Saturday, March 14, 2015

Ajaran Madzhab Syafi’i Yang Ditinggalkan Sebagian Pengikutnya : Mengingkari Aqidah Syi’ah


Diantara aqidah Al-Imam Asy-Syafi’i adalah pengingkaran keras beliau terhadap aqidah Syi’ah.
Harmalah bin Yahya berkata, “Aku mendengar Asy-Syafi’i berkata :
لم أر أحداً من أهل الأهواء أشهد بالزور من الرافضة
Aku tidak pernah melihat seorangpun dari para pengikut hawa nafsu yang lebih pendusta dari pada syi’ah rofidhoh (Aadaab Asy-Syaafi’i li Ibni Abi Haatim hal 187 dan 189, Manaaqib Asy-Syaafi’i li Al-Baihaqi 1/468, Hilyatul Auliyaa 9/114 dan Siyar A’laam An-Nubalaa 10/89).
Perhatikanlah!
Pernyataan Asy-Syafi’i ini dibangun di atas pengamatan terhadap seluruh ahlul bid’ah yang pernah ditemui oleh beliau, lalu belaiu berkesimpulan bahwa ahlul bid’ah yang paling pendusta adalah syi’ah Rofidhoh.
Yunus bin Abdil A’la berkata : “Aku mendengar Asy-Syafi’i jika disebutkan tentang Roofidhoh maka beliaupun mencela mereka dengan celaan yang keras dan beliau berkata, شَرُّ عِصَابَةٍ“Firqoh terburuk (Manaaqib Asy-Syafi’i li Al-Baihaqi 1/468).
Demikian juga dengan pernyataan Asy-Syafi’i ini menunjukkan pengamatan beliau terhadap firqoh-firqoh sesat yang ada, lalu beliau berkesimpulan bahwa firqoh yang paling buruk dari seluruh firqoh adalah firqoh Syi’ah Rofidhoh.
Ahmad bin Kholid Al-Khollaal berkata,
Aku mendengar Asy-Syafi’i berkata, “Tidaklah aku berbicara dengan seseorang tentang bid’ah, tidak seorangpun kecuali ia bertasyayyu (bermadzhab syi’ah)'” (Aaadab Asy-Syaafi’i wa Manaaqibuhu hal 186 dan Manaaqib Asy-Saafi’i 1/467).
Maksudnya adalah Al-Imam Asy-Syafi’i seringkali berdebat dengan ahlul bid’ah sehingga beliau mengetahui kebiasaan ahlul bid’ah kalau sudah kalah berdebat maka melakukan dusta/taqiyyah yang merupakan aqidahnya syi’ah. Karenanya beliau mensifati seluruh ahlul bid’ah yang kalah debat dengan beliau -yang berkelit dengan kedustaan, sehingga menampakkan apa yang berbeda dengan isi hatinya- dengan madzhab syi’ah. (lihat penjelasan Al-Baihaqi dalam Manaaqib Asy-Syaafi’i 1/468).
Pernyataan-pernyataan Al-Imam Asy-Syafi’i di atas semuanya menunjukkan sikap keras beliau terhadap syi’ah Rofidhoh. Lantas yang sangat aneh di zaman kita ini ada sebagian orang yang mengaku bermadzhab syafi’iyah bahkan pemimpin organisasi besar yang bermadzhab syafi’iyyah malah membela-bela Rofidhoh. Apakah duit telah membutakan matanya??!!, ataukah syahwat yang telah menutup pintu hatinya??!!
Bagaimana lagi jika tokoh Syi’ah memberi kajian di stasiun televisi orang-orang yang mengaku bermadzhab syafi’iyah??!! Sebaliknya kaum syi’ah malah mencaci-caci Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah.
Seorang ulama syi’ah yang bernama Yusuf Al-Bahraani mengungkap kedengkiannya yang sangat dalam kepada Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah. Ia berkata dalam bait sya’irnya sbb :
كَذَبْتَ فِي دَعْوَاكَ يَا شَافَعِي   فَلَعْنَةُ اللهِ عَلَى الْكَاذِبِ
“Engkau telah berdusta dengan propagandamu wahai Syafi’i (dalam mencintai ahlul bait-pen)….Dan laknat Allah bagi seorang pendusta…”
بَلْ حُبُّ أَشْيَاخِكَ فِي جَانِبٍ    وَبُغْضُ أَهْلِ الْبَيْتِ فِي جَانِبٍ
“Akan tetapi engkau mencintai para syaikhmu (yaitu para sahabat Nabi-pen) di satu sisi…. Dan engkau membenci ahlul bait di sisi yang lain…”
عَبَدْتُمُ الْجِبْتَ وَطَاغُوْتَهُ    دَوْنَ الإِلَهِ الْوَاحِدِ الْوَاجِبِ
“Kalian telah menyembah al-jibt (penyihir) dan thoghut… kalian tidak menyembah Tuhan Yang Maha Esa yang Wajib…”
فَالشَّرْعُ وَالتَّوْحِيْدُ فِي مَعْزِلٍ   عَنْ مَعْشَرِ النُّصَّابِ يَا نَاصِبِي
“Syari’at dan tauhid terpisahkan…. Dari kalangan nasibi wahai nasibi (Syafi’i)”.
قَدَّمْتُمُ الْعِجْلَ مَعَ السَّامِرِي    عَلَى الْأَمِيْرِ ابْنِ أَبِي طَالِبِ
“Kalian telah mendahulukan patung sapi bersama samiri….dari pada Sang pemimpin Ali bin Abi Tholib”.
Bait-bait sya’ir celaan terhadap Imam Syafi’i telah dibantah oleh Ibnu Rojab Asy-Syafi’i dengan syairnya :
صَدَقْتَ فِي دَعْوَاكَ يَا شَافِعِي   فَرَحْمَةُ اللهِ عَلَى الصَّادِقِ
Engkau telah jujur dan benar dalam propagandamu wahai Syafi’i… maka rahmat Allah bagi seorang yang jujur”.
أنْ حُبُّ أَصْحَابِهِ بِاللاَّحِقِ   وُدُّ أَهْلِ الْبَيْتِ بِالسَّابِقِ
Engkau mencintai para sahabatnya dan lebih utama lagi dalam mencintai ahlu bait…”
أَطَعْنَا الرَّبَّ وَيَا رِفْقَهُ    رِفْقَ الإِلَهِ الْخَالِقِ الرَّازِقِ
“Kami telah taat kepada Robb… wahai sungguh kelembutan Robb… kelembutan Tuhan Yang Maha Pencipta lagi Maha Pemberi Rizki…”
فَالْكُفْرُ  التَّمَجِيْسُ فِي مَعْزِلٍ    عَنْ مَعْشَرِ النُّسَّاكِ يَا رَائِقِ
“Kekufuran kemajusian terpisahkan…dari kalangan para penempuh (jalan kebenaran) wahai yang murni (dari bid’ah dan riyaa’)…” (yaitu Imam Syafi’i-pen).
أَخَّرْتُمُ الصُّحْبَ مَعَ التَّابِعِي     وَلاَ الأَمِيْرِ أَخِي الْفَالِقِ
“Kalian (ahlus sunnah) telah menjadikan para sahabat bersama pengikut mereka …kalian tidaklah mengakhirkan (menjatuhkan) sang pemimpin (Ali bin Abi Tholib) saudara Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam…” (lihat : http://alsrdaab.com/vb/showthread.php?t=57292).
Kebencian syi’ah kepada para imam madzhab (Abu Hanifah, Malik, Syafi’i, dan Ahmad) tentunya merupakan perkara yang lumrah.
Bukankah para imam tersebut mengambil ilmu dari para sahabat yang telah dikafirkan oleh syi’ah??. Imam Abu Hanifah mengambil ilmu di kufah dari ilmu yang telah diwariskan oleh sahabat mulia Abdullah bin Mas’uud radhiallahu ‘anhu. Imam Malik mengambil ilmu dari warisan ilmu para sahabat yang bertebaran di kota Madinah. Imam Asy-Syafi’i mengambil ilmu dari imam Malik, dan Imam Ahmad mengambil ilmu dari Imam Asy-Syafi’i. Maka ilmu yang didakwahkan oleh 4 imam madzhab semuanya bermuara kepada para sahabat Nabi yang telah dicaci maki dan dikafirkan oleh syi’ah. Maka wajar saja jika permusuhan mereka terhadap para imam sangatlah sengit.
Al-Kulaini dalam kitab Usuul Al-Kaafi meriwayatkan dari Abu Ja’far Al-Baaqir bahwasanya ia berkata –seraya menghadap kiblat- :
إنما أُمر الناس أن يأتوا هذه الأحجار فيطوفوا بها ثم يأتونا فيعلمونا ولايتهم لنا، وهو قول الله: وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِمَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدَى، -ثم أومأ بيده إلى صدره- إلى ولايتنا
“Sesungguhnya manusia hanyalah diperintahkan untuk mendatangi batu-batu ini lalu melakukan thowaf setelah itu mendatangi kami dan menyatakan walaa’/loyalitas mereka kepada kami. Dan ini adalah firman Allah : ((Dan sesungguhnya Aku adalah maha mengampuni bagi orang yang bertaubat dan beriman serta beramal sholeh, lalu mendapatkan petunjuk)) (QS Thohaa : 82).
Lalu iapun mengisyaratkan kepada dadanya dan berkata : “Lalu mendapatkan petunjuk kepada keimaman kami”, lalu ia berkata :
يا سدير! فأُريك الصّادين عن دين الله؟
“Wahai Sudair, maukah aku tunjukan kepadamu orang-orang yang menghalangi manusia dari agama Allah?”
ثمّ نظر إلى أبي حنيفة وسفيان الثوريّ في ذلك الزمان وهم حِلَقٌ في المسجد، فقال:
Lalu iapun memandang kepada Abu Hanifah dan Sufyan Ats-Tsauri dan pada zaman tersebut mereka membuat halaqoh-halaqoh di masjidil haram, lalu ia berkata :
هؤلاء الصادّون عن دين الله بلا هدى من الله ولا كتابٍ مبين
“Mereka (Abu Hanifah dan Sufyan Ats-Tsauri) adalah para penghalang manusia dari jalan Allah, tanpa petunjuk dari Allah dan tanpa dalil dari al-Qur’an.”(Ushuul Al-Kaafi, Kitaab Al-Hujjah 1/392-393).

Kota Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, 28-10-1434 H / 04 September 2013 M
Abu Abdil Muhsin Firanda
http://www.firanda.com