Tuesday, March 17, 2015

Apa perbedaan antara Ahlussunnah Waljamaah dengan Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah ? Banyak sekali perbedaannya

Banyak orang yang menyangka bahwa perbedaan antara Ahlussunnah Waljamaah dengan Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah) dianggap sekedar dalam masalah khilafiyah Furu’iyah, seperti perbedaan antara NU dengan Muhammadiyah, antara Madzhab Safi’i dengan Madzhab Maliki.
Karenanya dengan adanya ribut-ribut masalah Sunni dengan Syiah, mereka berpendapat agar perbedaan pendapat tersebut tidak perlu dibesar-besarkan. Selanjutnya mereka berharap, apabila antara NU dengan Muhammadiyah sekarang bisa diadakan pendekatan-pendekatan demi Ukhuwah Islamiyah, lalu mengapa antara Syiah dan Sunni tidak dilakukan ?
Oleh karena itu, disaat Muslimin bangun melawan serangan Syiah, mereka menjadi penonton dan tidak ikut berkiprah.
Apa yang mereka harapkan tersebut, tidak lain dikarenakan minimnya pengetahuan mereka mengenai aqidah Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah). Sehingga apa yang mereka sampaikan hanya terbatas pada apa yang mereka ketahui.
Semua itu dikarenakan kurangnya informasi pada mereka, akan hakikat ajaran Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah). Disamping kebiasaan berkomentar, sebelum memahami persoalan yang sebenarnya.
Sedangkan apa yang mereka kuasai, hanya bersumber dari tokoh-tokoh Syiah yang sering berkata bahwa perbedaan Sunni dengan Syiah seperti perbedaan antara Madzhab Maliki dengan Madzahab Syafi’i.
Padahal perbedaan antara Madzhab Maliki dengan Madzhab Syafi’i, hanya dalam masalah Furu’iyah saja. Sedang perbedaan antara Ahlussunnah Waljamaah dengan Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah), maka perbedaan-perbedaannya disamping dalam Furuu’ juga dalam Ushuul.
Rukun Iman mereka berbeda dengan rukun Iman kita, rukun Islamnya juga berbeda, begitu pula kitab-kitab hadistnya juga berbeda, bahkan sesuai pengakuan sebagian besar ulama-ulama Syiah, bahwa Al-Qur’an mereka juga berbeda dengan Al-Qur’an kita (Ahlussunnah).
Apabila ada dari ulama mereka yang pura-pura (taqiyah) mengatakan bahwa Al-Qur’annya sama, maka dalam menafsirkan ayat-ayatnya sangat berbeda dan berlainan.
Sehingga tepatlah apabila ulama-ulama Ahlussunnah Waljamaah mengatakan : Bahwa Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah) adalah satu agama tersendiri.
Melihat pentingnya persoalan tersebut, maka di bawah ini kami nukilkan sebagian dari perbedaan antara aqidah Ahlussunnah Waljamaah dengan aqidah Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah).
1. Ahlussunnah : Rukun Islam kita ada 5 (lima)
a) Syahadatain
b) As-Sholah
c) As-Shoum
d) Az-Zakah
e) Al-Haj
Syiah : Rukun Islam Syiah juga ada 5 (lima) tapi berbeda:
a) As-Sholah
b) As-Shoum
c) Az-Zakah
d) Al-Haj
e) Al wilayah
2. Ahlussunnah : Rukun Iman ada 6 (enam) :
a) Iman kepada Allah
b) Iman kepada Malaikat-malaikat Nya
c) Iman kepada Kitab-kitab Nya
d) Iman kepada Rasul Nya
e) Iman kepada Yaumil Akhir / hari kiamat
f) Iman kepada Qadar, baik-buruknya dari Allah.
Syiah : Rukun Iman Syiah ada 5 (lima)*
a) At-Tauhid
b) An Nubuwwah
c) Al Imamah
d) Al Adlu
e) Al Ma’ad
3. Ahlussunnah : Dua kalimat syahadat
Syiah : Tiga kalimat syahadat, disamping Asyhadu an Laailaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah, masih ditambah dengan menyebut dua belas imam-imam mereka.
4. Ahlussunnah : Percaya kepada imam-imam tidak termasuk rukun iman. Adapun jumlah imam-imam Ahlussunnah tidak terbatas. Selalu timbul imam-imam, sampai hari kiamat.
Karenanya membatasi imam-imam hanya dua belas (12) atau jumlah tertentu, tidak dibenarkan.
Syiah : Percaya kepada dua belas imam-imam mereka, termasuk rukun iman. Karenanya orang-orang yang tidak beriman kepada dua belas imam-imam mereka (seperti orang-orang Sunni), maka menurut ajaran Syiah dianggap kafir dan akan masuk neraka.
5. Ahlussunnah : Khulafaurrosyidin yang diakui (sah) adalah :
a) Abu Bakar
b) Umar
c) Utsman
d) Ali Radhiallahu anhu
Syiah : Ketiga Khalifah (Abu Bakar, Umar, Utsman) tidak diakui oleh Syiah. Karena dianggap telah merampas kekhalifahan Ali bin Abi Thalib (padahal Imam Ali sendiri membai’at dan mengakui kekhalifahan mereka).
6. Ahlussunnah : Khalifah (Imam) adalah manusia biasa, yang tidak mempunyai sifat Ma’shum.
Berarti mereka dapat berbuat salah/ dosa/ lupa. Karena sifat Ma’shum, hanya dimiliki oleh para Nabi.
Syiah : Para imam yang jumlahnya dua belas tersebut mempunyai sifat Ma’’hum, seperti para Nabi.
7. Ahlussunnah : Dilarang mencaci-maki para sahabat.
Syiah : Mencaci-maki para sahabat tidak apa-apa bahkan Syiah berkeyakinan, bahwa para sahabat setelah Rasulullah SAW wafat, mereka menjadi murtad dan tinggal beberapa orang saja. Alasannya karena para sahabat membai’at Sayyidina Abu Bakar sebagai Khalifah.
8. Ahlussunnah : Siti Aisyah istri Rasulullah sangat dihormati dan dicintai. Beliau adalah Ummul Mu’minin.
Syiah : Siti Aisyah dicaci-maki, difitnah, bahkan dikafirkan.
9. Ahlussunnah : Kitab-kitab hadits yang dipakai sandaran dan rujukan Ahlussunnah adalah Kutubussittah :
a) Bukhari
b) Muslim
c) Abu Daud
d) Turmudzi
e) Ibnu Majah
f) An Nasa’i
(kitab-kitab tersebut beredar dimana-mana dan dibaca oleh kaum Muslimin sedunia).
Syiah : Kitab-kitab Syiah ada empat :
a) Al Kaafi
b) Al Istibshor
c) Man Laa Yah Dhuruhu Al Faqih
d) Att Tahdziib
(Kitab-kitab tersebut tidak beredar, sebab kebohongannya takut diketahui oleh pengikut-pengikut Syiah).
10. Ahlussunnah : Al-Qur’an tetap orisinil
Syiah : Al-Qur’an yang ada sekarang ini menurut pengakuan ulama Syiah tidak orisinil. Sudah dirubah oleh para sahabat (dikurangi dan ditambah).
11. Ahlussunnah : Surga diperuntukkan bagi orang-orang yang taat kepada Allah dan Rasul Nya.
Neraka diperuntukkan bagi orang-orang yang tidak taat kepada Allah dan Rasul Nya.
Syiah : Surga diperuntukkan bagi orang-orang yang cinta kepada Imam Ali, walaupun orang tersebut tidak taat kepada Rasulullah.
Neraka diperuntukkan bagi orang-orang yang memusuhi Imam Ali, walaupun orang tersebut taat kepada Rasulullah.
12. Ahlussunnah : Aqidah Raj’Ah tidak ada dalam ajaran Ahlussunnah. Raj’ah adalah besok diakhir zaman sebelum kiamat, manusia akan hidup kembali. Dimana saat itu Ahlul Bait akan balas dendam kepada musuh-musuhnya.
Syiah : Raj’ah adalah salah satu aqidah Syiah. Dimana diceritakan : bahwa nanti diakhir zaman, Imam Mahdi akan keluar dari persembunyiannya. Kemudian dia pergi ke Madinah untuk membangunkan Rasulullah, Imam Ali, Siti Fatimah serta Ahlul Bait yang lain.
Setelah mereka semuanya bai’at kepadanya, diapun selanjutnya membangunkan Abu Bakar, Umar, Aisyah. Kemudian ketiga orang tersebut disiksa dan disalib, sampai mati seterusnya diulang-ulang sampai ribuan kali. Sebagai balasan atas perbuatan jahat mereka kepada Ahlul Bait.
Keterangan : Orang Syiah mempunyai Imam Mahdi sendiri. Berlainan dengan Imam Mahdinya Ahlussunnah, yang akan membawa keadilan dan kedamaian.
13. Ahlussunnah : Mut’ah (kawin kontrak), sama dengan perbuatan zina dan hukumnya haram.
Syiah : Mut’ah sangat dianjurkan dan hukumnya halal. Halalnya Mut’ah ini dipakai oleh golongan Syiah untuk mempengaruhi para pemuda agar masuk Syiah. Padahal haramnya Mut’ah juga berlaku di zaman Khalifah Ali bin Abi Thalib.
14. Ahlussunnah : Khamer/ arak tidak suci.
Syiah : Khamer/ arak suci.
15. Ahlussunnah : Air yang telah dipakai istinja’ (cebok) dianggap tidak suci.
Syiah : Air yang telah dipakai istinja’ (cebok) dianggap suci dan mensucikan.
16. Ahlussunnah : Diwaktu shalat meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri hukumnya sunnah.
Syiah : Diwaktu shalat meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri membatalkan shalat.
(jadi shalatnya bangsa Indonesia yang diajarkan Wali Songo oleh orang-orang Syiah dihukum tidak sah/ batal, sebab meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri).
17. Ahlussunnah : Mengucapkan Amin diakhir surat Al-Fatihah dalam shalat adalah sunnah.
Syiah : Mengucapkan Amin diakhir surat Al-Fatihah dalam shalat dianggap tidak sah/ batal shalatnya.
(Jadi shalatnya Muslimin di seluruh dunia dianggap tidak sah, karena mengucapkan Amin dalam shalatnya).
18. Ahlussunnah : Shalat jama’ diperbolehkan bagi orang yang bepergian dan bagi orang yang mempunyai udzur syar’i.
Syiah : Shalat jama’ diperbolehkan walaupun tanpa alasan apapun.
19. Ahlussunnah : Shalat Dhuha disunnahkan.
Syiah : Shalat Dhuha tidak dibenarkan.
(padahal semua Auliya’ dan salihin melakukan shalat Dhuha).
Demikian telah kami nukilkan perbedaan-perbedaan antara aqidah Ahlussunnah Waljamaah dan aqidah Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah). Sengaja kami nukil sedikit saja, sebab apabila kami nukil seluruhnya, maka akan memenuhi halaman-halaman buku ini.
Harapan kami semoga pembaca dapat memahami benar-benar perbedaan-perbedaan tersebut. Selanjutnya pembaca yang mengambil keputusan (sikap).
Masihkah mereka akan dipertahankan sebagai Muslimin dan Mukminin ? (walaupun dengan Muslimin berbeda segalanya).
Sebenarnya yang terpenting dari keterangan-keterangan diatas adalah agar masyarakat memahami benar-benar, bahwa perbedaan yang ada antara Ahlussunnah dengan Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah) itu, disamping dalam Furuu’ (cabang-cabang agama) juga dalam Ushuul (pokok/ dasar agama).
Apabila tokoh-tokoh Syiah sering mengaburkan perbedaan-perbedaan tersebut, serta memberikan keterangan yang tidak sebenarnya, maka hal tersebut dapat kita maklumi, sebab mereka itu sudah memahami benar-benar, bahwa Muslimin Indonesia tidak akan terpengaruh atau tertarik pada Syiah, terkecuali apabila disesatkan (ditipu).
Oleh karena itu, sebagian besar orang-orang yang masuk Syiah adalah orang-orang yang tersesat, yang tertipu oleh bujuk rayu tokoh-tokoh Syiah.
Akhirnya, setelah kami menyampaikan perbedaan-perbedaan antara Ahlussunnah dengan Syiah, maka dalam kesempatan ini kami menghimbau kepada Alim Ulama serta para tokoh masyarakat, untuk selalu memberikan penerangan kepada umat Islam mengenai kesesatan ajaran Syiah. Begitu pula untuk selalu menggalang persatuan sesama Ahlussunnah dalam menghadapi rongrongan yang datangnya dari golongan Syiah. Serta lebih waspada dalam memantau gerakan Syiah didaerahnya. Sehingga bahaya yang selalu mengancam persatuan dan kesatuan bangsa kita dapat teratasi.
Selanjutnya kami mengharap dari aparat pemerintahan untuk lebih peka dalam menangani masalah Syiah di Indonesia. Sebab bagaimanapun, kita tidak menghendaki apa yang sudah mereka lakukan, baik di dalam negri maupun di luar negri, terulang di negara kita.
Semoga Allah selalu melindungi kita dari penyesatan orang-orang Syiah dan aqidahnya. Amin.
Sumber: komentar yang ada di http://www.salafiyunpad.wordpress.com

Mau Tahu Sanad Ulama Salafy (Wahabi) ?

Ketika sebagian orang tidak dapat membantah dalil-dalil Ahlus-Sunnah yang sangat meyakinkan dan terperinci dalam suatu permasalahan agama, maka alternatif terakhir bagi mereka adalah mengelak sambil melemparkan ejekan: “Carilah ilmu dari orang-orang yang memiliki sanad bersambung sampai Rasulullah seperti Habib Fulan. Ente Wahhabi ga punya sanad tapi banyak omong.”


Sering kita mendengar ungkapan-ungkapan yang semisal di forum-forum perdebatan di dunia maya. Lalu benarkah tuduhan mereka bahwa Salafiyyun tidak punya sanad?

Untuk memberikan jawaban pertanyaan tersebut, penulis ingin menyebutkan beberapa sanad keilmuan yang dimiliki oleh guru kami tercinta Syaikh Shalih bin Abdillah Al-Ushaimi dan Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali hafidzahumallah..

Syaikh Shalih Al-Ushaimi adalah seorang alim yang sekarang menetap di kota Riyadh, Saudi Arabia. Beliau biasa mengadakan daurah ilmiyyah di Masjid Al-Haram dan Masjid Nabawi. Jika beliau mengadakan daurah di Masjid Nabawi, beliau selalu duduk di kursi Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad hafidzahullah.


Pengalaman penulis yang paling berkesan bersama Syaikh Al-Ushaimi adalah kesabaran beliau yang mendalam tatkala mengajar. Dalam satu hari, syaikh dapat memberikan pelajaran dalam empat sesi. Sesi pertama dimulai setelah Shalat Subuh hingga pukul 10.00 pagi. Sesi kedua dimulai setelah Shalat Ashar hingga menjelang Maghrib. Sesi ketiga dimulai setelah Shalat Maghrib hingga Azan Isya dan dilanjutkan setelah Shalat Isya hingga pukul 22.00 malam. Masya Allah...semangat beliau benar-benar patut dicontoh oleh para da’i masa kini. Bahkan beliau pernah pingsan saat menyampaikan muhadharah, hingga ta’lim dihentikan untuk sementara. Ini saja biografi ringkas beliau yang dapat dituliskan.

Adapun Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali hafidzahullah, siapa yang tidak mengenalnya. Beliau termasuk ulama yang ma’ruf di Saudi Arabia sepeninggal Syaikh Ibnu Baz dan Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahumullah. Usia beliau dibandingkan Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad hafidzahullah hanya terpaut 2 atau 3 tahun. Saat Syaikh Ibnu Baz rahimahullah masih menjabat sebagai Rektor di Universitas Islam Madinah, Syaikh Rabi’ ditunjuk sebagai Dekan Qism Sunnah dan Sirah Nabawiyah di Universitas. Sekarang beliau menetap di Makkah dan masih saja memberikan muhadharah bagi para thalibul ilmi di usia beliau yang telah lanjut. Semoga Allah memberikan rahmat yang luas bagi para ulama kita yang telah wafat dan menjaga para ulama kita yang masih hidup.

Sanad Keilmuan Syaikh Shalih bin Abdillah bin Hamad Al-Ushaimi hafidzahullah

* Beliau memiliki banyak sanad hadits. Namun saya hanya akan menyebutkan dua sanad hadits diantara sekian banyak sanad beliau:

1. Hadits Abdillah bin Amr bin Al-Ash radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

الراحمون يرحمهم الرحمن , ارحموا من في الأرض يرحمكم من في السماء

“Orang-orang yang memiliki kasih sayang, Allah akan mengasihi mereka. Kasihilah makhluk yang ada di bumi, niscaya zat yang di langit akan merahmati kalian”[HR. Abu Daud no. 4941 dan At-Tirmidzi no. 1924.]

Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Shahih Abu Daud, 10/441, Shahih At-Tirmidzi, 4/424 dan Ash-Shahihah no. 922

Syaikh Shalih Al-Ushaimi mendengar hadits ini dari Muhammad bin Ahmad Al-Basyir dan Abdul Baqi bin Ahmad Al-Azhari.

Muhammad Al-Basyir meriwayatan dari Abdul Qadir bin Taufiq Asy-Syalabi, dari Muhammad bin Abdul Qadir Al-Khatib, dari Muhammad bin Khalil Al-Hasani,

Sedangkan Abdul Baqi bin Ahmad Al-Azhari meriwayatkan dari Abu An-Nadhr bin Muhammad bin Khalil Al-Hasani, dari ayahnya.

Muhammad bin Khalil Al-Hasani meriwayatkan dari Muhammad bin Ahmad Al-Bahi, dari Muhammad bin Muhammad Al-Husaini, dari Daud bin Sulaiman Al-Khirbatawi. Dari Muhammad Al-Fayyumi, dari Yusuf bin Abdillah Al-Armayuni, dari Abdurraman bin Abi Bakar As-Suyuthi, dari Andurrahman bin Ali bin Umar Ibnul Mulaqqin, dari kakeknya Umar bin Ali Ibnul Mulaqqin, dari Muhammad bin Muhammad Al-Maidaumi, dari Abdul Lathif bin Abdul Mun’im Al-Harrani, dari Abdurrahman bin Ali Ibnul Jauzi, dari Isma’il bin Abu Shalih An-Naisaburi, dari Abu Ahmad bin Abdul Malik An-Naisaburi, dari Muhammad bin Muhammad Az-Ziyadi, dari Ahmad bin Muhammad Al-Bazzar, dari Abdurrahman bin Bisyr bin Al-Hakam, dari Sufyan bin Uyainah, dari Amr bin Dinar, dari Abu Qabus maula Abdullah bin Amr bin Al-Ash, dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Seluruh perawinya meriwayatkan secara musalsal [وهو أول حديث سمعته منه]

2. Hadits Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berkata padaku:

إني أحبك , فقل اللهم أعني على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك

“Aku mencintaimu, maka ucapkanlah doa Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wasyukrika wahusni ‘ibadatika”[HR. Abu Daud no. 1522 dan An-Nasa’i no.1303] 

Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Shahih Abu Daud, 4/22.

Syaikh Shalih Al-Ushaimi mendengar hadits ini dari Abdullah bin Abdul Aziz bin Aqil dan Abdurrahman bin Abu Bakar Al-Mulla

Abdullah Al-Aqil meriwayatkan dari Abdullah bin Muhammad Al-Qar’awi, dari Umar bin Hamdan Al-Mahrasi.

Sedangkan Abdurrahman Al-Mulla meriwayatkan dari Abdul Qadir bin Karamatullah Al-Bukhari, dari Umar bin Hamdan Al-Mahrasi

Umar bin Hamdan Al-Mahrasi meriwayatkan dari Falih bin Muhammad Adz-Dzahiri, dari Muhammad bin Ali As-Sanusi, dari Abdul Hafidz bin Darwisy Al-Ujaimi, dari Muhammad bin Abdul Ghafur As-Sindi, dari Ied bin Ali An-Numrusi, dari Muhammad bin Ahmad Al-Buhuti, dari Muhammad bin Ahmad Al-Ghaithi, dari Abdurrahman bin Abu Bakar As-Suyuthi dari Ahmad bin Muhammad Al-Hijazi, dari Isma’il bin Ibrahim Al-Hanafi, dari Khalil bin Kaikaldi Al-‘Alaiy, dari Ahmad bin Muhammad Al-Armawi, dari Abdurrahman bin Makki Al-Iskandari, dari Ahmad bin Muhammad As-Sulafi, dari Muhammad bin Abdissalam Al-Anshari, dari Abdurrahman bin Ubaidillah Al-Hurfi, dari Ahmad bin Sulaiman An-Najjad, dari Abu Bakar bin Abi Dunya, dari Al-Hasan bin Abdul Aziz Al-Jarawi, dari Amr bin Abi Salamah At-Tinnisi, dari Abu Abdah Al-Hakam bin Abdah, dari Haiwah bin Syuraih, dari Uqbah bin Muslim, dari Abu Abdirrahman Al-Hubuli, dari Ash-Shunabihi, dari Mu’adz bin Jabal, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Seluruhnya para perawinya meriwayatkan secara musalsal [إني أحبك]

* Selain memiliki sanad hadits, Syaikh Shalih Al-Ushaimi juga memiliki banyak sanad kitab-kitab ulama terkenal yang bersambung hingga penulisnya. Diantara kitab-kitab tersebut adalah:

1. Al-Waraqat karya Imam Al-Haramain Abul Ma’ali Al-Juwaini (478 H) rahimahullah

Syaikh Shalih Al-Ushaimi mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari Al-Husain bin Ali Al-Hasani, dari Ahmad bin Abdurrahman Al-Muqri’, dari Dawud bin Abbas As-Salimi, dari Abdurrahman bin Sulaiman bin Yahya Al-Ahdal, dari ayahnya, dari kakeknya, dari Hasan bin Ali Al-Ujaimi, dari Muhammad bin ‘Alauddin Al-Babili, dari Salim bin Muhammad As-Sanhuri, dari Muhammad bin Ahmad Al-Ghaithi, dari Zakariyya bin Muhammad Al-Anshari, dari Ahmad bin Ali Al-Asqalani, dari Abdurrahman bin Ahmad Al-Ghazi, dari Muhammad bin Ali bin Abdullah Al-Anshari As-Sukkari, dari kakeknya, dari Arib Syah bin Ahmad Al-Alawi, dari Abdul Jabbar bin Muhammad Al-Baihaqi, dari Abdul Malik bin Abdillah Al-Juwaini rahimahumullah

2. Al-Arba’in fi Mabanil Islam wa Qawa’idil Ahkam atau yang lebih dikenal dengan kitab hadits Al-Arba’in An-Nawawi karya Imam An-Nawawi (676 H)

Syaikh Shalih Al-Ushaimi mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari Ubaidillah bin Abdurrahman bin Muhammad Ya’qub As-Salafi atau yang ma’ruf dengan nama Abul-Hasan Al-Kasymiri, dari ayahnya, dari Nadzir Husain bin Jawad Ali Ad-Dahlawi, dari Muhammad bin Ishaq bin Muhammad Ad-Dahlawi, dari Abdul Aziz bin Ahmad bin Abdurrahim Ad-Dahlawi, dari ayahnya, dari Abu Thahir bin Ibrahim Al-Kurani, dari Ahmad bin Muhammad An-Nakhli, dari Manshur bin Abdurrazaq Ath-Thukhi dan Muhammad bin Al-Alla’ Al-Babili.

Manshur Ath-Thukhi meriwayatkan dari Sulthan bin Ahmad Al-Mazzahi, dari Salim bin Muhammad As-Sanhuri,

Sedangkan Muhammad Al-Babili langsung meriwayatkan dari Salim bin As-Sanhuri

Salim bin As-Sanhuri meriwayatkan dari Muhammad bin Ahmad Al-Ghaiti, dari Zakariyya bin Muhammad Al-Anshari, dari Ibrahim bin Shadaqah Ash-Shalihi, dari Muhammad bin Ahmad Ar-Raffa’, dari Sulaiman bin Salim Al-Ghazzi, dari Ali bin Ibrahim Al-Aththar, dari Yahya bin Syaraf An-Nawawi rahimahumullah

Muhammad Ar-Raffa’ juga meriwayatakan dari Al-Husain bin Abdul Aziz Al-Lakhmi, dari Sulaiman bin Umar Az-Zura’i, dari Yahya bin Syaraf An-Nawawi rahimahumullah

Muhammad Ar-Raffa’ juga meriwayatkan dari Ibrahim bin Shadaqah, dari Abu Ishaq Ibrahim At-Tanukhi, dari Ali bin Ibrahim Al-Aththar, dari Yahya bin Syaraf An-Nawawi rahimahumullah

3. Az-Ziyadah Ar-Rajabiyyah ‘alal Arba’in An-Nawawiyyah karya Al-Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali (795 H) rahimahullah

Syaikh Shalih Al-Ushaimi mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari Syariful Islam bin Sayyid Ali As-Salafi, dari Abdus Sattar bin Abdul Wahhab Ad-Dahlawi, dari Manshurirrahman Al-Banghali Ad-Dahlawi, dari Muhammad bin Ali Asy-Syaukani, dari Abdul Qadir bin Ahmad Al-Kaukabani, dari Muhammad bin Hayat bin Ibrahim As-Sindi, dari Hasan bin Ali Al-Ujaimi, dari Ibrahim bin Muhammad Al-Ma’muni, dari Muhammad bin Ahmad Ar-Ramli, dari Zakariyya bin Muhammad Al-Anshari, dari Umar bin Muhammad bin Fahd, dari Sulaiman bin Dawud Al-Mushili, dari Abdurrahman bin Ahmad bin Rajab Ad-Dimasyqi Al-Hanbali rahimahumullah

4. Muqaddimah Al-Ajurramiyyah karya Imam Ash-Shinhaji (723 H) rahimahullah dengan huruf shad yang dikasrah

Syaikh Shalih Al-Ushaimi mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari Abdul Qadir bin Karamatullah Al-Bukhari, dari Mukhtar bin Utsman Al-Bukhari, dari Abdul Qadir bin Taufiq Asy-Syalabi,

Abdul Qadir Al-Bukhari juga meriwayatkan langsung dari Abdul Qadir bin Taufiq Asy-Syalabi.

Abdul Qadir bin Taufiq Asy-Syalabi meriwayatkan dari Abdullah bin Darwisy As-Sukkari, dari Abdurrahman bin Muhammad Al-Kuzbari, dari Muhammad bin Muhammad Az-Zabidi, dari Hasan bin Sa’id Al-Kurani, Ibrahim bin Hasan Al-Kurani, dari Abdul Baqi bin Abdul Baqi Al-Ba’li, dari Abdurrahman bin Yusuf Al-Buhuti, dari Zakariyya bin Muhammad Al-Anshari, dari Muhammad bin Muhammad Al-Andalusi, dari Muhammad bin Abdul Malik Al-Ghurnathi, dari Ahmad bin Muhammad Al-Khatib, dari Muhammad bin Ibrahim Al-Haddrami, dari Muhammad bin Muhammad bin Ajurram Ash-Shinhaji rahimahumullah

5. I’tiqad Ahlis Sunnah wal Jama’ah atau yang lebih dikenal dengan Al-Aqidah Al-Washithiyyah karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (728 H) rahimahullah

Syaikh Shalih Al-Ushaimi mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari Muhammad bin Abdurrahman Alus-Syaikh, dari Hamd bin Faris Ibnu Rumaih, dari Abdurrahman bin Hasan bin Muhammad bin Abdul Wahhab At-Tamimi, dari kakeknya, dari Abdullah bin Ibrahim bin Saif, dari Abul-Mawahib Muhammad bin Abdul Baqi Al-Ba’li, dari ayahnya, dari Abdurrahman bin Yusuf Al-Buhuti, dari Yusuf bin Zakariyya bin Muhammad Al-Anshari, dari ayahnya, dari Muhammad bin Muqbil Al-Halabi, dari Muhammad bin Abdullah Al-Maqdisi dari Ahmad bin Abdil Halim bin Taimiyyah rahimahumullah

6. Muqaddamah fi Ushulit Tafsir karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah

Syaikh Shalih Al-Ushaimi mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari Abdul Aziz bin Fath Muhammad Al-Lahuri yang ma’ruf dengan nama Aziz Zubaidi, dari Raghib bin Mahmud Ath-Thabbakh, dari Abu Bakar bin Muhammad Arif Al-Makki, dari Ahmad bin Ibrahim bin Isa Al-Qudha’i, dari Abdurrahman bin Hasan bin Muhammad bin Abdul Wahhab At-Tamimi, dari kakeknya, dari Abdullah bin Ibrahim bin Saif, dari Abul-Mawahib Muhammad bin Abdul Baqi Al-Ba’li, dari ayahnya, dari Abdurrahman bin Yusuf Al-Buhuti, dari Yusuf bin Zakariyya bin Muhammad Al-Anshari, dari ayahnya, dari Muhammad bin Muqbil Al-Halabi, dari Muhammad bin Abdullah Al-Maqdisi dari Ahmad bin Abdil Halim bin Taimiyyah rahimahumullah

7. Nukhbatul Fikar fi Musthalahi Ahlil Atsar karya Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani (752 H) rahimahullah

Syaikh Shalih Al-Ushaimi mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari Abdul Ghaffar bin Hasan bin Abdus Sattar Hasan Al-Umarfuri, dari Ahmadullah bin Amirullah Ad-Dahlawi, dari Husain bin Muhsin Al-Anshari, dari Al-Hasan bin Abdul Bari Al-Ahdal, dari Abdurrahman bin Sulaiman Al-Ahdal, dari Sulaiman bin Yahya Al-Ahdal, dari Ahmad bin Muhammad Al-Ahdal, dari Yahya bin Umar Al-Ahdal, dari Abu Bakar bin Ali Al-Ahdal, dari Yusuf bin Muhammad Al-Ahdal, dari Ath-Thahir bin Husain Al-Ahdal, dari Abdurrahman bin Ali Asy-Syaibani, dari Muhammad bin Abdurrahman As-Sakhawi, dari Ahmad bin Ali bin Hajar Al-Asqalani rahimahumullah

Sebenarnya masih banyak sanad beliau yang lain, namun saya berharap apa yang disebutkan di atas telah mencukupi.

Sanad Syaikh Rabi’ bin Hadi Umair Al-Madkhali Al-Makki hafidzahullah

* Beliau memiliki sanad qira’ah Al-Qur’an melalui jalur Hafsh dari Syaikh Muhammad Abdullah Ash-Shumali Al-Makki, dari Abdul Haqq Al-Hasyimi, dari Abu Sa’id Husain bin Abdurrahim, dari Nadzir Husain bin Jawad Ali Ad-Dahlawi, dari Muhammad Ishaq Ad-Dahlawi, dari Abdul Aziz Ad-Dahlawi, dari ayahnya Ahmad Waliyullah Ad-Dahlawi, dari Muhammad Fadhil As-Sindi, dari Abdul Khaliq Al-Manufi, dari Muhammad bin Qashim Al-Baqri Al-Kabir, dari Abdurrahman Al-Yamani, dari ayahnya Syuhadzah Al-Yamani, dari Ahmad Ath-Thiblawi, dari Al-Qadhi Zakariyya Al-Anshari, dari Abul-Abbas Ahmad An-Nuwairi, dari Syamsuddin Muhammad bin Muhammad Al-Jazari, dari Muhammad bin Muhammad bin Al-Labban, dari Abul-Hasan Ali bin Syuja’ Al-Abbasi, dari Abu Muhammad Al-Qashim bin Fairah Asy-Syatibi, dari Abul-Hasan Ali bin Hudzail, dari Abu Daud Sulaiman bin Najah Al-Qurthubi, dari Abu Amr Utsman bin Sa’id Ad-Dani, dari Abul-Hasan bin Thahir Al-Muqri, dari Abul-Hasan Ali bin Shalih Al-Hasyimi, dari Abul-Abbas Ahmad bin Sahl Al-Asynani, dari Ubaid bin Ash-Shabbah, dari Hafsh bin Sulaiman, dari Ashim bin Abi Al-Junud, dari Abu Abdirrahman Abdullah bin Hubaib As-Sulami, dari Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit dan Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhum. Kelima sahabat tersebut meriwayatkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dari Rabbul ‘Alamin ‘azza wajalla.

* Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali hafidzahullah juga memiliki beberapa sanad hadits. Diantaranya adalah:

1. Hadits Abdillah bin Amr bin Al-Ash radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

الراحمون يرحمهم الرحمن , ارحموا من في الأرض يرحمكم من في السماء

“Orang-orang yang memiliki kasih sayang, Allah akan mengasihi mereka. Kasihilah makhluk yang ada di bumi, niscaya zat yang di langit akan merahmati kalian”[HR. Abu Daud no. 4941 dan At-Tirmidzi no. 1924.]


Syaikh Rabi’ Al-Madkhali hafidzahullah meriwayatkan hadits ini dari Syaikh Hammud bin Abdillah bin Hammud At-Tuwaijiri, dari Sulaiman bin Abdurrahman Al-Hamdan, dari Abdul Hayyi bin Abdul Kabir Al-Kattani dan Abdus-Sattar bin Abdul Wahhab Ad-Dahlawi.

Abdul Hayyi bin Abdul Kabir Al-Kattani meriwayatkan dari ayahnya, dari Abdul Ghani bin Abu Sa’id Ad-Dahlawi.

Abdus-Sattar Ad-Dahlawi meriwayatkan dari Ali bin Dzahir Al-Witri, dari Abdul Ghani bin Abu Sa’id Ad-Dahlawi.

Abdul Ghani bin Abu Sa’id Ad-Dahlawi meriwayatkan dari Muhammad Abid As-Sindi, dari Abdurrahman bin Sulaiman bin Yahya Al-Ahdal, dari ayahnya, dari Abdul Khaliq bin Abu Bakar Al-Muzjaji, dari Muhammad bin Ahmad bin Sa’id yang ma’ruf dengan nama Ibnu Aqilah.

Abdurrahman bin Sulaiman Al-Ahdal juga meriwayatkan langsung dari Amrullah bin Abdul Khaliq Al-Muzjaji, dari Ibnu Aqilah

Ibnu Aqilah meriwayatkan dari Ahmad bin Muhammad Al-Banna Ad-Dimyathi, dari Muhammad bin Abdul Aziz Al-Manufi, dari Abul-Khair bin Amus Ar-Rasyidi, dari Zakariyya bin Muhammad Al-Anshari, dari Al-Hafidz Ibnu Hajar, Abu Nu’aim Al-Aqbi, Shalahuddin Muhammad bin Muhammad Al-Askari, dan Abul-Fath Al-Maraghi.

Keempatnya meriwayatkan dari Zainuddin bin Abdurrahim Al-Iraqi, dari Abul-Fath Muhammad Al-Maidumi, dari Abdul Lathif bin Abdul Mun’im Al-Harrani, dari Abul-Faraj Abdurrahman bin Ali Ibnul Jauzi, dari Isma’il bin Abu Shalih Ahmad An-Naisaburi, dari ayahnya Abu Shalih Al-Muadzin, dari Muhammad bin Muhammad bin Mahmisy, dari Abu Hamid bin Muhammad Al-Bazzar, dari Abdurrahman bin Bisyr bin Al-Hakam Al-Abdi, dari Sufyan bin Uyainah, dari Amr bin Dinar, dari Abu Qabus maula Abdullah bin Amr bin Al-Ash, dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Seluruh perawinya meriwayatkan secara musalsal [وهو أول حديث سمعته منه]

2. Hadits Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berkata padaku:

يا معاذ ! إني أحبك , فقل اللهم أعني على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك

“Aku mencintaimu, maka ucapkanlah doa Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wasyukrika wahusni ‘ibadatika”[HR. Abu Daud no. 1522 dan An-Nasa’i no.1303] 

Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali hafidzahullah meriwayatkan hadits ini dari Syaikh Ahmad bin Yahya An-Najmi, dari Syaikh Abdullah bin Muhammad Al-Qar’awi, dari Umar Hamdan Al-Mahrasi, dari Falih Adz-Dzahiri, dari Muhammad Ali As-Sanusi, dari Abdul Hafidz Al-Ujaimi, dari Muhammad Hasyim bin Abdul Ghafur As-Sindi, dari Ied bin Ali An-Numrusi, dari Muhammad Al-Buhuti Al-Hanbali, dari Abdurrahman Al-Buhuti Al-Hanbali, dari Najmuddin Al-Ghaithi, dari Jalaluddin As-Suyuthi, dari Abu Ath-Thayyib Ahmad bin Muhammad Al-Hijazi, dari Majduddin Isma’il bin Ibrahim Al-Hanafi, dari Al-Hafidz Abu Sa’id Al-‘Allai, dari Ahmad bin Muhammad Al-Armawi, dari Abdurrahman bin Makki, dari Abu Thahir As-Sulafi, dari Muhammad bin Abdul Karim, dari Abu Ali Isya bin Syadzan Al-Bashri, dari Ahmad bin Salman An-Najjad, dari Abu Bakar Abdillah bin Muhammad bin Abi Dunya, dari Al-Hasan bin Abdul Aziz Al-Jarwi, dari Amr bin Abi Salamah At-Tinnisi, dari Al-Hakam bin Abdah, dari Haiwah bin Syuraih, dari Uqbah bin Muslim, dari Abu Abdirrahman Al-Hubuli, dari Ash-Shunabihi, dari Mu’adz bin Jabal, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Seluruhnya perawinya meriwayatkan secara musalsal [إني أحبك]

Beliau juga memiliki hadits Musalsal bil Huffadz, Musalsal bil Akhiriyyah, Musalsal bil Makkiyyin dan Musalsal bil MadaniyyinNamun sanad kedua hadits di atas sudah mencukupi insya Allah.

Sanad Kitab Aqidah

1. Kitab “Al-Uluw Lil ‘Aliyyil Adzim wa Idhahu Shahihil Akhbar min Saqimiha” karya Al-Hafidz Adz-Dzahabi (748 H) rahimahullah

Syaikh Rabi’ mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari Alimuddin bin Musa Al-Banqali, dari Muhammad Abdul Jalil As-Samarudi, dari Muhammad Badruddin Al-Hasani, dari Abdul Qadir Al-Khatib, dari Abdurrahman bin Muhammad Al-Kazbari, dari Mushthafa Ar-Rahamati, dari Shalih bin Ibrahim, dari Muhammad bin Sulaiman Ar-Rudani, dari Muhammad bin Ahmad bin Ghazi, dari Sa’id bin Ibrahim Al-Jaza’iri, dari Sa’id bin Ahmad Al-Maqqari, dari Ali bin Harun Al-Mathghari, dari Abdurrahman bin Ali Al-Ashimi, dari Ibnu Ghazi Al-Maknasi.


Abdurrahman bin Ali Al-Ashimi juga meriwayatkan dari Zakariyya Al-Anshari dan Burhanuddin Al-Qalqasynadi, dari Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani.


Muhammad bin Sulaiman Ar-Rudani juga meriwayatkan dari Muhammad bin Umar Al-Aufi, dari Nuruddin Abul-Hasan Az-Ziyadi dan Syihabuddin Ar-Ramli, dari Zakariyya Al-Anshari, Burhanuddin Ibrahim bin Nashir Al-Maqdisi, Utsman bin Muhammad Ad-Daimi dan Muhammad bin Abdurrahman As-Sakhawi, dari Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani, dari Abu Hurairah bin Muhammad bin Utsman Adz-Dzahabi, dari ayahnya Al-Imam Muhammad bin Ahmad bin Utsman Adz-Dzahabi rahimahumullah.

2. Kitab “Syarhus Sunnah” karya Imam Al-Baghawi (516 H) rahimahullah

Syaikh Rabi’ mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari Alimuddin bin Musa Al-Atsari, dari Muhammad Abdul Jalil As-Samarwadi, dari Abdul Wahhab Al-Malitani, dari Ali Ahmad As-Sarhandi, dari Muhammad bin Nashir Al-Hazimi

Syaikh Rabi’ juga meriwayatkan dari Abdul Ghaffar Hasan Ar-Rahmani dan Ubaidillah Al-Mubarakfuri, dari Ahmadullah Al-Qurasyi, dari Husain bin Muhsin Al-Anshari, dari Muhammad bin Nashir Al-Hazimi, Ahmad bin Muhammad bin Ali Asy-Syaukani dan Hasan Abdul Bari Al-Ahdal,

Ketiganya meriwayatkan dari Abdurrahman bin Sulaiman bin Yahya Al-Ahdal, dari Sulaiman Al-Ahdal, dari Abdullah bin Salim Al-Bashri, dari Muhammad Al-Babili, dari Ali Az-Ziyadi, dari As-Sakhawi, dari Ibnul Farrat, dari Shalahuddin Abu Umar, dari Fakhruddin bin Al-Bukhari, dari Fadhlullah bin Abu Sa’ad An-Nuqani, dari Al-Imam Abu Muhammad Al-Husain bin Mas’ud Al-Baghawi rahimahumullah.

3. Kitab “Al-Asma’ was Shifat” karya Imam Al-Baihaqi (458 H) rahimahullah

Syaikh Rabi’ mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari Alimuddin bin Musa Al-Atsari, dari Muhammad Abdul Jalil As-Samarwadi, dari Abdul Wahhab Al-Malitani, dari Manshururrahman Al-Banqali, dari Muhammad Ishaq Ad-Dahlawi, dari Abdul Aziz Ad-Dahlawi, dari Abu Thahir bin Ibrahim Al-Kurdi, dari Ibrahim bin Hasan Al-Kurdi, Hasan bin Ali Al-Ujaimi dan Muhammad bin Sulaiman Ar-Rudani, ketiganya meriwayatkan dari Ahmad bin Muhammad Al-Qasysyasy, dari Ahmad bin Ali Asy-Syanawi, dari Muhammad bin Ahmad Ar-Ramli, dari Zakariyya Al-Anshari, dari Ibnu Hajar Al-Asqalani, dari Ibrahim bin Ahmad At-Tanukhi, dari Muhammad bin Muhammad bin Abu Nashr Al-Mizzi Ad-Dimasyqi, dari kakeknya Abu Nashr Muhammad bin Hibatullah Asy-Syirazi, dari Ali bin Hasan bin Hibatullah bin Asakir, dari Ubaidillah bin Muhammad bin Abu Bakar Ahmad bin Al-Husain bin Ali Al-Baihaqi, dari kakeknya Abu Bakar Ahmad bin Husain Al-Baihaqi rahimahumullah.

4. Kitab “Aqidatus Salaf wa Ashhabul Hadits” karya Imam Abu Utsman Ash-Shabuni (449 H) rahimahullah 

Syaikh Rabi’ mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari Ubaidullah bin Abdussalam Al-Mubarakfuri, dari Ahmadullah Al-Qurasyi, dari Nadzir Hasan bin Jawad Ad-Dahlawi, dari Muhammad Ishaq Ad-Dahlawi, dari Abdul Aziz bin Ahmad Waliyyullah Ad-Dahlawi, dari ayahnya, dari Abu Thahir bin Ibrahim Al-Kurdi, dari Ibrahim bin Hasan Al-Kurdi, Hasan bin Ali Al-Ujaimi dan Muhammad bin Sulaiman Ar-Radani, dari Ahmad bin Muhammad Al-Qasysyasyi, dari Ahmad bin Ali Asy-Syanawi, dari Muhammad bin Ahmad Ar-Ramli, dari Zakariyya Al-Anshari, dari Ibnu Hajar Al-Asqalani, dari Ibrahim bin Ahmad At-Tanukhi, dari Abdurrahman bin Ahmad bin Umar Al-Maqdisi, dari Ahmad bin Abduddayim, dari Abdul Ghani bin Abdul Wahid Al-Maqdisi, dari Abul Fath Abdullah bin Ahmad Al-Kharaqi, dari Abu Utsman Isma’il bin Abdurrahman Ash-Shabuni rahimahumullah.

5. Kitab “Syarh Ushul I’tiqad Ahlis Sunnah wal Jama’ah minal Kitab was Sunnah wa Ijma’is Shahabah wat Tabi’in min Ba’dihim” karya Imam Al-Lalika’i (418 H) rahimahullah

Syaikh Rabi’ mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari Isma’il Al-Anshari, dari Abdul Qadir Karamatullah Al-Bukhari, dari Umar Hamdan, dari Falih Adz-Dzahiri, dari Muhammad bin Ali As-Sanusi, dari Abul-Mawahib Muhammad bin Syarif Al-Mazuni, dari Hasan Al-Ujaimi dan Ibrahim Al-Kurani, dari Abu As-Su’ud Al-Fasi, dari Abul-Qasim Al-Ghassani, dari Ahmad bin Baba At-Tanbakuti, dari ayahnya Ahmad bin Abdul Aziz Al-Lamthi, dari pamannya Utsman bin Abdul Wahid, dari Muhammad bin Ghazi, dari Abul-Hasan Ali Al-Maknasi, dari Abdurrahman Al-Jabiri, dari Isma’il bin Al-Ahmar, dari Abu Zakariyya As-Siraj, dari Muhammad Hayati Al-Ghafiqi, dari Muhammad Ali Al-Abdali, dari Al-Hafidz Syarafuddin Ad-Dimyathi, Manshur Al-Hamadani, dari Muhammad bin An-Najar Al-Baghdadi, dari Abdul Wahhab bin Sakinah Al-Baghdadi, dari Muhammad bin Al-Buthi, dari Abu Bakar Ahmad bin Ath-Tharitsitsi, dari Al-Imam Al-Hafidz Abul-Qasim Hibatullah Ath-Thabari Al-Lalika’i rahimahumullah.

6. Kitab “Al-Iman “ karya Al-Hafidz Ibnu Mandah (395 H) rahimahullah

Syaikh Rabi’ mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari Abdul Ghaffar Hasan Ar-Rahmani dan Ubaidillah Al-Mubarakfuri, keduanya meriwayatkan dari Ahamdullah Al-Qurasyi, dari Husain bin Muhsin Al-Anshari, dari Muhammad bin Nashir Al-Hazimi, Ahmad bin Muhammad bin Ali Asy-Syaukani dan Hasan Abdul Bari Al-Ahdal, ketiganya meriwayatkan dari Abdurrahman bin Sulaiman bin Yahya Al-Ahdal, dari ayahnya Sulaiman Al-Ahdal, dari Ahmad bin Muhammad Syarif Al-Ahdal, dari Abdullah bin Salim Al-Bashri, dari Muhammad Al-Babili, dari Ali Az-Ziyadi, dari As-Sakhawi, dari Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani, dari Fatimah binti Muhammad bin Abdul Hadi Al-Maqdisiyyah, dari Abu Muhammad Al-Qasim bin Asakir, dari Abu Nashr bin Asy-Syirazi, dari Abul-Wafa’ Mahmud bin Ibrahim bin Mandah, dari Al-Hasan bin Al-Abbas Ar-Rustumi, dari Abu Amr Abdul Wahhab bin Abu Abdillah Muhammad bin Ishaq bin Mandah, dari ayahnya Al-Hafidz Abu Abdillah Muhammad bin Ishaq bin Manda rahimahumullah.

7. Kitab “Al-Ibanah ‘an Syari’ati Al-Firqatin Najiyah wa Mujanabatil Firaq Al-Madzmumah” atau yang lebih dikenal dengan “Al-Ibanah Al-Kubra” karya Imam Ibnu Bathah (387 H) rahimahullah

Syaikh Rabi’ mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari Abdul Ghaffar Hasan Ar-Rahmani dan Ubaidillah Al-Mubarakfuri, dari Ahmadullah Al-Qurasyi, dari Husain bin Muhsin Al-Anshari, dari Muhammad bin Nashir Al-Hazimi, Ahmad bin Muhammad bin Ali Asy-Syaukani dan Hasan Abdul Bari Al-Ahdal, ketiganya meriwayatkan dari Abdurrahman bin Sulaiman bin Yahya Al-Ahdal, dari Sulaiman Al-Ahdal, dari Abdullah bin Salim Al-Bashri dan Ahmad An-Nakhli, keduanya meriwayatkan dari Muhammad bin Allauddin Al-Babili, dari Salim bin Muhammad As-Sanhuri, dari Muhammad bin Ahmad Al-Ghaithi, dari Zakariyya Al-Anshari, dari Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani, dari Abu Ishaq Ibrahim bin Ahmad At-Tanukhi, dari Ahmad bin Thalib Al-Hajjar, dari Ahmad bin Ya’qub Al-Maristani, dari Muhammad bin Muhammad Al-Aththar, dari Ali bin Ahmad Al-Busri, dari Al-Imam Abu Abdillah Ubaidillah bin Muhammad Al-Ukbari Ibnu Baththah rahimahumullah.

8. Kitab “Ar-Ru’yah” karya Imam Ad-Daraquthni (385 H) rahimahullah

Syaikh Rabi’ mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari Badi’uddin Ar-Rasyidi As-Sindi, dari Abdullah Ar-Rubari, dari Abdul Mannan Al-Wazir Abadi, dari Abdul Haqq Al-Banarasi, dari Abdullah bin Muhammad bin Isma’il Al-Amir, dari ayahnya Muhammad bin Ismai’il Al-Amir Ash-Shan’ani, dari Abdullah bin Salim Al-Bashri, dari Muhammad bin Alauddin Al-Babili, dari Salim bin Muhammad As-Sanhuri, dari Muhammad bin Ahmad Al-Ghaithi, dari Zakariyya Al-Anshari, dari Ibnu Hajar, dari Abu Hurairah bin Adz-Dzahabi, dari ayahnya Al-Imam Adz-Dzahabi, dari Ibnu Ulwan dan Tajuddin Abdul Khaliq, dari Bahauddin Abdurrahman bin Ibrahim, dari Abdul Mughits bin Zuhair, dari Abul-Izz Ahmad Ubaidillah bin Kadisy As-Sulami Al-Ukbari, dari Abu Thalib Muhammad bin Ali Al-Usyari, dari Al-Imam Ali bin Umar Ad-Daraquthni rahimahumullah.

9. Kitab “Asy-Syari’ah” karya Imam Al-Ajurri (360 H) rahimahullah

Syaikh Rabi’ Al-Madkhali mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari dari Syaikh Hammud bin Abdillah bin Hammud At-Tuwaijiri, dari Sulaiman bin Abdurrahman Al-Hamdan, dari Abdul Hayyi bin Abdul Kabir Al-Kattani, dari Muhammad bin Ibrahim As-Siba’i, dari Muhammad bin Hamadi Al-Hamadi, dari Muhammad At-Tuhami, dari Abul-‘Alla’ Idris bin Ziyad Al-Iraqi, dari Abu Hamid Al-Mu’thi, dari Muhammad Ash-Shadiq bin Ahmad Al-Alawi, dari Muhammad Al-Hasyimi, dari Abu Adz-Dzakha’ir Al-Qashar, dari Muhammad Al-Yastitani, dari Muhammad bin Ghazi, dari Muhammad bin Abul-Qashim As-Siraj, Abul-Qashim, dari ayahnya Abu Zakariyya, dari Abu Abdillah Muhammad bin Sa’id Ar-Ra’ini dan Abul-Qashim Ridhwan

Abu Abdillah Ar-Ra’ini meriwayatkan dari Abul-Abbas Albanna Al-Marakisyi, sedangkan Abul-Qashim meriwayatkan dari Abu Ja’far bin Shafwan

Keduanya meriwayatkan dari Muhammad bin Abdul Malik Al-Ausi, dari Abul-Hasan Ar-Ra’ini, Shalih bin Syarif dan Abul-Hajjaj bin Hakam, ketiganya meriwayatkan dari Abul-Hasan bin Qathran Al-Qurthubi, dari Muhammad bin Ibrahim Al-Fakhar, dari Abu Fadhl Iyadh, dari Abu Thahir Al-Ashbahani, dari Abul-Qashim Zaid bin Abdillah, dari Abu Bakar Muhammad bin Al-Husain Al-Ajurri rahimahumullah.

Selain dari apa yang telah disebutkan, Syaikh Rabi’ juga memiliki sanad kitab “Khalqu Af’alil Ibad” karya Imam Al-Bukhari (256 H), Kitab “An-Naqdh ‘ala Bisyr Al-Marisi” karya Imam Abu Sa’id Utsman bin Sa’id Ad-Darimi (280 H), Kitab “As-Sunnah” karya Imam Abu Bakar Ahmad bin Amr bin Abi Ashim (287 H), Kitab “As-Sunnah” karya Imam Ahmad bin Muhammad bin Hanbal (241 H), “Kitabul ‘Arsy” karya Muhammad bin Utsman bin Syaibah (293 H), Kitab “An-Nu’ut wal Asma’ was Shifat” karya Imam Ahmad bin Syu’aib An-Nasa’i (303 H), Kitab “As-Sunnah” karya Imam Ahmad bin Muhammad bin Harun Al-Khallal (311 H), dan lainnya..

Beliau juga memiliki periwayatan sanad kitab-kitab hadits semisal Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim, Shahih Ibnu Khuzaimah, Sunan Abu Daud, Sunan At-Tirmidzi, Sunan An-Nasa’i, Sunan Ibnu Majah, As-Sunan Al-Kubra, As-Sunan As-Sughra, Al-Muwatha’, kitab-kitab Musnad, Mushannaf, Mustadrak, Mustakhraj, kitab-kitab Tafsir, Syuruhat Kutubut Sittah dan Al-Muwatha’, kitab-kitab Musthalah Al-Hadits, Lughah, Ma’ajim, Tarikh, dll.

Penulis dapat menyebutkan secara lengkap seluruh sanad yang telah disinggung dalam artikel ini insya Allah. Namun karena keterbatasan waktu dan tenaga, mungkin ini saja yang dapat dituliskan. Mudah-mudahan bermanfaat..

Dikutip oleh Abul-Harits dari “An-Nahjul Badi’ dan Manhul Makrumat” di Madinah, 14 Rab’iuts Tsani 1434 H.