Friday, March 6, 2015

Ibnu Taimiyah Dikafirkan, Ibnu Hajar meradang

Saya kira inilah tulisan ulama masyhur terbaik yang dapat mematahkan fitnah dan Jarh dari orang-orang yang iri dengan ketenaran Ibnu Taimiyah.
Tulisan Ini Merupakan sebuah Taqridz (Pengantar) terhadap sebuah Buku yang disusun Oleh Ibnu Nashiruddin Ad Dimasqi, seorang Hafidz dan Fuqaha dari karangan Syafiiyah.
Kitab Tersebut Berjudul Raddul Waafir ala Man Zaama anna man Samma ibnu Taimiyah Syaikhul Islam kaafir 
(الرد الوافر على من زعم أن من سمى ابن تيمية شيخ الإسلام كافر)

InsyaAllah akan datang pembahasan tersendiri tentang Kitab ini.
Penyebab kitab ini dikarang sebagaimana yang tercantum dalam kitab tersebut adalah Fatwa yang menyebar di khalayak Umum saat itu tentang kafirnya orang yang memberi julukan ibnu Taimiyah sebagai Syaikhul Islam dan tidak sah sholat dibelakang orang tersebut.
Fatwa tersebut secara jelas bukan saja pengkafiran terhadap Ibnu Taimiyah, tapi juga pengkafiran terhadap pengikutnya.
demi mendengar itu, Ibnu Nasiruddin bahkan Memohon dan berdoa agar Allah menyegerakan pemberi Fatwanya dengan Azab yang sesuai dengan perkataannya yang lancang tersebut. Beliaupun mengarang Raddul Waafir yang mengumpulkan lebih dari 80 pendapat dan tulisan ulama yang mengakui dan menjuluki ibnu Taimiyah sebagai syaikhul Islam.

Silahkan download kitab Raddul Waafir dan makhtutatnya

Apa yang membuat pengantar kitab Ini begitu penting adalah Penulisnya yang merupakan Pentolan ulama hadits dari kalangan Syafiiyah secara Khusus dan merupakan salah satu ulama hadits terbesar sepanjang masa. Para Ulama Menggelarinya Amirul Mukminin fi ilmil Hadiits.
Dialah Al Hafidz Syihabuddin Ahmad Bin Hajar Al Atsqalani As Syafii.
perlu diketahui Bahwa para pembenci Ibnu Taimiyah banyak berasal dari kalangan Syafiiyah yang bermazhab Asy’ari dalam Aqidah.

Kebenaran kitab dan Taqridz Ini tidak bisa diragukan lagi karena secara meyakinkan dan Jelas dinukil secara lengkap oleh Murid Ibnu Hajar sendiri yaitu Al hafidz As Sakhawi ketika beliau mengarang biografi gurunya tersebut dalam Kitab yang ia beri judul Aljawaahir Waddurar fi Tarjamati syaikhul Islam Ibnu Hajar dan juga disalin ulang oleh Murid Ibnu Nashiruddin Ad Dimasqi yang bernama Muhammad bin Muhammad bin Abdullah Al ja’fari As Syafii
Silahkan mendownload Kitab tersebut

Berikut data gambar tentang Taqridz tersebut
Taqridz yang terdapat dalam manuskrip Raddul Waafir
Pic 123
                              
pic 124
                             
pic 125


Taqridz yang terdapat dalam Kitab Al Jawahir

                   hal cover juz 2                     hal 734
                            


                         hal 735                       hal 736                    
                      


Berikut Terjemahan dari Taqridz Tersebut.
Segala Puji Bagi Allah dan Salam atas hamba-hambanya yang telah Ia pilih.
Aku telah Melihat karangan yang bermanfaat ini. Tujuan-tujuan yang diinginkan dalam pengumpulan pendapat-pendapat ini sudah komprehensif
keluasan Ilmu pengarangnya sudah terjamin begitu juga pengaruhnya terhadap ilmu-ilmu yang bermanfaat yang diagungkan dan dimuliakan oleh Para Ulama.

Masyhurnya keimaman Syaikh Taqiyuddin lebih masyhur dari matahari. Julukannya sebagai Syaikhul Islam pada zamannya tetap berlaku sampai sekarang dilisan orang-orang yang mensucikan dan akan tetap berlanjut dimasa mendatang seperti berlaku kemarin. Hanya orang-orang yang rendah kapasitasnya yang mengingkari hal itu. Atau orang tersebut jauh dari sifat Insyaf. Alangkah bersalahnya orang yang melakukan hal itu dan banyak sekali debunya
Maka Allahlah yang ditanya untuk membersihkan kita dari kejahatan-kejahatan diri kita serta mengumpulkan lisan-lisan kita dengan anugerah dan kemurahannya.
Kalaulah tidak ada dalil atas keimaman laki-laki ini kecuali apa yang diberitakan oleh Al Hafidz Asysyahiir Ilmuddin Albarzali pada kitab Tarikh milik beliau : bahwasanya tidak ditemui di dalam Islam jumlah orang yang berkumpul untuk melayat Jenazah seperti berkumpulnya manusia Untuk melayat Jenazah As Syaikh Taqiyuddin., Dia membandingkan bahwasanya jenazah Imam Ahmad dikerumuni banyak sekali manusia, Jenazah Imam Ahmad disaksikan Oleh Ratusan ribu orang, tetapi Kalau kejadian di Damaskus tersebut sama dengan keadaan di Baghdad kala itu atau lebih rendah lagi, Niscaya tidak ada satupun orang yang akan ketinggalan untuk menyaksikan Jenazahnya. Begitu Pula, seluruh orang yang ada di Baghdad –kecuali sedikit– meyakini keimaman Imam Ahmad, dan Amir Baghdad dan Khalifah kala itu sangat mencintai dan Mengagungkan Imam Ahmad.
Berbeda dengan keadaan Ibnu Taimiyah yang Amir daerah tersebut sedang tidak berada ditempat ketika Beliau wafat dan kebanyakan ulama Negeri tersebut tidak berpihak Kepadanya hingga ia mati dalam keadaan terkurung dipenjara Qal’ah.
Meskipun demikian, hal itu tidak membuat mereka ketinggalan untuk menyaksikan, memuliakan, dan meratapi Jenazahnya kecuali 3 orang yang ketakutan terhadap massa.
Dengan kehadiran sejumlah besar Massa tersebut, Maka pastilah didorong oleh keimaman dan keberkahannya, bukan didorong oleh ikut hadirnya sulthon atau selainnya.
Telah Sohih dari Nabi Shollallahu Alaihi Wasallam bahwasanya Beliau bersabda: “ Kalian adalah Saksi-saksi Allah dibumi”.(diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, red)

Sekumpulan Ulama telah Membantah As Syaikh Taqiyuddin berkali-kali dan Beberapa persidangan juga telah digelar di Kairo dan Damaskus disebabkan oleh beberapa hal yang mereka Ingkari dalam masalah ushul dan furu. Sekalipun demikian, tidak pernah diriwayatkan fatwa kezindikan dan kehalalan darahnya oleh satupun dari para ulama tersebut. Meskipun penduduk negeri tersebut sangat tidak berpihak Kepadanya ketika itu hingga ia ditahan di Kairo kemudian di Alexandria.
Meskipun begitu juga, mereka mengakui keluasan Ilmu dan besarnya kewaraan dan kezuhudannya. Ia disifati sebagai pemurah, berani dan lain-lain karena tindakannya membela Islam dan berdakwah kepada Allah baik secara sembunyi maupun terang-terangan.

Maka bagaimana mungkin orang yang mengatakannya kafir tidak diingkari?! Bahkan bagaimana mungkin pengkafiran orang yang menyebutnya Syaikhul Islam tidak diingkari?! Penyebutan Syaikhul Islam kepada Beliau tidaklah berkonsekwensi kekafiran penyebutnya. Karena Sesungguhnya dia memang Syaikhul Islam tanpa Keraguan.
Adapun Hal-hal yang diingkari dari beliau sebenarnya adalah apa yang ia katakan dengan syahwatnya, dan orang yang mengatakan hal tersebut tidak selalu dianggap menyimpang setelah disampaikan dalil kepadanya. Padahal karangan-karangan beliau penuh dengan bantahan dan berlepas diri kepada siapapun yang meyakini tajsim.
Meskipun begitu, dia adalah manusia yang bisa salah dan benar. Pendapat-pendapatnya yang benar lebih banyak dan pendapat tersebut banyak diambil faidahnya dan beliau dimuliakan dengan sebab itu. Adapun yang salah, janganlah diikuti, tetapi itu termaafkan, Karena para Imam yang Sezaman dengan Beliau telah menyaksikan bahwa atribut-atribut mujtahid telah terpenuhi pada dirinya. Bahkan orang yang paling tidak berpihak kepada beliau dan yang melakukan hal-hal buruk kepadanya, Yaitu Syaikh Kamaluddin Al Zamlakani juga bersaksi atas hal itu., begitu Juga Sodruddin Ibnul Wakil yang kedapatan hanya pernah berdebat dengan beliau.

Yang Paling menakjubkan adalah lelaki Ini merupakan orang yang paling menentang Ahli bid’ah dari kalangan Rafidah, Hululiyah, dan Ittihadiyah. Karangan-karangan tentang penentangannya terhadap mereka Juga amat banyak dan Masyhur. Fatwa-Fatwanya bahkan tidak terhitung lagi.
Aduhai Betapa senangnya ketika mereka mendengar kekufurannya!
Aduhai betapa bahagianya ketika mereka melihat orang-orang yang mengkafirkannya adalah ahli Ilmu!

Merupakan kewajiban siapapun yang memakai pakaian Ilmu dan memiliki akal untuk merenungkan perkataan laki-laki ini berdasarkan karangan-karangannya yang telah Masyhur, atau dari lisan para Ahli naql yang terpercaya, kemudian dipisahkan apa yang diingkari dari beliau, dan setelah itu diperingatkan dengan maksud nasehat, dan dipuji dengan keutamaannya pada apa yang merupakan kebenaran seperti perlakuan terhadap ulama-ulama lainnya.
Kalaulah As Syaikh Taqiyuddin tidak memiliki kebaikan selain memiliki murid yang masyhur seperti Syamsuddin Ibnul Qayyim Al Jauziyah, —pemilik karangan-karangan yang bermanfaat yang diambil manfaatnya oleh orang-orang yang menyepakati maupun yang menentangnya—Niscaya hal itu sudah merupakan petunjuk utama dari agungnya kedudukan beliau.
Bagaimana mungkin ia dikafirkan, sementara para Imam yang sezaman dengan beliau dari kalangan Syafiiyah Apalagi Hanabilah telah menjadi saksi atas keunggulan Ilmu dan keistimewaan beliau dalam memahami makna tersurat dan tersirat.
Siapapun yang memutlakkan pengkafiran kepada beliau atau kepada yang menjuluki beliau Syaikhul Islam padahal beliau telah disaksikan keunggulan ilmu dan keistimewaannya dalam hal memahami makna tersurat dan tersirat, maka janganlah dilirik, lagipula tidak diriwayatkan kedudukan tersebut kepadanya, Bahkan wajib membantah hal tersebut hingga rujuk kepada yang haq dan tunduk kepada kebenaran.
Sesungguhnya Allah mengatakan yang haq dan akan menunjukkan Jalannya, Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.
Dikatakan ditulis Oleh Ahmad Bin Ali bin Muhammad bin Hajar As Syafii, Afallaahu anhu pada hari Jum’at tanggal 9 Rabiul Awal Tahun 835 Hijriah seraya bertahmid kepada Allah dan Bershalawat kepada Rasul-Nya –Muhammad- dan keluarganya
Semoga Bermanfaat
photo credit by : dr3am3r @flickr.com