Kebanyakan
dari kita mendapatkan doktrin yang sungguh aneh bin ajiib, seperti “Jangan
sekali kali mendekati wahhabi-salafy, karena salafy wahhabi adalah sebuah
kelompok yang suka mengkafirkan muslimin”Dan mungkin dalam keadaan lain dia
mendapatkan suatu pencerahan, seperti “Salafy dan Wahhaby itu berbeda” Namun
kemungkinan pencerahan yang dia dapat terlalu singkat dan belum memuaskan hati
sang penanya. Disini, saya –insya Allah- akan memaparkan sedikit perbedaan
salafy dan wahhabi.
Terdapat
pertanyaan yang masuk ke kami.
Pertanyaan: Assalamualaikum ustadz.. Ana mau bertanya
tentang agama, apakah ustadz berkenan untuk menjawab? Ana mash awam terhadap
agama , ana msh bingung antara wahaby dn salafy...bisakah ustadz menjelaskn
kedua ny , dn yng mana yng harus ana ikuti...?
Jawaban: Wa alaikumussalam Wa rahmatullah
Wabarakatuh. Sebelum bebicara panjang lebar, ada baiknya jikalau kita
mengetahui “Siapakah wahhabi itu sebenarnya?”. Karena kata-kata wahhabi sungguh
menggegerkan pendengaran masyarakat, terutama masyarakat kita. Tanpa panjang
lebar, simaklah siapakah wahhabi itu.
Penuduhan
julukan wahhabi banyak disematkan kepada sekumpulan orang-orang yang bepegang
teguh kepada manhaj salaf. Penuduhan ini tentulah salah dan sungguh
menyimpang. Dan julukan “Wahhabi” ini juga tersematkan kepada organisasi
organisasi islam yang lain. Dan bukan salaf saja yang terkena tuduhan wahhabi,
diantara mereka seperti Ikhwanul muslimin, PKS, Hizbut tahriir, Wahdah
islamiyyah, Muhammadiyyah, LDII, PERSIS dll. Sehingga julukan wahhabi bukan
hanya tersematkan untuk orang orang yang berpegang teguh kepada manhaj salaf.
Padahal antara salaf dan organisasi-organisasi tersebut memiliki perbedaan
pemahaman dalam meniti manhaj yang benar.
Kami
disini tidak menyebutkan penyimpangan-penyimpangan organisasi yang telah
disebutkan. Namun pembicaraan kita khusus antara Salafi dan Wahhabi.
Apakah
Wahhabi julukan buat Muhammad Bin Abdil Wahhab penegak Tauhid yang berasal dari
nejd, ataukah wahhabi adalah sebuah julukan buat selainnya?
Hakikat
Wahhabi:
Ketahuilah,
bahwasanya julukan wahhabi pertama kali diperuntukkan untuk “Abdul Wahhab Bin
Abdirrahman bin Rustum Al Ibadi Al Khariji” bukan Syaikhul Islam “Muhammad bin
Abdil Wahhab As Salafy”. Mereka berdua tentulah berbeda dari segi akidah dan
manhaj.
Diantara
kecurangan para penyembah kubur dan ahli bid’ah adalah mengambil salah satu fatwa
ulama Ahlusunnah untuk menyesatkan Salafiyyun yang sering belajar dari kitab
Muhammad bin Abdil Wahhab As Salafy, dengan menyatakan bahwasanya Wahhabi telah
dikafirkan ulama. Diantara fatwa ulama Ahlussunnah:
Imam Al
Winsyarisi pernah menyebutkan fatwa Imam Al Lakhmi (Salah Satu Ulama
Ahlussunnah) dalam kitabnya “Al Mi’yar Al Mu’rib Fi Fatawa Ahli Al Maghrib”
bahwasanya Imam Al Lakhmi menyesatkan Firqah Wahhabiyyah. Al Winsyarisi menyebutkan:
سئل اللخمي : عن أهل بلد بنى عندهم الوهابيون مسجداً ، ما حكم الصلاة
فيه ؟
Imam Al
Lakmi pernah ditanya tentang suatu negeri yang disitu orang-orang Wahabiyyun
membangun sebuah masjid, Bagaimana hukum shalat didalamnya?
Maka Imam Al-Lakhmi pun menjawab:
خارجية ضالة كافرة ، قطع الله دابرها من الأرض ، يجب هدم المسجد ،
وإبعادهم عن ديار المسلمين
“Firqoh
Wahabiyyah adalah firqoh khawarij yang sesat,semoga Allah menghancurkan mereka,
masjidnya wajib untuk dihancurkan dan wajib untuk mengusir mereka dari
negeri-negeri kaum muslimin “[1]
Akan
tetapi pertanyaan besar buat sang penuduh Salafiyyiin sebagai wahhabi yang
sesat: “Siapakah wahhabi yang dimaksud oleh Imam Al Lakhmi diatas??” Mari kita
lihat kembali kepada lembaran sejarah.
Imam
Lakhmi yang menyesatkan wahhabi, wafat pada tahun (478 H)[2],
dan kita lihat wafatnya Al Winsyarisi yang menyebutkan fatwa lakhmi diatas, dan
ternyata beliau wafat pada tahun (914 H) sebagaimana yang tertulis pada sampul
kitabnya.
Sedangkan
Muhammad bin Abdul Wahhab As Salafy lahir pada tahun (1115 H) dan wafat pada
tahun (1206 H). Orang yang mempunyai akal tidak akan mungkin mempercayai cerita
orang yang berfatwa akan kesesatan seseorang yang lahir setelahnya, Antara
mereka selang 728 tahun lamanya. Imam Al Winsyarisi dan Al Lakmi Wafat Sebelum
lahirnya Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab.
Lihat !!
Imam Al Lakhmi berfatwa sesatnya Wahhabi sebelum lahirnya Syaikh Muhammad Bin
Abdil Wahhab. Lantas siapakah yang dimaksudkan oleh imam Al Lakhmi itu?? Yang dimaksudkan oleh Imam Al Lakhmi itu
tidak lain dan tidak bukan kecuali “Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum Al
Khaoriji” yang gemar untuk mengkafirkan kaum muslimin dan tidak sejalan dengan
pemahamannya para sahabat.
Dia
meniadakan kewajiban haji. Dan Abdul Wahhab bin Rustum wafat pada tahun 197 H /
190 H (wafat pada tahun 190 H sebagaimana yang disebutkan oleh Az Zarkali).
Mari kita lihat perkataan Al Faransi dalam kitabnya “Al Firaq Al Islamiyyah Fii
Syamaal Ifriqiiyaa”:
فقرأ أحدهم : الوهبية أو الوهابية فرقة خارجية أباضية أنشأها
عبد الوهاب بن عبد الرحمن بن رستم ، الخارجي الأباضيّ ، وسميت باسمه وهابية ، الذي
عطّل الشرائع الإسلامية ، وألغى الحج ، وحصل بينه وبين معارضيه حروب
“Diantara
mereka mengatakan: Al Wahbiyyah ataupun Al Wahhabiyyah sebuah firqah (kelompok)
khowarij Ibadiyyah yang di dirikan oleh Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin
Rustum, seorang khawarij ibadiy, Dinamakan Wahhabiyyah karena sesuai namanya,
dia adalah orang yang membatalkan syariat syariat islam. Dan meniadakan
kewajiban haji, dan telah banyak peperangan yang terjadi antara dia dan
penentangnya.
Dan Al
Faransi juga mengatakan lanjutan dari perkataan sebelumnya:
المتوفى عام 197 هـ ، بمدينة تاهرت بالشمال الأفريقي
“(Abdul
Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum) wafat pada tahun 197 H, di kota tihert di
Afrika Utara”
Sehingga
firqah wahhabiyyah muncul dari tihert Afrika Utara sejak Syaikh Muhammad bin
Abdil Wahhab belum lahir, dan bukanlah dari Saudi terlebih lagi dari nejd untuk
menuduh Muhammad Abdil Wahhab sebagai Wahhabi sesat.
Dan
ketahuilah dari berbagai fitnah yang dituduhkan oleh ASWAJA dan syiah, yang
suka untuk menyamakan Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab dengan firqah
Wahhabiyyah Khorijiyyah yang didirikan oleh Abdil Wahhab bin Abdirrahman bin
Rustum “bahwasanya Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab suka mengkafirkan dll”
telah dibantah oleh beliau sendiri sejak zaman dahulu kala, karena tuduhan ini
sudah muncul dizaman beliau, namun ASWAJA timbulkan lagi tuduhan ini. (Semoga
Allah membalas yang setimpal atas tuduhan mereka yang semena mena). Simaklah
perkataan beliau:
(فمنها) قوله : إني مبطل كتب المذاهب الأربعة، وإني أقول إن الناس من
ستمائة سنة ليسوا على شيء وإني أدعي الاجتهاد، وإني خارج عن التقليد وإني أقول إن
اختلاف العلماء نقمة، وإني أكفر من توسل بالصالحين، وإني أكفر البوصيري لقوله يا
أكرم الخلق، وإني أقول لو أقدر على هدم قبة رسول الله صلى الله عليه وسلم لهدمتها،
ولو أقدر على الكعبة لأخدت ميزابها وجعلت لها ميزاباً من خشب وإني أحرم زيارة قبر
النبي صلى الله عليه وسلم وإني أنكر زيارة قبر الوالدين وغيرهما، وإني أكفر من حلف
بغير الله، وإني أكفر ابن الفارض وابن عربي، وإني أحرق دلائل الخيرات وروض
الرياحين وأسمية روض الشياطين. جوابي عن هذه المسائل أن أقول سبحانك هذا بهتان
عظيم. وقبله من بهت محمداً صلى الله عليه وسلم أنه يسب عيسى بن مريم ويسب الصالحين
فتشابهت قلوبهم بافتراء الكذب وقول الزور. قال تعالى : (إنما يفتري الكذب الذين لا
يؤمنون بآيات الله) بهتوه صلى الله عليه وسلم بأنه يقول إن الملائكة وعيسى وعزيراً
قي النار. فأنزل الله في ذلك : ( إن الذين سبقت لهم منا الحسنى أولئك عنها مبعدون )
“Maka dari
tuduhan dusta tersebut, perkataan mereka: Bahwasanya saya (Muhammad bin Abdil
Wahhab) membatalkan kitab-kitab 4 madzhab, dan bahwasanya saya mengatakan
“bahwasanya manusia semenjak 600 tahun yang lalu tidaklah diatas sesuatu (tidak
mempunyai keutamaan dan tidak diatas kebenaran), dan bahwasanya saya mengakui
diri saya seorang mujtahid, dan bahwasanya saya keluar dari wilayah taklid. Dan
bahwasanya saya mengatakan perbedaan pendapat ulama adalah adzab, dan
bahwasanya saya mengkafirkan orang yang bertawassul kepada orang-orang yang
shalih, dan bahwasanya saya mengkafirkan buwaishiry karena dia mengakatakan
“Wahai manusia yang paling mulia, dan bahwasanya saya mengatakan “seandainya
saya mampu untuk meruntuhkan qubbah nabi maka akan aku runtuhkan, dan
seandainya aku menguasai ka’bah maka aku akan mengambil pintunya dan aku akan
membuatkannya pintu dari kayu,
Dan bahwa
aku mengharamkan berziarah ke kuburan Nabi – Shallallahu 'Alaihi wasallam, dan
bahwa aku mengingkari ziarah ke kuburan kedua orang tua dan ke yang lainnya,
dan bahwa aku mengkafirkan siapa saja yang bersumpah selain dengan Allah, dan
bahwa aku mengkafirkan Ibnu Faridh dan Ibnu 'Arabiy, dan bahwa aku membakar
kitab Dala'ilul Khairat dan kitab Raudhur Rayyahin lalu aku menamakannya
Raudhusy Syayathin.
Dan
sebagai jawabanku atas masalah-masalah ini, aku katakan: "Mahasuci engkau
(Allah), ini adalah kedustaan yang besar", dan dari sebelumnya ada orang
yang mendustakan Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam bahwa beliau telah
mencaci nabi Isa Bin Maryam, dan telah mencaci orang-orang Shalih, maka
serupalah hati mereka (yakni orang yang berdusta atas Nabi dan atas Syaikh
Muhammad Bin Abdil Wahhab) dalam mengada-adakan kedustaan dan ucapan palsu.
Allah berfirman: "Sesungguhnya hanya orang-orang yang mengada-adakan
kedustaanlah yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah", mereka menuduh
Rasulullah dengan sesuatu yang tidak pernah beliau ucapkan, bahwa beliau
Shallallahu 'Alaihi Wasallam berkata: "sesungguhnya para malaikat, Isa dan
Uzair berada di dalam neraka", maka Allah pun menurunkan ayat ini:
"Sesungguhnya orang-orang yang telah lebih dulu kebaikan mereka ada dari
kami, mereka adalah orang-orang yang jauh dari neraka”[3]
Sehingga
salafiyyun –diantara mereka adalah Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab- bukanlah
seorang takfiriy (yang suka mengkafirkan). Sehingga akidah dan manhaj syaikh Muhammad
bin Abdil Wahhab adalah salaf dan bukan wahhabiyyah.
Maka dari
itu berkatalah Malik Abdil Aziz Alu Suud:
يسمّوننا بالوهّابيّين، ويسمون مذهبنا بالوهّابيِّ، باعتبار أنّه
مذهب خاصٌّ، وهذا خطأ فاحش نشأ عن الدعايات الكاذبة الّتي كان يبثها أهل الأغراض.نحن لسنا أصحاب مذهب جديد،
وعقيدة جديدة، فعقيدتنا هي عقيدة السلف الصالح، ونحن نحترم الأئمة الأربعة، ولا
فرق عندنا بين مالك والشافعيِّ و أحمد وأبي حنيفة، وكلّهم محترمون في نظرنا. هذه هي العقيدة التي قام شيخ الإسلام محمد بن عبدالوهاب
يدعو إليها. وهذه هي عقيدتنا، وهي عقيدة مبنية على توحيد الله عز وجل خالصة من كل
شائبة منزّهة من كل بدعة، فعقيدة التوحيد هذه هي التي ندعو إليها، وهي التي تنجينا
مما نحن فيه من محن وأوصاب.
“Mereka
menamakan kami dengan Wahhabiyyin, dan mereka menamai madzhab kami dengan
madzhab Wahhabi dalam konteks madzhab baru. Dan ini adalah kesalahan yang
fatal. Muncul dari tuduhan-tuduhan dusta yang dihembuskan oleh orang-orang yang
memiliki maksud. Dan kami bukanlah orang-orang yang berpegang kepada madzhab
baru dan akidah yang baru. Maka akidah kami adalah akidah salafus
shalih, dan kami
menghormati 4 imam, dan tidak ada bedanya bagi kami antara imam Malik dan Imam
Syafi’i begitu pula imam Ahmad dan Imam Abu hanifah, semuanya adalah imam yang
terhormat dalam pandangan kami. Dan inilah akidah yang didakwahkan oleh syaikh
Muhammad bin Abdil Wahhab, dan inilah akidah kami. Dan dia adalah akidah yang
dibangun diatas tauhid kepada Allah dan murni dari kerancuan-kerancuan dan
bersih dari segala bid’ah-bid’ah. Dan akidah tauhid yang kami dakwahkan,
dan akidah inilah yang menyelamatkan kami dari cobaan-cobaan dan
musibah-musibah”[4]
Kemudian
mereka yang menuduh kami wahhabi dengan berdalil bahwasanya kami pengikut
tanduk syaithon dari najd karena kelahiran Muhammad bin Abdil Wahhab dari Najd.
Maka kami
jawab: Ini adalah sungguh kedustaan yang besar, ingin menyamakan kami dengan
sabda Rasul:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا وَفِي يَمَنِنَا قَالَ
قَالُوا وَفِي نَجْدِنَا قَالَ قَالَ هُنَاكَ الزَّلَازِلُ وَالْفِتَنُ وَبِهَا
يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ
“ Ya
Allah, berikanlah barakah kepada kami pada Syaam kami dan Yamaan kami”. Para
shahabat : “Dan juga Najd kami ?”. Beliau bersabda : “Di sana muncul bencana
dan fitnah. Dan di sanalah akan muncul tanduk setan”[5]
Akan
tetapi yang dipertanyakan, apakah yang diinginkan oleh Rasulullah adalah Najd
di saudi? Mari kita merujuk dan melihat penjelasan para ulama dalam mengomentari
hadits diatas.
Al Hafidz
Ibnu Hajar Al Asqalani mengatakan:
وقال الخطابي: نجد من جهة المشرق، ومن كان بالمدينة كان نجدُه باديةَ
العراق ونواحيها، وهي مشرق أهل المدينة، وأصلُ النجد ما ارتفع من الأرض، وهو خلاف
الغور، فإنَّه ما انخفض منها، وتهامة كلُّها من الغور ومكة من تهامة
Al
Khattabi berkata: Najd adalah arah timur, dan barang siapa yang berada di
madinah maka najd nya adalah lembah iraq dan sekitarnya. Dan dia adalah
timurnya ahli madinah. Dan adal kata najd tanah yang tinggi dan dia adalah
lawan kata Al Ghour. Karena Al ghour adalah Tanah yang rendah. Dan tihamah
seluruhnya termasuk Al Ghour dan Makkah termasuk Tihamah”[6]
Jadi yang
dimaksudkan oleh nabi Muhammad dalam najd diatas adalah Iraq. Dan begitulah
kebanyakan firqah-firqah sesat muncul dari wilayah Iraq begitu pula ya’juj dan
ma’ju berserta dajjal akan muncul dari arah sana meneurut kebanyakan riwayat.
Kemudian
yang tidak kalah lucunya, mereka mengatakan Ibnu taimiyyah adalah seorang
wahhabi yang harus dijauhi pemikirannya sama dengan Muhammad bin Abdil Wahhab.
Maka peryataan
ini sungguh menggelitik. Padahal yang duluan lahir siapa? Ibnu Taimiyyah dulu
ataukah Muhammad bin Abdil Wahhab? Jelas, Syaikhul Islam ibn Taimiyyah
duluan yang hidup.
Sehingga
telah jelas bagi sang penanya perbedaan salaf dan wahhabi. Kemudian, pertanyaan
penanya:
“bisakah
ustadz menjelaskn kedua ny , dn yng mana yng harus ana ikuti...?”
Untuk
penjelasan antara perbedaan keduanya telah kami jelaskan. Kemudian, diantara
keduanya yang manakah yang harus anda ikuti?
Maka
jelaslah yang harus anda ikuti adalah manhaj salaf. Karena salaf adalah 3
generasi terbaik “Sahabat, Tabi’in, Tabiut Tabi’in).
Rasulullah
shallallahu alaihhi wa sallam bersabda:
خَيْرُ النَاسِ قَرْنِي ثُمَّ الذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الذِيْنَ
يَلُوْنَهُمْ
“Sebaik-baik
manusia adalah zamanku kemudian zaman setelahnya kemudian zaman setelahnya.”[7]
Allah
berfirman:
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ
وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ
وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا
أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Orang-orang
yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari orang-orang Muhajirin
dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha
kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi
mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.”[8]
Dan itulah
pengikut para salaf, dengan berusaha menjalan sunnah nabi Muhammad shallallahu
alaihi wa sallam sesuai pemahaman para salaf.
Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam:
Irbadh bin
Sariyah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
وَعَظَنَا مَوْعِظَةً بَلِيْغَةً ذَرِفَتْ مِنْهَا العُيُوْنُ
وَوَجِلَتْ مِنْهَا القُلُوْبُ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُوْلُ الله كَأَنَّ هَذِهِ
مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَمَاذَا تَعْهُدُ إِلَيْنَا فَقَالَ أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى
الله وَالسَّمْعَ وَالطَّاعَةَ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ
مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ
الخُلَفَاءِ المَهْدِيْيِنَ الرَّاشِدِيْنَ تَمَسَّكُوْا بِهَا وَعَضُّوا
عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ
مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Nabi
shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam menasihati kami dengan suatu nasihat
yang sangat mendalam, sehingga membuat air mata kami mengalir dan hati-hati
kami bergetar. Maka berkatalah seseorang, ‘Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa alihi wa sallam, seakan-akan ini adalah nasihat perpisahan, maka apakah yang
engkau wasiatkan kepada kami?’ Maka Rasulullah bersabda, ‘Saya mewasiatkan
kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, dan agar kalian mendengar dan taat
(kepada pemimpin) walaupun (yang memimpin kalian adalah) seorang budak dari
Habasyah (sekarang Ethiopia -pen.). Karena sesungguhnya siapa di antara kalian
yang hidup setelahku, maka akan melihat perselisihan yang banyak, maka wajib
atas kalian untuk berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah Al-Khulafa` yang
mendapat hidayah dan petunjuk. Berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah dengan
gigi-gigi geraham kalian. Dan hati-hatilah terhadap perkara yang baru dalam
agama, karena sesungguhnya semua perkara yang baru dalam agama adalah bid’ah,
dan semua bid’ah adalah sesat”[9]
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
افْتَرَقَتِ الْيَهُوْدُ عَلَى إِحْدَى
وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَافْتَرَقَتِ النَّصَارَى عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ
فِرْقَةً وَإِنَّ أُمَّتِيْ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلاَثِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً
كُلُّهَا فِي النَّارِ إِلاَّ وَاحِدَةً وَهِيَ الْجَمَاعَةُ
“Telah
terpecah orang–orang Yahudi menjadi tujuh puluh satu firqah ‘ golongan ’ dan
telah terpecah orang-orang Nashara menjadi tujuh puluh dua firqah dan
sesungguhnya umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga firqah. Semuanya
dalam neraka kecuali satu dan ia adalah Al-Jama’ah”[10]
Dalam
sebuah riwayat disebutkan:
هُمْ مَنْ كَانَ عَلَى مِثْلِ مَا أَنَا عَلَيْهِ الْيَوْمَ
وَأَصْحَابِي
"Mereka
adalah orang yang berada pada (jalan) seperti (jalan) yang aku dan
sahabat-sahabatku berada di atasnya hari ini."[11]
Semoga
yang sedikit ini dapat bermanfaat, dan ini demi tujuan untuk melepaskan
tudingan dan julukan buruk yang disematkan kepada ikhwan salafiyyin secara umum
dan Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab secara khusus.
Penulis: Muhammad Abdurrahman Al Amiry
Artikel: alamiry.net (Kajian Al Amiry)
[1] Fatwa Al Lakhmi ini disebutkan oleh Al Winsyarisi dalam
kitabnya Al Mi’yar Al Mu’rib Fi Fatawa Ahli Al Maghrib pada jilid 11 Hal. 168
[2] Lihat di Al Hulal As Sundusiyyah Hal. 142 dan Al A’lam
Punya Imam Az Zarkali (5/148)
[3] Ar Rasaail Asy
Syakhsiyyah pada Ar Risalah Al Uulaa. Milik Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab
[4] Al Malik Ar Rasyid Hal. 36
[5] HR Bukhari Muslim
[6] Fathul Bari (13/47)
[7] Muttafaq Alaihi (HR Bukhari dan Muslim)
[8] QS At Taubah: 100
[9] HR Abu Dawud dan Tirmidzi
[10] HR Abu Dawud
[11] HR Ahmad