*Dimana Allah ??
Jika Allah berada di Langit, maka Berarti langit lebih besar
dari Allah..
Jika Allah berada di arsy, maka Berarti Arsy lebih besar dari
Allah..
Lalu apa maknanya Allahu akbar (Allah Maha besar) jika
begitu..?
Jika
Allah berada di langit atau di arsy, di manakah Allah sebelum menciptakan
Langit dan Arsy? Sedangkan Arsy dan langit itu bukan dari zaman azali..
Langit
dan arsy itu makhluk sedangkan ALLAH ITU ADA TANPA TEMPAT.
Jika
Menurut sebagian orang Allah di langit atau di arsy, berarti mereka meyakini
bahwa Allah dari ada tanpa tempat menjadi Allah berada di sebuah tempat. Dan
Hal ini mustahil Terjadi. Karena dalam Al-Qur'an di Katakan 'Laitsa kamitslihi
syai'un'
Dan
berpindah dari tempat ke tempat lain adalah sifat Makhluk, sedangkan Allah
mustahil menyerupai sifat makhluk..
Kesimpulannya:
ALLAH ITU
ADA TANPA TEMPAT
Tanpa
arah
Tanpa
Ruang dan waktu
Bukan di
Langit
Bukan di
arsy
Dan Tidak
bertempat di mana-mana..!
( selesai
)
Saya
Jawab:
1. Anda
menyifati Allah dengan ciri-ciri makhluk yang membutuhkan tempat. Andaikan anda
bisa melepaskan diri dari gambaran makhluk ketika anda berbicara tentang
Sifat-sifat Allah, maka hal itu akan menyelesaikan masalah ini.
2. Allah
itu berada di atas 'Arsy, berisitawa' maha tinggi, bukan majazi tapi hakiki.
Istawa' nya Allah itu suci, tidak serupa dengan makhluq. Mengimaninya wajib,
membayang-bayangkan bagaimana istawa' nya Allah -seperti Idrus Romli-, berarti
stress !!
3. Aqidah
bahwa Allah beristawa' di atas 'Arsy adalah aqidah Rasulullah dan Para Sahabat,
bukan aqidah Wahabi, karena dizaman Rasulullah wahabi nggak ada. Wahabi belum
lahir.
3. Anda
kesulitan mengimani ayat-ayat atau hadits Rasulullah seputar Sifat-sifat Allah,
karena: anda memahami posisi Allah seperti anda memahami makhluk-Nya. Kalau
sebuah benda turun, pasti dia akan lebih rendah dari benda di atasnya. Ini
adalah tabi’at makhluk.
Kalau
benda turun-naik, berarti benda itu selalu bolak-balik. Ini juga tabi’at
makhluk. Kalau benda ada di atas bumi yang bulat, berarti sisi atasnya bisa ke
segala arah. Lagi-lagi ini adalah sifat makhluk. Kalau benda punya letak
(misalnya di langit), berarti dia punya tempat dan volume. Lagi-lagi, wahai
Idrus Romli itu adalah sifat makhluk.
4.
Sebagai Muslim, kita tidak akan ditanya, “Allah ada di dalam ruang atau di luar
ruang?” "Allah itu bertempat atau tidak bertempat?" Tidak, demi Allah
kita tak akan ditanya seperti itu.
Sebenarnya,
bagi kita semua, apakah Allah ada di dalam ruang atau tidak, TIDAK MASALAH. No
problem, anything! Kalau Allah menetapkan diri-Nya dalam ruang, ya kita
mengimaninya. Kalau Allah tetapkan diri-Nya di luar ruang, kita pun akan
mengimani-Nya. Apa yang Allah inginkan tentang diri-Nya dengan segala
Sifat-Nya, kita imani. Kita akan mengatakan, “Amanna bihi kullun min ‘indi
Rabbina” (kami mengimani-nya, semua itu dari sisi Rabb kami).
Jadi
dalam hal seperti ini, JANGAN IKUT CAMPUR apa-apa yang telah Allah tetapkan
bagi diri-Nya. Andaikan Allah berada dalam ruang, dan hal itu yang Dia
kehendaki; maka sungguh tidak akan berkurang Kesucian-Nya. Andaikan Allah
berada di luar ruang, seandainya itu yang Dia inginkan, juga tak akan berkurang
Kesucian-Nya. Sebab, Allah sudah Suci sejak sedia kala, tanpa membutuhkan
cara-cara kita untuk mensucikan-Nya.
5. Allah
hanya menetapkan, “Diri-Nya bersemayam di atas Arasy.” Artinya, kita tak usah
meributkan soal “dalam ruang” atau “di luar ruang”, "bertempat" atau
"tidak bertempat". sebab penjelasan ayat-ayat Allah itu sudah
gamblang: Dia berada di atas Arasy. Disini kita tak perlu memikirkan, apakah
Allah ada dalam ruang atau tidak. Karena masalah itu tidak disinggung dalam
ayat-Nya atau hadits Nabi-Nya.
KAIDAH
dasarnya sebagai berikut: Saat berbicara tentang Sifat Allah, disana ada Sifat
Dzatiyyah (sifat yang terkait dengan Diri Allah Ta’ala) dan Sifat Fi’liyyah
(sifat yang terkait dengan Perbuatan Allah). Kalau bicara soal Dzatiyyah Allah
berlaku kaidah “laisa ka mitslihi syai’un” (tidak ada yang serupa dengan-Nya
satu pun). Dalam hal ini, jangan sekali-kali memahami Allah dengan paramter
makhluk-Nya; kalau begitu, anda pasti akan tersesat. Kalau bicara tentang
Fi’liyyah Allah berlaku prinsip “idza arada syai’an an yaqulu kun fa yakun”
(kalau Dia menghendaki sesuatu, Dia tinggal mengatakan ‘kun’, maka jadilah hal
itu).
6. dimana
kedudukan Allah sebelum menciptakan langit dan Arasy, semua itu adalah
keghaiban belaka. Sama ghaibnya dengan bagaimana keadaan Allah beristiwa’ di
atas Arasy. Anda tidak dibebani kewajiban untuk menelisik masalah-masalah
seperti itu. Akal anda tak akan sampai pada kebenaran hakiki dalam hal seperti
ini, kecuali kelak anda bisa tanyakan semua itu kepada Allah Ta’ala di Akhirat
nanti (dengan syarat, harus masuk syurga dulu).
Dalam
pertanyaan seperti ini tak ada penjelasan yang bisa memuaskan akal secara
sempurna, kecuali akal orang-orang beriman yang rela mengimani Kitabullah dan
As Sunnah; serta tidak menjadikan otak-nya sebagai hukum dan agama, dalam
kehidupan ini.
Jadi,
benar kata anda bahwa alam semesta ini sesuatu yang baru (muhdats), sementara
Allah itu Qadim (terdahulu dari segalanya).
Nah, lalu
anda bertanya; Sebelum menciptakan alam ini Allah ada dimana dan menempati apa?
Jawabnya:
KITA TIDAK TAHU, karena Allah tidak menjelaskan hal itu. Allah Ta’ala mau
berada dimanapun, mau bagaimanapun, itu terserah diri-Nya. Kalau dia mau
menempati suatu ruang, mudah bagi-Nya; sebagaimana kalau Dia tak butuh ruang
juga mudah bagi-Nya. Kan disini berlaku prinsip besar: Idza arada syai’an an
yaqula kun fa yakun (kalau Dia ingin sesuatu, tinggal bilang ‘jadi’ maka
jadilah itu).
Masalah
Allah ada di dalam ruang atau tidak, ada dalam tempat atau tidak, itu terserah
Dia saja. Dia bisa melakukan apapun yang Dia kehendaki. Apa anda bisa
menghalangi kalau Allah melakukan ini dan itu, sesuka Diri-Nya? Sejak kapan
anda punya kuasa di sisi Allah?
Nah,
intinya:
Allah itu
istawa' (bersemayam) di atas Arsy. Itu yang mengatakan Allah sendiri dalam
Al-Qur'an. apakah Allah itu duduk, menempel, mengambang, atau bersila; ALLAHU
A'LAM HANYA ALLAH YANG TAHU. DAN ALLAH TIDAK SERUPA DENGAN SESUATU APAPUN.
Yang
jelas Allah beristawa' di atas Arsy. Sebagaimana kata Rasulullah
shollallahu’alaihiwasallam:
لَمَّا فَرَغَ اللهُ مِنْ خَلْقِهِ اسْتَوَى عَلَى عَرْشِهِ.
“Ketika Allah selesai mencipta, Dia berada di atas ‘Arsy
singgasana-Nya.”
(Diriwayatkan oleh Al-Khallal dalam kitab As-Sunnah,
dishahihkan oleh Ibnul Qayyim dan Adz-Dzahabi berkata: Para perawinya tsiqah)
Sedangkan
lafazh istawa ‘ala (اِسْتَوَى عَلَى)
dalam bahasa Arab berarti (عَلاَ وَارْتَفَعَ),
yaitu berada di atas (tinggi/di ketinggian). Hal ini adalah kesepakatan salaf
dan ahli bahasa. Tidak ada yang memahaminya dengan arti lain di kalangan salaf
dan ahli bahasa.
Adapun ‘Arsy, secara bahasa artinya Singgasana kekuasaan.
‘Arsy adalah makhluk tertinggi. Rasulullah shollallahu’alaihiwasallam bersabda:
فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَاسْأَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ فَإِنَّهُ أَوْسَطُ الْجَنَّةِ وَأَعْلَى الْجَنَّةِ وَفَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ وَمِنْهُ تَفَجَّرُ أَنْهَارُ الْجَنَّةِ
“Maka jika kalian meminta kepada Allah, mintalah Al-Firdaus,
karena sungguh ia adalah surga yang paling tengah dan paling tinggi. Di atasnya
singgasana Sang Maha Pengasih, dan darinya sungai-sungai surga mengalir.” (HR.
Al-Bukhari)
‘Arsy juga termasuk makhluk paling besar. Allah menyifatinya
dengan ‘azhim (besar) dalam Surat An-Nahl: 26. Ibnu Abbas Radhiyallahu’anhu
berkata:
الْكُرْسِيُّ مَوْضِعُ الْقَدَمَيْنِ ، وَالْعَرْشُ لاَ يَقْدِرُ قَدْرَهُ إِلاَّ اللهُ تعالى.
“Kursi adalah tempat kedua kaki (Allah), dan ‘Arsy
(singgasana) tidak ada yang mengetahui ukurannya selain Allah Ta’ala.”
(Hadits mauquf riwayat Al-Hakim dan dishahihkan Adz-Dzahabi)
Allah
juga menyifatinya dengan Karim (mulia) dalam Surat Al-Mukminun: 116 dan Majid
(agung) dalam Surat Al-Buruj: 15.
Dalam
suatu hadits shahih riwayat Al-Bukhari dan Muslim dijelaskan bahwa ‘Arsy
memiliki kaki, dan dalam surat Ghafir: 7 dan Al-Haaqqah: 17 disebutkan bahwa
‘Arsy dibawa oleh malaikat-malaikat Allah.
Terakhir,
kalau ALLAH ITU ADA TANPA TEMPAT
Tanpa
arah
Tanpa
Ruang dan waktu
Bukan di
Langit
Bukan di
arsy,
Itu
artinya: Allah itu tidak ada. Karena mustahil ada dzat tanpa ada sifat !!
Meniadakan sifatnAllah berarti hendak meniadakan Allah. Meniadakan Allah
berarti atheis, alias kaafirr.
Dari
Abdullah bin Ahmad bin Hanbal ketika membantah paham Jahmiyah, ia mengatakan
bahwa Imam Ahmad mengatakan dari Syraih bin An Nu’man, dari Abdullah bin Nafi’,
ia berkata bahwa Imam Malik bin Anas mengatakan,
الله في السماء وعلمه في كل مكان لا يخلو منه شيء
“Allah berada di atas langit. Sedangkan ilmu-Nya berada di
mana-mana, segala sesuatu tidaklah lepas dari ilmu-Nya.”
Diriwayatkan dari Yahya bin Yahya At Taimi, Ja’far bin
‘Abdillah, dan sekelompok ulama lainnya, mereka berkata,
جاء رجل إلى مالك فقال يا أبا عبد الله الرحمن على العرش استوى كيف استوى قال فما رأيت مالكا وجد من شيء كموجدته من مقالته وعلاه الرحضاء يعني العرق وأطرق القوم فسري عن مالك وقال الكيف غير معقول والإستواء منه غير مجهول والإيمان به واجب والسؤال عنه بدعة وإني أخاف أن تكون ضالا وأمر به فأخرج
“Suatu saat ada yang mendatangi Imam Malik, ia berkata:
“Wahai Abu ‘Abdillah (Imam Malik), Allah Ta’ala berfirman,
الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى
“Allah menetap tinggi di atas ‘Arsy”[8]. Lalu bagaimana Allah
beristiwa’ (menetap tinggi)?” Dikatakan, “Aku tidak pernah melihat Imam Malik
melakukan sesuatu (artinya beliau marah) sebagaimana yang ditemui pada orang
tersebut. Urat beliau pun naik dan orang tersebut pun terdiam.” Kecemasan
beliau pun pudar, lalu beliau berkata,
الكَيْفُ غَيْرُ مَعْقُوْلٍ وَالإِسْتِوَاءُ مِنْهُ غَيْرُ مَجْهُوْلٍ وَالإِيْمَانُ بِهِ وَاجِبٌ وَالسُّؤَالُ عَنْهُ بِدْعَةٌ وَإِنِّي أَخَافُ أَنْ تَكُوْنَ ضَالاًّ
“Hakekat dari istiwa’ tidak mungkin digambarkan, namun
istiwa’ Allah diketahui maknanya. Beriman terhadap sifat istiwa’ adalah suatu
kewajiban. Bertanya mengenai (hakekat) istiwa’ adalah bid’ah. Aku khawatir
engkau termasuk orang sesat.” Kemudian orang tersebut diperintah untuk keluar.
Anda bisa lihat dikitab: Al-'Uluw Fii Aliyyil Ghaffar.
Inilah
perkataan yang shahih dari Imam Malik. Perkataan beliau sama dengan robi’ah
yang pernah kami sebutkan. Itulah keyakinan Ahlus Sunnah.
Imam Abu
Hanifah mengatakan:
من انكر ان الله تعالى في السماء فقد كفر
“Barangsiapa yang mengingkari keberadaan Allah di atas
langit, maka ia kafir.”
Lihat kitab: Itsbatu Shifatul ‘Uluw, Ibnu Qudamah Al Maqdisi,
hal. 116-117, Darus Salafiyah, Kuwait, cetakan pertama, 1406 H. Lihat pula
Mukhtashor Al ‘Uluw, Adz Dzahabiy, Tahqiq: Syaikh Muhammad Nashiruddin Al
Albani, hal. 137, Al Maktab Al Islamiy.
abu husain at thuwailibi
abu husain at thuwailibi
Allah Istawa Di Atas 'Arsy.. Apakah Berarti
Allah Butuh Tempat ??
A :
Jika Allah berada diatas, tentu Ia butuh tempat, karena yang namanya diatas itu
pasti membutuhkan tempat..
B : Itu kan kalo kita sebagai Makhluk, kalo Allah mah tidak, Allah berada diatas tidak butuh sama tempat, akan tetapi tempat itulah yang butuh kepada Allah, sebab setiap makhluk pasti membutuhkan Rabb-nya, sedangkan Rabb sama sekali tidak membutuhkan apa-apa dari makhluk-Nya..
A : Jawaban Akhi kurang
puas, bisa Akhi menjelaskan secara rinci..
B : Insya Allah,
baiklah, ana akan membacakan sebuah Ayat :
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ
ﻭَﻣَﻠَﺎﺋِﻜَﺘَﻪُﻳُﺼَﻠُّﻮﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ۚ ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ
ﺻَﻠُّﻮﺍ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠِّﻤُﻮﺍ ﺗَﺴْﻠِﻴﻤًﺎ
"Sesungguhnya Allah
dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman,
bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan
kepadanya."
Pertanyaan ana, apakah
Akhi mengimani bahwa Allah itu bershalawat kepada Nabi ??
A : Ya... Apa
hubungannya dgn Allah diatas 'Arsy ??
B : Ada, sekarang ana
bertanya lagi : Apakah Shalawat Allah sama dengan Shalawatnya Makhluk kepada
Nabi ??
A : Hahaha, Akhi ini
gimana sih, tentu tidak lah, kalo sama, berarti Allah berdo'a sama Allah yang
lain dong.. JELAS BEDA !!
B : Hehehe, gak usah
terbahak-bahak Akh, selanjutnya, Apakah Akhi tau bagaimana Shalawatnya Allah ??
A : Hmmm.. Ana gak tau..
Ko' malah bikin bingung sih Akh ??
B : Gak perlu bingung
Akh,, pertanyaan Akhi sudah terjawab ko'..
A : Maksudnya ??
B : Akhi mengatakan
bahwa Shalawatnya Allah tidak sama dengan Shalawatnya Mahluk, begitu juga
Istawanya Allah, tentu tidak sama pula dengan Bersemayamnya Makhluk.
Saat ana bertanya
"bagaimana Shalawatnya Allah ??", akhi menjawab "ana tidak
tau" Begitu juga, jika seseorang bertanya bagaimana Istawanya Allah ??
Kita hanya boleh menjawab "hanya Allah yang tau."
Akhi mengimani bahwa
Allah bershalawat kepada Nabi, tapi ko' Akhi tidak mengimani bahwa Allah Istawa
diatas 'Arsy ?? Yang jelas-jelas semuanya itu berbeda dengan Makhluk..
Sungguh aneh jika
seseorang Percaya akan adanya Allah, tapi tak percaya akan yang dikhabarkan
Allah tentang Diri-Nya...
Allah bilang begini, ia
malah bilang begitu..
Sebenarnya yang paling
tau tentang Allah itu siapa sih ?? Allah sendiri atau orang itu ??
A : Astaghfirullah, ana
khilaf Akh, sekarang ana sudah Yakin seyakin-yakinnya bahwa Allah itu tidak
sama dengan Makhluk dalam bentuk atau hal apapun.. Syukran ya Akh atas
penjelasannya..
B : Same-same
[Disunting
secara bebas dari Pemberantas Bid'ah Wall Post]
___________
Intinya : Jika masih ada
manusia yang menganggap Allah butuh tempat, itu sama saja ia telah menyamakan
Allah dengan makhluk..
Perhatikan betul2 ayat
ini :
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ
ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
"Tidak ada
sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan
Melihat." (asy Syura: 11)
Saya yakin, setiap
manusia yang normal, mesti bisa mendengar.. Ya nggak ?? Tapi apa sama
mendengarnya manusia dengan mendengarnya Allah ???
Saya juga yakin, setiap
manusia yang normal, mesti bisa melihat. Ya khan ??? Tapi apa sama melihatnya
manusia denganmelihatnya Allah ???
Allah sendiri yang
mengatakan Dia tidak sama dengan apapun, tapi Allah katakan juga Dia Mendengar
dan Melihat. Jadi pastinya, melihatnya Allah dengan mendengarnya Allah, tidak
sama dengan melihat dan mendengarnya !!
Paham ???
http://khansa.heck.in/allah-istawa-di-atas-arsy-apakah-berarti.xhtml
Allah di Atas Arsy
Oleh :
Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu rahimahullah
Alquran,
hadits shohih dan naluri serta cara berpikir yang sehat akan mendukung
kenyataan bahwa Allah berada di atas Arsy.
Allah berfirman :
" Allah yang maha
pengasih itu ‘istiwa’ di atas Arsy " (Taha:4)
Sebagaimana diterangkan
dalam hadits Bukhary, para tabiin menafsirkan istiwa dengan naik dan meninggi.
Allah berfirman :
"Apakah kamu merasa
aman terhadap Yang di Langit? Dia akan menjugkir-balikkan bumi bersama kamu
" (Al Mulk:16)
Menurut Ibnu Abbas
Radhiyallahu ‘anhu yang dimaksud dengan ‘Yang di langit’ adalah Allah seperti
yang dituturkan dalam kitab tafsir Ibnul Jauzy.
Firman Allah :
"Orang-orang takut
kepada Tuhannya yang di atas mereka" (An Nahl:150)
Firman Allah tentang Nabi
‘Isa Alaihis Salam :
" Tetapi Allah
mengangkatnya kepada-Nya "(Annisa 150)
Maksudnya Allah menaikkan
nabi ‘Isa Alaihis Salam ke langit..
Allah berfirman :
" Ialah Allah yang ada
di langit-langit " (Al An’am:3)
Ibnu Katsir mengomentari
ayat ini sebagai berikut :
"mufassirin sependapat
bahwa kita tidak akan berkata seperti ucapan bahwa kita tidak akan berkata
seperti perkataan Jahmiyah (golongan sesat) yang mengatakan bahwa Allah berada
di setiap tempat. Mahasuci Allah dari ucapan mereka."
Adapun firman Allah :
" Dan Allah selalu
bersamamu dimana kamu berada " (Al-Hadid:4)
Yang dimaksud adalah Allah
itu selalu bersama kita (pengawasan-Nya) dimana Allah mendengar dan melihat
kita, seperti keterangan dalam tafsir Ibnu Katsir dan kitab Jalalain..
Rasulullah Sholallahu
‘Alaihi Wasallam mi’raj ke langit ke tujuh dan berdialog dengan Allah serta
diwajibkan untuk melakukan sholat 5 waktu (riwayat Bukhari dan Muslim)
Rasulullah Sholallahu
‘Alaihi Wasallam bersabda :
" Kenapa kamu tidak
mempercayaiku? Padahal aku ini dipercaya oleh Allah yang berada di atas langit
" (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Rasulullah Sholallahu
‘Alaihi Wasallam bersabda :
" Sayangilah
orang-orang yang ada di bumi maka yang di langit(Allah) akan menyayangimu
" (Riwayat Tirmidzi)
Rasulullah Sholallahu
‘Alaihi Wasallam pernah menanyai seorang budak wanita, " dimanakah Allah?
".Jawabnya," Di langit ! ". Rasulullah bertanya," Siapa
saya? ". Dijawab lagi, " Kamu Rasulullah ". Lalu Rasulullah bersabda,
" merdekakanlah ia, karena dia seorang mukminah "
Sabda Rasulullah Sholallahu
‘Alaihi Wasallam :
" Arsy berada di atas,
dan Allah berada di atas arsy. Allah mengetahui keadaan kamu. "
Abu Bakar As Shidiq
Radhiyallahu ‘Anhu berkata :
"Barang siapa menyembah
Allah maka Allah berada di langit,ia hidup dan tidak mati" (riwayat Imam
Ad Darimy dalam Al Radd Alal Jahmiyah )
Abdullah bin Mubarak pernah
ditanya :
"Bagaimanakah kita
mengetahui Tuhan kita?". Maka Beliau Menjawab,"Tuhan kita di atas
langit, di atas Arsy, berbeda dengan makhluk-Nya"
Maksudnya Dzat Allah berada
di atas arsy, berbeda dan berpisah dengan makhluk-Nya, dan keadaannya di atas
arsy tersebut tidak sama dengan makhluk.
Iman Abu Hanifah menulis
kitab kecil berjudul "Sesungguhnya Allah itu di atas Arsy". Beliau
Rahimahullah menerangkan hal itudalam kitabnya Al Ilm wal Muta’allim.
Orang yang sedang sholat
selalu mengucapkan, " subhana Robbiyal ‘Ala… ". (maha suci Tuhanku
Yang Maha Tinggi)
Ketika berdoa ia juga
mengangkat tagannya dan menengadahkan ke langit.
Anak kecil ketika ditanya
dimana Allah, mereka akan segera menjawab berdasarkan naluri mereka bahwa Allah
berada di langit.
Otak yang sehat juga
mendukung kenyataan bahwa Allah berada di langit. Seandainya Allah berada di
semua tempat (dimana-mana), niscaya Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam
pernah menerangkan dan mengajarkan kepada para sahabatnya. Kalau Allah berada
di SEGALA TEMPAT, berarti Allah juga berada di tempat-tampat yang najis dan
kotor. Maha suci Allah dari semua anggapan itu..
Dinukil dari buku
"Rasailut Taujihat Al Islamiyah"
Edisi Indonesia
"Bimbingan Islam Untuk Pribadi dan Masyarakat" Penerbit Darul Khair,
Jeddah.
Antara
Ketinggian Dan Kebersamaan Allah
Sesungguhnya aqidah
ketinggian Allah di atas langit adalah aqidah salaf yang haq berdasarkan
dalil-dalil Al-Qur’an, hadits, ijma’, akal dan fithrah manusia[1]. Tidak ada
yang mengingkarinya kecuali orang yang menyimpang. Namun aneh tapi nyata,
sebagian orang menabur debu dan membingungkan kaum muslimin dengan beberapa
syubhat (kerancuan) yang nampaknya ilmiyah padahal pada hekakatnya hanyalah
suatu kerancuan yang dibangun di atas pondasi yang sangat lemah.
Di antara syubhat yang
sangat laris manis beredar adalah ucapan mereka bahwa Allah ada di mana-mana
bersama para hambaNya. Seandainya Allah berada di atas langit, lantas bagaimana
kiranya dengan dalil-dalil yang menunjukkan bahwa Allah bersama para hambaNya?!
Mereka kemudian mengemukakan sejumlah dalil seperti firman Allah:
أَلَمْ تَرَ أَنَّ
اللَّـهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۖ مَا
يَكُونُ مِن نَّجْوَىٰ ثَلَاثَةٍ إِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ وَلَا خَمْسَةٍ إِلَّا
هُوَ سَادِسُهُمْ وَلَا أَدْنَىٰ مِن ذَٰلِكَ وَلَا أَكْثَرَ إِلَّا هُوَ مَعَهُمْ
أَيْنَ مَا كَانُوا ۖ ثُمَّ يُنَبِّئُهُم بِمَا عَمِلُوا يَوْمَ
الْقِيَامَةِ ۚ إِنَّ اللَّـهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ ﴿٧﴾
Tidakkah
kamu perhatikan, bahwa Sesungguhnya Alloh mengetahui apa yang ada di langit dan
di bumi? tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah
keempatnya. dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah
keenamnya. dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau
lebih banyak, melainkan Dia berada bersama mereka di manapun mereka berada.
kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah
mereka kerjakan. Sesungguhnya Alloh Maha mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Mujadilah: 7)
وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ
مَا كُنتُمْ
Dan
Dia bersama kamu di mama saja kamu berada. (QS. Al-Hadid: 4)
Nah, bagaimanakah
menjawab syubhat ini?! Mungkinkah dalil-dalil itu bertentangan antara satu
dalil dengan lainnya?! Tidak ragu lagi bahwa pendalilan seperti ini adalah
bathil dari beberapa segi:
Pertama: Makna
Kebersamaan di sini adalah Ilmu Allah Dengan Kesepakatan Salaf
Telah tegak suatu ijma’
(konsesus ulama) bahwa maksud kebersamaan di sini adalah ilmu Alloh, sedangkan
kalau sudah tegak suatu ijma’ maka ucapan orang siapapun tidak ada artinya.
Tidak sedikit para ulama telah menukil ijma’ ini, di antaranya:
Ishaq bin Rahawaih
berkata: “Ahli Sunnah telah bersepakat bahwa Alloh tinggi di atas Arsy dan Dia
mengetahui segala sesuatu yang di bawah bumi tingkat ke tujuh sekalipun”.[2]
Ibnu Abi Syaibah
berkata: “Paraulama menafsirkan firman Alloh (yang artinya): “Dan Dia
bersama kalian”yakni ilmuNya”.[3]
Al-Ajurri berkata
setelah menafsirkan ayat-ayat tentang kebersamaan Alloh dengan ilmu: “Ini
adalah pendapat ulama kaum muslimin”.[4]
Ibnu Baththoh berkata:
“Kaum muslimin dari kalangan sahabat dan tabi’in serta seluruh ahli ilmu dari
kalangan yang beriman telah bersepakat bahwa Alloh di atas Arsy-Nya di atas
langitNya, terpisah dari para makhlukNya dan ilmuNya meliputi semua
makhluk”.[5]
Ath-Tholmanki berkata:
“Kaum muslimin dari Ahli Sunnah wal Jama’ah telah bersepakat bahwa makna firman
Alloh (yang artinya): “Dan Dia bersama kalian dimanapun kalian berada” dan
ayat-ayat sejenisnya dalam Al-Qur’an bahwa maksudnya adalah ilmu Alloh dan
Alloh tinggi di atas ArsyNya”.[6]
Ibnu Abdil Barr berkata:
“Adapun hujjah mereka dengan firman Alloh (QS. Al-Mujadilah: 7) maka tidak ada
hujjah bagi mereka dengan ayat ini, sebab para ulama sahabat dan tabi’in yang
paling mengerti tentang makna Al-Qur’an, mereka mengatakan tentang tafsir ayat
ini: “Dia di atas Arsy dan ilmuNya ada di segala tempat, tidak ada seorangpun
yang dianggap ucapannya menyelisihi penafsiran ini”.[7]
Sebagaimana penafsiran
kebersamaan dengan ilmu juga telah diriwayatkan dari banyak salaf seperti Ibnu
Abbas, Dhohak, Muqotil bin Hayyan , Sufyan ats-Tsauri, Nuaim bin Hammad, Ahmad
bin Hanbal dan lain sebagainya.[8]
Kedua: Konteks Ayat
Mendukung Penafsiran Di Atas
Bila kita memperhatikan
secara tajam konteks ayat dalam surat al-Mujadilah: 7, niscaya akan kita
fahami bahwa maksudnya adalah ilmu Alloh, yakni ilmu Alloh meliputi segala
sesuatu tetapi Dia di atas langit, sebagaimana difahami oleh para ulama. Bagaimana
bisa demikian? Karena Alloh memulai ayat ini dengan ilmu dalam firmanNya:
أَلَمْ تَرَ أَنَّ
اللَّـهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ
Tidakkah
kamu perhatikan, bahwa Sesungguhnya Alloh mengetahui apa yang ada di langit dan
di bumi? Dan mengakhirinya
dengan ilmu dalam firmanNya:
إِنَّ اللَّـهَ
بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ ﴿٧﴾
Sesungguhnya
Alloh Maha mengetahui segala sesuatu
Jadi, Alloh memulai ayat
ini dengan ilmu dan menutupnya dengan ilmu. Maka ilmu Alloh meliputi segala
sesuatu dan Dia di atas ArsyNya. Inilah pemahaman ulama kaum muslimin”.[9]
Demikian juga surat
al-Hadid: 4, perhatikan ayat sebelumnya:
يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي
الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ
فِيهَا
Dia
mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa
yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya.
Kemudian Alloh
mengakhirinya dengan firmanNya:
وَاللَّـهُ بِمَا
تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ ﴿٤﴾
Dan
Alloh Maha melihat apa yang kamu kerjakan.
Dengan demikian, dapat
kita ketahui kebenaran penafsiran salaf bahwa makna kebersamaan dalam ayat ini
adalah ilmu Alloh.
Ketiga: Memahami
Lafadz Ma’a (bersama)
Lafadz Ma’a (bersama)
baik dalam bahasa Arab maupun Al-Qur’an tidak ada yang maksudnya adalah
menempel antara satu dengan yang lain menjadi satu. Dalam bahasa, kalau ada
orang berkata: “Saya berjalan bersama bulan” hal ini dibenarkan, kalau ada
seorang ayah mengatakan kepada anaknya yang sedang ketakutan: “Jangan takut,
ayah bersamamu” juga dibenarkan dan hal itu tidak berarti bahwa mereka bersatu
dzatnya. Adapun dalam Al-Qur’an, seperti firman Alloh:
مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ
اللَّـهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ
بَيْنَهُمْ
Muhammad
itu adalah utusan Alloh dan orang-orang yangbersama dengan Dia adalah
keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. (QS. Al-Fath: 29)
أُولَـٰئِكَ مَعَ
الْمُؤْمِنِينَ
Maka
mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman.(QS. An-Nisa’: 146)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اتَّقُوا اللَّـهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ ﴿١١٩﴾
Hai
orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Alloh, dan hendaklah kamu bersama
orang-orang yang benar. (QS. At-Taubah: 119)
وَالَّذِينَ آمَنُوا مِن
بَعْدُ وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا مَعَكُمْ فَأُولَـٰئِكَ مِنكُمْ
Dan
orang-orang yang beriman sesudah itu kemudian berhijrah serta berjihad
bersamamu Maka orang-orang itu Termasuk golonganmu (juga). (QS. Al-Anfal: 75)
Dengan demikian, maka
tidak mungkin maksud firman Alloh (yang artinya): “Dan Dia bersama kalian” yakni
bahwa Dzat Alloh bersatu dengan dzat makhluk”.[10] Maha suci Alloh dari
kejinya ucapan mereka, karena penafsiran ini adalah bathil ditinjau dari
beberapa segi:
Pertama: Penafsiran
ini menyelisihi penafsiran Ulama salaf, tidak ada seorang ulama-pun yang
menafsirkan kebersamaan Alloh dengan penafsiran tersebut.
Kedua: Penafsiran
ini menyelisihi ketinggian Alloh yang telah tetap dengan dalil Al-Qur’an,
hadits mutawatir, ijma’, akal dan fithrah.
Ketiga: Penafsiran
ini mengharuskan hal-hal bathil yang tidak pantas bagi Alloh.[11]
ANTARA KETINGGIAN DAN
KEBERSAMAAN ALLAH
Dan sesungguhnya
penafsiran kebersaman dengan ilmu tidaklah bertentangan dengan ketinggian Alloh
di atas arsyNya, hal ini ditinjau dari beberapa segi:
Pertama: Alloh
telah menggabungkan antara keduanya dalam Al-Qur’anNya yang tiada kontradiksi
di dalamnya.
Semoga Alloh merahmati
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah tatkala berkata: “Janganlah seorang menyangka
bahwa ayat-ayat Alloh saling bertentangan. Seperti mengatakan: “Ayat yang
menerangkan bahwa Alloh berada di atas arsy bertentangan dengan ayat: “Dan
Dia bersama kalian di manapun kalian berada” atau selainnya. Maka ini
merupakan kekeliruan.
Karena Alloh bersama
kita secara hakikat dan Alloh juga berada diatas arsy secara hakikat pula.
SebagaimanaAlloh menggabungkan hal ini dalam firmannya:
هُوَ الَّذِي خَلَقَ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى
الْعَرْشِ ۚ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا
وَمَا يَنزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا ۖ وَهُوَ مَعَكُمْ
أَيْنَ مَا كُنتُمْ ۚ وَاللَّـهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ ﴿٤﴾
Dialah
yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, kemudian dia bersemayam
diatas arsy. Dia mengetahui apa yang masuk pada bumi dan apa yang kelaur
darinya, dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik padanya. Dan dia
bersama kalian dimana saja kalian berada, dan Alloh maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan (QS
Al-Hadid: 4)
Alloh mengabarkan dalam
ayat ini bahwasanya Dia berada di atas arsy, mengetahui segala sesuatu, dan
Dia-pun bersama kita dimanapun kita berada. Inilah ma’na perkataan salaf:
“Sesungguhnya Alloh bersama hamba dengan ilmuNya”[12]
Kedua: Kebersamaan
tidak menafikan ketinggian, karena kedua-duanya bisa berkumpul dalam satu waktu
pada makhluk, dalam bahasa dikatakan: “Kami berjalan bersama bulan” hal ini
dibenarkan dan tak ada seorangpun yang memahami bahwa maksudnya adalah bahwa
bulan bersatu dengan dirinya.
Ketiga: Anggaplah
bahwa terkumpulnya kebersamaan dan ketinggian mustahil bagi makhluk, tetapi
bagi Alloh yang tidak ada sesuatupun yang serupa denganNya bukanlah hal yang
mustahil.[13]
Walhasil, hendaknya bagi
kita tidak tertipu dengan syubhat para ahli bid’ah yang mengambil satu dalil
untuk menguatkan pemikiran sesat mereka, lalu meninggalkan ribuan dalil yang
menunjukkan ketinggian Allah di atas langitNya.
Penulis: Ustadz Abu
Ubaidah Yusuf As-Sidawi
Artikel: http://abiubaidah.com/
[1] Lihat
masalah ini secara luas dalam buku penulis “Di Mana Allah? Pertanyaan Penting
Yang Terabaikan”, cet Media Tarbiyah, Bogor.
[2] Dar’u
Ta’arudh 6/260, Ijtima’ul Juyusy Islamiyyah hlm. 266,
al-Uluw hlm.
179.
[3] Kitabul
Arsy hlm. 288.
[4] As-Syari’ah 3/1076.
[5] Al-Ibanah (Al-Mukhtar
136)
[6] Dar’u
Ta’arudh 6/250.
[7] At-Tamhid 7/138.
[8] Lihat As-Sunnah Abdullah
bin Ahmad 1/306, asy-Syari’ah al-Ajurri 3/1078-
1079, al-Asma’ wa Shifat al-Baihaqi 4/341-342.
[9] Asy-Syari’ah 3/1075.
[10] Lihat Syarh
Hadits Nuzul hlm. 360, Majmu Fatawa 5/103, 104.
[11] Al-Qowaid
al-Mutsla hlm. 72, Ibnu Utsaimin.
[12])Aqidah
Washitiyah” hal. 22-23.
[13] Lihat Al-Qowaidul
Mutsla hlm. 77-79, Ibnu Utsaimin.
Artikel terkait yang perlu dibaca ( juga commentsnya ) :
101 Perkataan Ulama Salaf Tentang Keberadaan
Allah Di Atas Arsy
[Oleh Abu Fahd Negara Tauhid, dengan menukil
dari berbagai macam sumber.
DI MANAKAH ALLAH ?
Di Manakah Allah (1- 8),
Keyakinan yang Benar Mengenai Sifat Allah
Tahukah Anda Di Mana Allah?
( Baca juga 59 Comments, syubhat dan
bantahannya terhadap Quraish Syihab, KH. Sirajuddin Abbas )
Mengungkap Tipu
Muslihat Abu Salafy CS (tentang Allah berada di atas langit )
( baca juga Comments )
Sebagian ‘Aqidah Para Imam
Ahli Hadits
'Aqidah Ahlus-Sunnah
wal-Jama'ah dalam Sifat Allah ta'ala
'Aqidah
Ahlus-Sunnah wal-Jama'ah dalam Sifat Allah ta'ala
Kumpulan
Artikel Seputar Keberadaan Allah Di Atas Langit
Tahukah
Anda Di Mana Allah?
Dimanakah
Allah ? – Ini Jawaban Al-Imaam Maalik bin Anas rahimahullah
Ulama
al-Syafi‘iyyah Menegaskan Allah di Atas ‘Arsy
15
Alasan Kokohnya Aqidah Salaf Shalih
Istiwa dan Duduk ( Ibnu
Taimiyah )
( Baca juga 36 Responses to
“Istiwa dan Duduk” )
http://abul-jauzaa.blogspot.com/2011/07/dimanakah-allah-ini-jawaban-al-imaam.html
Tanya Jawab Bersama Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah: Dimana Allah ?
( Bantahan ) Mengungkap Tipu Muslihat Abu
Salafy CS ( bag 1 ) : Ternyata Tuhan Tidak Di Langit !
http://lamurkha.blogspot.com/2015/03/bantahan-mengungkap-tipu-muslihat-abu.html
Bandingkan Tulisan/paparan diatas dengan artikel yang ditulis Ustadz Muhammad Idrus Ramli pada blog dibawah ini :
NU-Wahabi
Bersatu, Mungkinkah? ( membahas keberadaan Allah )
Allah Ada Tanpa Tempat