Khutbah Jum'at Masjid
Nabawi 4/8/1436 H
Oleh : Asy-Syaikh Husain Alu Asy-Syaikh hafizohulloh
Khutbah
Pertama :
Segala puji bagi Allah penolong orang-orang yang shalih, dan aku bersaksi
bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah Tuhan Yang
Maha Benar dan Maha Menjelaskan. Dan aku bersaksi bahwasanya nabi kita dan
pemimpin kita Muhammad adalah hambaNya dan RasulNya, pemimpin seluruh umat
manusia. Ya Allah curahkanlah shalawat dan salam serta keberkahan kepadanya dan
kepada keluarganya serta seluruh sahabatnya.
Amma ba'du, wahai kaum muslimin sekalian, aku washiatkan kepada kalian dan
kepada diriku untuk bertakwa kepada Allah, karena takwa adalah landasan
kebaikan dan keberhasilan, serta asas kemenangan dan keberuntungan.
Kaum muslimin
sekalian, aum muslimin saat ini menghadapi berbagai macam tantangan dan
fitnah-fitnah yang mencekam serta cobaan-cobaan yang berat. Para cendekia
berusaha melihat ke depan mencari solusi yang bisa menyelamatkan umat dari
kondisinya saat ini. Kaum terpelajar menyodorkan pandangan mereka, para pakar
politik mengajukan solusi, serta para penulis yang mengajukan pandangan-pandangan
mereka, berbagai macam analisa muncul karena berbagai sebab, serta beragam
pandangan untuk mencari solusi dan jalan keluar.
Telah tiba saatnya
bagi umat seluruhnya baik masyarakat maupun individu, baik para penguasanya
maupun rakyatnya untuk bangun dari tidur mereka dan kembali kepada sumber
kekuatan mereka serta pondasi kebaikan dan kemenangan mereka, setelah mereka
mencoba serangkaian eksperimen yang didasarkan kepada rekayasa manusia
serta produk-produk pemikiran asing yang tidak mendatangkan kecuali kehinaan,
kerendahan, kelemahan, keterbelakangan, kehancuran, serta perpecahan dan
tercerai berai.
Sungguh telah tiba
saatnya bagi kaum muslimin untuk kembali kepada sumber kemuliaan mereka dan
landasan kejayaan mereka. Telah tiba saatnya bagi mereka untuk segera meraih
solusi yang tepat untuk menghadapi problematika mereka, yang bertolak dari
prinsip-prinsip agama mereka dan asas aqidah mereka.
Sesungguhnya umat ini tidak akan mendapatkan solusi yang tepat untuk
penyakit-penyakit mereka, tidak akan meraih jalan keluar dari krisis dan
problematika yang mereka hadapi kecuali dengan pemahaman yang benar dari
Kitabullah dan sunnah Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.
Saudara-saudaraku seiman, simaklah sebuah wasiat yang agung yang bersumber dari
pengajar umat manusia dan pemimpin seluruh makhluk, yaitu Nabi kita Muhammad
shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau mengarahkan kepada umat ini sebuah piagam
yang abadi, dengannya maka baiklah kehidupan umat ini, dengannya masyarakat
menjadi bahagia, negeri menjadi berkembang dengan menerapkannya. Wasiat ini
harus senantiasa di depan mata kita, dan hendaknya penerapannya merupakan
penentu seluruh tindakan dan kegiatan kita, yang mengarahkan gerakan kita, dan
meluruskan kehendak kita dan arahan kita. Sebuah wasiat yang tidak berpihak
kepada kepentingan golongan, tidak bertolak dari fanatisme kesukuan atau
pandangan sesaat. Akan tetapi ini adalah wasiat yang muncul dari orang yang
tidak berucap dari hawa nafsu, dan tidak keluar kecuali dari wayhu yang
diwahyukan kepadanya. Ini adalah piagam Nabi Muhammad, wasiat yang bercahaya
yang akan membangkitkan umat kepada kehidupan yang berkembang yang membuahkan
kebaikan, kejayaan, kekuatan, kemuliaan, kemajuan, persatuan, dan keselarasan.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا
دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan
Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada
kamu (QS Al-Anfaal : 24)
Kehidupan yang
memberikan kehidupan yang universal, mencakup individu dan kelompok, jiwa dan
harta benda. Sesungguhnya ia adalah kehidupan yang dibangun di atas kekuatan
iman yang pasti dibutuhkan dalam menghadapi krisis dan problematika. Kehidupan
yang membawa umat kepada kebangkitan dengan maknanya yang paling universal dan
yang paling tepat, serta dalam bentuk yang paling spesial. Yang akan mewujudkan
kebahagiaan dan penuh dengan keamanan, keselamatan, kebaikan, perkembangan, dan
kemajuan dalam seluruh sisi kehidupan.
Kaum muslimin sekalian, sesungguhnya kejayaan telah terjamin dengan mewujudkan
wasiat ini, kemuliaan di dunia dan akhirat terjamin dengan menerapkan poin-poin
wasiat tersebut. Allah jalla wa ala berfirman :
فَمَنِ اتَّقَى وَأَصْلَحَ فَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ
Maka Barangsiapa yang bertakwa dan Mengadakan perbaikan,
tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih
hati. (QS Al-A'raf : 35)
Individu-individu akan
terjerumus dalam kerugian jika tidak menerapkan wasiat tersebut, demikian juga
masyarakat yang jauh dari kandungan wasiat ini akan mengarah kepada kerusakan
dan kehancuran. Ini adalah wasiat yang menghubungkan seorang muslim dengan
landasan agamanya seiring dengan hubungannya dengan produk-produk masa kini.
Sebuah piagam dari Muhammad SAW, yang mewujudkannya adalah penjamin
satu-satunya dalam menghadapi tantangan-tantangan yang dihadapi oleh umat
Islam, yang menargetkan kehancuran nilai-nilai luhurnya, potensinya, dan
karakteristiknya. Umar Al-Faruq radhiallahu 'anhu berkata :
إِنَّمَا سَبَقْتُمُ النَّاسَ بِنُصْرَةِ هَذَا الدِّيْنِ
"Sesungguhnya kalian mengungguli umat yang lain karena kalian menolong
agama ini"
Marilah kita bersama
–semoga Allah menjaga kalian- mendengarkan wasiat yang agung dan piagam yang
abadi, dengan pendengaran yang disertai ketundukkan, pelaksanaan, dan
pengamalan terhadap wasiat tersebut dengan penuh ketulusan dan keikhlasan.
Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma berkata ;
"Aku di belakang Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pada suatu hari, maka
beliau berkata kepadaku, "Wahai sang pemuda, sungguh aku akan mengajarkan
kepadamu beberapa kalimat. Jagalah Allah maka Allah akan menjagamu, jagalah
Allah maka nisacaya engkau mendapatiNya di hadapanmu. Jika engkau memohon maka
mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan maka mintalah kepada
Allah. Ketahuilah seandainya umat manusia bersatu padu untuk memberi suatu
kemanfaatan kepadamu maka mereka tidak akan bisa memberi kemanfaatan kepadamu
kecuali yang telah ditetapkan oleh Allah bagimu. Dan jika mereka bersatu untuk
memberi suatu kemudhorotan kepadamu maka mereka tidak akan memberi kemudhorotan
kepadamu kecuali yang telah ditetapkan oleh Allah akan menimpamu. Pena-pena
telah diangkat, dan lembaran-lembaran telah kering" (HR At-Tirmidzi, dan
beliau berkata : Hasan shahih, dan hadits ini adalah shahih menurut para pakar
hadits)
Dalam riwayat yang lain : "Jagalah Allah maka engkau akan mendapati Allah
di hadapanmu, kenalilah Allah tatkala engkau dalam kelapangan maka niscaya Allah
akan mengenalmu tatkala engkau dalam kesulitan. Dan ketahuilah bahwasanya apa
yang luput darimu tidak akan mengenaimu, dan apa yang menimpamu maka tidak akan
terluput darimu. Ketahuilah bahwasanya kemenangan bersama kesabaran, dan jalan
keluar bersama penderitaan, dan kemudahan bersama kesulitan".
Ulama berkata : Hadits ini mengandung wasiat-wasiat yang agung dan
kaidah-kaidah tentang perkara terpenting dari agama ini, sampai-sampai sebagian
ulama berkata : "Aku merenungkan hadits ini maka menakjubkan aku,
hampir-hampir aku tidak sadar, maka sungguh sangat disesalkan akan kebodohan
tentang hadits ini dan sedikitnya pemahaman tentang maknanya"
Kaum muslimin
sekalian, "menjaga Allah" adalah dengan menjaga aturan-aturan Allah,
dan beriltizam melaksanakan hak-hakNya, serta berhenti pada perintahNya dengan
menjalankannya, serta menjauhi laranganNya. Allah jalla wa alaa berfirman :
هَذَا مَا تُوعَدُونَ لِكُلِّ أَوَّابٍ حَفِيظٍ (٣٢)مَنْ خَشِيَ الرَّحْمَنَ
بِالْغَيْبِ وَجَاءَ بِقَلْبٍ مُنِيبٍ (٣٣)
Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada Setiap hamba
yang selalu kembali (kepada Allah) lagi memelihara (semua
peraturan-peraturan-Nya). (yaitu) orang yang takut kepada Tuhan yang Maha
Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertaubat
(QS : Qoof : 32-33)
Suatu penjagaan yang
mencegah anggota tubuh dari ketergelinciran, dan menjaga indera dari kesalahan.
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Barangsiapa yang menjamin bagiku apa yang ada diantara dua tulang dagunya
dan apa yang ada diantara dua kakinya maka aku menjamin baginya surga" (HR
Al-Bukhari)
Penjagaan yang mengendalikan syahwat sehingga tidak membawa masyarakat dan
individu kepada kesesatan atau menjadikan mereka condong menjauh dari
pondasi-pondasi nilai dan akhlak yang mulia. Allah jalla wa 'ala berfirman :
وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا
وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
Dan laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki
dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk
mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS Al-Ahzaab : 35)
Penjagaan yang
mencakup sikap pemerintah dan yang diperintah dalam menegakkan apa yang Allah
wajibkan terhadap mereka berupa memperhatikan hak-hak, menunaikan amanah, serta
menunaikan janji. Suatu penjagaan yang mencakup penerapan orang-orang terhadap
Islam dengan penerapan yang universal dalam segala bidang kehidupan tanpa
disertai takwil atau hawa nafsu.
Allah berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam
keseluruhan (QS Al-Baqoroh : 208)
Maka barangsiapa yang merealisasikan "menjaga Allah" –dengan makna
yang lalu- maka akan terwujudkan baginya penjagaan Allah kepadanya dan
perhatianNya. Penjagaan dari Allah yang mencakup agama dan dunianya pada
seluruh perkataannya dalam kehidupannya maupun setelah wafatnya. Penjagaan
Allah yagn akan mewujudkan baginya berbagai macam kemaslahatannya dan menolak
berbagai macam kemudhorotan darinya.
Dan makna ini telah ditekankan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pada
wasiat ini maka beliau berkata "Jagalah Allah maka niscaya engkau akan
mendapatiNya di hadapanmu".
Maka barangsiapa yang menjaga aturan-aturan Allah dan memperhatikan hak-hakNya
maka Allah akan meliputinya dengan penjagaanNya, Allah akan mengnugrahkan
kepadanya taufiqNya dan petunjukNya, dan Allah akan menolongnya dan
memperkuatnya, berlaku bagi individu maupun kelompok.
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ (١٢٨)
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan
orang-orang yang berbuat kebaikan. (QS An-Nahl : 128)
Qotadah radhiallahu
'anhu berkata :"Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah maka Allah akan
bersamanya, dan barangsiapa yang Allah bersamanya maka ia telah bersama
kelompok yang tidak akan terkalahkan, dan penjaga yang tidak akan tidur, serta
pemberi petunjuk yang tidak akan tersesat"
Sebagian salaf mengirim surat kepada saudaranya : "Amma ba'du, jika Allah
bersamamu maka engkau takut kepada siapa?, dan jika Allah melawanmu maka siapa
yang bisa kau harapkan?"
Maka demikianlah hendaknya kondisi masyarakat, jika Allah bersama kita, maka
siapakah yang kita takut?, dan jika Allah melawan kita maka siapakah yang bisa
kita harapkan?. Dengan demikian wajib bagi kita untuk mentadaburi firman Allah
فَفِرُّوا إِلَى اللَّهِ
Maka segeralah kembali kepada (mentaati) Allah (QS Adz-Dzariyat
: 50)
Maka segeralah lari
menuju Allah dengan menjalankan ketataan kepadaNya dan melazimi sunnah nabiNya
SAW.
Kaum muslimin
sekalian, sesungguhnya umat pada jajaran individu dan masyarakat dengan beragam
kedudukan dan pertanggungjawabannya, jika menjaga syari'at Allah dan tunduk
kepada perintahNya dalam segala urusan, bersih dari hawa nafsu dan syahwat
hati, dan kondisi politiknya dan perekonomiannya serta sosial kemasyarakatannya
dan yang lainnya dibangun diatas manhaj Allah dan sunnah Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam, jika umat menjadikan Islam yang murni sebagai pedoman yang
sempurna dalam seluruh kehidupannya, dalam segala perkembangannya dan
tingkatan-tingkatannya, pada seluruh hubungan dan interaksinya dalam segala
pergerakannya maupun diamnya, maka tatkala itu terealisasikan bagi umat
penjagaan Allah dari segala keburukan dan kesulitan, dari segala krisis dan
penderitaan yang dihadapinya. Dan akan terwujudkan tatkala itu keamanan,
ketenteraman, kejayaan dan kemenangan. Bukankah Allah berfirman –dan janji
Allah adalah pasti- :
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ
الأمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ (٨٢)
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka
dengan kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu
adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS Al-An'aam : 82)
Sesungguhnya umat ini
jika memimpin dirinya dengan syari'at Allah dan sunnah RasulNya shallallahu
'alaihi wasallam, dan hal ini mengatur arahan dan tujuannya serta memimpin
pergerakannya, maka akan terwujudkan bagi umat kemanan dengan seluruh
pendukungnya dengan berbagai bentuknya, keamanan dalam politik, perekonomian,
dan sosial kemasyarakatan.
Akan tetapi manakah orang-orang yang merenungkan?, manakah mereka yang
memikirkan?, manakah mereka yang membaca sejarah umat Muhammad pada masa-masa
yang silam?
Kaum muslimin
sekalian, sesungguhnya umat ini, jika ditimpa dengan ujian dan berat dalam
menghadapi cobaan, dan umat menjadi takut maka hilanglah keamanan, umat menjadi
rendah maka hilanglah kejayaan, umat menjadi terbelakang maka hilanglah
penguasaan dan ketenangan –sebagaimana kondisi umat saat ini-, maka umat tidak
akan mendapatkan jalan keluar hingga umat menjalankan syarat Allah jalla wa
'ala yaitu menjalankan ketaatan kepada Allah dan RasulNya shallallahu 'alaihi
wasallam serta keridhoan yang sempurna dengan syari'at Islam dan mewujudkan
manhaj yang diridhoi, maka tatkala itu akan hilanglah dari umat ini kerusakan
dan keterpurukan, dan akan sirna ketakutan dan kegelisahan serta kegoncangan.
Dan tidak ada kekuatan apapun yang akan bisa menghadangi kekuatan umat ini.
Lihatlah kembali kepada sejarah para khulafaur rasyidin dan juga sejarah kaum
muslimin di masa semisal Umar bin Abdil Aziz radhiallahu 'anhum
Allah jalla wa 'alaa berfirman kepada umat ini seluruhnya dari awalnya hingga
akhirnya :
فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلا يَضِلُّ وَلا يَشْقَى (١٢٣)وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ
ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
(١٢٤)
Barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan
tidak akan celaka. Dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka
Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya
pada hari kiamat dalam Keadaan buta". (QS Toha : 123-124)
Umat Islam di manapun
berada, sesungguhnya janji Allah terus tegak meski zaman silih berganti dan
perubahan-perubahan kondisi jika syarat yang disebutkan terpenuhi. Akan tetapi
wajib bagi seluruh kaum muslimin, bagi individu sebelum masyarakat, bagi rakyat
sebelum penguasa agar kembali instropeksi diri, untuk memeriksa kondisi mereka,
untuk memandang kehidupan mereka, apakah mereka dalam kondisi yang sesuai
dengan yang diharapkan dan diridhoi dari metode Allah dan manhaj RasulNya SAW?.
Maka tatkala itu akan nampak hasilnya pada orang yang berakal dalam jawaban
yang benar.
Ibnu Katsir
rahimahullah menyebutkan pada peristiwa tahun 463 Hijriyah, beliau berkata :
"Datanglah raja Romawi dalam pasukan yang tidak terhingga jumlahnya
seperti gunung-gunung, jumlah yang sangat banyak dan perkumpulan yang sangat
besar, dan diantara tekadnya adalah hendak mencabut Islam dan pemeluknya dari
akarnya. Maka merekapun bertemu dengan pasukan kaum muslimin yang jumlahnya
sekitar 20 ribu, dan pasukan muslimin takut karena begitu banyaknya pasukan
musyrikin. Maka sang Faqih Abu Nashr Muhammad bin Abdil Malik Al-Bukhari
mengarahkan agar waktu pertempuran dilaksanakan pada hari jum'at setelah waktu
zawal (dzuhur) tatkala para khothib berdoa bagi para mujahidin. Maka tatkala
bertemu dua pasukan tersebu, turunlah pemimpin kaum muslimin dari kudanya, lalu
sujud kepada Allah azza wajalla dan berdoa kepada Allah dan memohon kemenangan
dariNya, maka Allahpun menurunkan pertolonganNya kepada kaum muslimin, dan
Allah menganugerahkan kepada mereka pundak-pundak kaum musyrikin. Maka tatkala
itu adalah kemenangan yang kuat dan besar"
Namun jika umat dalam pertikaian, terkotak-kotak dan tercerai berai maka
cukuplah menunjukan bahwa mereka jauh dari manhaj Allah, jauh dari penerapan
al-Qur'an, jauh dari mengikuti jalan pemimpin para nabi dan rasul, lalu dari manakah
pertolongan?, maka keberuntungan?, mana kemenangan?, mana keamanan?
إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ (٧)
Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu
dan meneguhkan kedudukanmu. (QS Muhammad : 7)
Semoga Allah
memberkahi kita dalam al-Qur'an dan sunnah, aku menyampaikan perkataanku ini,
dan aku memohon ampunan kepada Allah bagiku dan bagi kalian dari seluruh dosa,
maka mohonlah ampunan dariNya sesungguhnya Ia adalah maha pengampun lagi maha
penyayang.
Khutbah Kedua :
Aku memuji Robku dan aku bersyukur kepadaNya, aku bersaksi bahwasanya tidak ada
sesembahan kecuali Allah semata tidak ada sekutu bagiNya. Dan aku bersaksi
bahwasanya Nabi kita Muhammad adalah hambaNya dan rasulNya, ya Allah
curahkanlah shalawat, salam, dan keberkahan kepadanya dan kepada keluarganya
serta para sahabatnya.
Kaum muslimin sekalian, sesungguhnya bulan Sya'ban adalah bulan yang
terlalaikan di dalamnya beberapa ketaatan, maka hendaknya kita meneladani Rasul
kita shallallahu 'alaihi wasallam, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Usamah
bin Zaid, beliau berkata :
Aku berkata : "Wahai Rasulullah, aku tidak melihat engkau berpuasa pada
bulan manapun sebagaimana engkau berpuasa di bulan Sya'ban".
Nabi berkata,
ذلك شهر يغفل الناس عنه بين رجب ورمضان وهو شهر ترفع فيه الأعمال إلى رب العالمين
فأحب أن يرفع عملي وأنا صائم
"Itu adalah bulan yang orang-orang lalai darinya, bulan
antara Rojab dan Ramadhan, ia adalah bulan yang diangkat amalan-amalan kepada
Robbul 'alamin, maka aku suka jika amalanku diangkat dan aku dalam kondisi
berpuasa" (HR An-Nasaai dengan sanad yang hasan)
Dan dari Aisyah semoga
Allah meridloinya dan meridloi ayahnya beliau berkata :
لم يكن النبي صلى الله عليه وسلم يصوم شهرا أكثر من شعبان فإنه كان يصوم شعبان كله
"Tidaklah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa pada
suatu bulanpun sebagaimana beliau berpuasa pada bulan Sya'ban, beliau berpuasa
bulan Sya'ban sepenuhnya" (HR Al-Bukhari).
Dalam riwayat Muslim :
كان يصوم شعبان إلا قليا
"Beliau berpuasa seluruh hari bulan Sya'ban, kecuali hanya
sedikit" (HR Muslim)
Para salaf dahulu memperbanyak tilawah Al-Qur'an pada bulan Sya'ban. Anas
berkata : "Jika telah masuk bulan Sya'ban, maka kaum muslimin menuju
kepada mushaf-mushaf"
Salamah bin Kuhail
berkata :
كان يقال : شهر شعبان شهر القُرَّاء
"Bulan Sya'ban disebut dengan bulan para qori' (pembaca Al-Qur'an)"
Jika telah masuk bulan Sya'ban, maka Habib bin Abi Tsabit berkata : "Ini
adalah bulannya para pembaca al-Qur'an".
Jika masuk bulan Sya'ban maka 'Amr bin Qois menutup kedainya lalu
mengonsentrasikan waktu untuk membaca Al-Qur'an"
Adapun mengkhususkan tengah bulan Sya'ban dengan puasa dan
sholat malam maka tidak valid dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
sebagaimana disebutkan oleh para peneliti. Dan ketaatan yang tidak valid
datangnya dari Nabi SAW maka mengamalkannya adalah bid'ah yang mungkar, tidak
boleh bagi seorang muslim untuk menyembah Allah dengannya. Karena diantara hal
yang memberikan kemudhorotan kepada umat Islam adalah tersebarnya bid'ah-bid'ah
yang tidak ada dalilnya dari al-Qur'an maupun sunnah Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam.
Penerjemah: Abu Abdil
Muhsin Firanda
www.firanda.com