shohih hadits tersebut maka
pertanyan “di mana Allah” sekedar untuk mengetahui apakah budak Jariyah masih
menunjuk berhala atau tidak.
Imam Syafi’i ~rahimahullah tentang
hadits Jariyah berkata : “Dan telah terjadi khilaf pada sanad dan matan nya
(hadits jariyah), dan seandainya shohih Hadits tersebut, maka adalah Nabi –
shallallahu ‘alaihi wasallam- bertanya kepada hamba tersebut menurut kadar
pemahaman nya, karena bahwa dia (hamba) dan kawan- kawannya sebelum Islam,
mereka meyakini bahwa berhala adalah Tuhan yang ada di bumi, maka Nabi ingin
mengetahui keimanannya,maka Nabi bertanya : “Dimana Allah ?” sehingga apabila
ia menunjuk kepada berhala, Nabi mengetahui bahwa ia bukan Islam, maka manakala
ia menjawab : “Di atas langit” Nabi mengetahui bahwa ia terlepas dari berhala
dan bahwa ia adalah orang yang percaya kepada Allah yaitu Tuhan di langit dan
Tuhan di bumi, atau Nabi mengisyarah dan ia mengisyarah kepada dhohir yang
datang dalam Al-Quran”.
Begitupula Imam Nawawi (w. 676
H/1277 M) dalam Syarah Shahih Muslim (Juz. 5 Hal. 24-25) maka ia mentakwilnya
agar tidak menyalahi Hadis Mutawatir dan sesuai dengan ushulus syariah. Yakni
pertanyaan ‘Aina Allah? diartikan sebagai pertanyaan tentang kedudukan Allah
bukan tempat Allah, karena aina dalam bahasa Arab bisa digunakan untuk
menanyakan tempat dan juga bisa digunakan untuk menanyakan kedudukan atau
derajat. Jadi maknanya; “Seberapa besar pengagunganmu kepada Allah?”. Sedangkan
jawaban Fis Sama’ diartikan dengan uluwul kodri jiddan (derajat Allah sangat
tinggi).
Ibn Al Jawzi berkata “Aku (Ibnul
Jawzi) berkata: “Para ulama (Ahlussunnah Wal Jama’ah) telah menetapkan bahwa
Allah tidak diliputi oleh langit dan bumi serta tidak diselimuti oleh segala
arah. Adapun bahwa budak perempuan tersebut berisyarat dengan mengatakan di
arah langit adalah untuk tujuan mengagungkan.
Berkata Imam Ahlus Sunnah Abu Mansur
Al-Maturidi: “Adapun mengangkat tangan ke langit adalah ibadah, hak Allah
menyuruh hamba-Nya dengan apa yang Ia kehendaki, dan mengarahkan mereka kemana
yang Ia kehendaki, dan sesungguhnya sangkaan seseorang bahwa mengangkat
pandangan ke langit karena Allah di arah itu, sungguh sangkaan itu sama dengan
sangkaan seseorang bahwa Allah di dasar bumi karena ia meletakkan muka nya di
bumi ketika Shalat dan lain nya, dan juga sama seperti sangkaan seseorang bahwa
Allah di timur/barat karena ia menghadap ke arah tersebut ketika Shalat, atau
Allah di Mekkah karena ia menunaikan haji ke Mekkah” [Kitab At-Tauhid – 75]
Berkata Imam Nawawi: “Dan Dialah
Allah yang apabila orang menyeru-Nya, orang itu menghadap ke langit (dengan
tangan), sebagaimana orang Shalat menghadap Ka’bah, dan tidaklah demikian itu
karena Allah di langit, sebagaimana bahwa sungguh Allah tidak berada di arah
Ka’bah, karena sesungguhnya langit itu qiblat orang berdoa sebagaimana bahwa
sungguh Ka’bah itu Qiblat orang Shalat” [Syarah Shahih Muslim jilid :5 hal :22]
Al-Hafidh Ibnu Hajar Al-Asqalani
berkata: “Ibnu Batthal berkata: sesungguhnya langit itu qiblat doa, sebagaimana
Ka’bah itu qiblat Shalat” [Fathul Bari, jilid 2, hal 296]
Imam
Al-Hafidh Murtadha Az-Zabidi berkata: “Maka adapun angkat tangan ke arah langit
ketika berdoa, karena sesungguhnya langit itu qiblat doa” [Ittihaf, jilid 2,
hal 170]. kemudian Imam Al-Hafidh Murtadha Az-Zabidi juga berkata: “Jika
dipertanyakan, ketika adalah kebenaran itu maha suci Allah yang tidak ada arah
(jihat), maka apa maksud mengangkat tangan dalam doa ke arah langit ? maka
jawaban nya dua macam yang telah disebutkan oleh At-Thurthusyi :
Pertama:
sesungguhnya angkat tangan ketika doa itu permasalahan ibadah seperti menghadap
Ka’bah dalam Shalat, dan meletakkan dahi di bumi dalam sujud, serta mensucikan
Allah dari tempat Ka’bah dan tempat sujud, maka langit itu adalah qiblat doa.
Kedua:
manakala langit itu adalah tempat turun nya rezeki dan wahyu, dan tempat rahmat
dan berkat, karena bahwa hujan turun dari langit ke bumi hingga tumbuhlah
tumbuhan, dan juga langit adalah tempat Malaikat, maka apabila Allah menunaikan
perkara, maka Allah memberikan perkara itu kepada Malaikat, dan Malaikat-lah
yang memberikan kepada penduduk bumi, dan begitu juga tentang diangkat nya
segala amalan (kepada Malaikat juga), dan dilangit juga ada para Nabi, dan
langit ada syurga yang menjadi cita-cita tertinggi, manakala adalah langit itu
tempat bagi perkara-perkara mulia tersebut, dan tempat tersimpan Qadha dan
Qadar, niscaya tertujulah semua kepentingan ke langit, dan orang-orang berdoa
pun menunaikan ke atas langit”[Ittihaf, jilid 5, hal 244]
Wassalam
Zon
di Jonggol, Kabupaten Bogor 16830
●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●
Terkait Salafi
(Ahlus Sunnah “wahabi”), Silahkan baca artikel dibawah ini :
Aswaja Terus Diadu Domba
Ahlus Sunnah Untuk Keutuhan NKRI
Apakah Hakekat “Wahabi” Yang Terus Dimusuhi
& Diolok-Olok Oleh “Islam Nusantara” Dan “Garis Lurus” Itu?
Aswaja dan Aswajah(Ali
Mustafa Yaqub)
Aswaja (NU) Tolak Syiah.
Syiah Lebih Berbahaya Dari Teroris, Usir dan Hanguskan dari Indonesia !
Apa Itu Wahabi? Ada Apa
Dengan “Wahhabi”?
Ada yang Mengadu Domba NU
dan “Wahabi” Agar Umat Tak Bersatu
Apakah Para Ulama Atjeh
Yang Mengumandangkan Perang Sabil Melawan Penjajah Belanda Adalah PARA ULAMA
WAHABI??
Apakah Ahlus-Sunnah (
Salafi " Wahhabi" ) Membenci Ahlul-Bait Nabi
Ahlul Bait Ahlus Sunnah
Beda dengan Ahlul Bait Syiah
Ahlul-Bait Nabi
shallallaahu 'alaihi wa sallam
Bukan Ciri Wahabi Tapi
Ciri Aswaja (Nu) Pengikut Imam Syafi’i Dan Kh Hasyim Asy’ari!!
http://lamurkha.blogspot.co.id/2015/07/bukan-ciri-wahabi-tapi-ciri-aswaja-nu.html
Buya Hamka: Vonis Sesat terhadap Wahabi Direkayasa untuk Gurita Kolonialisme
Buya Hamka: Vonis Sesat terhadap Wahabi Direkayasa untuk Gurita Kolonialisme
Bantahan terhadap buku
Idahram yang berjudul "Ulama sejagat menggugat Wahhabi
[bikin terperangah !]
Islam Kita Bukan "Islam Saudi Arabia"; Tanah Air Mesti Didahulukan
daripada Islam; Amalkan Pancasila Wujud Tegakkan Syariat ??!
Cukupkah Sebutan MUSLIM
Saja, Atau AHLUSUNNAH Saja, Tanpa Embel-embel lain nya? Untuk Saat Ini, TIDAK
CUKUP,. Kenapa? " Islam Nusantara,Naudzubillahi mindzalik?!"
Dakwah Wahabiyah, Mudah
Mengkafirkan? Menganggap Paling Benar Sendiri? Betulkah?
Dialog Ukhuwah Ustadz
Salafi Wahabi Dengan Idrus Ramli (Tokoh NU) , Silahkan Tonton,.
Dialog Ringan Bersama
Kyai Idrus Ramli (Mana Dalilnya Komposisi Bacaan Tahlilan). Dialog Sesama
Muslim.
Daftar
Referensi Studi Komparatif Antara Tuduhan Dan Fakta : Salafi (Ahlus Sunnah,
“Wahhabi"?), Aswaja, Ibnu Taimiyah, Sifat/Keberadaan/ Melihat Allah
Diakhirat, Tanduk Setan, Najd, Muawiyah Bin Abi Sofyan, Takfiri Syi’ah,
Nawashib,Saudi, Malaysia Dan Lain-Lain.
Fakta Mengejutkan !
Pengkhiatan Syiah di balik runtuhnya kekhilafahan Islam ( Utsmaniyah )
Gunakan Cara-Cara
Provokatif, Dibanjarmasin (Kalsel) Kembali Ustadz Ahlus Sunnah DR Khalid
Basalamah MA Dihadang. Kenapa Tidak Gunakan Ranah Hukum Atau MUI ? Makin
Antusiasnya Animo Umat Islam Merujuk Dakwah Al-Haq (Ahlus Sunnah).GAJAH
Dipelupuk Mata TIDAK Tampak
Gelar WAHABI, Itu
Propaganda Orang Yang Memusuhi Dakwah Tauhid,. Agar Kaum Muslimin Tidak
Mendengar Ajakannya…
Habib
Rizieq Shihab Mau Paksakan Aswajasisasi Di Indonesia, Yang Lain Bagaimana ?
Mana Yang Lebih Ittiba : Salafi (Ahlus Sunnah) Atau ASWAJA ? Mari Kita Kaji
Secara Ilmiyyah Dengan Dalil Yang Shahih Dan Sharih Tanpa Kebencian Dan Vested
Interested. Saudi Arabia Negeri Ahlus Sunnah, Berkoalisi Dengan Malaysia
Memerangi Syiah !
Hubungan Aswaja Indon Dan
Syiah Dalam Menghadapi Wahabi Di Indonesia
Habib Ahmad Zein Al Kaff
: Kalau wahabi kitab rujukannya sama, rukun Iman, rukun Islamnya juga sama,
sedangkan Syiah berbeda, kita hanya berbeda dalam masalah furu’iyah (cabang)
dengan Wahabi/salafi
Habib Ahmad Bin Zain Al
Kaff : Harus Berani Menasehati Orang-Orang Wahabi Di Depan Mereka, Secara
Ilmiyyah Dan Berdalil, Bukan Dengan Mengancam/Kekerasan.
Habib Zein Alkaf : Syi’ah
Bukan Saudara, Tapi Musuhnya Ahlu Sunnah. Terkuak, Syaikh Al-Azhar Ke Indonesia
Bersama Mufti Syi’ah Lebanon. MUI Sesalkan Pernyataan Muhammad Ath Thayyib Dan
Tetap Akan Mengeluarkan Fatwa Tentang Kesesatan Syi'ah
Hindari Berdebat dengan
Orang Jahil
Hadist: Jika Engkau Tak
Malu, Perbuatlah Sesukamu
Hadist: Jika Engkau Tak
Malu, Perbuatlah Sesukamu
Islam Bukan Budaya Arab
Islam Di Timur Tengah Ittiba Kepada Nabi,
Makan-Minum Siang Hari Terbuka Ditempat Umum Selama Ramadhan Akan Kena Hukuman,
Di Negara Islam Nusantara Umat Islam Jadi Bulan-Bulanan ( Di Obok-Obok ) Media
Kufar Dan Orang Munafik. Jadi Kemana Kita Merujuk ?
Inilah Wahabi Sesungguhnya…
Ini dia setannya manusia,
penyusup yang selama ini menipu ummat. Idahram atau marhadi penulis buku
tuduhan sekte berdarah salafi wahabi,
Idrus Ramli Ingin
Bentengi NU dari Syiah dan Liberal ! (Insya Allah)
Ini jawaban dari Tulisan
yang disebarkan oleh NuGarislurus.Com
Jelas Sudah, Ini Sikap
Resmi Muhammadiyah Tentang Syiah, Bagaimana Dengan NU ?
Jangan Mudah Menuduh
Orang Sebagai Wahabi
Jawaban Syubhat Syiah :
Shalawat hanya untuk Nabi dan keluarganya saja, tidak berlaku untuk para
sahabat Nabi. Allah memerintahkan untuk bershalawat kepada Nabi dan
keluarganya, bukan shalawat yang terputus model Wahhabi.
Jika Engkau Berkata Syiah
Tidak Sesat, Maka…
Keberhasilan Syiah
Memfitnah Salafi & Memecah belah Umat Islam
Kenapa Syi’ah Rafidhah
Paling Benci pada Salafy?
Kaum Nahdliyin Jangan
Ikuti Makar Kebencian Liberal (Juga Syiah) Terhadap Arab
"Kamu Anti Arab atau
Anti Islam?" [ Sebagian Besar Media Lokal, Menyembunyikan Anti Islam, Tapi
Menampilkan Anti Arab !! ]
Khotbah Imam Masjidil
Haram Sudais Ini Membuat Syi'ah dan Barat Gentar
Kenapa menghadapi Syiah
lebih sulit, inilah masalahnya
Kewajiban Mencintai Nabi.
Mana Buktimu Cinta Kepada Nabi? Tasawuf Dan Cinta Nabi ? Hakikat Tasawuf
Dan Sufi
KH Cholil Nafis: PBNU
Kerjasama dengan Universitas al-Musthafa al-Alamiyah Iran
Kenapa KH Hasyim Asy’ari
pendiri NU yang anti syi’ah tidak dituduh kesusupan Wahabi?
KH. Hasyim Asyari dan
Fenomena ‘NU Garis Lurus’ [1]
KH. Hasyim Asyari dan
Fenomena ‘NU Garis Lurus’ [2]
Komunisme Dan Syi’ah
Sama-Sama Ancaman Bagi Agama Dan Bangsa. Wasiat Khumaini: Terus
Perangi Islam Sampai Mereka Menjadi Negara Syiah. Kh Prof Ali Musthafa Ya’qub:
Syiah Lebih Bahaya Daripada Komunis
Kepada
Ustadz KH Muh Idrus Ramli ( Dan Haters Lainnya ) Dari Pada Syahwat Kebenciannya
Terhadap Wahhabi Menggangu Ketaqwaan Anda, Lebih Baik Kumpulkan Semua Tulisan Anda
Silahkan Bandingkan Dan Simpulkan Dengan Ratusan Artikel Dilamurkha Terkait
Masalah Pokok ( Ushul ) Yang Sering Dinisbatkan Negatif Terhadap Wahhabi.(buka
ratusan artikel terkait didalamnya)
Kejahatan Takfirinya
Terhadap Al-Qur'an, Istri Dan Sahabat Nabi Serta Ahlus Sunnah !
Kepada Prof ( Tasawuf )
DR KH Said Aqil Siraj Dan Ustadz KH Muhammad Idrus Ramli, Dari Pada Dagangan
“Wahabinya” Ngga Laku Dan Ngos-Ngosan, Lebih Baik Penuhi Tantangan Dialog
Berakhlakul karimah Dengan Ustadz–Ustadz Salafi Dibawah Ini. Dengan Syarat Kalau Keok, Langsung Menyatakan
Taubat.
Kenapa Benci Wahhabi ??
Antara Tuduhan dan Fakta
Kontribusi “Wahabi” di
Jagat Nusantara
kaum wahhabi adalah
syi’ah sejati
Kadis Syariat Islam Aceh:
Siapa Salafi Wahabi? Tunjukkan!
Kambing Hitam Yang Digemari Syiah ( Peternak )
Keberhasilan Syiah Memfitnah Salafi &
Memecah belah Umat Islam
Kasus Bangil, Syiah Mengadu Domba Dengan
Menuduh Anti Syiah Adalah Wahabi ! ( Lagu Lama )
K.H. Hasyim Asy’ari Tentang Syiah
"Keteladanan Antara Wali Songo Vs Wali
Dollar" [untuk ulama "su/penghujat wali jenggot !" ]
KH Hasyim Muzadi Baru Sadar ( Selama Ini
Hobinya Menghujat Wahabi ) Syi’ah Merupakan Ancaman Terhadap NKRI, Gemar
Menghujat Sahabat Dan Istri Nabi
Kritik Ilmiyyah Atas Pemikiran Dr. Quraish
Shihab (Bagian Pertama)
Kritik Ilmiyyah Terhadap Pemikiran Dr. Muh.
Quraish Shihab (Bagian 2)
Katanya Debat Ilmiah..? Persatuan Sunni Syiah?
Mengapa
Kita Mesti Meributkan Soal Syiah? Nasehat Untuk Tidak Berdebat Dengan Ahli Bid’ah.
Kebenaran Tidak Diukur Dengan Banyaknya Orang
Yang Mengikutinya.Berpegang Pada Suara Mayoritas Adalah Kaidah Kaum Jahiliyah
Kaum Munafik Dan Perang
Pemikiran
KH Afifuddin Muhajir:
Pemikiran Said Aqil Merusak NU, Imam Al-Ghazali Dicap Batil
K.H Said Aqil Siradj :
Rajin Shalat Jamaah Dimasjid, Tahajjud, Dluha, Puasa Senin Kamis Dan
Semisalnya, Menghormati Orang Tua, Menghormati Tamu/ Tetangga, Berprasangka
baik, Menolong Orang, Dermawan Menginfaqkan Harta Sebesar 100 Juta, Belum Tentu
Dirinya Seorang Sufi (Bukan Itu Ukuran Tasawuf ). Jadi Tasawwuf Itu Apa ?
Secara Etimologi, Dicari Akar Katanya Sangat Sulit. Menghujat, Fitnah Orang (
Kelompok ), Menghalalkan Segala Cara ?
Lucu...” Ulama Su'per
Aswaja Pendengki Wahabi” Saling Tuding Kerjasama Dengan Majusyi’ah Iran. Said
Aqil Siraj Salahkan Hasyim Muzadi, Hasyim Muzadi Salahkan Gus Dur..?! Beda Dengan
Kejujuran Ulama ASWJ Malaysia/Brunei.
Larangan Berdebat dalam
Masalah Agama
[ OOT ] Mengapa Kamu
Mengatakan Apa yang Tidak Kamu Lakukan ?
Mengapa Syiah Menggunakan
Istilah Takfiri-Wahabi?
Mengapa Syiah Menggunakan
Istilah Takfiri-Wahabi? Kelompok Takfiri sebenarnya Syiah, Kelompok Radikal
Jika Merujuk Definisi BNPT
Masih Ada Yang Bilang
Syiah Tidak Sesat, Ngaji Dimana? Hindari Penyebutan Islam Sunni Dan Islam
Syiah. Jangan Duduk-Duduk Dengan Syiah,Syiah Indonesia Menganggap Abu Bakar,
Umar, Dan Utsman Bukan Pemimpin Yang Sah !
Membersihkan Pakaian
Salaf Dari Noda Tuduhan Wahabisme
Mengapa Kita Harus
Membantu Muslim Suriah ? Meragukan Kekafiran Dan Bela Bashar
Al-Assad Merusak Iman ( Bisa Batalkan Aqidah Islam )
Mau Tahu Sanad Ulama
Salafy (Wahabi) ?
Mengapa Syiah Begitu
Akrab Dengan Non Muslim ( Alwi Shihab Mendukung Pemimpin dari Non Muslim ) ?
Mengapa Syiah Sangat
Membenci Arab Dan Ibnu Wahhab ( Wahabi ) ? Ini Rahasianya..
Membongkar Fakta Wahabi
yang Jarang Diungkap(https://www.youtube.com/watch?v=xO807yK9d_Q)
Mengapa Ulama Syiah
Sangat Perhatian dengan Taqiyah?
Mulia dengan manhaj
salaf: meluruskan pemahaman habib rizieq shihab
Mau Tahu Pendiri WAHABI??
Waspadailah Bahaya Pemikirannya, Dan Jangan Kita Tertipu Ajakannya ( baca
artikel terkaitnya)
Mungkinkah Membela Nabi
Shallallahu Alaihi Wa Sallam Tapi Tidak Mentaati Beliau ??
“Musibah” Syiah di Negeri Sunni
NU, Wahabi , Muhammadiyah, Irsyad, Persis, SI,
Washliyyah Adalah Bersaudara
“NU dan Wahabi“ Bersatu Jaga Persatuan Ahlus
Sunnah
NU, Wahabi , Muhammadiyah, Irsyad, Persis, SI,
Washliyyah Adalah Bersaudara
NU - Syi'ah
Perkataan Ajaib Rasulullah Tentang Syi’ah Yang
Terbukti Hari Ini
Perspektif Lain dari
Wahabi
Pujian Dalam Hujatan Bagi
Wahhabi !!
Politik pecah belah Syiah
ala Neomajusi (Surat terbuka mahasiswa LIPIA untuk Muslim Indonesia)
Pandangan Prof. Dr.
Yunahar Ilyas Tentang Ahlus Sunnah Di Nusantara
Pengaruh Ideologi Syiah
Transnasional Terhadap Umat Islam Indonesia.
Para
Habaib,Ulama-Ulama Aswaja Di Samarinda... Kalau Tidak Suka Ustadz Firanda
(Pengajar Di Masjid Nabawi, Madinah) Silahkan Berargumen Dengan Dalil Yang
Shahih Dan Sharih,Jangan Gemar Demo-Demo Mengancam Sweeping Atau Pencegahan Di
Bandara, Apakah Ini Ajaran Islam Dan Bisa Ditiru Pihak Lain. Mau Masuk Jannah
Bukan Seperti Ini.
Perhatikan ! Para
Penghina Allah Azza wa Jallah ( Al Wahhab/Wahabi) dan Penghujat Saudi,
Dihinakan dan Diberantakan !
Pembelaan terhadap syaikh
Muhammad bin abdul wahab (Fitnah dan Tuduhan Dusta Kelompok Sesat Hizbut
Tahrir Terhadap Dakwah Syaikh Imam Muhammad bin Abdil Wahhab
rahimahullahu) Oleh : Abu Salma Muhammad al-Atsari
Perbedaan Aswaja vs
Manhaj ( metode ) Salaf
Pendapat ulama rujukan NU
sama dg wahabi
Prof. Dr. Ali Musthofa
Ya’kub: Jangan Mau Jadi Jangkrik!
[Untuk Orang NU yang Mau
Diadu Domba Dengan Wahhabi]
Prof Dr KH Ali Mustofa
Ya’qub : Target Syiah di Tahun 2030, NU Bakal Hancur
Pertanyaan Untuk Said
Agil Siradj : Bagaimana Pemimpin “ Wahabi/Salafi” Yang Ittiba’, Jujur, Tidak
Makan Riba/Risywah, Tidak Pernah Ghibah, Gemar Shalat Jama’ah Di Masjid
Dibandingkan ......Non Muslim ...Atau...
Prof DR Nasaruddin Umar (
Penganut Sufi Super Ilmiyyah ) : Berguru Dengan Alam Ghaib Itu Dimungkinkan.
Katanya, Imam Ghazali Tidak Perlu Mencantumkan Sebuah Hadits Dalam Kitabnya
(Shahih Atau Tidak) Sebab Langsung Meminta Konfirmasi Ke Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wa Sallam. Begitupun Ibnu Arabi Dengan Kitab Fushus Al
Hikam.
Penjelasan Ulama Sunni Al
Asy’ariy Asy Syafi’i Tentang Konflik Suriah
Pertama Kali Terjadi dan
satu-satunya (Intelektual) “ASWAJA” Indonesia, KH Idrus Ramli Ucapkan Selamat
Atas Kemenangan Mujahidin (Ahlus Sunnah) Suriah Di Aleppo. Masya Allah
Prof DR KH. Said Aqil Sirajd : Membandingkan
(Penyebab) Dinasti Bani Umayyah hanya berkuasa selama 70 tahun ( Ikuti Syi'ah,
Menghujat Muawiyah RA ) Dan Kerajaan Islam Di Spanyol Pernah Berkuasa Selama
800 Tahun ( Yang Melahirkan Ulama-Ulama Besar ) Dengan Indonesia (Menaklukan
Imperium Majapahit) Dimana Islamnya Masih Bertahan Meskipun Belum Pernah
Melahirkan Seorangpun Ulama Besar ?
Pandangan Prof. Dr. Yunahar Ilyas Tentang
Ahlus Sunnah Di Nusantara
Prof.Dr.Kh Said Agil Siraj : Islam Saja Belum
Tentu Bisa Menyatukan Umat, Di Timur Tengah Tidak Ada Ulama Yang Nasionalis (
Tapi Al-’Ulama Waratsatil Anbiya ) ! Ulama Di Indonesia Top Markotop !
Penjelasan Ulama Sunni Al Asy’ariy Asy Syafi’i
Tentang Konflik Suriah
Perselisihan Adalah
Rahmat? Yang Benar Saja!
Resensi Buku Terbaru Prof.DR.Ali Mustafa
Ya’qub اتفاق في الأصول الوهابية ونهضة العلماء
Rabithah Ulama Syam ( Syaikh Usamah Ar-Rifa’I,
berpaham Asy’ari ) dan Ikatan Ulama Suriah : Adu Domba Umat Islam, di Suriah
Syiah Hembuskan Isu Wahabi, Proyek Syiah Persia Kuasai Bumi Syam Pasti Gagal.
Ulama Su’ Indonesia apa lebih Berilmu dari mereka ?
Rangkuman artikel : Apa,siapakah dan rujukan
Ahlus-Sunnah wal-jama’ah ?
Ahlus Sunnah Wal Jamaah, Mengikuti Manhaj
(Pemahaman, Cara Beribadah) Para Sahabat, Tabi’in, Tabiut Tabi’in ( Tiga
Generasi Terbaik). Merekalah Yang Mendengar, Mencatat, Menghafal, Membukukan
Semua Wahyu ( Al-Quran Dan Hadits) Dari Nabi. Juga Merujuk Kepada Empat Imam
Mazhab, Imam Bukhari-Muslim. Pedoman Ini Sudah Sangat Cukup Untuk Mereview,
Apakah Ibadah Kita Benar-Benar Ittiba’ Kepada Rasulullah Shallallahu `Alaihi Wa
Sallam.
Sebuah Catatan untuk Prof. A. Syafii Maarif.
Sunni Biang Perpecahan dan Diberhalakan?
Siapa yang menyatakan beda antara Ahlus Sunnah
dan Syiah termasuk masalah furu' dan Tidak Semua Syi’ah Sesat, maka Dia… Syi’ah
!
Seruuu..Raja Syirik Dibela Raja Liberal.
Daftar Kesesatan Said Aqil Siradj ( karakteristik aswaja)
Syaikh Muhammad Yasin Bin Muhammad Isa Al
Fadani, Ulama ASWAJA Yang Di hormati Dan Di Kagumi Wahabi
Syiah Tidak Pernah Membantah Pendapat
Ulama/Kitab Rujukannya Yang Nyeleneh/Konyol Secara Tertulis/Ilmiyyah, Hanya
Lisan Saja. Inilah Taqiyah !
Syeikh Yasin Al-Fadani
Sejak tahun 2005, kira -kira sudah berapa
santri nu yang di “syiah” kan ??!
Syaikh Muhammad Yasin Al-Fadani, Ulama “
ASWAJA“ Berhati Mulia, Tidak Memusuhi Wahabi
Singkirkan Benalu-Benalu di NU, Kembalikan Ke
Ajaran Awal Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari
syeikh idahram (marhadi muhayyar) agen syiah
pemecah-belah aswaja
Siapakah Ulama As-Su’ Di Indonesia, Yang Gemar
Memfitnah Dan Mencela Umat Islam Diluar Golongannya, Sering Bikin Resah Umat
Islam, Berasyik Masyuk Dengan Non Muslim Dan Merasa Super Mayoritas ? Seperti
Ini Moderat ?
Siapa Pencetus Pertama Istilah Wahhabi?
“Syiah Gunakan Isu Anti-Wahhabi untuk Memecah
Belah Umat Islam ”
Stempel Wahabi adalah
cara Syiah memadamkan cahaya Al Quran dan Sunnah
Syi’ah Ada Dibalik Isu
Anti-Wahabi Untuk Pecah Belah Umat Islam
Su'per Cendekiawan Muslim
Sunni Abu-Abu Didikan Orientalis Terpedaya Syiah, Pendengki Salafi “ Wahabi ”
Sebutan Salafi-Wahabi,
Propaganda Syiah Benturkan Kaum Muslimin
Syiah dan Nahdlatul Ulama
(NU)
Syiah Mengkafirkan Kaum
Muslimin
Syiah adalah bagian dari
madzhab dalam islam? Yang bener saja, ini lho fatwa-fatwa agama syiah, bagi
yang belum pernah membacanya..
Sikap Lemah Lembut (
Hikmah) Dalam Berdakwah, Tanpa Melukai, Tidak Memaksakan Kehendak (Menghujat)
Terhadap Sesama Muslim Yang Berseberangan Dengan Kita Dan Memperkeruh Ukhuwah
Islamiyah.
Shalat Taraweh Sunnah
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam (Sunnah Muaqad), Bukan Bid’ahnya Umar RA.
Mengapa Syiah Anti-Shalat Tarawih Berjama’ah (Karena Kedengkiannya Kepada
Aisyah RA Dan Umar RA) ?
Siapakah Sufi ? Paham
Sufi Dalam Timbangan Al-Qur’an Dan Assunnah
Toleransi Antar Umat
Islam [ termasuk Dialog dengan Syi’ah dan Wahabi ??? ]
Takfiri
Syiah ( ABI ) Jadi Bunglon Di Kantor Deputi VI Kemenko Polhukam, Dengan Memutar
Balikan Dan Menyembunyikan Kejahatan Takfirinya Terhadap Al-Qur'an, Istri Dan
Sahabat Nabi Serta Ahlus Sunnah !
Tantangan Aktual
Ahlusunnah Wal Jama’ah
Ternyata Syi’ah Ada
Dibalik Isu Anti Wahabi Untuk Pecah Belah Ahlus Sunnah
“Titik Temu NU - Wahhabi
“ , Bahasan “ Isu-isu Pokok” Secara Ilmiyyah Tanpa Hujatan, Untuk Mendamaikan
Sesama Ahlus Sunnah [ Bagian I ]
Titik Temu Wahabi-NU
Tokoh
Sufi Habib Luthfi Bin Yahya: Anti Maulid Lebih Berbahaya Daripada Anti Sahabat.
Sedangkan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam, Para Sahabat, Para Thabi’in,
Thabi’ut Thabi’in, Imam Yang Empat, Para Ulama Seperti Imam Bukhari, Muslim,
Tidak Ada Yang Pernah Satu Kalipun Mengadakan Maulid Nabi....
Tinggalkan Hukum Waris
Islami, Ikuti Perkembangan Zaman?
Ulama "Su" ini
Gemar Menghina Allah`azza wa jalla [ Dagangannya " Wahhabi"/Al-Wahhab
] Sekarang Menghina Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam [ Menghujat
"Jenggot/Lihyah" ] ..! KH. Hasyim Muzadi: Inilah Bedanya Wali Songo,
Waliyullah dan Wali Jenggot
Untuk Quraish Shihab,
Umar Shihab, Alwi Shihab, Umar Shihab (Ketua Majelis Syuro IJABI), .....para
Syi’aher militan……kamuflaser syi'aher.......para peternak “kambing hitam
jahiliyah” wahabi dan pengadu domba NU-Wahhabi ??!! [ gemar menuding
wahhabi/penghina ( sifat ) Allah, al-Wahhab ]….…..dan taqiyaher sejenis!!!!
( lihat Related articles)
Untuk Said Aqil Siraj ( Pemurka Wahabi ), Apa
Yang Harus Dilakukan : Kristenisasi Terpesat Di Dunia Ada Di Indonesia. 2 Juta Muslim Murtad
Setiap Tahun.
Ukhuwah Salafi “Wahabi” –
“Aswaja NU” Membuat Syi’ah Laknatullah Meradang ! Enak Dibaca Dan Perlu
Untuk Para
Provokator/Hasader/Herder Syi’ah dan Ulama2 “SU’/Namimah” yang ingin
membenturkan NU dengan Salafi “Wahhabi”, perhatikan tulisan dibawah ini !!
Untukmu “ASWAJA” Inilah
Surat Cintaku Untukmu…. Dulu Aku Memusuhimu…
Untuk "Ulama ?"
Penghina " Wali Jenggot" Baca Artikel ini : Perbedaan antara
wali-wali Allah dan wali-wali syaithon
Ustadz Farid Okbah: Semua
Syiah di Indonesia Rafidhah dan Menyesatkan
Untuk Begundalnya Di
Indonesia, Mufti Rezim Assad, Ahmad Badruddin Hassoun Akui Dirinya Bagian Dari
Syiah, Simak Pernyataan Nyeleneh Lainnya !
Wahhabi : Antara Stigmatisasi
Dan Adu Domba Umat Islam
Wahabi Dan
Deradikalisasi. Siapa Yang Gemar Meneror Dengan Kata-Kata “Banjir Darah, Bakar,
Bubarkan, Turunkan, Tutup” Dan Bahasa Anarkis Lain, Seakan RI Miliknya. Tiru
Saudi Arabia, Tidak Ada Organisasi Masa Jenis Apapun (Berbau Preman), Rakyatnya
Aman Dan Damai.
Wikipedia Saja Jujur
dalam Menyampaikan Sejarah Wahhabi
"Wahabi", Black
Propaganda dan Aroma “Syiah Rafidhah”
Wahabi Dan Keluarga Nabi
Waspada, Politik Adu
Domba Sesama Ahlussunnah Meningkat, Sedangkan Syiah Bersiap-Siap!
Walisongo Bukan Syiah Tapi Ahlussunnah
Yunahar Ilyas: Jangan Menganggap Enteng
Masalah Syiah, Kalau Tidak Mau Menyesal
Yang Bilang Rafidhah Adalah Muslimin, Saudara
Kita, Tidak Mengharuskan Pengkafiran Terhadap Mereka Adalah Orang Jaahil
Murakkab!! Rafidhah Dan Syi’ah Lebih Berbahaya Dari Yahudi Dan
Nashara
6 Bentuk Cinta dan Ittiba Kepada Nabi Muhammad
SAW
●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●
Terkait Syiah (sebagian besar Syiah saat ini/Pemimpin
Iran Rafidhah) silahkan baca artikel dibawah ini :
An-Nawashib (Para Pembangkang) Menurut Syiah
Adalah Sunni Ahlussunnah Waljamaah
Apa Kata Ulama Tentang
SYIAH? Meraka Mengatakan,
SYIAH BUKAN ISLAM..
Aqidah Syiah: Ahlus Sunnah Lebih Najis dan
Hina daripada Anjing
Apakah Liputan Islam (media syi'ah) Mau Bilang
Ulama Sunni Hoax & Takfiri?
Apakah Syi’ah Itu Kafir
Apakah Ajaran Imamah Ala Syi’ah Terdapat Dalam
Al-Qur’an?
Apakah Syiah Dikategorikan Sebagai Orang Kafir
Bagi Syiah; Abu Hanifah Adalah Nashibi, Kafir
Dan Halal Darahnya.Kriteria Nashibi (Nawashib) Dan Sikap Syiah Terhadapnya
Bukti-bukti Syiah Mengkafirkan dan
Menghalalkan Darah Umat Islam
Beberapa Strategi Syiah
Sebelum Mengkudeta Sebuah Negara
Bahaya Besar Wilayatul
Faqih
Beda Malaysia dan
Indonesia dalam Menyikapi Syiah
Bahaya Ajaran Imamah
Dalam Syiah. SYIAH & Ambisi
Merebut Negeri Ahlussunnah
Bertambah Lagi Negara Islam (Ahlus Sunnah) Di
Acak-Acak Teroris Takfiri Syiah : Somalia ! Indonesia ?
Cuplikan Aqidah Busuk Syiah : Pantas Syiah
Menghina Para Sahabat, Allah Saja Dihina
Cara Syiah Menipu Kaum
Muslimin
Fatwa Ulama Dan Habaib
Hadhramaut : Syiah kekafiran diatas kekafiran !
Jika Engkau Berkata Syiah
Tidak Sesat, Maka…
Jenderal Mulut Besar
Majusyiah Iran: Memerangi Saudi Dan Bahrain Hanya Tinggal Tunggu Waktu.
Mendukung Gagasan Untuk “Mengekspor” Revolusi Iran Di Luar Negeri Dan
Menekankan Pentingnya “Rekayasa” Revolusi Dan Memperluas Domainnya Di Wilayah
Internasional.
Hasan As-Saqqaf, Sunniy atau Rafidhiy? Siapa
Yang Suka Menggelari Ahlus Sunnah Dengan Nawashib Kalau Bukan Rafidhah?
Hassan Shehata Syiah ( Laknatullah ) Syahid (
??! ) Caci
Aisyah
Habib Ahmad Zein Al Kaff
: Kalau wahabi kitab rujukannya sama, rukun Iman, rukun Islamnya juga sama,
sedangkan Syiah berbeda, kita hanya berbeda dalam masalah furu’iyah (cabang)
dengan Wahabi/salafi
Habib Zein Alkaf : Syi’ah
Bukan Saudara, Tapi Musuhnya Ahlu Sunnah. Terkuak, Syaikh Al-Azhar Ke Indonesia
Bersama Mufti Syi’ah Lebanon. MUI Sesalkan Pernyataan Muhammad Ath Thayyib Dan
Tetap Akan Mengeluarkan Fatwa Tentang Kesesatan Syi'ah
Habib Salim Al-Muhdor:
Mazhab Ahlul Bait Itu Bohong! Sekte Syiah, Mengaku Cinta Rasul Tapi Membenci
Ahlul Bait
Inilah Paham Takfir Syiah
Indonesia Perlu Terapkan
Hukuman Berat Bagi Penghina/Penghujat Sahabat dan Istri Nabi, Baik Lisan Maupun
tulisan [Jangan Sampai di ""hasan syahatah"kan]
Kambing Hitam Yang Digemari Syiah (Peternak)
Konsep Imamah: Sumber Petaka Takfiri Syiah
kafir syiah lebih berbahaya dari yahudi dan
nasrani
Kritik Ilmiyyah Atas Pemikiran Dr. Quraish
Shihab (Bagian Pertama)
Kritik Ilmiyyah Terhadap Pemikiran Dr. Muh.
Quraish Shihab (Bagian 2)
Mantan Presiden Iran, Hashemi Rafsanjani,
Mengakui Syi’ah Takfiri Tulen, Penyebab Lahirnya Al-Qaida/ISIS. Respons Ulama
Sunni Terhadap Pengkafiran Sahabat Rasulullah SAW
Mengapa Syiah Menggunakan Istilah
Takfiri-Wahabi? Kelompok Takfiri sebenarnya Syiah, Kelompok Radikal Jika
Merujuk Definisi BNPT
Mengapa Syiah Menggunakan Istilah
Takfiri-Wahabi?
Mengapa Ulama Syiah Sangat Perhatian dengan
Taqiyah?
Manuskrip perdebatan imam ja’far ash shadiq
dengan orang syiah
“Musibah”
Syiah di Negeri Sunni
Masukan Untuk Menteri Agama Lukman Hakim
Saifuddin Terkait Risalah Amman
Masukan Untuk Menteri Agama ( 2 ), Hukum
Mencaci Istri Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam.
Mewaspadai Syiah Di Indonesia. Strategi Syiah
Berusaha Benturkan Pemerintah dengan Umat Islam
Masih Ada Yang Bilang Syiah Tidak Sesat, Ngaji
Dimana? Hindari Penyebutan Islam Sunni Dan Islam Syiah. Jangan Duduk-Duduk
Dengan Syiah,Syiah Indonesia Menganggap Abu Bakar, Umar, Dan Utsman Bukan
Pemimpin Yang Sah !
Mana yang Lebih Berbahaya, Syi’ah atau
Khawarij?
Nashibi Adalah Ahlus Sunnah Di Mata Syi'ah !
Neraka lebih Marah Kepada Ahlus Sunnah
Daripada Kaum Nashrani [Kata Syi'ah]
Persamaan Syiah (Rafidhah) Dengan Khawarij
Perayaan Tahunan Haul “Kesyahidan” Sayyidah
Fathimah Az-Zahra Dimana Syiah Mendoktrin Radikalisme Bara Api Kebencian Bahwa
Shahabat Nabi, Umar Bin Khathab Dibantu Para Shahabat Lain Adalah Pembunuh
Fathimah Az-Zahra Binti Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam !!
Pengkhianatan Syiah: Murtad Menjadi Kristen
Lebih Menyenangkan daripada Terus Menjadi Sunni
Pengamat: Caci Maki Sahabat seperti Syiah
Harus Dikenakan SE “Hate Speech”
Perkataan Ajaib Rasulullah Tentang Syi’ah Yang
Terbukti Hari Ini
Pimpinan NU Dan Muhammadiyah Dukung keputusan
Walikota Bogor Larang Acara Syiah, Saatnya Melarang Syiah Di NKRI !
Perbedaan Kita Dengan
Syiah Hanya Furuiyah, Benarkah?
Pemerintah Malaysia Ajak
Rakyat Bantu Halau Paham Syiah (Semoga Pemerintah Kita Menirunya)
[Peristiwa Lama Melawan
Lupa] Prof. Dr. Quraish shihab, Umar Shihab, Azyumardi Azra, Amien Rais, dan
Din Syamsuddin menyatakan mazhab syi’ah tidak sesat
Potret Kejahatan Syi’ah
dalam Sejarah
Quraish Shihab, Syi’ah,
dan Jilbab
Syiah – Grup Takfiri
Terbesar Dunia. Kejahatan Syi'ah Khomeini Dan Iran
Sebelum Ada “ Tuduhan
Wahabi ( Salafi ) “ , Sejak Abad 14 H Kejahatan Takfiri Syiah Mendominasi
Sejarah Islam ! Hegemoni Syi’ah Sejak Hasan Al ‘Askari ( Imam Ke-11).
syi'ah termasuk dalam
klasifikasi /golongan Kafir Harbi
Syiah Sang Pendusta
Syi'ah di Indonesia Sering Lakukan Kebohongan
Publik
[Siapa akan menyusul "hasan
syahatah"] mengapa pencaci sahabat dan istri rasul itu dibunuh !!!
Syaikhul Azhar Sayyid Dr. Muhammad Thanthawi
(Dan Lainnya) : Penghina Istri Dan Sahabat Nabi Keluar dari Islam
Sikap Imam-imam Ahlul Bait terhadap Penghina
Sahabat Rasulullah
Soal Mengkafirkan Syiah
Syiah Dari Konsep
Imamahnya
Sekilas sejarah hitam
syiah sepanjang zaman
Sejarah hitam syiah
laknatullah sepanjang zaman
Siapa Penggagas Agama
Syiah?
Siapakah Nashibi Di Mata
Syi'ah ? Siapa Yang Suka Menggelari Ahlus Sunnah Dengan Nawashib Kalau Bukan
Rafidhah?
Siapakah Nashibi Di Mata
Syi'ah ? "Tuduhan
Nawasib" Mainan Syiaher berbulu Sunni !
SYIAH jauh Lebih Berbahaya Dari ISIS [Untuk
Pendusta Yang Kebiasaan bersumpah " Demi Allah " ]
Syi’ah Itu Sesat Juragan (Sebuah Masukan
untuk Bapak Profesor Umar Syihab dan Bapak Profesor Din Syamsuddin)
Takfiri Syiah (ABI) Jadi
Bunglon Di Kantor Deputi VI Kemenko Polhukam, Dengan Memutar Balikan Dan
Menyembunyikan Kejahatan Takfirinya Terhadap Al-Qur'an, Istri Dan Sahabat Nabi
Serta Ahlus Sunnah !
Tanggapan Majlis Islam Suriah Atas Kebusukan
Mulut Ali Khamenei Laknatullah 'Alaihi. Menunjukan Iran Dan
Gerombolan Qum Kelompok Takfiri Tulen.
Tidak Peduli Desakan
Internasional, Malaysia/Brunei Berani Melarang Syiah, Singapura Perlakukan
Syi'ah Dan Ahmadiyah Bukan Bagian Dari Islam. Indonesia Kapan/Takut ??!
Untuk Mereka Yang Memberi Gelar Ahlussunnah
Dengan Nawashib
Ustadz Farid Achmad Okbah: Syiah lebih jahat
dari Israel
Untuk Quraish Shihab, Umar Shihab, Alwi
Shihab, Umar Shihab (Ketua Majelis Syuro IJABI), .....para Syi’aher
militan……kamuflaser syi'aher.......para peternak “kambing hitam jahiliyah”
wahabi dan pengadu domba NU-Wahhabi ??!! [ gemar menuding wahhabi/penghina (
sifat ) Allah, al-Wahhab ]….…..dan taqiyaher sejenis!!!!
Ucapan Dungu (Ahmaq) dan Bodoh (Jaahil) tokoh
umat Islam dan tokoh masyarakat yang empati dan simpati dengan syiah.
Video Fatwa Ulama Takfiri Syiah : Naikilah
Truk, Masuklah Ke Markas Musuh Dan Ledakkan Dirimu, Kamu Masuk Surga !
Video .. Mengapa Syiah Minta Agar Presiden Mohamed
Morsi Segera Dibunuh?
Video Yang Menggoncangkan Keyakinan 100 Juta
Syiah Dan Menyenangkan 1,5 Milyar Muslim Sunni !!
Waspada! Jangan Tertipu Oleh Propaganda
Persaudaraan Ahlussunnah Dengan Syiah Rafidhah Iran: Rekam Jejak Berdarah Dari
Sebuah Negeri Sumber Fitnah
Waspada, Politik Adu Domba Sesama Ahlussunnah
Meningkat, Sedangkan Syiah Bersiap-Siap!
Wahabi Dan Keluarga Nabi
Wahabi (Muhammad Bin Abdul
Wahab) Memberi Nama Anaknya Dengan Nama-Nama Keluarga Nabi, Yaitu Ali,
Fathimah, Hasan Dan Husein.
Zakir Naik : Syiah Kelompok Pendusta!
Laknatlah Aku, Jangan Abu Bakar Dan Umar
173 File Video (Data & Fakta Langsung Dari
Sumbernya) Membongkar Bahaya Ajaran Syiah
Tambahan :
Membedah Syubhat-Syubhat “Buku Pintar
Berdebat Dengan Wahabi”
Oleh : Ustadz Abu Ahmad Arif Fathul Ulum
bin Ahmad Saifullah
berdebat dengan wahabiDi antara
karakteristik ahli bid’ah dari masa ke masa, bahwasanya mereka selalu mencela
dan mencoreng citra Ahli Sunnah wal Jama’ah untuk menjauhkan umat dari al-haq.
Al-Imam Abu Hatim ar-Razi Rahimahullahu Ta’ala berkata, “Ciri ahli bid’ah
adalah mencela ahlil atsar.” (Ashlu Sunnah hlm. 24)
Al-Imam Abu Utsman ash-Shabuni
Rahimahullahu Ta’ala berkata, “Tanda yang paling jelas dari ahli bid’ah adalah
kerasnya permusuhan mereka kepada pembawa Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam. Mereka melecehkan dan menghina Ahli Sunnah dan menamakan Ahli Sunnah
dengan Hasyawiyyah, Jahalah, Dhahiriyyah, dan Musyabbihah.” (Aqidah Salaf
Ashabul Hadits hlm. 116)
Di antara deretan buku-buku ‘hitam’ yang
mencela ulama Sunnah adalah Buku Pintar Berdebat Dengan Wahabi yang beredar
belakangan ini. Buku ini penuh dengan banyak cercaan, kedustaan, tadlis
(manipulasi), dan pengkhianatan ilmiah terhadap Dakwah Salafiyyah.
Mengingat kitab ini telah menyebar di
kalangan kaum muslimin—bahkan banyak dijadikan rujukan oleh para pemasar
bid’ah—maka untuk menunaikan kewajiban kami dalam nasihat kepada kaum muslimin
dan membela dakwah yang haq, dengan memohon pertolongan kepada Allah akan kami
paparkan telaah kritis terhadap buku ini agar menjadi kewaspadaan dan
peringatan bagi kita semua.
Penulis dan Penerbit Buku Ini
Buku ini ditulis oleh Muhammad Idrus
Ramli dan diterbitkan oleh Bina Aswaja, Surabaya, cetakan ketujuh, Rajab 1433
H/Juni 2012 M.
PENULIS MENGINGKARI “ALLAH DI LANGIT”
Penulis berkata di dalam hlm. 16: Allah
juga Maha Suci dari tempat dan arah. Allah ada tanpa tempat.
Dia juga berkata di dalam hlm. 18:
Tidak jarang, kaum Wahabi menggunakan
ayat-ayat Al-Qur‘an untuk membenarkan keyakinan mereka, bahwa Allah bertempat
di langit. Akan tetapi dalil-dalil mereka dapat dengan mudah dipatahkan dengan
ayat-ayat Al-Qur‘an yang sama.
KAMI KATAKAN:
Tidak syak lagi bahwa bahwa penulis telah
terpengaruh dengan pemikiran Mu’tazilah yang menolak sifat-sifat Allah seperti
istiwa‘ dan yang lainnya. Ini menyelisihi manhaj Ahlis Sunnah wal Jama’ah yang
menetapkan semua sifat yang tsabitah bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Yang shahih adalah bahwa “Allah
bersemayam di atas ’Arsy di atas semua makhluk-Nya”. Al-Qur‘an, hadits shahih,
dan fitrah yang bersih serta cara berpikir yang sehat adalah dalil-dalil yang
qath’i yang mendukung kenyataan bahwa Allah berada di atas ’Arsy:
Allah Ta’ala berfirman:
ٱلرَّحْمَـٰنُ عَلَى ٱلْعَرْشِ ٱسْتَوَىٰ
Allah Yang Maha Pengasih itu beristiwa‘
di atas ’Arsy. (QS Thaha [20]: 5)
Keterangan bahwa Allah bersemayam di atas
’Arsy terdapat dalam tujuh surat, yaitu: al-A’raf [7]: 54, Yunus [10]: 3,
ar-Ra’d [51]: 2, Thaha [20]: 5, al-Furqan [25]: 59, as-Sajdah [22]: 4, dan
al-Hadid [59]: 4.
Para tabi’in menafsirkan istiwa‘ dengan
“naik dan tinggi”, sebagaimana diterangkan dalam hadits al-Bukhari (lihat Syarh
al-’Aqidah al-Wasithiyyah, asy-Syaikh al-Fauzan hlm. 73–75 cet. Maktabah
al-Ma’arif).
1.
Dan Allah Ta’ala berfirman:
2.
ءَأَمِنتُم مَّن فِى ٱلسَّمَآءِ أَن يَخْسِفَ
بِكُمُ ٱْلأَرْضَ
Apakah kalian merasa aman terhadap “Yang
di langit” bahwa Dia akan menjungkirbalikkan bumi bersama kalian? (QS al-Mulk
[67]: 16)
Menurut Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhu,
yang dimaksud dengan “Yang di langit” adalah Allah, seperti disebutkan dalam
kitab Tafsir Ibnul Jauzi.
2. Dan Allah Ta’ala berfirman:
يَخَافُونَ رَبَّهُم مِّن فَوْقِهِمْ
Mereka takut kepada Tuhan mereka yang
(ada) di atas mereka. (QS an-Nahl [16]: 50)
3. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam mi’raj ke langit ketujuh dan berdialog dengan Allah serta diwajibkan
untuk melakukan shalat lima waktu. (Muttafaqun ’alaih)
4. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda, “Kenapa kamu tidak mempercayaiku, padahal aku ini dipercaya
oleh Allah yang ada di langit?” (Muttafaqun ’alaih)
5. Di dalam Shahih Muslim (no. 537) bahwa
ada seorang jariyah (budak perempuan) penggembala kambing ditanya oleh
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Di manakah Allah?” Jawab budak
perempuan, “Di atas langit.” Beliau bertanya (lagi), “Siapakah aku?” Jawab
budak itu, “Engkau adalah Rasulullah.” Beliau bersabda, “Merdekakan ia, karena
sesungguhnya ia mukminah (seorang perempuan yang beriman).”
6. Al-Imam Malik, ketika ditanya tentang
masalah istiwa‘ (tingginya) Allah Subhanahu wa Ta’ala di atas ’Arsy-Nya
berkata, “Istiwa‘ (Allah) sudah sama dipahami, dan bagaimana (hakikat)nya tidak
diketahui, sedangkan mengimaninya adalah wajib, dan bertanya tentang bagaimana
(hakikat) Allah ber-istiwa‘ adalah bid’ah.” (Lihat Mukhtashar al-’Uluwoleh
al-Imam adz-Dzahabi hlm. 141.)
7. Al-Imam Abdullah bin Mubarak
Rahimahullahu Ta’ala berkata, “Kita mengetahui bahwa Tuhan kita berada di atas
langit yang tujuh; ber-istiwa‘ di atas ’Arsy-Nya; terpisah dari makhluk-Nya.
Kami tidak mengatakan seperti apa yang dikatakan oleh Jahmiyyah.” (Lihat
Mukhtashar al-’Uluw oleh al-Imam adz-Dzahabi hlm. 151.)
8. Al-Imam al-Auza’i Rahimahullahu Ta’ala
berkata, “Kami dan para Tabi’in mengatakan, ‘Sesungguhnya Allah penyebutannya
di atas ’Arsy-Nya dan kami mengimani apa saja yang terdapat di dalam Sunnah.’”
(Lihat Mukhtashar al-’Uluw oleh al-Imam adz-Dzahabi hlm. 138.)
9. Al-Imam Abu Hanifah Rahimahullahu
Ta’ala berkata, “Barangsiapa yang mengatakan ‘Saya tidak tahu apakah Tuhan saya
berada di langit atau bumi’ berarti dia telah kafir.” (Lihat Mukhtashar
al-’Uluw oleh al-Imam adz-Dzahabi hlm. 136.)
10. Al-Imam Ibnu Khuzaimah Rahimahullahu
Ta’ala berkata, “Barangsiapa yang tidak menetapkan sesungguhnya Allah Ta’ala di
atas ’Arsy-Nya Dia istiwa‘ di atas tujuh langit-Nya, maka ia telah kafir dengan
Rabbnya…” (Diriwayatkan oleh al-Hakim di dalam kitab Ma’rifah Ulumul Hadits
hlm. 84 dengan sanad yang shahih)
KEDUSTAAN-KEDUSTAAN PENULIS
Penulis berkata di dalam hlm. 90:
Misalnya Abdul Muhsin Al-‘Abbad dari
Madinah menganggap Al-Albani berfaham Murji’ah. Hamud Al-Tuwaijiri dari Riyadh
menilai Al-Albani telah mulhid (tersesat)…
KAMI KATAKAN:
Demikianlah penulis telah membuat
kedustaan yang besar yang diketahui oleh setiap orang yang memiliki perhatian
terhadap perikehidupan para ulama, penulis telah melecehkan para ulama Sunnah
dan membuat kebohongan-kebohongan atas mereka.
Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad SANGAT
MENGHORMATI Syaikh al-Albani sebagaimana Syaikh al-Albani juga sangat
menghormati beliau. Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad tidak pernah menuduh Syaikh
al-Albani Murji’ah bahkan beliau mengatakan:
قد كان
رحمه الله من العلماء الأفذاذ الذين أفنوا أعمارهم في خدمة السنة و التأليف فيها و
الدعوة إلى الله عز و جل و نصرة العقيدة السلفية و محاربة البدعة، و الذب عن سنة
الرسول- صلى الله عليه و سلم-
“Beliau Syaikh al-Albani termasuk para
ulama yang menonjol yang menghabiskan umur mereka di dalam pengabdian kepada
Sunnah, berdakwah ilallah, membela aqidah salaf, memerangi bid’ah, dan membela
sunnah Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.” (Tarjamah Syaikh al-Albani dari www.albani.org dan lihat juga buku kami Barisan
Ulama Pembela Sunnah Nabawiyyah hlm. 172 cet. kedua)
Demikian juga Syaikh Hamud at-Tuwaijiri
sangat menghormati Syaikh al-Albani dan beliau mengatakan tentang Syaikh
al-Albani:
الألباني
– الآن – علم على السنة ، الطعن فيه إعانة على الطعن في السنة
“Syaikh al-Albani sekarang adalah lambang
dari Sunnah, mencela beliau akan memudahkan cela pada Sunnah.” (Sirah
al-Allamah Hamud bin Abdullah at-Tuwaijiri hlm. 14 dan lihat juga buku kami
Barisan Ulama Pembela Sunnah Nabawiyyah hlm. 165 cet. kedua)
BID’AH HASANAH MENURUT PENULIS
Penulis berkata di dalam hlm. 36:
Dalam acara itu saya menjelaskan, bahwa
pembagian bid’ah menjadi dua, bid’ah hasanah dan bid’ah sayyi’ah, merupakan
keharusan dan keniscayaan dan pengamalan sekian banyak hadits Rasulullah yang
shahih dan terdapat dalam kitab-kitab hadits yang otoritatif (mu’tabar) Karena
meskipun Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah
Kitabullah, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ’alaihi
wasallam. Seburuk-buruk perkara adalah perkara yang diada-adakan dan setiap
bid’ah adalah sesat.” (HR Muslim: 867)
Ternyata Rasulullah juga bersabda:
“Barangsiapa yang MEMULAI mengerjakan perbuatan baik dalam Islam, maka dia akan
memperoleh pahalanya dan pahala orang yang mencontoh perbuatan itu, tanpa
mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa yang memulai kebiasaan
buruk, maka dia akan mendapatkan dosanya, dan dosa orang yang mengikutinya
dengan tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.” (HR Muslim: 1017)
Dalam hadits pertama Rasulullah
menegaskan bahwa setiap bid’ah adalah sesat. Tetapi dalam hadits kedua,
Rasulullah menegaskan pula, bahwa barangsiapa yang MEMULAi perbuatan baik dalam
Islam maka ia akan mendapatkan pahalanya dn pahala orang-orang yang
melakukannya sesudahnya. Dengan demikian, hadits kedua jelas membatasi
jangkauan makna hadits yang pertama “kullu bid’atin dhalalah” (setiap bid’ah
adalah sesat) sebagaimana dikatakan oleh Imam An-Nawawi dan lain-lain.
KAMI KATAKAN:
Demikianlah penulis berusaha melegalkan
bid’ah hasanah dengan menyebarkan pemahaman yang keliru tentang hadits Man
Sanna fil Islam Sunnatan Hasanatan padahal tidak ada pertentangan antara kedua
hadits tersebut, karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyatakan “Man
sanna fil Islam” yang artinya “Barangsiapa berbuat dalam Islam”, sedangkan
bid’ah tidak termasuk dalam Islam; kemudian beliau Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam menyatakan “sunnatan hasanatan” yang berarti “sunnah yang baik”,
sedangkan BID’AH BUKAN YANG BAIK. Tentu berbeda antara berbuat sunnah dan
mengerjakan bid’ah.
Jawaban lainnya, bahwa kata-kata “Man
sanna” bisa diartikan pula “BARANGSIAPA MENGHIDUPKAN SUATU SUNNAH”, yaitu
sunnah yang telah ditinggalkan dan pernah ada sebelumnya. Jadi kata “sanna”
tidak berarti membuat sunnah dari dirinya sendiri, melainkan menghidupkan
kembali suatu sunnah yang telah ditinggalkan.
Ada juga jawaban lain yang ditunjukkan
oleh sabab wurud (sebab timbulnya) hadits di atas, yaitu kisah orang-orang yang
datang kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan mereka itu dalam keadaan
yang amat sulit. Maka beliau menghimbau kepada para sahabat untuk mendermakan
sebagian dari harta mereka. Kemudian datanglah seorang Anshar dengan membawa
sebungkus uang perak yang kelihatannya cukup banyak, lalu diletakkannya di
hadapan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Seketika itu berseri-serilah
wajah beliau dan bersabda, “Siapa yang memulai memberi contoh kebaikan dalam
Islam maka ia mendapat pahala perbuatannya dan pahala orang-orang yang
mengikuti (meniru) perbuatannya itu.”
Dari sini dapat dipahami bahwa arti
“sanna” ialah melaksanakan (mengerjakan), BUKAN BERARTI MEMBUAT (MENGADAKAN)
SUATU SUNNAH. Jadi, arti dari sabda beliau “Man sanna fil Islami sunnatan
hasanatan” yaitu: “Barangsiapa melaksanakan sunnah yang baik dalam Islam”,
bukan membuat atau mengadakannya karena yang demikian ini dilarang berdasarkan
sabda beliau “Kullu bid’atin dhalalah”. (Lihat al-Ibda’ fi Kamalisy Syar’i wa
Khatharil Ibtida’.)
MENOLAK HADITS SHAHIH
Penulis di dalam hlm. 21–22 Menyebutkan
hadits Jariyah yang diriwayatkan oleh al-Imam Muslim di dalam Shahih-nya 2/70:
فَقَالَ
لَهَا أَيْنَ اللَّهُ قَالَتْ فِي السَّمَاءِ قَالَ مَنْ أَنَا قَالَتْ أَنْتَ رَسُولُ
اللَّهِ قَالَ أَعْتِقْهَا فَإِنَّهَا مُؤْمِنَةٌ
“Lalu
beliau bertanya kepada budak wanita tersebut, ‘Di manakah Allah?’ Budak itu
menjawab, ‘Di langit.’ Beliau bertanya, ‘Siapakah aku?’ Dia menjawab, ‘Engkau
adalah utusan Allah.’ Beliau bersabda, ‘Bebaskanlah dia, karena dia seorang
wanita mukminah.’”
Kemudian penulis berkata: "Ada tiga
tinjauan berkaitan dengan hadits yang Anda sebutkan. Pertama dari aspek
kritisisme ilmu hadits (naqd al-hadits) Hadits yang Anda sebutkan menurut para
ulama tergolong hadits mudhtarib (hadits yang simpang siur periwayatannya),
sehingga kedudukannya menjadi lemah dan tidak dapat dijadikan hujjah.
Kesimpangsiuran periwayatan hadits tersebut, dapat dilihat dari perbedaan
setiap perawi dalam meriwayatkan hadits tersebut. Ada yang meriwayatkan Nabi
tidak bertanya dimana Allah. Akan tetapi Nabi bertanya, apakah kamu bersaksi
bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad utusan Allah."
KAMI KATAKAN:
Demikianlah, untuk melegalkan pemikiran
sesatnya bahwa Allah tidak di langit, penulis telah berani menolak hadits yang
disepakati keshahihannya oleh para ulama. Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani
Rahimahullahu Ta’alaberkata, “Hadits ini disepakati keabsahannya oleh para
ulama muslimin semenjak dahulu hingga sekarang dan dijadikan hujjah oleh
imam-imam besar, seperti Malik, asy-Syafi’i, Ahmad, dan lainnya. Dan
dishahihkan oleh Muslim, Abu ’Awanah, Ibnul Jarud, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban,
dan orang-orang yang mengikuti mereka dari para pakar dan sebagian mereka
adalah para penakwil, seperti al-Baihaqi, al-Baghawi, Ibnul Jauzi, adz-Dzahabi,
(Ibnu Hajar) al-Asqalani, dan lainnya.
Lantas, bagaimana pendapat seorang muslim
yang berakal terhadap orang jahil dan sombong yang menyelisihi para imam dan
pakar tersebut, bahkan mencela lafal (yang diucapkan) Nabi Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam yang telah dishahihkan oleh para ulama tersebut?!” (Silsilah
al-Ahadits ash-Shahihah 1/11)
Al-Imam al-Baihaqi Rahimahullahu Ta’ala
mengatakan, “Hadits ini shahih. Dikeluarkan oleh Muslim.” (al-Asma‘ wash Shifat
hlm. 532–533)
Al-Imam adz-Dzahabi Rahimahullahu Ta’ala
berkata, “Hadits ini shahih. Dikeluarkan oleh Muslim, Abu Dawud, an-Nasa‘i, dan
imam-imam lainnya dalam kitab-kitab mereka dengan memperlakukannya sebagaimana
datangnya tanpa takwil dan tahrif.” (al-’Uluw lil ’Aliyyil ’Azhim 1/249)
Al-Hafizh Ibnu Hajar Rahimahullahu Ta’ala
mengatakan, “Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Muslim.” (Fathul Bari13/359)
Sepanjang pengetahuan kami, tidak ada
satu pun dari ulama hadits yang menyebutkan bahwa hadits tersebut adalah
mudhtarib, maka penulis telah melakukan pelemahan hadits dengan dalih dari
kantongnya sendiri.
BERARGUMEN DENGAN HADITS LEMAH
Penulis berkata di dalam hlm. 10: Sebagai
penegasan bahwa Nabi yang telah wafat, dapat mendoakan orang yang masih hidup,
adalah hadits berikut
عن عبد الله بن مسعود عن النبي صلى الله عليه
وسلم قال: حياتي خير لكم ، تحدثون ويحدث لكم ، ووفاتي خير لكم ، تعرض علي أعمالكم
، فما رأيت من خير حمدت الله عليه ، وما رأيت من شر استغفرت الله لكم من خير حمدت
الله عليه ، وما رأيت من شر استغفرت الله لكم
“Dari Abdullah bin Mas’ud, Rasulullah
bersabda: ‘Hidupku lebih baik bagi kalian. Kalian berbuat sesuatu, aku dapat
menjelaskan hukumnya. Wafatku juga lebih baik bagi kalian. Apabila aku wafat,
maka amal perbuatan kalian ditampakkan kepadaku. Apabila aku melihat amal baik
kalian, aku akan memuji kepada Allah. Dan apabila aku melihat sebaliknya, maka
aku akan memintakan ampun kalian kepada Allah.’” (HR al-Bazzar, 1925)
KAMI KATAKAN:
Ini adalah hadits yang lemah. Ia
diriwayatkan oleh al-Bazzar di dalam Musnad-nya 5/308 dari Yusuf bin Musa dari
Abdul Majid bin Abdil Aziz bin Abi Rawwad dari Sufyan dari Abdullah bin Saib
dari Zadzan dari Abdullah bin Mas’ud dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda:
إِنَّ لِلَّهِ مَلَائِكَةً سَيَّاحِينَ
يُبَلِّغُونِي عَنْ أُمَّتِي السَّلَامَ قَالَ: وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: حَيَاتِي خَيْرٌ لَكُمْ تُحَدِّثُونَ وَنُحَدِّثُ
لَكُمْ ، وَوَفَاتِي خَيْرٌ لَكُمْ تُعْرَضُ عَلَيَّ أَعْمَالُكُمْ ، فَمَا
رَأَيْتُ مِنَ خَيْرٍ حَمِدْتُ اللَّهَ عَلَيْهِ ، وَمَا رَأَيْتُ مِنَ شَرٍّ
اسْتَغْفَرْتُ اللَّهَ لَكُمْ
“Sesungguhnya Allah memiliki malaikat
Sayyahin (yang berkeliling) di bumi. Mereka menyampaikan salam dari umatku
kepadaku.” Abdullah berkata, “Dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda, ‘Hidupku lebih baik bagi kalian. Kalian berbicara dan kami berbicara
kepada kalian. Wafatku juga lebih baik bagi kalian. amal perbuatan kalian
ditampakkan kepadaku. Apabila aku melihat amal baik kalian, aku akan memuji
kepada Allah. Dan apabila aku melihat sebaliknya, maka aku akan memintakan
ampun kalian kepada Allah.’”
Al-Bazzar Rahimahullahu Ta’ala berkata,
“Dan hadits ini, (bagian) akhirnya kami tidak mengetahui diriwayatkan dari
Abdullah kecuali dari jalan dengan sanad ini.”
Abdul Aziz bin Abi Rawwad telah sendirian
di dalam meriwayatkan hadits ini dari Sufyan ats-Tsauri dengan tambahan
“Hidupku lebih baik bagi kalian…”, dia telah diselisihi oleh banyak dari para
perawi yang tsiqah dari para sahabat Sufyan ats-Tsauri yang meriwayatkan hadits
ini dari Sufyan tanpa tambahan di atas.
Para perawi yang tsiqah tersebut adalah:
Yahya al-Qaththan, Abdurrahman bin Mahdi, Waki’ bin Jarrah, Ibnul Mubarak,
Abdurrazzaq bin Hammam, Mu’adz al-’Anbari, Muhammad bin Yusuf al-Firyabi,
Abdullah bin Numair, Zaid bin Habbab, Ubaidullah bin Musa, Abu Nu’aim, Fudhail
bin ’Iyadh, Muhammad bin Katsir, dan Abu Ishaq al-Fazari, yang total jumlah mereka
ada 14 orang (riwayat mereka ada di dalam Sunan an-Nasa‘i 3/43, Musnad Ahmad
1/452 dan yang lainnya, lihat Silsilah Ahadits Dha’ifah: 975 dan Fatawa
Haditsiyyah 2/14).
Maka riwayat Abdul Majid bin Abi Rawwad
adalah mungkar, dia dilemahkan oleh Abu Hatim Ibnu Sa’ad, Abu Zur’ah,
Daruquthni, dan yang lainnya.
Hadits ini dilemahkan oleh al-’Ujluni di
dalam Kasyful Khafa’ 1/442, al-Hafizh al-’Iraqi di dalam Mughnil Isfar 2/1051,
dan Ibnul Qaisarani di dalam Ma’rifat Tadzkirah 3/1250.
Syaikh al-Albani Rahimahullahu Ta’ala
berkata, “Dan kesimpulannya bahwa hadits ini adalah lemah dengan seluruh
jalan-jalannya.” (Silsilah Dha’ifah 2/406)
Syaikh Muqbil bin Hadi al-Wadi’i
Rahimahullahu Ta’ala berkata, “Hadits ini termasuk mungkar-mungkar Abdul Majid
bin Abi Rawwad.” (Arsip Multaqa Ahlil Hadits 27/327)
Syaikh Abu Ishaq al-Huwaini menyebutkan
bahwa hadits ini mungkar secara matan dengan dalil hadits yang Muttafaq ’Alaih
dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda:
ألا وإنه سيجاءُ برجالٍ من أمتي، فيؤخذُ بهم ذات
الشمال، فأقولُ: يا ربِّ أصحابي، فقال: إنك لا تدري ما أحدثوا بعدك
“Ingat, sesungguhnya beberapa orang dari
umatku akan didatangkan lalu mereka diambil ke golongan kiri, aku berkata,
‘Wahai Rabb, (mereka itu) sahabat-sahabatku.’ Dikatakan, ‘Sesungguhnya engkau
tidak tahu apa yang mereka buat-buat sepeninggalmu.’”
Hadits ini merupakan dalil bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak mengetahui amalan-amalan umat
beliau setelah beliau wafat. (Lihat Fatawa Haditsiyyah 2/16.)
Penutup
Inilah yang bisa kami sampaikan kepada
para pembaca tentang jawaban-jawaban terhadap syubhat-syubhat buku ini.
Sebetulnya masih banyak hal-hal lain dari syubhat-syubhat buku ini yang perlu
dijelaskan, tetapi insya Allah yang telah kami paparkan di atas sudah bisa
memberikan peringatan kepada kita tentang bahaya buku ini. Semoga Allah selalu
menjadikan kita termasuk orang-orang yang mendengarkan nasihat dan
mengikutinya.
Amin.
والله أعلم بالصواب
sumber :
●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●
Artikel ini, juga ditujukan kepada :
Ustadz KH. Muhammad Idrus Ramli
Ustadz KH. Lutfi Bashori
Ustadz KH. Buya Yahya Zainul Ma'arif
●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●
Sanggahan terhadap artikel lamurkha silahkan
kirim ke :
akan diteruskan kepenulis (sumber).
●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●