Friday, April 10, 2015

Pengaruh Yahudi, Kristen dan Majusi Dalam Agama Syiah

Date: 
Sebuah Resume Dari Bedah Buku Oleh Ust. Anwar IslamBuku ini ditulis oleh Sayyid Ali Murtadho dari Kuffah, Irak. Beliau merupakan keturunan Nabi Muhammad dari Hasan bin Ali.
Sejarah Syiah dimulai sejak peristiwa pengangkatan Abdurahman bin Abu Bakar sebagai Gubernur Mesir oleh Khalifah Utsman bin Affan. Dalam perjalanan menuju Mesir Abdurahman disusul oleh seseorang yang mengaku sebagai utusan dan membawa pesan dari khalifah. Utusan ini kemudian diketahui membawa surat perintah untuk membunuh Abdurahman bin Abu Bakar. Surat perintah tersebut berstempel negara Madinah dan ditandatangani oleh Khalifah.
Mendapati kenyataan tersebut Abdurahman membatalkan rencana ke Mesir dan memilih kembali ke Madinah menemui Khalifah. Sesampainya di Madinah, Abdurahman bertanya kepada Khalifah, “Wahai Amirul Mukminin, engkau mengangkatku sebagai Gubernur Mesir, lalu mengapa engkau mengutus orang untuk membunuhku?” Tanya Abdurahman sambil menyerahkan surat perintah pembunuhan atas dirinya.
Mendapat pertanyaan tersebut Khalifah bingung karena tidak merasa menandatangani surat tersebut. Khalifah kemudian memanggil para pembantunya termasuk Ali bin Abi Thalib dan Marwan bin Hakam dua orang yang selama ini menjadi asistennya.
Para sahabat kemudian memberi kesaksian bahwa itu merupakan tulisan tangan Marwan bin Hakam. Marwan ini merupakan kerabat Khalifah. Maka Abdurahman dan orang-orang Mesir yang menyertainya menuntut Khalifah untuk menyerahkan Marwan untuk dibunuh, tetapi Utsman menolak dan justru melindungi Marwan di rumahnya.
Inilah yang kemudian menjadi sebab dikepungnya rumah Utsman oleh orang-orang Mesir hingga 40 hari. Ali dan para sahabat yang lain menyarankan agar Utsman memerintahkan tentaranya untuk mengusir para pengepungnya. Permintaan ini ditolak dengan alasan Utsman tidak mau menumpahkan darah kaum muslimin. Selain itu Utsman juga ingin membuktikan kebenaran nubuwat Rasulullah tentang kematiannya.
Maka disuatu hari, saat Utsman sedang membaca Al Quran para pengepung berhasil masuk ke rumah Utsman. Abdurahman dengan kasar memegang kepala Utsman dan menarik jenggotnya, maka Utsman berkata, “Seandainya ayahmu menyaksikan perbuatanmu niscaya dia akan malu.”

Seketika itu lemaslah Abdurahman, tetapi baru saja dilepasnya kepala Utsman sebilah pedang yang yang ditebaskan seorang Mesir yang selama ini ikut dalam pengepungan berhasil membunuh Utsman.

Pasca terbunuhnya Utsman, Ali dipilih oleh para sahabat sebagai Khalifah. Awalnya Ali menolak namun semua sahabat yang lain juga menolak dan menganggap Ali paling layak. Dukungan paling besar atas Ali diberikan oleh orang-orang Mesir yang terlibat dalam pembunuhan Utsman. Mereka inilah yang kemudian menamakan dirinya sebagai Syiah—pembela—Ali.
Setelah Ali menjadi khalifah, para sahabat dan penduduk Madinah meminta Ali untuk segera melakukan qishash bagi pembunuh Utsman, namun permintaan ini ditolak Ali. Pertimbangan Ali saat itu dukungan untuk dirinya masih kecil sebab masih ada beberapa sahabat yang menolak/menunda baiat yaitu Muawiyah (Gubernur Syam) dan Amr bin Ash (Gubernur Mesir). Kedua sahabat ini menuntut Ali melakukan qishash terlebih dahulu. Ali ingin kondisi politik stabil dulu baru qishash dilakukan. Muawiyah kemudian memproklamirkan diri sebagai khalifah.
Maka terjadilah peristiwa tahkim (arbitrase). Pihak Ali diwakili Abu Musa al Ansyari sedangkan pihak Muawiyah menunjuk Amr bin Ash. Dalam arbitrase ini berkat kecerdikan Amr bin Ash, pihak Muawiyah keluar sebagai pemenang.

Pasca tahkim Syiah Ali pecah menjadi 2 kelompok yaitu Khawarij yang bermarkas di Makkah dan Syiah yang berpusat di Kufah, Irak. Kedua kelompok ini bersikap serba berlebihan terhadap Ali. Khawarij menganggap Ali telah murtad karena berhukum kepada selain Al Quran (tahkim), sementara Syiah menganggap Ali sebagai seorang yang maksum tanpa dosa. Inilah yang kemudian menjadi cikal bakal Syiah dimasa-masa awal.

Saking berlebihannya Khawarij, mereka sampai menghalalkan darah Ali dan kaum muslimin yang dianggap telah kafir. Dalam sebuah musyawarah mereka sepakat untuk membunuh 3 orang yang dianggap sebagai tokoh golongan murtadin yaitu Ali (Kufah), Muawiyah (Syam) dan Amr bin Ash (Mesir). Orang yang mendapat tugas membunuh Ali adalah Abdullah bin Muljam.
Maka berangkatlah Ibnu Muljam ke Kufah. Setibanya di sana ia menyembunyikan identitas, hingga terhadap teman-temannya dari kalangan Khawarij yang dahulu bersamanya. Ketika ia sedang duduk-duduk bersama beberapa orang dari Bani Taim ar-Ribab, mereka mengenang teman-teman mereka yang terbunuh pada peperangan Nahrawan.
Tiba-tiba datanglah seorang wanita bernama Qatham binti Asy-Syijnah, ayah dan abangnya dibunuh oleh Ali pada peperangan Nahrawan. Ia adalah wanita yang sangat cantik dan populer. Dan ia telah mengkhususkan diri beribadah dalam masjid jami’. Demi melihatnya Ibnu Muljam mabuk kepayang. Ia lupa tujuannya datang ke Kufah. Ia meminang wanita itu.
Qatham mensyaratkan mahar tiga ribu dirham, seorang khadim, budak wanita dan membunuh Ali bin Abi Thalib untuk dirinya. Ibnu Muljam berkata, “Engkau pasti mendapatkannya, demi Allah tidaklah aku datang ke kota ini melainkan untuk membunuh Ali.”
Lalu Ibnu Muljam menikahinya dan berkumpul dengannya. Kemudian Qathami mulai mendorongnya untuk melaksanakan tugasnya itu. Ia mengutus seorang lelaki dari kaumnya bernama Wardan, dari Taim Ar-Ribab, untuk menyertainya dan melindunginya. Lalu Ibnu Muljam juga menggaet seorang lelaki lain bernama Syabib bin Bajrah al-Asyja’i al-Haruri. Ibnu Muljam berkata kepadanya, “Maukah kamu memperoleh kemuliaan dunia dan akhirat?”
“Apa itu?” Tanyanya.
“Membunuh Ali!” Jawab Ibnu Muljam.
Ia berkata, “Celaka engkau, engkau telah mengatakan perkara yang sangat besar! Bagaimana mungkin engkau mampu membunuhnya?”
Ibnu Muljam berkata, “Aku mengintainya di masjid, apabila ia keluar untuk mengerjakan shalat subuh, kita mengepungnya dan kita membunuhnya. Apabila berhasil maka kita merasa puas dan kita telah membalas dendam. Dan bila kita terbunuh maka apa yang tersedia di sisi Allah lebih baik dari-pada dunia.”
Ia berkata, “Celaka engkau, kalaulah orang itu bukan Ali tentu aku tidak keberatan melakukannya, engkau tentu tahu senioritas beliau dalam Islam dan kekerabatan beliau dengan Rasulullah. Hatiku tidak terbuka untuk membunuhnya.”

Ibnu Muljam berkata, “Bukankah ia telah membunuh teman-teman kita di Nahrawan?”
“Benar!” jawabnya.

“Marilah kita bunuh ia sebagai balasan bagi teman-teman kita yang telah dibunuhnya” kata Ibnu Muljam.

Beberapa saat kemudian Syabib menyambutnya.

Masuklah bulan Ramadhan. Ibnu Muljam membuat kesepakatan dengan teman-temannya pada malam Jum’at 17 Ramadhan. Ibnu Muljam berkata, “Malam itulah aku membuat kesepakatan dengan teman-temanku untuk membunuh target masing-masing. Lalu mulailah ketiga orang ini bergerak, yakni Ibnu Muljam, Wardan dan Syabib, dengan menghunus pedang masing-masing. Mereka duduk di hadapan pintu yang mana Ali biasa keluar dari-nya.
Ketika Ali keluar, beliau membangunkan orang-orang untuk shalat sembari berkata, “Shalat… shalat!” Dengan cepat Syabib menyerang dengan pedang-nya dan memukulnya tepat mengenai leher beliau. Kemudian Ibnu Muljam menebaskan pedangnya ke atas kepala beliau. Darah beliau mengalir membasahi jenggot beliau. Ibnu Muljam menebas leher Ali sambil berkata, “Tidak ada hukum kecuali milik Allah, bukan milikmu dan bukan milik teman-temanmu, hai Ali!” Ia membaca firman Allah:
“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hambaNya.” (Al-Baqarah: 207).
Ali berteriak, “Tangkap mereka!”
Adapun Wardan melarikan diri namun berhasil dikejar oleh seorang lelaki dari Hadhramaut lalu membunuhnya. Adapun Syabib, berhasil menyelamatkan diri dan selamat dari kejaran manusia. Sementara Ibnu Muljam berhasil ditangkap.
Ali menyuruh Ja’dah bin Hubairah bin Abi Wahab untuk mengimami Shalat Fajar. Ali pun dibopong ke rumahnya. Lalu digiring pula Ibnu Muljam kepada beliau dan dibawa kehadapan beliau dalam keadaan dibelenggu tangannya ke belakang pundak, semoga Allah memburukkan rupanya.
Ali berkata kepadanya,” Apa yang mendorongmu melakukan ini?” Ibnu Muljam berkata, “Aku telah mengasah pedang ini selama empat puluh hari. Aku memohon kepada Allah agar aku dapat membunuh dengan pedang ini makhlukNya yang paling buruk!”
Ali berkata kepadanya, “Menurutku engkau harus terbunuh dengan pedang itu. Dan menurutku engkau adalah orang yang paling buruk.”
Kemudian beliau berkata, “Jika aku mati maka bunuhlah orang ini, dan jika aku selamat maka aku lebih tahu bagaimana aku harus memperlakukan orang ini!”
Tidak lama setelah itu Ali wafat. Ibnu Muljam diqishash. Perkataan Ibnu Muljam saat menebas leher Ali menjadi slogan kaum khawarij hingga hari ini : ‘La hukmu illa lillah…’
Pasca terbunuhnya Ali, kaum Syiah Ali membaiat Husein sebagai khalifah. Mereka mengagungkannya secara berlebihan, memuja Husein sebagaimana mereka memuja Ali. Husein sendiri dipilih—bukan Hasan—karena Husein menikah dengan anak perempuan Kisra sehingga mereka menganggap Husein adalah penyatuan dua kemuliaan : Ali dan Kisra. Sejatinya, Ibnu Muljam adalah juga Syiah yang kemudian bergabung dg Khawarij dan kelak orang Syiah pula yang membunuh Husein.
Pada dasarnya Syiah setelah wafatnya Ali memang lebih kental dipengaruhi Persia. Mereka—penduduk—Kufah masih menyimpan dendam atas pembunuhan Kisra dan ditaklukkannya Persia oleh tentara Umar bin Khattab.
Penulis: *Mas Azzam



Oposisi Suriah: Hizbullah Datang untuk Membunuh, Pulang Masuk Peti Mati!

Hizbullah Lebanon adalah salah satu pemasok milisi Syiah yang bertempur di barisan rezim Suriah. Organisasi Syiah di Lebanon Selatan ini mulai memublikasikan kehadiran mereka di Suriah pada April 2013 di Qushair. Keinginan Syiah untuk merebut Qushair membuat keberadaan milisi Syiah di Suriah lebih terbuka, tanpa ditutup-tutupi lagi dari publik. Hal ini sekaligus memperlihatkan ada banyak kekuatan politik dan militer Syiah bertempur membela rezim Suriah.
Hizbullah memasok tenaga militer terbesar ke Suriah dibandingkan dengan jumlah keseluruhan kehadiran milisi Syiah dari negara lain. Hal ini dapat dilihat dengan besarnya jumlah besar korban yang dipublikasikan setiap pemakamannya di Lebanon Selatan, sebagai basis milisi tersebut.
Meskipun pejabat Hizbullah baru mengumumkan partisipasinya di  pertempuran Qushair pada bulan April 2013, menurut sumber HAM Suriah (SNHR), dukungan militer dan logistik kepada rezim sejatinya sudah dilakukan sebelum itu selama konflik Suriah.
Setelah pertempuran Qushair, milisi Hizbullah mengambil bagian dalam pertempuran di pedesaan Damaskus, mendukung pasukan rezim Suriah dan milisi Syiah Irak. Keterlibatan Hizbullah mencapai klimaksnya ketika mengumumkan kampanye militer besar-besaran untuk menyerang Qalamun dan Yabrud pada Februari 2014.
Selain Qushair, pertempuran Yabrud pada bulan Februari dan Maret 2014 adalah titik penting dalam keterlibatan Hizbullah di Suriah. Mereka mengambil kontrol dan manajemen pertempuran. Rezim Suriah hanya berpartisipasi melalui artileri dan dukungan udara karena semua pasukan infanteri berasal dari kombatan non-Suriah. Sebagian besar dari Lebanon, di samping Irak dan milisi Syiah Afghan. Mereka berada di garis pertahanan pertama dalam sebagian besar pertempuran yang dianggap sebagai “darah murah”.
Hizbullah di Suriah kehilangan tidak kurang dari 300 korban, sesuai dengan estimasi dari oposisi Suriah. Jumlah milisinya di Suriah diperkirakan sekitar 7-10 ribu kombatan. Akhir-akhir ini, kekuatan Hizbullah tergantung pada perekrutan relawan muda untuk menutupi kerugian. Pemimpin dan para ahli mereka hadir di sebagian besar medan untuk mengelola pertempuran atau menerapkan perencanaan dan disiplin yang tinggi.
Keretakan Hubungan dengan Teheran
Sebagai respon atas kerugian tersebut, awal tahun ini, petinggi Hizbullah Hassan Nasrallah mengirim pesan kepada Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei, meminta dia untuk penambahan bantuan militer dan keuangan, seperti dilansir Radio Suara Beirut International, melalui komunikasi dengan pemimpin senior di Hizbullah.
Permintaan tersebut disampaikan terutama setelah peristiwa baru-baru ini yang diderita oleh Hizbullah. Organisasi militan Syiah di Lebanon ini sedang mengalami krisis akibat tewasnya para pemimpin dan peningkatan kematian anggotanya di Suriah di tangan kelompok-kelompok Islam.
Nasrallah mengatakan Khamenei tidak ada kemauan untuk bertanggung jawab atas sesuatu yang tidak menguntungkan Hizbullah. Terutama dalam rangka menjaga dukungan masyarakat serta tekanan keamanan dan politik. Atas semua alasan ini, Nasallah mengancam akan mengundurkan diri dari kepemimpinan Hizbullah, bila kepemimpinan Iran tidak menanggapi tuntutannya. (baca juga: Nasrallah Ancam Iran).
Banyaknya korban itu telah menyebabkan kekacauan internal dan protes dari kalangan keluarga anggota. Mereka menuduh Hizbullah telah membunuh anak-anak mereka. Partai telah menjadi rumah sakit yang penuh dengan mayat anak-anak mereka yang tewas dan terluka, setelah mereka mengambil bagian dalam pertempuran pasca seruan umum Hizbullah untuk bertempur di Suriah sejak beberapa tahun lalu.
Kekacauan internal dan protes dari kalangan keluarga anggota itu sejatinya telah berlangsung sejak lama. Kebijakan Hasan Nasrullah, untuk mengirim para pemuda Lebanon ke Suriah dikritik oleh komunitas mereka sendiri. Pada Musim Panas 2013 lalu, sebuah video yang diunggah di media Online memperlihatkan sejumlah wanita yang sedang memprotes Hasan Nasrullah dan menuntut agar para pemuda dikembalikan ke Lebanon.
Seorang wanita Syiah yang mewakili rekan-rekannya mempertanyakan mengapa Hasan Nasrullah mengirimkan para pemuda Lebanon ke Suriah. Menurutnya, Hasan telah melakukan kesalahan dan tidak lagi menjadi penolong Allah (dalam pandangan mereka; red). “Kini engkau (Hasan Nasrullah; red) tidak lagi menjadi penolong Allah, tetapi menjadi penolong Basyar,” ungkapnya. (baca juga: Hasan Nasrallah dihujat)
Fulus Iran Terkuras
November 2014, Iran telah memutuskan untuk mengurangi gelontoran bantuan untuk Hizbullah hingga 25%. Ini adalah salah satu faktor yang memaksa organisasi teroris Syiah ini untuk menarik pasukannya dari beberapa daerah pertempuran. Hal itu dilakukan hanya karena satu alasan, yaitu kurangnya pendanaan. Baca juga: Hubungan Hizbullah dan Asad).
Dalam konteks yang sama, akhir Februari lalu, anggota Dewan Kebijaksanaan Pemerintah, Ali Akbar Nateq Nouri, dan juga pemimpin tinggi Iran, Ali Khamenei, mengatakan bahwa kas negara kosong, sementara anggaran sedang menghadapi krisis besar karena penurunan harga minyak dan akibat kebijakan pemerintah sebelumnya.
Iran telah mengalokasikan sejumlah besar uang untuk kegiatan politiknya untuk organisasi-organisasi pendukung di Lebanon, Irak dan Yaman, serta memberikan bantuan kepada rezim Suriah Presiden Basyar Asad.[1]
Data Korban Hizbullah di Suriah
Masalah ini masih menjadi bahan perdebatan sejak awal intervensi Hizbullah di Suriah di sisi rezim Suriah. Hizbullah sendiri enggan mengeluarkan informasi lengkap mengenai hal ini. Satu-satunya pernyataan resmi dari Hizbullah datang pada awal Desember 2013, ketika Hassan Nasrallah, mengungkapkan bahwa milisinya yang tewas di Suriah kurang dari 250 orang. Sekitar waktu yang sama, oposisi Suriah dan kelompok anti Hizbullah Lebanon menyatakan bahwa jumlah korban tewas lebih tinggi dari 500, dan bahkan melebihi 1000 orang.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) menyebutkan kisaran yang hampir sama dengan pernyataan Hizbullah, yakni 232 korban tewas pada tanggal 1 Desember 2013. Data SOHR terbaru pada 13 Maret 2014 adalah sejumlah 332 orang.
                                            Pemakaman 15 milisi Hizbullah yang tewas dalam pertempuran di Qalamun Agustus 2014.
                                            Oposisi Suriah: Hizbullah Datang untuk Membunuh, Pulang Masuk Peti Mati!
Pemakaman 15 milisi Hizbullah yang tewas dalam pertempuran di Qalamun Agustus 2014.
                                                                                          
Hisyam Asykar, mahasiswa doktoral di HafenCity University – Hamburg, membuat penelitian tentang rincian kematian milisi Syiah Hizbullah di Suriah melalui upacara pemakaman yang bersumber dari kantor berita resmi di situs Hizbullah, termasuk website pro-Hizbullah, dan referensi lainnya. Upacara pemakaman biasanya dipublikasikan, sehingga menjadi konfirmasi kehadiran Hizbullah di sisi Basyar Asad.
Biasanya pemakaman berlangsung di hari-hari berikutnya setelah kematian. Tapi pada beberapa kesempatan, mereka ditahan sebulan kemudian menunggu evakuasi jenazah. Sebagian besar milisi dikuburkan di tempat asal atau residensi mereka. Namun, beberapa pejuang yang dimakamkan di pemakaman komunal Hizbullah di Ghobeiry, sementara yang lain dikuburkan, sesuai dengan kehendak mereka, di wilayah Sayidah Zainab.
                                             Infografis menunjukkan pemakaman 313 milisi Hizbullah dilaporkan tewas dalam pertempuran di Suriah. (Gambar: Hisyam Asykar)
Infografis menunjukkan pemakaman 313 milisi Hizbullah dilaporkan tewas dalam pertempuran di Suriah. (Gambar: Hisyam Asykar)
Meskipun bukan daftar lengkap, angka sebenarnya menurut Hisyam Asykar bisa lebih tinggi. Jumlah korban itu tidak termasuk korban terluka. Yang terakhir ini biasanya jauh lebih tinggi, tergantung pada berbagai faktor. Rasio bisa sangat tinggi. Dengan asumsi rendah 3: 1, berarti 1000 milisi Hizbullah terluka. Ratusan anggota mereka tentunya dinonaktifkan dan dihapus dari jajaran militer yang aktif.[2]
Kemajuan Oposisi Terbaru di Aleppo
Aleppo, dalam pekan-pekan terakhir ini telah menjadi medan tempur hebat. Pesawat terus berkeliaran di langit di atas kota dan pedesaan yang meskipun kondisi cuaca yang keras dan bersalju. Bentrokan terus berlangsung. Rezim dan sekutunya telah mengalami kerugian besar dalam serangan terhadap kubu oposisi terbesar di pedesaan utara Aleppo.
Pasukan rezim, dengan dukungan Hizbullah dan Iran, ingin menyelesaikan pertempuran di Aleppo, terutama di pedesaan utara itu, yang merupakan kubu oposisi terbesar. Meskipun kemajuan telah dibuat oleh pasukan rezim di awal serangan, mereka telah gagal untuk mencapai tujuan politik dan militer rezim. Rezim dan sekutunya telah mengalami kerugian besar dalam serangan.
                                               Pejuang oposisi berkumpul di dekat garis depan di desa Ratyan, sebelah utara Aleppo, 17 Februari 2015 (foto: Reuters)
Pejuang oposisi berkumpul di dekat garis depan di desa Ratyan, sebelah utara Aleppo, 17 Februari 2015 (foto: Reuters)
Peristiwa dimulai pada 17 Februari 2015, saat pagi-pagi pasukan rezim melakukan serangan mendadak terhadap kekuatan oposisi. Saluran berita Hizbullah Al-Manar, menyebutkan bahwa peran Hizbullah sangat signifikan dalam pertempuran ini. Serangan itu dilakukan dari beberapa posisi sekaligus, dengan tujuan membingungkan pasukan oposisi dan mengalihkan perhatian mereka dari tujuan utama serangan itu. Pasukan rezim dan Hizbullah dikabarkan berhasil menembus dan menyusup ke dalam pertahanan lawan dan menguasai beberapa wilayah.
Namun, para pejuang oposisi yang ditempatkan di Aleppo mengatakan kepada Al-Monitor bahwa serangan Hizbullah gagal total dan lebih mirip usaha bunuh diri. Selama serangan, lebih dari 75 anggota pasukan rezim tewas, termasuk Iran dan Lebanon, menurut Komisi Forensik Medis Aleppo, yang mengevakuasi korban.[3]
                                                   Kotak
Penutup
Banyaknya korban di kubu Hizbullah. Namun tidak pernah dirilis secara detil dari Organisasi, seperti dilakukan oleh oposisi.  Data dan nama yang hanya diketahui melalui upacara pemakaman besar-besaran. Inilah barang kali yang mengundang Jaringan Revolusi Suriah mengeluarkan kicauan di aman resminya, “Hezbollah sectarian terrorist gangs. They come to Syria to kill; they leave in boxes!
“Hizbullah geng teroris sektarian. Mereka datang ke Syria untuk membunuh, pulang masuk kotak mati!” [Agus Abdullah]
———————–
[1] http://www.almokhtsar.com/node/431697
[3] http://www.al-monitor.com/pulse/originals/2015/02/aleppo-syria-decisive-battle-regime-hezbollah-rebels.html


Begini Jawaban ( Jahil wa Asmaq ) Jubir HTI terkait Syiah dan Kontroversi Buletin Al-Islam

KIBLAT.NET – Di tengah santernya pemberitaan kampanye militer Koalisi Teluk terhadap kelompok Syiah Hautsi di Yaman, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) menerbitkan buletin yang dinilai kontroversial.
Buletin Al-Islam edisi ke-750 yang diterbitkan pada tanggal 3 Maret 2015 memuat tulisan berjudul “Akhirnya, Pesawat-Pesawat Para Penguasa Agen Bergerak. Namun, Kemana? Mereka Bergerak Untuk Membunuh Kaum Muslimin Bukan untuk Memerangi Musuh!”.
Tak ayal, buletin mingguan tersebut menuai pro-kontra hingga muncullah kecaman-kecaman terhadap HTI, baik di media-media social maupun di forum-forum diskusi.
Buletin Al-Islam milik HTI.
Buletin Al-Islam milik HTI.

Menanggapi fenomena tersebut, Kiblat.net berusaha mencari klarifikasi hingga pada akhirnya berhasil melakukan wawancara kepada Juru Bicara HTI Ismail Yusanto di sela-sela kegiatan Halaqoh Islam dan Peradaban yang digelar di Gedung Asrama haji Yogyakarta pada Sabtu, (11/4/2015).
Berikut hasil wawancara kiblat.net dalam kesempatan tersebut:
Kiblat.net: Ustadz, sebagaimana diketahui, akhir-akhir ini HTI menerbitkan buletin yang memuat opini tentang konflik di Yaman dimana hal itu menuai kontroversi baik di media sosial maupun di forum-forum diskusi. Bisakah Ustadz memberikan klarifikasi atas masalah tersebut?
Jubir HTI: Pertama, saya kira kita harus menegaskan pendirian kita bahwa musuh kita itu adalah orang-orang kafir yang memerangi umat Islam, yang menghalangi tegaknya syari’ah, khilafah, yang dia menimbulkan dharar (bahaya), kezaliman kepada umat Islam yang merebut wilayah umat Islam, yang menjajah, yang kemudian menimbulkan kesengsaraan berkepanjangan terhadap umat Islam.
Nah apa wujudnya? Kalau kita lihat di timur tengah maka jelas sekali, di sana ada Israel, Bashar Assad (rezim Suriah), lebih luas lagi ada Amerika, Rusia. Dan berulang kali umat Islam di sana (kaum muslimin di Gaza, Suriah) berteriak minta tolong kepada penguasa-penguasa negeri umat Islam untuk mengambil tindakan dan itu tidak pernah dilakukan. Nah sekarang begitu terjadi pergolakan politik di Yaman, baru mereka turun. Itulah yang sebenarnya kita persoalkan. Kenapa bukan kepada Amerika, Israel, Rusia, Bashar Ashad?
Kiblat.net: Kalau mengenai Syiah bagaimana Ustad?
Jubir HTI: Syiah itu, kita musti melihat aqidahnya mereka itu secara rinci. Bashar Assad itu kan sering orang bilang syiah alawiyah. Isu tadi dengan tegas mengatakan bahwa Bashar Assad itu kafir. Bahkan di mesjid-mesjid itu ditulis la ilaha illa Bashar. Yang menganggap Ali adalah tuhan, (maka ia) kafir. Yang menganggap Al Quran itu belum genap turun itu (maka ia) kafir. Jadi jelas sekali.
Sementara Syiah yang aqidahnya ini sama dengan kita, bahkan diakui di Al-Ahzar Mesir sebagai madzhab yang ke lima, maka kita harus proporsional. Karena itulah yang diingatkan oleh Hizbut Tahrir bahwa kita itu jangan sampai mengikuti gendang musuh-musuh Islam mempertentangkan Sunni dan Syiah sementara melupakan musuh yang sebenarnya. Bahwa Syiah itu sekarang menjadi ancaman memang Iya, khususnya Syiah Rafidhah, Syiah ghulat itu jelas sekali.
Kiblat.net: Kalau tadi Ustad bilang Syiah ini ada yang kafir dan ada yang masih muslim, bagaimana dengan Syiah Hautsi Ustad?
Jubir HTI: Itu (Syiah) Zaidiyah mereka. Sama seperti Presiden Ali juga Zaidiyah dia.
Kiblat.net: Kalau yang di Iran?
Jubir HTI: Di Iran macam-macam dia, ada yang Itsna Asariyah (Imam Duabelas), Ja’fariyah, Zaidiyah.
Kiblat.net: Akan tetapi, kalau di Yaman ini persoalannya kelompok Syiah sudah melakukan kudeta terhadap pemerintahan yang sah, bagaimana Ustadz?
Jubir HTI: Itu sama seperti halnya mereka menguasai pemerintahan di Iraq, di Suriah, di Lebanon.
Kiblat.net: Ada juga di sebuah website HTI itu ada artikel berjudul “Sunni dan Syi’ah Bersatu dalam Naungan Khilafah” itu bagaimana Ustadz?
Jubir HTI : Khilafah itu jangankan Syiah ya, bahkan orang-orang nasrani zahudi pun bisa hidup dalam sistem khilafah. Itulah sebenarnya kerahmatan Islam yang dimaksud. Terlepas dari kesesatan masing-masing, mereka tunduk dalam naungan khilafah.
Kiblat.net: Banyak pihak yang menyebutkan bahwa Syiah Hautsi ini ada dukungan dari Iran bagaimana Ustadz?
Jubir HTI : Pasti, sama halnya dengan Bashar Assad, Nuri Al-Maliki, Lebanon, dapat dukungan dari Iran. Iran itu mendukung semua rezim Syiah.
Kiblat.net: Menurut Ustad itu ancaman atau bukan?
Jubir HTI : Jelas ancaman, siapa bilang bukan ancaman. Itu sama aja dengan rezim yang mempertahankan despotisme yang tak acuh terhadap musuh sesungguhnya. Itu ancaman.
Kiblat.net: Berarti menurut HTI, Syiah Hautsi ini ancaman, akan tetapi langkah HTI lebih kepada mengutamakan prioritas yang lain. Apakah seperti itu Ustadz?
Jubir HTI : Persis. Nah inilah yang disalahpahami seolah Hizbut Tahrir tidak mengerti duduk permasalahanya di Yaman. Anggota Hisbut Tahrir juga ada yang ditangkap sama Hautsi. Apalagi langsung dituduh bahwa Hizbut Tahrir (itu) Syiah. Hizbut Tahrir itu Sunni. Hizbut Tahrir juga telah memberikan kritik yang tajam kepada syiah, anda bisa baca di kitab Sakhsiyah Jilid 2 itu.
Hadist Ghadir Khum itu nggak ada urusannya dengan khilafah. Penunjukan Ali dalam hadist itu maknanya sebagai pemimpin keluarga, karena Ali termasuk ahlul bait. Salah betul kalau HTI itu dikatakan Syiah, diintervensi syiah, kesusupan Syiah.
Kiblat.net: Terakhir mungkin ustadz ingin menyampaikan statmen.
Jubir HTI : Jadi mustilah hati-hati kita ini menyikapi keadaan, termasuk menyikapi sesama muslim. Persoalan umat ini sudah demikian banyak, demikian besar, jadi kita harus fokus terhadap penegakan syariah dan khilafah, karena itu merupakan pangkal dari segala persoalan ini muncul.

MUI, Ormas Islam, Imam Masjid Istiqlal Ali Musthafa Ya'qub Dukung Serangan Arab Saudi ke Yaman ( Insya Allah )

MUI Dukung Serangan Arab Saudi ke Yaman
Sabtu, 11 April 2015 - 15:14 wib
Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui Wakil Ketua Komisi Pengkajian dan Penelitiannya, KH Cholil Nafis, menyatakan dukungannya untuk serangan Koalisi Teluk yang dipimpin oleh Arab Saudi ke Yaman, selama serangan itu bertujuan untuk melindungi warga Yaman.
“Prinsipnya kami mendukung, dan mengerti bahwa tujuan Arab Saudi dalam melakukan serangan dalam melindungi dan menjaga,” kata KH Cholil Nafis.
Menurut beliau, serangan yang dilakukan Arab Saudi dan sekutu-sekutunya terhadap kelompok Houthi di Yaman, dilakukan untuk kebaikan umat bukan karena sentimen sektarian.
“Serangan yang dilakukan Saudi bukan masalah Sunni atau Syiah, tapi lebih kepada kebaikan umat yang ada di Yaman, karena kalau didiamkan akan mengakibatkan korban yang lebih besar,” demikian ujar KH Cholis saat bertemu dengan media di Jakarta, Sabtu (11/4/2015).
“Langkah Arab Saudi ini, semata-mata dilakukan untuk melindungi masyarakat Yaman. Ini yang harus ditekankan, bukan untuk perpecahan umat Islam,” tegasnya lagi.
Meski begitu, ia juga meminta agar Serangan tersebut tidak sampai menimbulkan korban dari warga sipil Yaman, terutama perempuan dan anak-anak kecil, serta orang-orang yang tidak terlibat dalam konflik itu.

Ormas Islam Dukung Serang Saudi ke Yaman
April 11 16:252015
Konfrensi pers yang diadakan oleh Kedutaan Besar Arab Saudi pada Sabtu (11/4/2015) dihadiri setidaknya 12 ormas islam dari seluruh Indonesia. Konfrensi ini membahas operasi militer yang dilakukan Koalisi Negara Teluk ini dilakukan atas permintaan resmi presiden Yaman Manshoor Hadi atas pemberontakan dan kudeta yang dilakukan kelompok radikal hutsi.
“ Negara Negara Teluk merespon permintaan yang mulia presiden Yaman Abdur Rabuh Manshoor Hadi , pada 7/3/2015 untuk menyelenggarakan konfrensi di Riyadh di bawah naungan Dewan Majelis Negara Negara Teluk (GCC) dengan dihadiri seluruh pihak dan faksi politik di Yaman yang ingin mempertahankan stabilitas politik” jelas kedutaan Arab Saudi di Indonesia
Selain itu beberapa ormas diminta memberikan tanggapan atas intervensi Saudi dalam mengembalikan kestabilan di yaman. Salah satunya adalah dari tokoh muhammadiyyah, menurutnya keputusan operasi militer ini tidak bias dihidari.
“Pada dasarnya kita tidak menginginkan perang, tapi ada saatnya perang tidak bisa dihindari” jelasnya, beliau juga menambahkan bahwa yang dikorbankan atas pemberontakan oleh Hutsi ini adalah rakyat yaman, karenanya operasi militer inivpun demi keamanan rakyat Yaman.
“ kami menghimbau agar pemerintahan Indonesia bisa ambil inisiatif sebagai juru damai atas operasi militer di Yaman” tutupnya.
Selain idari tokoh muhammadiyyah ada juga Ahmad kholid yang menanggapi hal yang sama. Dalam pernyataannya ahmad kholid yang diminta memberikan pernyataan dan menjelaskan bahwa ideology hutsiyin adalah syiah, dan pemberontakan ini terkait ideologi mereka.
“ ini adalah perang ideology, apa yang dilakukan Saudi sudah benar, ummat islam wajib mendukungnya karena ideology orang yang dibantai oleh hutsi adalah ideology yang sama dengan kita” jelasnya.
Begitupun Maman Abdurahman sebagai perwakilan PERSIS. Menurutnya bukan hanya aspek jiwa yang dikorbankan namun kestabilan ekonomi, politik dan lainnya.

Imam Masjid Istiqlal Ali Musthafa Ya'qub Dukung Serangan Arab Saudi Ke Yaman
Ulama Indonesia dukung Arab Saudi terkait krisis Yaman
Sabtu, 11 April 2015 14:35 WIB 
Ulama dari berbagai organisasi Islam di Indonesia pada Sabtu menyatakan dukungan mereka terhadap kebijakan Arab Saudi, yang memimpin pasukan koalisi untuk melancarkan operasi militer terhadap kelompok radikal Houthi di Yaman.

Para ulama yang di antaranya mewakili Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU), Persatuan Islam (Persis), Al Irsyad Al Islamiyah (Al Irsyad), Dewan Dakwah Islamiyah (DDI), Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) serta Ikatan Dai Seluruh Asia Tenggara diterima Duta Besar Kerajaan Arab Saudi Mustafa Ibrahim Al Mubarak di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta.

Ali Musthafa Ya'qub, Imam Besar Masjid Istiqlal yang hadir dalam pertemuan tersebut, menegaskan bahwa apa yang terjadi di Yaman, negara berpenduduk 22 juta yang berbatasan langsung dengan Arab Saudi, bukanlah pertikaian antara kelompok Sunni dan Syiah, tapi kekerasan oleh kelompok radikal Houthi.

"Apa yang terjadi di Yaman bukan masalah konflik antar kelompok agama, tapi perilaku radikal yang diperlihatkan oleh kelompok Houthi. Kelompok ini harus segera diantisipasi karena gerakan mereka sudah seperti teroris," kata Ali Musthafa.

Ali Musthafa juga menegaskan bahwa pemikiran radikal kelompok Houthi tersebut harus segera dibasmi agar tidak menyebar ke negara lain, termasuk Indonesia.

"Gerakan kelompok ini lebih berbahaya dan harus segera diatasi karena bukan tidak mungkin pengaruh mereka akan sampai di Indonesia sebagai negara dengan penduduk Islam terbesar di dunia," kata Ali Musthafa menambahkan.

Mustafa Ibrahim menyampaikan ucapan terima kasih atas dukungan para ulama Indonesia terhadap kebijakan Arab Saudi dalam mengatasi konflik di negara tetangganya itu.

"Sebagai sebuah negara dengan penduduk beragama Islam terbesar di dunia, saya memahami bahwa situasi di Yaman telah mendapat perhatian luas dari masyarakat Indonesia. Oleh karena itu saya ingin memberikan penjelasan secara lebih luas perihak keterlibatan Arab Saudi yang memimpin pasukan koalisi dalam melakukan operasi militer di Yaman," kata Mustafa Ibrahim.

Mustafa mengatakan Arab Saudi adalah tetangga terdekat dengan Yaman sehingga berkewajiban ikut membantu kondisi negara itu tetap stabil dan memastikan konflik di negara itu tidak mengganggu negara lain di kawasan.

Mustafa Ibrahim memberikan gambaran bahwa posisi Arab Saudi ibarat sebuah tetangga yang dimintai pertolongan ketika tetangga tersebut sedang menghadapi kesulitan.

"Dalam kasus ini, Saudi Arabia memberikan pertolongan kepada negara tetangga Yaman ketika presiden mereka yang sah yaitu Abdu Rabuh Mansour Hadi menghadapi ancaman kudeta kelompok pemberontak Houthi," katanya.

Berdasarkan atas keprihatinan karena kelompok Houthi bisa mengancam stabilitas Yaman dan negara-negara tetangganya, ia menjelaskan, Arab Saudi yang berbatasan langsung dengan Yaman mengambil inisitif untuk membentuk pasukan koalisi guna memerangi Houthi yang telah menguasai sebagian wilayah Yaman.

Meski mendukung penuh operasi militer pasukan koalisi yang dipimpin oleh Arab Saudi, para ulama mengimbau pasukan koalisi hanya menyasar fasilitas militer Houthi sehingga tidak menyebabkan warga sipil menjadi korban.
http://www.antaranews.com/berita/490245/ulama-indonesia-dukung-arab-saudi-terkait-krisis-yaman



Syaikh Sudais: Operasi militer di Yaman untuk kejayaan Islam!

Imam besar dari 2 Masjid Suci, Syaikh Abdul Rahman Al-Sudais, menyebut bahwa operasi militer Arab Saudi di Yaman untuk menumpas para pengacau dan pemberontak, dinilai telah meningkatkan harga diri, kekuatan serta kemuliaan bangsa Arab dan dunia Islam.
Dalam sebuah wawancara dengan Saudi Channel TV 1, beliau mengatakan jika Arab Saudi telah mengambil tindakan yang dibenarkan secara Syariat. Bahkan Syaikh menyebut operasi yang bersandi ‘Decisive Storm’ ini sebagai keputusan bersejarah yang datang di saat yang tepat.
"Operasi yang bijak dan berani ini datang berdasar pertimbangan hukum Syari’at," ujar beliau.
"Bukan karena motif pribadi atau politik.", tambah Syaikh.
Beliau menyatakan bahwa bentuk ancaman membahayakan apapun bagi Kerajaan Saudi atau niat jahat terhadap dua Masjid Suci di Makkah dan Madinah adalah sesuatu yang tidak dapat ditoleransi. Menurut beliau, merupakan suatu kewajiban untuk melindungi kepentingan Saudi dan Yaman.
Negeri Yaman memiliki posisi unik tersendiri dalam ajaran Islam. Nabi Muhammad (Shalallahu ‘Alaihi Wasallam) bahkan menyebut bahwa Yaman merupakan negeri yang diberkahi dan pernah mengutus Ali bin Abi Thalib bersama para Sahabat (Radhiyallahu ‘Anhum) lainnya ke sana. Syaikh juga menyoroti tentang tolong-menolong terhadap tetangga yang butuh bantuan.
"Dalam Islam, kita diwajibkan untuk membantu tetangga kita jika mereka membutuhkan bantuan," jelas Syaikh Sudais.
Syaikh Sudais menyebut jika para milisi pemberontak dan pengacau Yaman didukung oleh kekuatan asing. Dimana mereka memiliki agenda dan kepentingannya sendiri. Mereka hanya ingin meraih dominasinya atas negara-negara Teluk atau kawasan itu. Karena itulah operasi militer aliansi Arab++ ini merupakan sebuah keputusan penting setelah semua usaha melalui dialog mengalami kebuntuan.
Beliau berpesan agar semua negara (milik umat Islam) harus bekerjasama atau saling bantu pada saat masa-masa sulit demi melayani kepentingan umat.
Kepada masyarakat, beliau berpesan agar tidak terbawa oleh isu-isu tak bertanggung jawab di internet mengenai operasi ini. Sebelumnya Risalah mencatat ada isu bergabungnya Israel dalam operasi menyerang Yaman, namun dari berbagai konfirmasi/penelusuran, dapat dipastikan jika berita itu tidak ada dasarnya atau hoax belaka.
Syaikh Sudais juga menyatakan rasa terima kasihnya kepada Raja Salman dan memberi sorotan atas keberanian tersebut. Dan berpesan agar rakyat di Yaman senantiasa bersatu.
Sedangkan kepada tentara Saudi yang terlibat dalam operasi mulia ini, Syaikh berdoa:
"Semoga Allah memberikan kalian kemenangan."

(Arabnews/rslh)


Rafidhah dan Syiah Lebih Berbahaya Daripada Yahudi dan Nashrani

Oleh Al Imam Al Muhaddits Asy Syaikh Muqbil bin Hadiy Al Wadi’iy rohimahulloh
الروافض والشيعة أضر على الإسلام من اليهود والنصارى
للإمام المحدث الشيخ مقبل بن هادي الوادعي رحمه الله ● ●
•••••••••••••••••
السؤال:
ما صحة قول من قائل : إن الروافض والشيعة أشد على الإسلام من اليهود والنصارى ، هل يعني ذلك تكفيرهم ، وما هي ضوابط التكفير ، ومتى يكفر الإنسان كفراً أكبر يخرج به من الملة ؟
الإجابة:
الحمد لله وصلى الله وسلم على نبينا محمد وعلى آله وأصحابه ومن والاه ، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله أما بعد :
فهذا القول صحيح ؛ أن الروافض والشيعة أضر على الإسلام من اليهود والنصارى ، بمعنى كما قال شيخ الإسلام ابن تيمية ونقله عنه تلميذه الذهبي وابن كثير في : أن لهم مواقف مع اليهود والنصارى ضد المسلمين ، وليس معناه أنهم يكفرونهم .
ومن الأمثلة على هذا : أن ابن العلقمي الخائن كان وزير للمستعصم وزين له أن يقلل جيشه ففعل ،
وبعد هذا قرب التتار ابن العلقمي ونصير الدين الطوسي الذي يلقب بنصير الدين لكنه نصير الشرك والإلحاد كما قال ابن القيم رحمه الله تعالى في ،
بعد هذا لما قرب التتار وكانت في قلوبهم هيبة أيما هيبة من قتل الخليفة ومن دخول بغداد قال ابن العلقمي الخائن لهم : ابقوا ههنا قريبين ونحن سنخرج الخليفة إليكم،
فذهب إلى الخليفة وقال : هم ما يريدون غزو بلادك ولا يريدون قتلك، يريدون أن يزوجوك بابنة رئيس التتار.
فخرج وعند أن خرج إليهم مسكوه وسجنوه بين البغال ، وبعد ذلك قتلوه رحمه الله تعالى بسبب خيانة ابن العلقمي .
بعد أن نفذ لهم هذه الخيانة ماذا عمل التتار ؟! نبذوه ولم يلتفتوا إليه ، حتى أن امرأة قالت له : أيما أحسن عند أن كنت وزيراً في الدولة العباسية أم الآن وهو ماشي في الشوارع ضايع ، فيقال إنه مات كمداً .
وهكذا في زماننا هذا شاهدنا الشيعة يتعاطفون مع الشيوعيين فعلي سالم البيض وهو إشتراكي شيوعي لا يأمن على نفسه إلا إذا كان في صعدة بين الروافض في باقم أو في غيره ويقولون : مرحباً بأبي هاشم !! مرحباً بأبي هاشم وهو شيوعي إشتراكي .
فلهم مواقف مع اليهود والنصارى ضد المسلمين والله المستعان هذا معناه .
وأما التكفير يكفر منهم من قال : إن قرآننا ناقص ، أو قال : إن جبريل خان الرسالة ، ومن حرف كتاب الله ، على أن الشيعة على جميع أصنافهم يردون سنة رسول اللهصلى الله عليه وعلى آله وسلم، ويعتمدون على كتبهم ، وكتبهم أشبه بكتب اليهود والنصارى خالية من الأسانيد لا يعتمد عليها ، فهم يعتمدون على كتبهم ، ولا يعتمدون على ما في ، و وبقية الأمهات الست والله المستعان .
وما هي ضوابط التكفير، ومتى يكفر الإنسان كفراً أكبر يخرج به من الملة؟ من رد شيئاً مقطوعاً به، أو سجد لصنم أو غير ذلك هذا يعتبر كافراً،
ومن المؤسف جداً أن حد الردة توقف في كثير من البلاد الإسلامية والله المستعان ، مع أنه قد قدم معاذ بن جبل إلى أبي موسى فوجد رجلاً مربوطاً فقال معاذ : ما هذا يا أبا موسى ؟ ، قال : هذا رجل ارتد بعد إسلامه ، قال معاذ : لا أنزل حتى تقتله ، قال : ما ربطناه إلا لنقتله ، فقتل في ذلك الوقت والله المستعان والحمد الله .
لكن في كثير من البلدان الإسلامية يعطلون حد الردة وبقي ههنا [ السعودية ] لا بأس بهذا البلد جزاهم الله خيراً يقيمون الحدود من أجل هذا منّ الله عليهم بالأمن ، وبارك الله لهم في أعمالهم وسعيهم والله المستعان .
من شريط: الأجوبة العلمية على الأسئلة الوصابية
الفتوى الصوتية :
•••••••••••••••••
Soal:
Bagaimanakah kebenaran ucapan seseorang: “Sesungguhnya Rofidhoh dan Syi’ah itu lebih jahat terhadap Islam daripada Yahudi dan Nashoro”? Apakah ucapan itu berarti mengafirkan mereka? Apa sajakah batasan takfir? Dan kapankah seseorang dikafirkan dengan kafir akbar yang dengan hal itu ia dikeluarkan dari agama?
Jawab:


الحمد لله وصلى الله وسلم على نبينا محمد وعلى آله وأصحابه ومن والاه. وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له و أشهد أن محمدا عبده ورسوله. أما بعد:
Ucapan ini adalah benar. Bahwa Rofidhoh dan Syi’ah lebih berbahaya terhadap Islam daripada Yahudi dan Nashoro, dengan makna sebagaimana kata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan yang dinukilkan dari beliau oleh muridnya adzDzahaby dan Ibnu Katsir dalam kitab al Bidayah wan Nihayah, bahwa Rofidhoh memiliki sikap-sikap bersama Yahudi dan Nashoro untuk melawan muslimin, dan ini tidaklah bermakna bahwa mereka mengkafirkan Syi’ah (secara mutlak/merata, pent).
Dan diantara contoh atas hal ini adalah bahwasanya Ibnu al ‘Alqomiy si pengkhianat dulu adalah menteri dari Khalifah al Musta’shim. Dan dia menghias-hiasi kepadanya agar mengurangi jumlah pasukannya, lalu Khalifah pun melakukan hal itu.
Setelah itu, bangsa Tatar mendekati Ibnul ‘Al qamiy dan Nashiruddiin at Thouwsy yang digelari dengan Nashiruddin (penolong agama) namun pada hakekatnya dia adalah penolong kesyirikan dan atheisme sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitab Ighatsatul Lahfaan.
Setelah itu, tatkala Tatar mendekat (dan ketika itu dalam hati mereka ada rasa kagum yang sangat hebat jika berhasil membunuh khalifah dan memasuki Baghdad),  berkatalah Ibnul Al qamy si pengkhianat kepada mereka:
“Tetaplah berada di dekat sini dan kami akan mengeluarkan khalifah pada kalian”.
Lalu pergilah ia menghadap Khalifah dan mengatakan:
“Mereka tidak ingin memerangi negara anda, dan tidak pula ingin membunuh anda. Mereka ingin menikahkan anda dengan putri Pimpinan Tatar”.
Kemudian keluarlah beliau. Dan tatkala beliau keluar pada mereka, mereka menahan dan memenjarakan beliau di antara baghal (peranakan kuda dan keledai). Dan setelah itu mereka membunuhnya, rahimahullaah Ta’ala, dengan sebab pengkhianatan Ibnul ‘Al qamiy.
Setelah melaksanakan pengkhianatan ini pada mereka, apa yang dilakukan bangsa Tatar?! Mereka mencampakkannya dan tidak menoleh kepadanya, hingga ada seorang wanita berkata padanya: “Mana yang lebih baik bagimu, tatkala kamu menjadi menteri untuk Daulah Abbasiyah ataukah yang sekarang (dalam keadaan dia terlantar, berjalan di jalan-jalan)?”. Lalu ada yang mengatakan bahwa dia mati dalam keadaan menderita.
Dan demikian pula di zaman kita ini. Kita saksikan Syiah bermesraan dengan para atheis/komunis. Maka Ali Salim al Baidh dan dia adalah seorang sosialis-komunis, dia sendiri tidak merasa aman kecuali jika dia berada di Sho’dah, di antara para Rofidhoh, di Baqim atau di tempat lainnya. Dan para Rafidhoh pun menyambutnya:
“Selamat datang, Abu Hasyim, selamat datang Abu Hasyim!”, padahal dia seorang sosialis-komunis.
Jadi, mereka memiliki sikap-sikap tertentu bersama Yahudi dan Nashoro untuk memerangi kaum muslimin, wallaahul Musta’an. Inilah maknanya.
Dan adapun tentang takfir, maka dikafirkan di antara mereka orang yang mengatakan:
“Sesungguhnya al Quran kita ini kurang (tidak lengkap)”, atau mengatakan:
“Sesungguhnya Jibril mengkhianati risalah”, dan orang yang menyimpangkan Kitabullah. Atas dasar bahwasanya Syi’ah pada seluruh golongannya menolak sunnah Rosulullah shallallaahu ‘alaihi wa ‘ala aalihi wa sallam, dan mereka bersandar pada kitab-kitab karangan mereka sendiri, padahal kitab-kitab mereka itu mirip dengan kitab-kitabnya Yahudi dan Nashoro, tanpa disertai sanad-sanad dan tidak bersandar pada sanad-sanad tersebut. Jadi, mereka bersandar pada kitab-kitab mereka dan tidak bersandar pada apa yang ada dalam Shahih al Bukhory, Shahih Muslim, dan kitab-kitab hadits yang induk yang enam. Wallaahul Musta’an.
Dan apakah batasan-batasan takfir? Dan kapan seseorang dikafirkan dengan kafir akbar yang dengannya dia dikeluarkan dari agama? Siapa yang menolak sesuatu (dari al Quran dan sunnah) maka diputuskan dengan takfir itu, atau sujud pada berhala, atau hal-hal yang lainnya. Yang seperti ini teranggap sebagai kafir.
Dan sangat disayangkan, bahwasanya hukuman had untuk orang yang murtad tidak dilaksanakan pada kebanyakan negara Islam, Wallaahul Musta’an. Padahal Mu’adz bin Jabal pernah menghadap kepada Abu Musa. Lalu dia melihat ada seorang yang terikat, lalu Mua’adz bertanya: “Ada apa ini wahai Abu Musa?”. Abu Musa menjawab: “Orang ini murtad setelah masuk Islam.” Mu’adz berkata: “Aku tidak akan turun hingga anda membunuhnya”. Abu Musa menjawab: “Tidaklah kami mengikatnya kecuali agar kami bisa membunuhnya”. Lalu Abu Musa membunuhnya pada saat itu juga. Wallaahul Musta’an, walhamdulillah.
Namun pada kebanyakan negara Islam, mereka menghilangkan hukum had untuk orang yang murtad, dan tersisa disini (di negara Saudi) yang masih memberlakukannya, tidak mengapa di negara ini. Jazahumullaahu khoiron. Mereka melaksanakan hukum-hukum had karena hal ini. Semoga Allah menganugrahkan keamanan pada mereka dan memberkahi mereka dalam pekerjaan-pekerjaan dan usaha-usaha mereka. Wallaahul Musta’an.
Dari kaset: Al Ajwibah Al ‘Ilmiyyah ‘alal As`ilatil Wushobiyyah
Sumber : WA Ashhabus Sunnah