Tuesday, May 26, 2015

Raja Salman Sebagai Tokoh Revolusioner Baru Dunia Arab

The Guardian Nobatkan Raja Salman Sebagai Tokoh Revolusioner Baru Dunia Arab.
Surat kabar asal Inggris, The Guardian, menyebut pergantian raja baru Arab Saudi pada akhir Januari lalu telah mempercepat akhir kekuasaan dari Presiden Bashar Al Assad di Suriah, sejak meletusnya revolusi ditahun 2011 lalu.
Dalam artikel terbitan hari Minggu (24/05) kemarin, The Guardian menyatakan bahwa di awal kekuasaanya Raja Salman telah banyak membuat perubahan mendasar di kawasan Timur Tengah, terlebih segera menjalin pemulihan hubungan dengan Turki ketika baru saja dilantik menjadi Raja.
Dalam analisisnya The Guardian menyebut hubungan mendasar Saudi-Turki-Qatar akan menjadi ancaman nyata bagi hegemoni Iran, yang saat ini berniat menyebarkan pengaruh Syiah di kawasan pasca berhasilnya perundingan nuklir mereka dengan negara-negara Barat.
Mengenai konflik di Suriah, The Guardian menyebut keputusan Raja Salman untuk mempersenjatai kelompok revolusi Suriah dengan roket dan persenjataan canggih akan banyak mengubah jalannya peta perang di Suriah.
Menurut harian asal Inggris ini menyatakan bahwa pemberian roket dan rudal pemandu laser oleh Arab Saudi, menjadikan pasukan pemerintah Assad tidak dapat berbuat banyak dalam menghadapi kecanggihan sistem dan akurasi senjata tersebut.
“Tentunya ini dapat menjadikan kekalahan besar bagi pasukan rezim Assad yang didukung oleh milisi Syiah Iran,” tulis The Guardian dalam terbitannya.
Sementara itu senada dengan surat kabar The Guardian, seorang diplomat senior di dunia Arab percaya bahwa bergabungnya Turki-Saudi dalam konflik di Suriah mengindikasikan akhir dari rezim Bashar Al Assad, meskipun dengan kehadiran dukungan Iran yang lebih besar dari sebelumnya. 



Muslim Rohingya: Muhajirin Masa Kini [ Kemana Aja Ulama-ulama " SU/Provokator " ? ]

Baca juga : 
Keutamaan Muawiyah, Kaum Anshar dan Siapa ( Dimana Posisi ) Kita ? ( Bagian Pertama )
http://lamurkha.blogspot.com/2015/05/keutamaan-muawiyah-kaum-anshar-dan.html
Subhanallah, 170 Ribu Warga Rohingya Dapat Izin Tinggal di Saudi [ Apa yang Diperbuat Syi'ah Iran dan Ormas-ormas Islam ? hanya tereak-tereak, Pemerintah Indonesia bahkan menahan dan menistakannya !]

Ironis di zaman umat Islam berjumlah lebih dari satu milyar, masih ada umat Islam dianiaya
Kemana umat Islam, di saat ‘kaum muhajirin Rohingnya’ membutuhkan pertolongan?
Oleh: Mahmud Budi Setiawan
SUNGGUH ironis! Di zaman ketika umat Islam berjumlah lebih dari satu milyar; di saat kebanyakan negara dunia memegang ideologi demokrasi, yang menghargai dan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Tapi di bumi Rohingnya, masih ada pembantaian manusia.
Hanya karena motif agama yang berbeda, mereka dibantai sedimikian rupa, bahkan dicampakkan, diusir dari tanah kelahirannya.
Baru-baru ini mereka sampai mengungsi di Aceh. Warga Aceh pun gotong royong membantu mereka(baca: bbc.indonesia 20/05/2015 “Gotong Royong Warga Aceh bantu Rohingnya”). Anehnya, Indonesia sebagai negeri Muslim terbesar di dunia -melalui Panglima TNI Jendral Moeldoko sempat menolak kehadirannya. (baca: kompas.com, Panglima TNI Tolak Kapal Pengungsi Rohingnya Masuk RI, tapi bersedia Beri Bantuan), dan enggan mengijinkan pengungsi Rohingnnya masuk wilayah Indonesia dengan alasan “Urus masyarakat Indonesia sendiri saja tidak mudah, jangan lagi dibebani persoalan ini”. Lain halnya dengan negara Turki. (baca: Turki Kirim Angkatan Lautnya Bantu Cari Muslim Rohingnya).
Meskipun ia bukan negara yang berpenduduk Muslim terbesar melalui Ahmet Davutoglu dan istri Recep Tayyip Erdogan beserta beberapa pejabatdan tentaranya dengan sigap dan cepat pergi ke Aceh untuk membantu mereka. Baik bantuan materil maupun moril.
Apa yang dialami oleh Muslim Rohingnya yang dibantai oleh yang ditopang agamawan mereka, mengingatkan kita kembali pada sejarah Islam yang terjadi lebih dari empat belas abad yang lalu.
Peristiwa itu seakan terulang kembali hari ini. Ketika Nabi Muhammad kehilangan dua orang tercintanya, sebagai pendukung dan pembelanya (Khadijah, Abu Thalib), kaum kafir Qurays semakin berani menyakiti, mencela, bahkan menyiksa sebagian kaum Muslimin. Pergerakan dakwah semakin sempit. Peluang untuk menyemai dakwah semakin dihimpit.
Dalam kondisi seperti itu, ada inisiatif nabi untuk mencari tempat yang layak untuk dijadikan lahan dakwah baru yang lebih akomodatif terhadap dakwah Islam. Harapan pun sirna, ketika di Thaif nya diusir bahkan dilempari batu. Rasul pun yang ketika itu ditemani Zaid bin Haritsa kembali ke Makkah dengan tangan kosong.
Pada puncaknya, Rasulullah dihibur Allah dengan peristiwa isra` dan mi`raj yang merubah secara drastis merubah cara pandang Rasulullah terhadap segala peristiwa yang ia alami di Makkah.
Nabi pun bertambah optimis. Tahun keduabelas dan ketigabelas, dengan sangat intens berdakwah akhirnya mereka menemukan mitra dakwah yang loyal dan militan.
Ada peristiwa yang diabadikan sejarah dengan istilah, ‘bai`ah al-`Aqabah al-`ūla(janji setia yang pertama di bukit `Aqabah)’ dan ‘bai`ah al-`aqabah al-tsāniyah(janji setia yang kedua di bukit `Aqabah)’. Kedua baiat ini seakan menjadi oase di tengah padang sahara yang meliputi dakwah Islam di bumi Makkah. Pada akhir tahun ketigabelas, datanglah perintah hijrah ke Madinah.
Umat Islam pun berbondong-bondong melaksanakan perintah ini. Sejenak anda bisa membayangkan! Bagaimana perasaan mereka meninggalkan tempat kelahiran mereka. Mereka harus meninggalkan tempat tinggal, sanak famili, perniagaan, kenangan manis yang telah diukir selama hidup di Makkah. Mereka berada dalam bayang-bayang rasa cemas terhadap negeri baru yang akan mereka singgahi, Madinah.
Meski demikian, dengan hati mantap dan yakin mereka pegang betul firman Allah: “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata”(Qs. Al-Ahzab: 36).
KETAATAN kepada perintah Allah –bagi mereka- pasti berbuah manis. Keyakinan mereka sungguh tidak sia-sia. Kehadiran mereka telah ditunggu-tunggu oleh penduduk Muslim Madinah. Dengan sangat menarik, al-Qur`an mengabadikan mereka dengan nama ‘kaum Anshar(kaum penolong)’. Anda bisa melihat bagaimana sambutan baik mereka ketika kaum Muhajirin datang.
Al-Qur`an menceritrakan: “Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ´mencintai´ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntun”(Qs. Al-Hasyr: 9).
Salah satu contoh menarik ialah peristiwa yang terjadi antara Sa`ad bin Rabi` dengan Abdurrahman bin `Auf. Waktu itu –meskipun sebelumnya Abdur Rahman bin `Auf adalah saudagar kaya, namun ketika hijrah ia telah menjadi papa(miskin)- Sa`ad bin Rabi` pun menawarkan membagikan separuh hartanya kepada Abdurrahman, bukan hanya itu, ia yang memiliki lebih dari seorang istri, menawarkan pada Abdurrahman agar memilih yang paling disukai, kemudian akan diceraikan dan akan dinikahkan dengan dirinya. Mendapat tawaran yang tulus dan menggiurkan tersebut, Abdurrahman bin `Auf tidak sampai hati untuk mengiyakan. Ia sangat pandai menjaga harga dirinya. Ia hanya meminta bantuan agar diberitahu pasar terdekat.
Setelah itu ia pun berniaga sampai akhirnya menjadi saudagar sukses kembali.
Lihat betapa manisnya hubungan timbal-balik yang romantis antara kedua sahabat muhajirin dan anshar ini. Sebuah gambaran luar biasa yang bukan hanya bernilai kemanusiaan, persaudaraan, tapi juga bernilai ketuhanan. Sifat rubūbiyah Allah, seolah-olah tergambar jelas terhadap komunikasi dinamis antara kaum muhajirin dan Anshar.
Kita mungkin akan bertanya-tanya: “mengapa Muslim Rohingnya disebut sebagai, ‘Muhajirin Abad Ini’”? Pertanyaan tersebut bisa dijawab sebagai berikut: Antara keduanya memiliki persamaan meskipun setting tempat dan waktunya berbeda.
Persamaannya dapat dilihat dari poin-poin berikut: Pertama, mereka sama-sama terusir dari tanah kelahirannya. Kedua, sebabnya pun karena perbedaan latar agama. Ketiga, nasib yang dialaminya pun tak jauh berbeda. Mereka diintimidasi, dikucilkan, dihinakan, dan dipersempit ruang geraknya sehingga tidak memungkinkan lagi untuk tumbuh dakwah di sana.
Masalahnya kemudian ialah, siapa yang siap menjadi kaum Anshar (Penolong) bagi mereka? Apakah kita tega, baik dari sisi kemanusiaan maupun agama melihat orang dibantai, diusir sedemikian rupa dari negeri asalnya hanya karena latar agama? Kemana gaung PBB? Kemana orang-orang yang selalu mendewa-dewakan HAM (Hak Asasi Manusia)? Bahkan kemana umat Islam, di saat ‘kaum muhajirin Rohingnya’ membutuhkan pertolongan? Kalau negara Turki sudah berada di garda depan dalam membantu mereka, lalu aku, kamu, kita –sebagai Muslim- kapan menjadi ‘Anshar’ mereka?
Bukankah Muslim yang satu dengan yang lain bagaikan satu tubuh, satu bangunan? Kalau kesadaran sebagai Muslim telah tanggal, lalu tidakkah pintu hati kemanusiaan kita terketuk melihat mereka mengalami nasib tidak manusiawi seperti itu?. Wallahu a`lamu bidzātis shudūr.*
Penulis alumni PKU UNIDA Gontor, peminat masalah Shirah




Mufti Arab Saudi: Hati-Hati, Banyak Situs Anti-Islam dan Menyesatkan [ termasuk situs-situs pro syiah ]

JEDDAH-- Mufti Arab Saudi Sheikh Abdul Aziz Al-Asheikh, menghimbau kepada seluruh umat Islam agar berhati-hati dalam melakukan mengakses berbagai situs di dunia maya. Menurut  Ketua Komite Untuk Riset Ilmiah dan IFTA itu, banyak situs-situs yang menyesatkan.
Ia menilai terdapat sejumlah situs yang tampaknya baik, namun pada aslinya justru menyebarkan kebencian sesama Muslim.
Dalam pidatonya saat upacara pembukaan forum yang bertajuk "Bahaya Terorisme Elektronik" di Universitas Imam Muhammad bin Saud di Riyadh, Al-Asheikh mengatakan bahwa Universitas Imam Muhammad bin Saud adalah sebuah mercusuar bagi ilmu pengetahuan dan menawarkan bimbingan kepada semua Muslim baik di dalam maupun di luar Arab Saudi, dilansir Arab News, Jumat (21/11).
Dia menambahkan bahwa forum ini sangat bermanfaat dalam menghadapi anti-terorisme yang tengah dicanangkan pemerintah. Dalam forum ini bertujuan untuk memberikan masukan pemerintah dalam mengidentifikasi dan menghambat situs-situs yang dianggap menebar kebencian sesama muslim.


Arab Saudi Terus Blokir Situs Web Syi’ah

SALAH satu negara Timur Tengah yang anti-Syiah adalah Arab Saudi. Bahkan untuk meminimalkan pengaruh Syi’ah di negara kaya minyak ini, pemerintah kerajaan telah memblokir beberapa situs Syiah yang selalu menyebarkan ajaran-ajaran yang sesat serta berita-berita palsu.
Hal ini mereka lakukan tidak lain untuk menjaga warga Saudi dari keburukan dan tipu daya yang dilancarkan oleh agen-agen Syi’ah tersebut.
Salah satu situs yang diblokir adalah Kantor Berita Syiah Internasional, ABNA, Ahlul Bait News Agency. Situs ini menyedikan layanan berita dalam berbagai bahasa didunia, termasuk dalam bahasa Indonesia. Sebagian isinya ada yang benar, namun kebanyakannya adalah fitnah dan kesesatan.
Selain itu, Perpustakaan Kitab-kitab Syiah Online, shiaonlinelibrary, termasuk situs yang dilarang di wilayah Kerajaan Saudi.
Kemungkinan masih banyak situs web Syiah lain yang diblokir oleh Kerajaan Saudi, karena jumlah situs Syiah yang diblokir terus bertambah.

Saudi Blokir Situs Propaganda Syiah


Kerajaan Arab Saudi memiliki keseriusan dalam melindungi warganya dari kesesatan Syiah, selain melarang penyebaran ajaran Syiah di kiblat kaum muslimin tersebut, beberapa website Syiah yang selalu menyebarkan ajaran-ajaran yang sesat serta berita-berita palsu, diblokir oleh pemerintah Arab Saudi. Hal ini mereka lakukan demi untuk menjaga kemurnian ajaran Islam dan melindungi rakyat Saudi dari keburukan dan tipu daya yang dilancarkan oleh agen-agen Syiah tersebut.
Salah satu website yang diblokir adalah Kantor Berita Syiah Internasional, ABNA, Ahlul Bait News Agency. Situs ini menyedikan layanan berita dalam berbagai bahasa di dunia, termasuk dalam bahasa Indonesia. Sebagian isinya ada yang benar, namun kebanyakannya adalah fitnah dan mempropagandakan kesesatan.
Selain itu, Perpustakaan Kitab-kitab Syiah Online, shiaonlinelibrary, termasuk situs yang dilarang di wilayah Kerajaan Penjaga Dua Tanah Suci.
Terakhir yang sempat kami dapati adalah situs Syiah dengan URL islamtimes.org, juga tidak bisa dibuka di wilayah Saudi.
Mungkin masih ada situs-situs Syiah lain yang diblokir oleh Kerajaan Saudi Arabia dan belum kami dapati. Namun jika Anda mencoba membuka 3 situs di atas di wilayah Arab Saudi, keterangannya akan muncul seperti gambar di atas. (lppimakassar/iz)