Saya kira inilah
tulisan ulama masyhur terbaik yang dapat mematahkan fitnah dan Jarh dari
orang-orang yang iri dengan ketenaran Ibnu Taimiyah.
Tulisan Ini
Merupakan sebuah Taqridz (Pengantar) terhadap sebuah Buku yang disusun Oleh
Ibnu Nashiruddin Ad Dimasqi, seorang Hafidz dan Fuqaha dari karangan Syafiiyah.
Kitab Tersebut Berjudul Raddul
Waafir ala Man Zaama anna man Samma ibnu Taimiyah Syaikhul Islam kaafir
(الرد الوافر على من زعم أن من سمى ابن تيمية شيخ الإسلام كافر)
InsyaAllah akan
datang pembahasan tersendiri tentang Kitab ini.
Penyebab kitab
ini dikarang sebagaimana yang tercantum dalam kitab tersebut adalah Fatwa yang
menyebar di khalayak Umum saat itu tentang kafirnya orang yang memberi julukan
ibnu Taimiyah sebagai Syaikhul Islam dan tidak sah sholat dibelakang orang
tersebut.
Fatwa tersebut secara jelas bukan saja pengkafiran terhadap Ibnu Taimiyah, tapi
juga pengkafiran terhadap pengikutnya.
demi mendengar itu, Ibnu Nasiruddin bahkan Memohon dan berdoa agar Allah
menyegerakan pemberi Fatwanya dengan Azab yang sesuai dengan perkataannya yang
lancang tersebut. Beliaupun mengarang Raddul Waafir yang mengumpulkan lebih
dari 80 pendapat dan tulisan ulama yang mengakui dan menjuluki ibnu Taimiyah
sebagai syaikhul Islam.
Silahkan
download kitab Raddul Waafir dan makhtutatnya
Apa yang membuat
pengantar kitab Ini begitu penting adalah Penulisnya yang merupakan Pentolan
ulama hadits dari kalangan Syafiiyah secara Khusus dan merupakan salah satu
ulama hadits terbesar sepanjang masa. Para Ulama Menggelarinya Amirul Mukminin
fi ilmil Hadiits.
Dialah Al Hafidz
Syihabuddin Ahmad Bin Hajar Al Atsqalani As Syafii.
perlu diketahui Bahwa para pembenci Ibnu Taimiyah banyak berasal dari kalangan
Syafiiyah yang bermazhab Asy’ari dalam Aqidah.
Kebenaran kitab
dan Taqridz Ini tidak bisa diragukan lagi karena secara meyakinkan dan Jelas
dinukil secara lengkap oleh Murid Ibnu Hajar sendiri yaitu Al hafidz As Sakhawi
ketika beliau mengarang biografi gurunya tersebut dalam Kitab yang ia beri
judul Aljawaahir Waddurar fi
Tarjamati syaikhul Islam Ibnu Hajar dan juga disalin ulang oleh Murid Ibnu
Nashiruddin Ad Dimasqi yang bernama Muhammad bin Muhammad bin Abdullah Al
ja’fari As Syafii
Silahkan
mendownload Kitab tersebut
Berikut data
gambar tentang Taqridz tersebut
Taqridz yang terdapat dalam
manuskrip Raddul Waafir
Pic 123
pic 124
pic 125
Taqridz yang terdapat dalam Kitab Al Jawahir
hal cover juz 2 hal 734
hal 735 hal 736
Berikut Terjemahan dari Taqridz
Tersebut.
Segala Puji Bagi
Allah dan Salam atas hamba-hambanya yang telah Ia pilih.
Aku telah
Melihat karangan yang bermanfaat ini. Tujuan-tujuan yang diinginkan dalam pengumpulan
pendapat-pendapat ini sudah komprehensif
keluasan Ilmu pengarangnya sudah terjamin begitu juga pengaruhnya terhadap
ilmu-ilmu yang bermanfaat yang diagungkan dan dimuliakan oleh Para Ulama.
Masyhurnya
keimaman Syaikh Taqiyuddin lebih masyhur dari matahari. Julukannya sebagai
Syaikhul Islam pada zamannya tetap berlaku sampai sekarang dilisan orang-orang
yang mensucikan dan akan tetap berlanjut dimasa mendatang seperti berlaku
kemarin. Hanya orang-orang yang rendah kapasitasnya yang mengingkari hal itu.
Atau orang tersebut jauh dari sifat Insyaf. Alangkah bersalahnya orang yang
melakukan hal itu dan banyak sekali debunya
Maka Allahlah
yang ditanya untuk membersihkan kita dari kejahatan-kejahatan diri kita serta
mengumpulkan lisan-lisan kita dengan anugerah dan kemurahannya.
Kalaulah tidak
ada dalil atas keimaman laki-laki ini kecuali apa yang diberitakan oleh Al
Hafidz Asysyahiir Ilmuddin Albarzali pada kitab Tarikh milik beliau :
bahwasanya tidak ditemui di dalam Islam jumlah orang yang berkumpul untuk
melayat Jenazah seperti berkumpulnya manusia Untuk melayat Jenazah As Syaikh
Taqiyuddin., Dia membandingkan bahwasanya jenazah Imam Ahmad dikerumuni banyak
sekali manusia, Jenazah Imam Ahmad disaksikan Oleh Ratusan ribu orang, tetapi
Kalau kejadian di Damaskus tersebut sama dengan keadaan di Baghdad kala itu
atau lebih rendah lagi, Niscaya tidak ada satupun orang yang akan ketinggalan
untuk menyaksikan Jenazahnya. Begitu Pula, seluruh orang yang ada di Baghdad
–kecuali sedikit– meyakini keimaman Imam Ahmad, dan Amir Baghdad dan Khalifah
kala itu sangat mencintai dan Mengagungkan Imam Ahmad.
Berbeda dengan keadaan Ibnu Taimiyah yang Amir daerah tersebut sedang tidak
berada ditempat ketika Beliau wafat dan kebanyakan ulama Negeri tersebut tidak
berpihak Kepadanya hingga ia mati dalam keadaan terkurung dipenjara Qal’ah.
Meskipun demikian, hal itu tidak membuat mereka ketinggalan untuk menyaksikan,
memuliakan, dan meratapi Jenazahnya kecuali 3 orang yang ketakutan terhadap
massa.
Dengan kehadiran sejumlah besar Massa tersebut, Maka pastilah didorong oleh
keimaman dan keberkahannya, bukan didorong oleh ikut hadirnya sulthon atau
selainnya.
Telah Sohih dari Nabi Shollallahu Alaihi Wasallam bahwasanya Beliau bersabda: “
Kalian adalah Saksi-saksi Allah dibumi”.(diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim,
red)
Sekumpulan Ulama
telah Membantah As Syaikh Taqiyuddin berkali-kali dan Beberapa persidangan juga
telah digelar di Kairo dan Damaskus disebabkan oleh beberapa hal yang mereka
Ingkari dalam masalah ushul dan furu. Sekalipun demikian, tidak pernah
diriwayatkan fatwa kezindikan dan kehalalan darahnya oleh satupun dari para
ulama tersebut. Meskipun penduduk negeri tersebut sangat tidak berpihak
Kepadanya ketika itu hingga ia ditahan di Kairo kemudian di Alexandria.
Meskipun begitu juga, mereka mengakui keluasan Ilmu dan besarnya kewaraan dan
kezuhudannya. Ia disifati sebagai pemurah, berani dan lain-lain karena
tindakannya membela Islam dan berdakwah kepada Allah baik secara sembunyi
maupun terang-terangan.
Maka bagaimana
mungkin orang yang mengatakannya kafir tidak diingkari?! Bahkan bagaimana
mungkin pengkafiran orang yang menyebutnya Syaikhul Islam tidak diingkari?!
Penyebutan Syaikhul Islam kepada Beliau tidaklah berkonsekwensi kekafiran
penyebutnya. Karena Sesungguhnya dia memang Syaikhul Islam tanpa Keraguan.
Adapun Hal-hal yang diingkari dari beliau sebenarnya adalah apa yang ia katakan
dengan syahwatnya, dan orang yang mengatakan hal tersebut tidak selalu dianggap
menyimpang setelah disampaikan dalil kepadanya. Padahal karangan-karangan
beliau penuh dengan bantahan dan berlepas diri kepada siapapun yang meyakini
tajsim.
Meskipun begitu, dia adalah manusia yang bisa salah dan benar.
Pendapat-pendapatnya yang benar lebih banyak dan pendapat tersebut banyak
diambil faidahnya dan beliau dimuliakan dengan sebab itu. Adapun yang salah,
janganlah diikuti, tetapi itu termaafkan, Karena para Imam yang Sezaman dengan
Beliau telah menyaksikan bahwa atribut-atribut mujtahid telah terpenuhi pada
dirinya. Bahkan orang yang paling tidak berpihak kepada beliau dan yang
melakukan hal-hal buruk kepadanya, Yaitu Syaikh Kamaluddin Al Zamlakani juga
bersaksi atas hal itu., begitu Juga Sodruddin Ibnul Wakil yang kedapatan hanya
pernah berdebat dengan beliau.
Yang Paling
menakjubkan adalah lelaki Ini merupakan orang yang paling menentang Ahli bid’ah
dari kalangan Rafidah, Hululiyah, dan Ittihadiyah. Karangan-karangan tentang
penentangannya terhadap mereka Juga amat banyak dan Masyhur. Fatwa-Fatwanya
bahkan tidak terhitung lagi.
Aduhai Betapa
senangnya ketika mereka mendengar kekufurannya!
Aduhai betapa bahagianya ketika mereka melihat orang-orang yang mengkafirkannya
adalah ahli Ilmu!
Merupakan
kewajiban siapapun yang memakai pakaian Ilmu dan memiliki akal untuk
merenungkan perkataan laki-laki ini berdasarkan karangan-karangannya yang telah
Masyhur, atau dari lisan para Ahli naql yang terpercaya, kemudian dipisahkan
apa yang diingkari dari beliau, dan setelah itu diperingatkan dengan maksud
nasehat, dan dipuji dengan keutamaannya pada apa yang merupakan kebenaran
seperti perlakuan terhadap ulama-ulama lainnya.
Kalaulah As
Syaikh Taqiyuddin tidak memiliki kebaikan selain memiliki murid yang masyhur
seperti Syamsuddin Ibnul Qayyim Al Jauziyah, —pemilik karangan-karangan yang
bermanfaat yang diambil manfaatnya oleh orang-orang yang menyepakati maupun
yang menentangnya—Niscaya hal itu sudah merupakan petunjuk utama dari agungnya
kedudukan beliau.
Bagaimana
mungkin ia dikafirkan, sementara para Imam yang sezaman dengan beliau dari
kalangan Syafiiyah Apalagi Hanabilah telah menjadi saksi atas keunggulan Ilmu
dan keistimewaan beliau dalam memahami makna tersurat dan tersirat.
Siapapun yang
memutlakkan pengkafiran kepada beliau atau kepada yang menjuluki beliau
Syaikhul Islam padahal beliau telah disaksikan keunggulan ilmu dan
keistimewaannya dalam hal memahami makna tersurat dan tersirat, maka janganlah
dilirik, lagipula tidak diriwayatkan kedudukan tersebut kepadanya, Bahkan wajib
membantah hal tersebut hingga rujuk kepada yang haq dan tunduk kepada kebenaran.
Sesungguhnya
Allah mengatakan yang haq dan akan menunjukkan Jalannya, Cukuplah Allah menjadi
Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.
Dikatakan
ditulis Oleh Ahmad Bin Ali bin Muhammad bin Hajar As Syafii, Afallaahu anhu
pada hari Jum’at tanggal 9 Rabiul Awal Tahun 835 Hijriah seraya bertahmid
kepada Allah dan Bershalawat kepada Rasul-Nya –Muhammad- dan keluarganya
Semoga
Bermanfaat
photo credit by : dr3am3r @flickr.com