Ternyata, ramainya isu
“anti-Wahabi” dalam beberapa tahun terakhir adalah ulah Syi’ah. Perselisihan
antara Wahabi (Salafi) dengan kelompok Aswaja merupakan propaganda Syi’ah untuk
memecah-belah keluarga besar umat Islam di Indonesia. Keterangan ini
disampaikan oleh Anggota Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI Pusat, Ustadz
Fahmi Salim Zubair, M.A. dalam acara bedah buku MUI “Mengenal dan Mewaspadai
Penyimpangan Syi’ah di Indonesia”, bertempat di masjid An-Nuur, Mahogany
Residence, Cibubur pada hari Ahad (06/04) pagi.
Salah satu tim penulis buku MUI ini menghimbau kepada umat Islam
pengikut ajaran Nabi SAW, baik itu Salafi, Muhammadiyah, Aswaja dan lainnya
agar bersatu serta meninggalkan perselisihan dalam masalahfuru’iyyah.
“Yang penting kita satu
koridor, sama-sama umat Islam,” tegasnya.
Ustadz Fahmi yang juga
menjabat sebagai Wakil Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia
(MIUMI) menilai, bahwa pihak yang paling diuntungkan dari konflik dan
perselisihan antar sesama Muslimin adalah Syi’ah.
“Yang paling mendapat
keuntungan dari perselisihan antara Salafi-Wahabi dan Aswaja adalah Syi’ah,”
tuturnya.
Sementara Dr. Haidar Bawazier yang juga didaulat menjadi
narasumber dalam acara tersebut menjelaskan, walaupun Aswaja dan Salafi
berselisih, tapi rujukan mereka satu, Al-Qur’an dan Hadits. Perbedaan-perbedaan
dalam masalah furu’iyyah bisa didudukkan oleh orang-orang alim
diantara mereka, bukan bawahan-bawahannya. Sedangkan perselisihan dengan Syi’ah
yang sudah jelas-jelas bukan Islam adalah perselisihan yang tidak akan pernah
bersatu karena sudah masuk ranah ushuluddin. Dengan
demikian, ajakan “ukhuwah Islamiyah” versi mereka hanyalah sebatas omong kosong
belaka.
Buku-buku
Penggugat Wahabi, Ditunggangi Syiah dan Sepilis?
Oleh: sumantri
Tentu kita penasaran, siapakah sesungguhnya
Syaikh Idahram, penulis buku Trilogi Data dan Fakta Penyimpangan Salafi Wahabi
(Sejarah
Berdarah Sekte Salafi Wahabi, Mereka Memalsukan Kitab-kitab Karya Ulama Klasik,
dan Ulama Sejagad Menggugat Salafi Wahabi) yang kata pengatarnya ditulis oleh Ketua
Umum Pengurus Besar Nahdlatul (PBNU) Prof. Dr. KH. Said Agil Siraj, MA.
Saat voa-islam menanyakan jatidiri Syaikh Idahram kepada
KH. Said Agil Siraj yang ditemui usai Wokshop Deradikalisasi Agama Berbasis
Kyai/Nyai dan Pesantren yang
digelar oleh Muslimat NU di Park Hotel, Jakarta, tidak mau menjawab secara
jelas, siapa sesungguhnya Syaikh Idahram. Kiai NU itu hanya menjawab ringkas,
“Yang jelas, dia adalah bimbingan saya. Saya lah yang membimbing penulis buku
itu,” kata Said Agil.
Di dalam biodata penulis buku Ulama Sejagad
Menggugat Salafi Wahabi,
Syaikh Idahram adalah sosok pemerhati gerakan-gerakan Islam, lahir di Tanah
Jawa, pada tahun 1970-an. Ketertarikannya terhadap fenomena Salafi Wahabi
terpupuk sejak ia melanglang buana dan belajar ke Timur Tengah,bertalaqqi kepada para masyayikh di sana dan berdiskusi dengan para ustadz.
Dalam upaya pencariannya itu, Syaikh Idahram
pernah menjadi anggota organisasi Muhammadiyah beberapa tahun, aktif dalamliqa’ PKS (Partai Keadilan Sejahtera) selama 4 tahun,
pengurus kajian Hizbut Tahrir selama 2 tahun, pejabat teras ICMI (Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia), hingga akhirnya berlabuh dan basah kuyub dalam
tasawuf dengan berba’iat kepada seorang syaikh.
Maraknya gerakan Islam garis keras di
Indonesia, serta dorongan dari berbagai pihak, membuat Idahram memutuskan untuk
menuliskan apa yang diamatinya selama ini tentang Salafi Wahabi. Ia sempat ragu
ketika beberapa kawan mengingatkannya tentang terror yang kerap kali terjadi
terhadap para pengkritik faham ini. Akan tetapi atas rekomendasi dari para masyayikh, penulis akhirnya memutuskan utnuk tetap
menuliskan penelitiannya debgan menyiasati penggunaan nama pena, yaitu Syaikh
Idahram.
Menurut pengakuannya, buku Trilogi data dan
Fakta Penyimpangan sekte Salafi Wahabi ini lahir sebagai titik kulminasi dari
rasa prihatin penulis terhadap persatuan dan ukhuwah umat Islam yang saat ini
sangat meradang dan hanya tinggal wacana. Hingga akhirnya, pencarian dan
penelitian yang dilakukannya selama 9 tahun, mulai 2001-2010, membuahkan hasil
ketiga buku trilogi penyimpangan salafi wahabi tersebut. Sang Penulis, Syaikh
Idahram secara terbuka membuka ruang dialog melaui e-mail:
salafiasli@yahoo.com.
Ditunggangi Syiah dan
Sepilis
Yang menarik, Abu Muhammad Waskito, penulis
buku “Bersikap
Adil Kepada Wahabi: Bantahan Kritis dan Fundamental Terhadap Buku Propaganda
Karya Syaikh Idahram” (Penerbit : Pustaka Al-Kautsar),menduga Syaikh Idahram adalah sosok Abu
Salafy yang sering nongol di dunia maya di Tanah Air. Jika di online memakai
nama Abu Salafu, sedangkan di buku memakai nama Syaikh Idahram.
Abu Salafy ini punya sebuah blog propaganda
yang mayoritas isinya menghujat dakwah Salafiyah, menghina ulama-ulama Ahlu
Sunnah, seperti Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayyim; menghina ulama wahabi, seperti
Syaikh Muhammad At-Tamimi, Syaikh Ibnu Baz, Syaikh Albani dan sebagainya.
Mengapa AM Waskito menganggap Abu Salafy
adalah sosok Idahram? “Karena keduanya memiliki banyak kesamaan, yakni sama-sama
menghujat Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab.
Belakangan beredar informasi di internet
bahwa sosok Syaikh Idahram bernama asli Marhadi Muhayyar, namun info ini belum
mendapat kepastian, mengingat yang bersangkutan tak pernah secara gentle tampil
ke public.
AM Waskito dalam bukunya “Bersikap Adil
kepada Wahabi” (Pustaka Al Kautsar), juga mencurigai, sosok Syaikh Idahram,
penulis buku Trilogi Penyimpangan Salafi Wahabi tersebut adalah seorang
penganut akidah Syiah atau minimal pendukung Syiah. Meskipun dia tidak
mengucapkan pengakuan atas akidahnya, tetapi hal itu bisa dibuktikan dari
perkataan-perkataan dia sendiri dalam bukunya. Bukan hanya itu, Waskito mencium
aroma, ketiga buku tulisan Syaikh Idahram ditunggangi oleh kepentingan kaum
Syiah dan Sepilis (Sekulerisme, Pluralisme, dan Liberalisme).
Bukti kesyiahan Syaikh Idahram, menurut
pengamatan Waskito diantaraya: Si penulis menyebut Kota Najaf di Irak sebagai Najaf
Al-Asyraf. Sebutan
semacam ini hanya dikenal di kalangan Syiah, bukan Ahlu Sunnah.
Kemudian, Syaikh Idahram juga menyebutkan
bahwa dalam Islam setidaknya ada tujuh madzhab, yaitu: Madzhab Hanafi, Maliki,
Syafi’I, dan Hambali; ditambah dua madzhab: Syiah, Ja’fari dan Imamiyah;
ditambah 1 madzhab Zhahiri. Perkataan seperti ini tidak dikenal dikalangan Ahlu
Sunnah. Yang jelas, tidak sedikit, Syaikh Idahram menggunakan referensi dari
kaum Syiah.
Sejak awal, AM Waskito menduga posisi Said
Agil Siraj bukan hanya sebagai pemberi kata pengantar. “Bisa jadi, dia terlibat
langsung di balik proyek penerbitan buku-buku propaganda itu,” ungkapnya
curiga.
Dan benar saja, KH. Said Agil Siraj kepada
voa-Islam mengakui, bahwa buku yang ditulis Syaikh Idahram adalah atas
bimbingannya. “Saya lah yang membimbing penulisnya,” kata Said Agil terus
terang.