Ditulis pada 19 November 2014 oleh Abu Zahra Hanifa
Diantara
aqidah Al-Imam Asy-Syafi’i adalah pengingkaran keras beliau
terhadap aqidah Syi’ah.
Harmalah bin Yahya berkata, “Aku mendengar
Asy-Syafi’i berkata :
لم أر أحداً من أهل
الأهواء أشهد بالزور من الرافضة
“Aku tidak pernah melihat seorangpun dari para pengikut hawa nafsu
yang lebih pendusta dari pada syi’ah rofidhoh” (Aadaab
Asy-Syaafi’i li Ibni Abi Haatim hal 187 dan 189, Manaaqib Asy-Syaafi’i li
Al-Baihaqi 1/468, Hilyatul Auliyaa 9/114 dan Siyar A’laam An-Nubalaa 10/89).
Perhatikanlah!
Pernyataan
Asy-Syafi’i ini dibangun di atas pengamatan terhadap seluruh ahlul bid’ah yang
pernah ditemui oleh beliau, lalu belaiu berkesimpulan bahwa ahlul bid’ah yang
paling pendusta adalah syi’ah Rofidhoh.
Yunus bin Abdil A’la berkata : “Aku mendengar Asy-Syafi’i jika disebutkan tentang
Roofidhoh maka beliaupun mencela mereka dengan celaan yang keras dan beliau
berkata, شَرُّ عِصَابَةٍ“Firqoh terburuk” (Manaaqib
Asy-Syafi’i li Al-Baihaqi 1/468).
Demikian
juga dengan pernyataan Asy-Syafi’i ini menunjukkan pengamatan beliau terhadap
firqoh-firqoh sesat yang ada, lalu beliau berkesimpulan bahwa firqoh yang
paling buruk dari seluruh firqoh adalah firqoh Syi’ah Rofidhoh.
Ahmad bin Kholid Al-Khollaal berkata,
“Aku
mendengar Asy-Syafi’i berkata, “Tidaklah aku
berbicara dengan seseorang tentang bid’ah, tidak seorangpun kecuali ia
bertasyayyu (bermadzhab syi’ah)'” (Aaadab Asy-Syaafi’i wa
Manaaqibuhu hal 186 dan Manaaqib Asy-Saafi’i 1/467).
Maksudnya
adalah Al-Imam Asy-Syafi’i seringkali berdebat dengan ahlul bid’ah sehingga
beliau mengetahui kebiasaan ahlul bid’ah kalau sudah kalah berdebat maka
melakukan dusta/taqiyyah yang merupakan aqidahnya syi’ah. Karenanya beliau
mensifati seluruh ahlul bid’ah yang kalah debat dengan beliau -yang berkelit
dengan kedustaan, sehingga menampakkan apa yang berbeda dengan isi hatinya-
dengan madzhab syi’ah. (lihat penjelasan Al-Baihaqi dalam Manaaqib Asy-Syaafi’i
1/468).
Pernyataan-pernyataan
Al-Imam Asy-Syafi’i di atas semuanya menunjukkan sikap keras beliau terhadap
syi’ah Rofidhoh. Lantas yang sangat aneh di zaman kita ini ada
sebagian orang yang mengaku bermadzhab syafi’iyah bahkan pemimpin organisasi
besar yang bermadzhab syafi’iyyah malah membela-bela Rofidhoh. Apakah duit telah
membutakan matanya??!!, ataukah syahwat yang telah menutup pintu hatinya??!!
Bagaimana
lagi jika tokoh Syi’ah memberi kajian di stasiun televisi orang-orang yang
mengaku bermadzhab syafi’iyah??!! Sebaliknya kaum syi’ah malah mencaci-caci
Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah.
Seorang
ulama syi’ah yang bernama Yusuf Al-Bahraani mengungkap kedengkiannya yang
sangat dalam kepada Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah. Ia berkata dalam bait
sya’irnya sbb :
كَذَبْتَ فِي دَعْوَاكَ يَا
شَافَعِي فَلَعْنَةُ اللهِ عَلَى الْكَاذِبِ
“Engkau
telah berdusta dengan propagandamu wahai Syafi’i (dalam mencintai ahlul
bait-pen)….Dan laknat Allah bagi seorang pendusta…”
بَلْ حُبُّ أَشْيَاخِكَ فِي
جَانِبٍ وَبُغْضُ أَهْلِ الْبَيْتِ فِي جَانِبٍ
“Akan
tetapi engkau mencintai para syaikhmu (yaitu para sahabat Nabi-pen) di satu
sisi…. Dan engkau membenci ahlul bait di sisi yang lain…”
عَبَدْتُمُ الْجِبْتَ
وَطَاغُوْتَهُ دَوْنَ الإِلَهِ الْوَاحِدِ الْوَاجِبِ
“Kalian
telah menyembah al-jibt (penyihir) dan thoghut… kalian tidak menyembah Tuhan
Yang Maha Esa yang Wajib…”
فَالشَّرْعُ
وَالتَّوْحِيْدُ فِي مَعْزِلٍ عَنْ مَعْشَرِ النُّصَّابِ يَا نَاصِبِي
“Syari’at
dan tauhid terpisahkan…. Dari kalangan nasibi wahai nasibi (Syafi’i)”.
قَدَّمْتُمُ الْعِجْلَ مَعَ
السَّامِرِي عَلَى الْأَمِيْرِ ابْنِ أَبِي طَالِبِ
“Kalian
telah mendahulukan patung sapi bersama samiri….dari pada Sang pemimpin Ali bin
Abi Tholib”.
Bait-bait sya’ir celaan terhadap Imam Syafi’i telah dibantah
oleh Ibnu Rojab Asy-Syafi’i dengan syairnya :
صَدَقْتَ فِي دَعْوَاكَ
يَا شَافِعِي فَرَحْمَةُ اللهِ عَلَى الصَّادِقِ
Engkau telah jujur dan
benar dalam propagandamu wahai Syafi’i… maka rahmat Allah bagi seorang yang
jujur”.
أنْ حُبُّ أَصْحَابِهِ
بِاللاَّحِقِ وُدُّ أَهْلِ الْبَيْتِ بِالسَّابِقِ
Engkau mencintai para
sahabatnya dan lebih utama lagi dalam mencintai ahlu bait…”
أَطَعْنَا الرَّبَّ وَيَا
رِفْقَهُ رِفْقَ الإِلَهِ الْخَالِقِ الرَّازِقِ
“Kami telah taat kepada
Robb… wahai sungguh kelembutan Robb… kelembutan Tuhan Yang Maha Pencipta lagi Maha
Pemberi Rizki…”
فَالْكُفْرُ
التَّمَجِيْسُ فِي مَعْزِلٍ عَنْ مَعْشَرِ النُّسَّاكِ يَا
رَائِقِ
“Kekufuran kemajusian
terpisahkan…dari kalangan para penempuh (jalan kebenaran) wahai yang murni
(dari bid’ah dan riyaa’)…” (yaitu Imam Syafi’i-pen).
أَخَّرْتُمُ الصُّحْبَ
مَعَ التَّابِعِي وَلاَ الأَمِيْرِ أَخِي الْفَالِقِ
“Kalian (ahlus sunnah)
telah menjadikan para sahabat bersama pengikut mereka …kalian tidaklah
mengakhirkan (menjatuhkan) sang pemimpin (Ali bin Abi Tholib) saudara Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam…” (lihat : http://alsrdaab.com/vb/showthread.php?t=57292).
Kebencian
syi’ah kepada para imam madzhab (Abu Hanifah, Malik, Syafi’i, dan Ahmad)
tentunya merupakan perkara yang lumrah.
Bukankah
para imam tersebut mengambil ilmu dari para sahabat yang telah dikafirkan oleh
syi’ah??. Imam Abu Hanifah mengambil ilmu di kufah dari ilmu yang telah
diwariskan oleh sahabat mulia Abdullah bin Mas’uud radhiallahu ‘anhu. Imam Malik
mengambil ilmu dari warisan ilmu para sahabat yang bertebaran di kota Madinah.
Imam Asy-Syafi’i mengambil ilmu dari imam Malik, dan Imam Ahmad mengambil ilmu
dari Imam Asy-Syafi’i. Maka ilmu yang didakwahkan oleh 4 imam madzhab semuanya
bermuara kepada para sahabat Nabi yang telah dicaci maki dan dikafirkan oleh
syi’ah. Maka wajar saja jika permusuhan mereka terhadap para imam sangatlah
sengit.
Al-Kulaini dalam kitab Usuul Al-Kaafi
meriwayatkan dari Abu Ja’far Al-Baaqir bahwasanya ia berkata –seraya menghadap
kiblat- :
إنما أُمر الناس أن يأتوا
هذه الأحجار فيطوفوا بها ثم يأتونا فيعلمونا ولايتهم لنا، وهو قول الله: وَإِنِّي
لَغَفَّارٌ لِمَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدَى، -ثم أومأ بيده
إلى صدره- إلى ولايتنا
“Sesungguhnya
manusia hanyalah diperintahkan untuk mendatangi batu-batu ini lalu melakukan
thowaf setelah itu mendatangi kami dan menyatakan walaa’/loyalitas mereka
kepada kami. Dan ini adalah firman Allah : ((Dan sesungguhnya Aku adalah
maha mengampuni bagi orang yang bertaubat dan beriman serta beramal sholeh,
lalu mendapatkan petunjuk)) (QS Thohaa : 82).
Lalu
iapun mengisyaratkan kepada dadanya dan berkata : “Lalu mendapatkan petunjuk
kepada keimaman kami”, lalu ia berkata :
يا سدير! فأُريك الصّادين
عن دين الله؟
“Wahai
Sudair, maukah aku tunjukan kepadamu orang-orang yang menghalangi manusia dari
agama Allah?”
ثمّ نظر إلى أبي حنيفة
وسفيان الثوريّ في ذلك الزمان وهم حِلَقٌ في المسجد، فقال:
Lalu
iapun memandang kepada Abu Hanifah dan Sufyan Ats-Tsauri dan pada zaman
tersebut mereka membuat halaqoh-halaqoh di masjidil haram, lalu ia berkata :
هؤلاء الصادّون عن دين الله
بلا هدى من الله ولا كتابٍ مبين
“Mereka
(Abu Hanifah dan Sufyan Ats-Tsauri) adalah para penghalang manusia dari jalan
Allah, tanpa petunjuk dari Allah dan tanpa dalil dari al-Qur’an.”(Ushuul Al-Kaafi, Kitaab Al-Hujjah 1/392-393).
Kota
Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, 28-10-1434 H / 04 September 2013 M
Abu
Abdil Muhsin Firanda
http://www.firanda.com
http://www.firanda.com