Sunday, September 14, 2014

syeikh idahram (marhadi muhayyar) agen syiah pemecah-belah aswaja

Pecinta Sahabat dan Ahlul Bait | December 24, 2013 | 

Masih segar di ingatan kita tentang buku2 propaganda yang penuh adu domba.Buku-buku yang mengatasnamakan ASWAJA padahal penulisnya adalah seorang Syi’ah.
Dengan terbitnya buku2 sesatyang dia tulis ini,kita Kaum ASWAJA mazhab Syafi’i di fitnah dan di adu domba dengan saudara2 kita kaum ASWAJA mazhab Hanbali,yang ia sebut dengan “Wahabi”.
Dialah “Abu Salafy”,yang juga bersembunyi di balik nama “Syaikh Idahram”,padahal nama aslinya adalah MARHADI MUHAYYAR.
Buku-buku yang penuh fitnah dan propaganda,membaca judulya saja terasa menjijikkan, saking bejad dan biadab nya penulisnya dalam berdusta dan memfitnah ummat Islam
Yang perlu di catat oleh kaum Muslimin:
Buku-buku ini BUKAN tulisan seorang Muslim Sunni, akan tetapi ia adalah Syi’ah (yang bertaqiyah seolah Sunni dan menyusup dalam tubuh Nahdhatul Ulama). nama samarannya ‘Abu Salafy’, padahal nama aslinya Marhadi Muhayyar. di dalam buku bangkainnya yg lain dia tampilkan namanya dengan ‘Syaikh Idahram’,itu sengaja dia balik dari dari nama aslinya ‘Marhadi’.
INILAH HAKIKAT DUSTA SYI’AH DHOLALAH!!!
‘Abu Salafy’ alias ‘Syaikh Idahram’ alias Marhadi ini adalah orang Syi’ah yang lihai berdusta. dengan cara HALUS dan sungguh menipu ia memasukkan Agama Syi’ah-nya dalam buku2nya. di antaranya,dalam buku itu ia memaksa kaum Muslimin untuk meyakini adanya mazhab yang lima, yaitu Hanafi,Maliki,Syafi’i dan Hanbali, lalu ia tambahkan Mazhab Ja’fari.
Padahal seluruh ‘Ulama kaum Muslimin ASWAJA (Ahlus Sunnah Wal Jama’ah) sepakat di atas satu keyakinan bahwa Mazhab Fiqih dalam Islam hanya Empat yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali. kalaupun ada mazhab Lain misalnya seperti Mazhab Tsauri dan Zhahiri, namun mazhab ini sudah punah. Adapun yang ia sebut Mazhab Ja’fari adalah Mazhab Fiqih dalam Agama Syi’ah,tidak di kenal dalam Ajaran Islam ASWAJA (Ahlus Sunnah Wal Jamaah).Betapapun Imam Ja’far sendiri bukanlah seorang Ahli Fiqih dan tidak pernah membangun Mazhab Fiqih sama sekali.
INILAH HAKIKAT KEDUSTAAN SYI’AH DHOLALAH SELANJUTNYA!!
INDIKASI YANG MEMBUKTIKAN DIA ADALAH SYI’AH:
Lihat dan renungi apa yang di wasiatkan oleh ‘Ulama kita Hadhratusy Syaikh Kyai Haji Hasyim Asy’ari Rahimahullah (Ra’is ‘Aam Nahdhatul Ulama),dalam kitabnya Qanun Asasi Li-Jam’iyyati Nahdhatil Ulama,beliau berkata,
((Madzhab yang paling benar dan cocok untuk di ikuti di akhir zaman ini adalah empat Madzhab, yakni Syafi’i, Maliki, Hanafi dan Hanbali (keempatnya Ahlussunnah Wal Jamaah). Selain empat Mazhab tersebut juga ada lagi Mazhab Syi’ah Imamiyyah (Ja’fariyah) dan Syi’ah Zaidiyyah,tapi keduanya adalah SESAT,tidak boleh mengikuti atau berpegangan dengan kata kata mereka)).
[Kitab Qanun Asasi halaman 9].
Kemudian,dalam bukunya tersebut,’Abu Salafy’ alias ‘Syaikh Idahram’ alias Marhadi mencantumkan Rekomendasi dari Ustadz Kyai Haji Muhammad Arifin Ilham,Pimpinan Majelis Zikir Az-Zikra entul Bogor,lalu ketika di tanya langsung ke Ust.Muhammad Arifin Ilham malah beliau menjawab dengan Kaget,”DEMI ALLAH SAYA TIDAK PERNAH MEMBERI SAMBUTAN ATAU REKOMENDASI KEPADA BUKU ITU, MEMBACANYA SAJA SAYA BELUM PERNAH, SAYA BERLEPAS DIRI DARI BUKU ITU, IA TELAH BERDUSTA ATAS NAMA SAYA”.
Lihat lah kaum Muslimin Bagaimana ia berdusta…..
‘Abu Salafy’ alias ‘Syaikh Idahram’ alias Marhadi Muhayyar ini,dia adalah ORANG SYI’AH!!!
Wallaahi!!!
INDIKASI APALAGI YANG MEMBUKTIKAN KALAU DIA SYI’AH!!??
Tidak mungkin seorang Sunni ASWAJA (Ahlus Sunnah Wal Jama’ah) mengatakan bahwa tanah suci dalam Islam selain Makkah dan Madinah ada juga tanah suci yang lain,yaitu tanah Karbala di Iraq.
Demi Allah ini adalah DUSTA dan SESAT!!!
KAUM MUSLIMIN (Khususnya ASWAJA) di tipu & di kelabui mentah-mentah oleh dia!!!
Seluruh Kaum Muslimin ASWAJA (Ahlus Sunnah Wal Jamaah) sepakat bahwa tanah suciummat Islam hanya ada tiga, yaitu: Masjidil Haram di kota Makkah, Masjid Nabawi di kota Madinah, dan Masjidil Aqsha di Palestina. Sebagaimana yang terdapat dalam Hadits2 Rasulullah…
Adapun Tanah Karbala di Iraq di mana tempat Husein Bin ‘Ali Radhiyallahu’anhuma cucu Rasulullah Syahid,maka ini TIDAK TERMASUK TANAH SUCI. Akan tetapi itu merupakan padang pasir bersejarah yang menjadi saksi atas kebiadaban dan pengkhianatan orang-orang Syi’ah kepada Ahlul Bait ‘Alaihim Salam hingga menyebabkan terbunuhnya Cucu tercinta Rasulullah,Husein Bin ‘Ali,Radhiyaallaahu’anhu Wa Ardhah.
KESIMPULANNYA:
‘Syaikh Idahram’ yang bernama asli Marhadi Muhayyar ini,dia adalah seorang aktivis Syi’ah. dia bersembunyi di balik nama ‘Abu Salafy’ dengan menyusup di tengah-tengah Kaum Muslimin (khususnya NU) dan mengadu domba Kaum Muslimin lintas Mazhab. ia mengadu domba kaum Muslimin Mazhab Syafi’i yang di sebut ASWAJA dengan Kaum Muslimin mazhab Hanbali yang ia sebut ‘Wahabi’.
Ia mengadu domba kaum Muslimin dengan cara menyusupkan ‘Aqidah Syi’ah-nya dalam setiap kesempatan. Ia menghembuskan Fitnah kepada Kaum Muslimin Mazhab Hanbali dengan mengangkat Isu ‘Wahabi’….
KENAPA SELALU ISU “WAHABI” YANG DIANGKAT???!!!
Dengan mengangkat isu ‘Wahabi’,maka Kaum Muslimin Mazhab Syafi’i (ASWAJA) akan tersibukkan dgn isu fiktif ini dan berpaling dari KESESATAN SYI’AH RAFIDHAH yang telah lama di peringatkan oleh tokoh mereka Kyai Haji Hasyim Asy’ari Rahimahullah. dan tanpa di sadari,Syi’ah ini sedang menyusup ke Ormas Nahdhatul Ulama (NU) dan Muhammadiyyah,dua Organisasi besar Kaum Muslimin di Indonesia.
Padahal Ribuan massa yang menghancurkan dan membakar pesantren-pesantren Syi’ah di jawa timur,baik sampang,madura,atau jember,mereka adalah Ummat Islam kaum Nahdhiyyin (NU),BUKAN “Wahabi”.!!!
Oleh karena itu WASPADALAH!!!!!!!!!!!
Terkait isu “Wahabi”,maka cukuplah ‘Ulama2 dan Tokoh2 Nasional kita di tanah air sebagai panutan.
Mari sejenak kita perhatikan apa yang di ceritakan oleh Prof.DR.Buya Hamka Rahimahullah tentang Kaum Muslimin Madzhab Hanbali yang di sebut ‘Wahabi’.
Prof.DR.Buya Hamka berkata,
“Ketakutan Belanda itu bertambah lagi karena abad ke 19 sudah datang gerakan agama Islam militan langsung dari Makkah, menggerakkan umat Islam dan membangkitkan semangat Tauhid di alam Minangkabau.
Belanda yang lebih tahu daripada orang Minangkabau sendiri apa artinya Islam yang murni, karena mendapat advis dari ahli-ahli Orientalis tentang semangat Islam, melihat bahwa kemajuan gerakan Islam yang timbul di Padang Darat itu akan sangat berbahaya bagi rencananya menaklukkan seluruh Sumatera. Belanda telah mengetahui bahwa gerakan Wahabi di Tanah Arab yang telah menjalar ke Minangkabau itu bisa membakar hangus segala rencana penjajahan, bukan saja di Minangkabau, bahkan di seluruh Sumatera,bahkan di seluruh Nusantara ini.”
Gerakan “Wahabi” di ceritakan oleh Prof.DR.Buya Hamka sebagai gerakan Tauhid militan yang semangat mengumandangkan Jihad melawan penjajah hingga membuat gentar penjajah Belanda pada waktu itu.
Terakhir,Al-Habib KH.Ahmad Bin Zein Al-Kaff (Ketua PW NU Jember) berkata,”Wahabi itu adalah saudara kita,masih sama-sama Ahlus Sunnah.tapi kalau Syi’ah BUKAN”.
Sedangkan Habib Mudhor Al-Hamid (Tokoh NU di Jawa Timur) mengatakan,”Syi’ah itu adalah Musuh Islam yang harus kita bumi hanguskan dari bumi pertiwi,mereka adalah Musuh Islam dan musuh Ahlul Bait”.
Sekian dan terimakasih
Hamba Allah yang Dha’if, Abu Husein At-Thuwailibi.
Wassalamu’alaikum Warahmatullah.

Sumber : http://www.lppimakassar.com/2013/12/syeikh-idahram-marhadi-muhayyar-agen.html


Hadits tentang Keislaman Orang Tua Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan Selamatnya Mereka dari Api Neraka

Diposkan oleh Abu Al-Jauzaa' : di 07.18
Label: Hadits
عن عائشة قالت : «حج بنا رسول الله صلى الله عليه وسلم حجة الوداع ، فمرّ بي على عقبة الحجون وهو باكٍ حزين مغتم فنزل فمكث عني طويلاً ثم عاد إلي وهو فرِحٌ مبتسم ، فقلت له فقال : ذهبت لقبر أمي فسألت الله أن يحييها فأحياها فآمنت بي وردها الله »
Dari ‘Aisyah ia berkata : “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah melaksanakan haji bersama kami saat haji wada’. Lalu beliau bersamaku melintasi tempat yang bernama Hajuun dalam keadaan menangis dan sedih. Beliau pun turun (dari kendaraannya) dan menjauh dariku dalam waktu yang lama, kemudian kembali kepadaku dalam keadaan gembira dan tersenyum. Aku tanyakan kepada beliau (apa yang terjadi), dan beliau menjawab : “Aku tadi pergi ke kubur ibuku dan berdoa kepada Allah agar Ia menghidupkannya kembali hingga ia (ibuku) beriman kepadaku. Maka Allah pun mengembalikannya ke dunia ini lagi”.
Status hadits : Maudlu’ (palsu).
Hadits ini dibawakan oleh As-Suyuthi dalam Al-Haawiy lil-Fataawaa 2/278. Diriwayatkan oleh Al-Jurqaaniy dalam Al-Abaathil wal-Manaakir (no. 207), Ibnu Syaahin dalam An-Naasikh wal-Mansuukh (no. 656), dan Ibnul-Jauziy dalam Al-Maudluu’aat (1/283-284) dari beberapa jalan, dari Muhammad bin Yahya Az-Zuhriy Abu Ghaziyyah, dari ‘Abdul-Wahhaab bin Musa, dari Abuz-Zinaad (dalam sanad lain : dari Ibnu Abiz-Zinaad), dari Hisyaam bin ‘Urwah, (dari ayahnya), dari ‘Aisyah radliyallaahu ‘anhaa.
Muhammad bin Yahya Az-Zuhriy. Ad-Daaruquthniy berkata : “Matruk”. Ia juga berkata : “Dari ‘Abdil-Wahhaab bin Musa, ia telah memalsukan (hadits)”. Al-Azdiy berkata : “Dla’iif” [lihat Miizaanul-I’tidaal 4/62 no. 8299, Al-Mughni fidl-Dlu’afaa’ 2/642 no. 6071, dan Adl-Dlu’afaa wal-Matrukiin lid-Daaruquthniy hal. 219 no. 483].
Berikut komentar para ulama tentang hadits tersebut :
Ibnul-Jauziy berkata : “Hadits palsu tanpa ada keraguan” [Al-Maudluu’aat, 1/283].
Abul-Fadhl bin Naashir berkata : “Hadits ini palsu” [idem].
Ad-Daaruquthniy berkata : “Isnad dan matannya baathil” [Lisaanul-Miizaan, hal. 479 no. 5300 – biografi ‘Aliy bin Ahmad Al-Ka’biy].
Al-Jurqaaniy berkata : “Hadits ini baathil” [Al-Abaathil wal-Manaakir hal. 123 no. 207].
Adz-Dzahabiy berkata : “Hadits dusta” [Miizaanul-I’tidaal, 2/684 no. 5326 – biografi ‘Abdul-Wahhaab bin Musa].
Ibnu Katsir berkata : “Sangat munkar (munkarun jiddan) para perawinya tidak diketahui (majhul)” [Adillatul-Mu’taqad Abi Haniifah oleh ‘Ali Al-Qaariy – yang dicetak dalam ‘Aqiidatul-Muwahhidiin oleh ‘Abdullah bin Sa’diy Al-Ghaamidiy Al-‘Abdaliy hal. 481].
عن عمران بن حصين عن النّبيّ صلى الله عليه وسلم قال : « سألت ربّي عزّوجل أن لا يدخل أحداً من أهل بيتي النّار فأعطانيها»
Dari ‘Imraan bin Hushain, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Aku memohon kepada Rabb-ku ‘azza wa jalla untuk tidak memasukkan satupun dari keluarga (ahlul-bait)-ku ke neraka. Maka Allah pun mengabulkannya”.
Status hadits : Maudlu’ (palsu).
Diriwayatkan oleh Ibnu Basyraan dalam Al-Amaaliy (56/1) : Telah mengkhabarkan kepada kami Abu Sahl Ahmad bin Muhammad bin ‘Abdillah bin Ziyaad Al-Qaththaan : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yunus : Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Aliy Al-Hanafiy : Telah menceritakan kepada kami Israaiil, dari Abu Hamzah Ats-Tsamaaliy, dari Abu Rajaa’, dari ‘Imraan bin Hushain secara marfu’.
Abu Hamzah Ats-Tsamaaliy, ia bernama Tsaabit bin Abi Shafiyyah. Ahmad dan Ibnu Ma’iin berkata : “Tidak ada apa-apanya (laisa bi-syai’)”. Abu Zur’ah berkata : “Layyin (lemah)”. Abu Haatim berkata : “Layyinul-hadiits, ditulis haditsnya, namun tidak dipakai sebagai hujjah”. Al-Jauzajaaniy berkata : “Waahiyul-hadiits”. An-Nasa’iy berkata : “Tidak tsiqah”. Ad-Daaruquthniy berkata : “Matruk”. Ibnu Hajar berkata : “Dla’iif, orang Raafidlah”. [lihat Siyaru A’laamin-Nubalaa’ 1/363 no. 1358, Tahdzibut-Tahdziib 2/7-8 no. 10, dan Taqriibut-Tahdziib hal. 185 no. 826].
Muhammad bin Yunus, ia adalah Ibnu Musa bin Sulaiman bin ‘Ubaid bin Rabii’ah bin Kudaim As-Saamiy Al-Kudaimiy, Abul-‘Abbaas Al-Bashriy. Ad-Daruquthniy memasukkan dalam kitabnya Adl-Dlu’afaa. As-Sahmiy berkata : Aku mendengar Ad-Daaruquthniy berkata : “Al-Kudaimiy dituduh memalsukan hadits”. Al-Aajurriy berkata : “Aku mendengar Abu Dawud membicarakan Muhammad bin Sinan dan Muhammad bin Yunus, memutlakkan pada (hadits)-nya kedustaan”. Ibnu Hibbaan berkata : “Ia memalsukan hadits dari orang-orang tsiqah”. Adz-Dzahabiy berkata : “Haalik (orang yang binasa)”. [lihat selengkapnya pada Al-Mughniy fidl-Dlu’afaa 2/646 no. 6109, Adl-Dlu’afaa wal-Matruukiin hal. 221 no. 488, Al-Jaami’ fil-Jarh wat-Ta’diil 3/106-107 no. 4233, dan Tahdzibut-Tahdziib 9/539-544 no. 886].
عن ابن عمر رضي الله عنه عن النّبيّ صلى الله عليه وسلم أنّه قال : « إذا كان يوم القيامة شفعت لأبي وأمّي وعمّي أبو طالب وأخ لي كان في الجاهليّة »
Dari Ibnu ‘Umar radliyallaahu ‘anhu, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Pada hari kiamat nanti, aku akan memberi syafa’at kepada ayahku, ibuku, pamanku Abu Thaalib, dan saudaraku semasa Jahiliyyah”.
Status hadits : Maudlu’ (palsu).
Diriwayatkan oleh Tammaam dalam Fawaaid-nya (2/45) : Telah menceritakan kepada kami Abul-Haarits Ahmad bin Muhammad bin ‘Ammaarah bin Abil-Khaththaab Al-Laitsiy dan Muhammad bin Harun bin Syu’aib bin ‘Abdillah, mereka berdua berkata : Telah memberitakan kepada kami Abu ‘Abdil-Malik Ahmad bin Ibrahim Al-Qurasyiy : Telah menceritakan kepada kami Abu Sulaiman Ayyuub Al-Mukattib : Telah menceritakan kepada kami Al-Waliid bin Salamah, dari ‘Ubaidullah bin ‘Umar, dari Naafi’, dari Ibnu ‘Umar radliyalaahu ‘anhuma, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Al-Waliid bin Salamah, ia adalah Ath-Thabaraniy Al-Ardaniy. Ad-Daaruquthniy berkata : “Matruukul-hadiits”. Ia juga berkata : “Dzaahibul-hadiits (orang yang ditingalkan haditsnya)”. Abu Haatim berkata : “Dzaahibul-hadiits”. Al-Haakim berkata : “Ia memalsukan hadits dari orang-orang tsiqah”. Adz-Dzahabiy berkata : “Al-Waliid bin Salamah Ath-Thabaraniy Al-Ardaniy dari ‘Ubaidullah bin ‘Umar, telah didustakan oleh Duhaim dan Al-Haakim”. [lihat Al-Mughniy fidl-Dlu’afaa’ 3/772 no. 6857 dan Miizaanul-I’tidaal 4/339 no. 9372].
Al-Kinaaniy berkata dalam Tanziihusy-Syarii’ah (1/322) saat mengkritik Tammaam yanghanya mengomentari status Al-Waliid dengan munkarul-hadiits : “Bahkan ia (Al-Waliid bin Salamah) adalah pendusta (kadzdzaab) sebagaimana dikatakan oleh banyak huffaadh. Dan aku mengira ini termasuk dari kebathilannya”.
عن ابن عبّاس قال : سمعت النّبيّ صلى الله عليه وسلم يقول : «شفعت في هؤلاء النّفر : في أبي وعمّي أبي طالب وأخي من الرّضاعة ـ يعني ابن السّعديّة ـ ليكونوا من بعد البعث هباء»
Dari Ibnu ‘Abbaas ia berkata : Aku mendengar Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Aku memberi syafa’at kepada beberapa orang ini : ayahku, pamanku Abu Thaalib, saudara sepersusuanku – yaitu Ibnus-Sa’diyyah – dimana mereka akan menjadi debu setelah hari kebangkitan”.
Status hadits : Maudlu’ (palsu).
Diriwayatkan oleh Al-Khathiib dalam Taariikh Baghdaad (4/271), Al-Jurqaaniy dalam Al-Abaathil wal-Manaakir (hal. 128 no. 217), dan Ibnul-Jauziy dalam Al-Maudluu’aat (1/284-285), yang kesemuanya dari jalan : Abu Nu’aim, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Faaris, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku Khaththaab bin ‘Abdid-Daaim Al-Arsuufiy : Telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Al-Mubaarak, dari Syariik, dari Manshuur, dari Laits, dari Mujaahid, dari Ibnu ‘Abbas secara marfu’.
Muhammad bin Faaris adalah Ibnu Hamdaan bin ‘Abdirrahman bin Muhammad bin Shabiih bin Muhammad bin ‘Abdirrahman bin ‘Abdirrazzaaq bin Ma’bad, Abu Bakr Al-‘Athasyiy Al-Ma’badiy. Al-Khathiib berkata : “Aku berkata kepada Abu Nu’aim tentangnya, lalu ia berkata : ‘Ia seorang Raafidliy yang ekstrim dalam bid’ah Rafidlahnya. Ia juga lemah dalam hadits”. Al-Khathiib juga berkata : “Ia tidak tsiqah”. Abul-Hasan Muhammad bin Al-‘Abbas bin Furaat berkata : “Abu Bakr Muhammad bin Faaris bin Hamdaan Al-Ma’badiy wafat pada bulan Dzulhijjah tahun 361 H. Ia bukan seorang yang tsiqah, tidak pula terpuji madzhabnya” [lihat Taariikh Baghdaad 4/271, Lisaanul-Miizaan 7/436 no. 7298, Al-Maudluu’aat 1/284, dan Al-Abaathil wal-Manaakir hal. 128-129].
Tentang Khaththaab bin ‘Abdid-Daaim Al-Arsuufiy, Al-Jurqaaniy berkata : “Khaththaab ini, seorang yang lemah (dla’iif) dan ma’ruf dengan riwayat-riwayat yang diingkari dari Yahya bin Al-Mubaarak Asy-Syaamiy” [lihat Al-Abaathil wal-Manaakir hal. 128]. Adz-Dzahabiy memasukkannya dalam Adl-Dlu’afaa’ 1/210 no. 1917].
Al-Jurqaaniy berkata : “Hadits ini baathil, tidak ada asalnya. Laits bin Abi Sulaim adalah seorang yang lemah haditsnya. Manshuur bin Mu’tamir tidak mendengar satu pun riwayat dari Laits dan tidak pernah meriwayatkannya darinya karena kedla’ifannya. Yahya bin Al-Mubaarak ini adalah Syaamiy (orang Syaam) Shan’aaniy (orang Shan’a, Yaman). Seorang yang majhuul” [Al-Abaathil wal-Manaakir hal. 128].
Ibnul-Jauziy berkata : “Hadits ini maudlu’ (palsu) tanpa keraguan. Adapun Laits, ia dla’iif. Manshuur tidak meriwayatkan darinya satu riwayatpun karena kedlaifannya. Yahya bin Al-Mubaarak ini adalah Syaamiy (orang Syaam) Shan’aaniy (orang Shan’a, Yaman), majhuul. Dan Al-Khaththaab adalah dla’iif” [Al-Maudluu’aat, 1/284].
عن علي بن أبي طالب قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " هبط علي جبريل فقال يا محمد إن الله يقرئك السلام ويقول إني حرمت النار على صلب أنزلك وبطن حملك وحجر كفلك. فقال يا جبريل بين لى، فقال أما الصلب فعبد الله وأما البطن فآمنة بنت وهب، وأما الحجر فعبد يعنى عبدالمطلب وفاطمة بنت أسد ".
Dari ‘Aliy bin Abi Thaalib, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Jibril turun kepadaku dan berkata : ‘Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah mengucapkan salam kepadamu dan berfirman : Sesungguhnya aku telah mengharamkan neraka atas tulang sulbi yang telah mengeluarkanmu, perut yang mengandungmu, dan pangkuan yang telah memeliharamu’. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Wahai Jibril, terangkanlah kepadaku”. Ia (Jibril) berkata : “Adapun tulang sulbi, maka ia adalah ‘Abdullah. Adapun perut, maka ia adalah Aminah. Dan pangkuan, maka ia adalah ‘Abdul-Muthallib dan Faathimah binti Asad”.
Status hadits : Maudu’ (palsu).
Diriwayatkan oleh Ibnul-Jauziy dalam Al-Maudluu’aat (1/283) dan Al-Jurqaaniy dalam Al-Abaathil wal-Manaakir (hal. 121-122 no. 206) dari jalan Abul-Husain Yahya bin Al-Husain bin Isma’il Al-‘Alawiy, ia berkata : Telah memberitakan kepada kami Abu ‘Abdillah Muhammad bin ‘Aliy bin Al-Husain Al-Hasaniy, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Zaid bin Haajib, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Ammaar Al-‘Aththaar, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku ‘Aliy bin Muhammad bin Musa Al-Ghathaffaaniy, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Harun Al-‘Alawiy, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin ‘Aliy bin Hamzah Al-‘Abbaasiy, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku ayahku, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami ‘Aliy bin Musa bin Ja’far, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku ayahku, dari Ja’far bin Muhammad, dari ayahnya, dari ‘Aliy bin Abi Thaalib secara marfu’.
Al-Jurqaaniy berkata : “Hadits ini maudlu lagi baathil. Pada sanadnya terdapat lebih dari seorang perawi yang majhul. Telah berkata Abu Haatim Muhammad bin Hibbaan bin Ahmad Al-Bustiy Al-Haafidh : ‘Aliy bin Musa bin Ja’far Ar-Ridlaa meriwayatkan dari ayahnya banyak hal yang mengherankan (‘ajaaib). Meriwayatkan darinya Abush-Shalt dan yang lainnya, seakan-akan dia ragu dan keliru. Aku bertanya kepada Al-Imam Muhammad bin Al-Hasan bin Muhammad perihal Abul-Husain Yahya bin Al-Husain bin Isma’il Al-Hasaniy Al-‘Alawiy. Ia berkata : ‘Ia seorang Rafidliy ekstrim…..” [Al-Abaathil wal-Manaakir hal. 122].
--- tamat ---
Semoga ada manfaatnya. Wallaahu a’lam.
[Abul-Jauzaa’ – 4 Syawwal 1430 H, di Perumahan Ciomas Permai, Ciapus, Ciomas, Bogor, 16610].