Tuesday, August 5, 2014

Akhirnya Emilia Renita Az (Isteri Jalal) Menyatakan Bahwasanya Syiah Adalah Agama Kotor Dan Vulgar

Senin, 24 Februari 2014
Pertanyaan kecil dari kami untuk dedengkot syiah “Emilia Renita Az”
Imam besar syiah “Al Khumaini” berkata :
و أما سائر الاستمتاعات كاللمس بشهوة و الضم و التفخيذ فلا بأس بها حتى فى الرضيعة
“Adapun segala cara untuk mencari kenikmatan seperti menyentuh-nyentuh dengan syahwat, dan memeluk, serta menggesek-gesek kemaluan ke paha maka tidak mengapa walaupun yang menjadi objek adalah seorang bayi berkelamin wanita yang masih menyusu” Tahrir Al Wasilah hal. 854 Kitab An Nikah Masalah ke 12
Beginilah ajaran syiah yang anda anut dan ini diajarkan oleh imam besar anda “Khumaini”.
Maka pertanyaan kecil dari kami (Al Amiry):
1- Saya meminta anak perempuan terkecil anda bila perlu yang masih menyusu, agar anak anda di gesek-gesek oleh dzakar penganut syiah ataupun imam besar anda.
= Relakah anak anda digitukan ??
- Jika anda tidak rela, kenapa anda tidak rela, sedangkan dalam kitab imam anda tertulis riwayat palsu yang diagung-agungkan syiah, Rasul bersabda:
مَنْ تَمَتَّعَ مَرَّةً كَانَ دَرَجَتُهُ كَدَرَجَةِ الْحُسَيِنِ عَلَيْهِ السَّلاَمُ وَمَنْ تَمَتَّعَ مَرَّتَيْنِ كَانَ دَرَجَتُهُ كَدَرَجَةِ الْحَسَنِ عَلَيْهِ السَّلاَمُ وَمَنْ تَمَتَّعَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ كَانَ دَرَجَتُهُ كَدَرَجَةِ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ عَلَيْهِ السَّلاَمُ وَمَنْ تَمَتَّعَ أَرْبَعَ مَرَّاتٍ فَدَرَجُتُهُ كَدَرَجَتِي
“Barangsiapa yang melakukan nikah mut’ah sekali maka derajatnya seperti Husain alaihissalam, dan barangsiapa yang nikah mut’ah dua kali maka derajat seperti derajat Hasan alaihissalam dan barangsiapa yang nikah mut’ah tiiga kali maka derajatnya seperti derajat Ali bin Abi Tholib alaihissalam dan barangsiapa yang nikah mutah empat kali sama seperti derajatku (nabi Muhammad)” Tafsir Manhaj Ash Shodiqin 2/493
Inilah riwayat dusta yang diagung-agungkan oleh agama syiah. Mengapa anda tidak memut’ahkan anak anda yang terkecil?? Bukankah itu ajaran agamamu dan fatwa imammu ?? Seharusnya anda rela untuk anak anda demi derajat Husain, Hasan, Ali, Rasulullah alaihimussalam. Mengapa ??
- Jika anda rela anak anda digesek-gesek oleh dzakar seseorang lelaki, maka fitrah keibuan anda telah rusak. Maka relakah fitroh keibuan anda lenyap disebabkan ajaran busuk syiah ??
Ibu mana yang rela anak nya diperlakukan seperti itu ?? Mengapa ??
2- Pertanyaan khusus kepada anda. Sudahkah anda melakukan nikah mut’ah atau sudah berapa kali anda melakukan nikah mut’ah ??
- Tolong disebutkan berapa kali anda melakukan mut’ah atau sama sekali anda belum melakukan mut’ah??
- Kalau anda belum pernah melakukan nikah mut’ah, maka mengapa ?? Apakah anda berani mendustakan ajaran syiah ?? Seharusnya anda berani sebagaimana yang dilakukan oleh imam anda yang telah ruju’ “Husain Al Musawi” Yang akhirnya mengingkari nikah mut’ah dan keluar dari ajarn syiah.
- Kalau anda sudah melakukannya, maka berapa kali anda melakukannya dan sama siapa saja anda nikah mut’ah ?? Atau imam anda ada yang bermut’ah dengan anda ?? Tolong jawab jujur, seharusnya anda bangga dengan nikah mut’ah yang anda lakukan dan jujur menjawabnya seperti Imam anda Khumaini. Maka jawab berapa kali anda menikah karena seharusnya anda bangga karena derajat anda seperti Husaein, Hasan dst. Maka jujur saja.
- Kalau anda tidak menjawabnya, mengapa ?? Karena malu ?? Kok malu ?? Berarti fitroh anda menyatakan Ajaran syiah malu-maluin. Maka ikutilah fitrah anda yang masih lurus.
Hadaakillah.
اللهم اهد أميليا إلى صراطك المستقيم
===============
Emilia Renita Az menanggapi:
Salam. Aduuuuh heboh banget siiih?  Aku msh di jalan, ان شـــــاء الله , nanti ba’da maghrib sampai di rmh.
Itu pertanyaannya vulgarbanget.  Aku ga pernah mut’ah, & aku ga minat mut’ah.  Apa ga ada pertanyaan yang lebih normal? Aku ini syiah, yang sangat menjaga iffaah. Aku jg ga tersentuh laki2 selain muhrimku.
Tanggapan kami (Al Amiry):
1- Pertama Emilia tidak pernah mut’ah dan tidak ingin mut’ah
Tanggapan kami (Al Amiry):
Padahal imam ajaran syiah mengancam setiap penganutnya yang tidak nikah mut’ah. Imam mereka mengatakan:
مَنْ خَرَجَ مِنَ الدُّنْيَا وَلَمْ يَتَمَتَّعْ جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَهُوَ أَجْدَعُ
“Barang siapa yang keluar dari dunia (wafat) dan dia tidak nikah mut’ah maka dia datang pada hari kiamat sedangkan kemaluannya terpotong” Tafsir manhaj ash shadiqin 2/489
Maka bagaimana dengan emilia yang tidak pernah mut’ah bahkan tidak ingin mut’ah ?? Apa masuk dalam ancaman ini ?? Ataukah Emilia sudah mengingkari ajaran sesatnya dan ingin ruju’ menuju sunni ??
2- Perkataan emilia: “Aku ini syiah yang sangat menjaga iffah (kehormatan)”
Tanggapan kami (Al Amiry):
è Berarti menurutnya syiah yang nikah mut’ah tidak menjaga iffahnya. Padahal Imam Khumaini (Imam besarnya Syiah) nikah mut’ah tanpa malu, berarti dalam kata lain Imam khumaini tidak memiliki iffah
è  Berarti syiah memang bukan agama yang menjaga iffah penganutnya, karena syiah mengajari nikah mut’ah dan mengancam yang tidak nikah mut’ah. Berarti Emilia pun meyakini syiah tidak memiliki kehormatan.
Maka, bagiamana pendapat kalian wahai ikhwah sekalian ?? Sudah terbukti bukan ??
Kita masih menunggu peryataan lainnya, tentang nikah mut’ah anak kecil yang difatwakan “Imam Khumaini”
===============
Emilia juga berkata:
” Ma’aaaaf yaaa.. & aku tetap menghormati pilihan kalian utk tetap jd sunni, wahabi, salafi dll, & kuharap kalian jg hormati pilihanku mjd shia Ali(as).”
Tanggapan kami (Al Amiry):
è  Wahai Emilia, anda sendiri tidak menghormati ajaran syiah dengan menyatakan bahwasanya yang nikah mut’ah tidak bisa menjaga kehormatannya. Bukankah yang ngajari mut’ah adalah agama syiah ??
Terlebih kami yang sunni.. Maka tidak mungkin kami menghormati ajarn kalian. Anda saja tidak menghormati agama syiah, apalagi kami yang sunni, maka tidak akan mungkin kami menghormati syiah.
è Perkataan anda: “aku tetap menghormati pilihan kalian utk tetap jd sunni” Maka kami jawab: Bagaimana kalian menghormati sunni, sedangkan kalian sangat menghina pemimpin Sunni (Abu Bakr dan Umar).
Jadi jangan cuma bicara, harus anda amalkan perkataan anda. Anda harus menghormati Abu Bakr, Umar, Utsman dan seluruh sahabt maka kami akan menghormati anda.
è Karena kami ingin menghormati anda, maka kami berusaha membawa anda menuju hidayah Allah. Kalau kami tidak menghormati anda maka akan kami biarkan anda dan pengikut-pengikut anda dalam jurang kesesatan.
Jadi harus anda perhatikan.
Sunni dan syiah bagaikan air dan minyak. Tidak akan mungkin dapat disamakan.
Karena ushul akidah mereka pun berbeda. Na’am.
Anda diperkenankan untuk menyebarkan, re-publikasi, copy-paste atau mencetak artikel yang ada di al-amiry.blogspot.com dengan menyertakan al-amiry.blogspot.com sebagai sumber artikel.

- See more at: http://www.nahimunkar.com/akhirnya-emilia-renita-az-isteri-jalal-menyatakan-bahwasanya-syiah-adalah-agama-kotor-dan-vulgar/#sthash.fzXnChx1.dpuf

Beberapa Riwayat tentang Kafirnya Abu Thaalib dan Pastinya Ia Masuk Neraka Jahannam

http://abul-jauzaa.blogspot.com/2010/03/beberapa-riwayat-tentang-kafirnya-abu.html
Diposkan oleh Abu Al-Jauzaa' : di 21.00 
Label: 'AqidahSyi'ah

١ - عن سعيد ابن المسيب، عن أبيه قال : ما حضرت أبا طالب الوفاة، جاءه رسول الله صلى الله عليه وسلم، فوجد عنده أبا جهل وعبد الله بن أبي أمية بن المغيرة، فقال: (أي عم، قل لا إله إلا الله، كلمة أحاج لك بها عند الله). فقال أبو جهل وعبد الله بن أبي أمية: أترغب عن ملة عبد المطلب، فلم يزل رسول الله صلى الله عليه وسلم يعرضها عليه، ويعيدانه بتلك المقالة، حتى قال أبو طالب آخر ما كلمهم: على ملة عبد المطلب، وأبى أن يقول: لا إله إلا الله، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (والله لأستغفرن لك ما لم أنه عنك). فأنزل الله: {ما كان للنبي والذين آمنوا أن يستغفروا للمشركين}. وأنزل الله في أبي طالب، فقال لرسول الله صلى الله عليه وسلم: {إنك لا تهدي من أحببت ولكن الله يهدي من يشاء}.
1.      Dari Sa’id bin Al-Musayyib, dari ayahnya ia berkata : Ketika Abu Thaalib hampir mati, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengunjunginya dan beliau mendapati Abu Jahl dan ‘Abdullah bin Abi Umayyah bin Al-Mughiirah di sisi Abu Thaalib. Nabishallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Wahai pamanku, ucapkanlah Laa ilaaha illallaah; satu kalimat yang aku dapat berhujjah membelamu kelak di hadapan Allah”. Abu Jahl dan ‘Abdullah bin Abi Umayyah berkata : “Wahai Abu Thaalib, apakah engkau membenci agama ‘Abdul-Muthallib ?”. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak henti-hentinya mengulangi kalimat tersebut agar Abu Thaalib mengucapkannya, namun keduanya (Abu Jahl dan ‘Abdullah bin Umayyah) juga mengulang apa yang telah mereka katakan sebelumnya. Hingga akhir perkataan Abu Thaalib saat kematiannya adalah : di atas agama ‘Abdul-Muthallib, dan menolak untuk mengucapkan Laa ilaaha illallaah. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallambersabda : “Demi Allah, sungguh aku akan memintakan ampun kepadamu selama tidak dilarang”. Maka Allah menurunkan ayat : “Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasannya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahannam” (QS. At-Taubah : 113). Ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abu Thaalib. Dan Allah berfirman kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Sesungguhnya kamu tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu cintai, tetapi Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki” (QS. Al-Qashshash : 56) [Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy no. 4675, 4772; Muslim no. 24; Ahmad 5/433; dan yang lainnya].

٢ - عن أبي هريرة؛ قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لعمه : "قل: لا إله إلا الله، أشهد لك بها يوم القيامة" قال: لولا أن تعيرني قريش. يقولون: إنما حمله، على ذلك، الجزع. لأقررت بها عينك. فأنزل الله: {إنك لا تهدي من أحببت ولكن الله يهدي من يشاء}.
2.      Dari Abu Hurairah, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam kepada pamannya (Abu Thaalib) : “Katakanlah : Laa ilaaha illallaah, yang dengan itu aku bersaksi untukmu kelak di hari kiamat”. Abu Thaalib berkata : “Seandainya saja orang-orang Quraisy tidak mencelaku dengan mengatakan : ‘Sesungguhnya dia hanya mengatakan karena akan mati saja’ ; niscaya aku akan mengikrarkan kalimat itu untuk menyenangkanmu”. Maka Allah menurunkan ayat :“Sesungguhnya kamu tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu cintai, tetapi Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 25, Abu ‘Awanah 1/15, At-Tirmidzi no. 3188, dan yang lainnya].
٣ - عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه : أنه سمع رسول الله صلى الله عليه وسلم، وذكر عنده عمه أبو طالب، فقال : (لعله تنفعه شفاعتي يوم القيامة، فيجعل في ضحضاح من النار يبلغ كعبيه، يغلي منه أم دماغه).
3.      Dari Abu Sa’iid Al-Khudriy radliyallaahu ‘anhu, bahwasannya ia mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang saat itu disebutkan di sisi beliau perihal pamannya Abu Thaalib, maka beliau bersabda : “Semoga syafa’atku bermanfaat baginya pada hari kiamat. Karena itu dia ditempatkan di neraka yang paling dangkal. Api neraka mencapai mata kakinya, yang dengan itu otaknya mendidih” [HR. Al-Bukhari no. 3885 & 6564, Muslim no. 210; dan yang lainnya].
٤ - عن العباس بن عبد المطلب رضي الله عنه : قال للنبي صلى الله عليه وسلم : ما أغنيت عن عمك، فإنه كان يحوطك ويغضب لك؟ قال: (هو في ضحضاح من نار، ولولا أنا لكان في الدرك الأسفل من النار).
4.      Dari Al-‘Abbaas bin ‘Abdil-Muthallib radliyallaahu ‘anhu, ia berkata kepada Nabishallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Apakah engaku bisa memberikan sesuatu kepada pamanmu (Abu Thaalib). Sesungguhnya ia dulu telah melindungimu dan marah untukmu”. Beliau bersabda : “Ia berada di pinggir neraka. Seandainya saja bukan karena aku (syafa’atku), niscaya ia berada di dalam kerak neraka paling dalam”[Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy no. 3883 & 6208 & 6572, Muslim no. 209, dan yang lainnya].
Adapun hujjah kaum Syi’ah yang menyatakan bahwa Abu Thaalib tidak kafir dan masuk Islam diantaranya sebagai berikut :
أخبرنا أبو عبد الله الحافظ قال حدثنا أبو العباس محمد بن يعقوب قال حدثنا أحمد بن عبد الجبار قال حدثنا يونس بن بكير عن ابن إسحاق قال حدثني العباس بن عبد الله بن معبد عن بعض أهله عن ابن عباس قال لما أتى رسول الله أبا طالب في مرضه فقال له أي عم قل لا إله لا الله أستحل لك بها الشفاعة يوم القيامة فقال يا ابن أخي والله لولا أن تكون سبة عليك وعلى أهل بيتك من بعدي يرون أني قلتها جزعا حين نزل بي الموت لقلتها لا أقولها إلا لأسرك بها فلما ثقل أبو طالب رئي يحرك شفتيه فأصغى إليه العباس ليستمع قوله فرجع العباس عنه فقال يا رسول الله قد والله قال الكلمة التي سألته فقال النبي لم أسمع
Telah mengkhabarkan kepada kami Abu ‘Abdillah Al-Haafidh, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Abul-‘Abbaas Muhammad bin Ya’quub, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin ‘Abdil-Jabbaar, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Yuunus bin Bukair, dari Ibnu Ishaaq, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Al-‘Abbaas bin ‘Abdillah bin Ma’bad, dari sebagian keluarganya, dari Ibnu ‘Abbaas, ia berkata : “Ketika Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjenguk Abu Thaalib saat ia sedang sakit, maka beliau bersabda kepadanya : “Wahai pamanku, katakanlah Laa ilaha illallaah yang dengan itu aku menghalalkan bagimu syafa’at di hari kiamat”. Abu Thaalib berkata : “Wahai keponakanku, demi Allah seandainya saja bukan karena celaan yang akan dialamatkan kepadamu dan keluargamu setelahku dimana aku mengucapkan kalimat itu karena kematian menghampiriku, niscaya aku akan mengucapkannya untuk membahagiakanmu”. Ketika kematian hampir menjemputnya, aku melihatnya menggerakkan kedua bibirnya, maka Al-‘Abbaas pun mendekat untuk mendengarkan apa yang dikatakannya. Al-‘Abbaas kembali dan berkata : “Wahai Rasulullah, demi Allah, sungguh ia telah kalimat yang engkau minta tadi”. Nabi bersabda : “Aku tidak mendengarnya” [Diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy dalam Dalaailun-Nubuwwah, 2/346].
Al-Haafidh Ibnu Katsir rahimahullah berkata :
أن في السند مبهما لا يعرف حاله وهو قوله " عن بعض أهله " وهذا إبهام في الاسم والحال، ومثله يتوقف فيه لو انفرد
“Bahwasannya dalam sanadnya terdapat perawi mubham yang tidak diketahui keadaannya, yaitu dalam perkataannya : ‘dari sebagian keluarganya’. Ketidakjelasan ini ada dalam nama dan keadaannya. Dan yang seperti ini tidaklah bias diterima jika ia bersendirian” [As-Siiraah An-Nabawiyyah, 2/125].
Selain itu, riwayat tersebut jelas-jelas bertentangan dengan hadits-hadits di atas yang menyatakan kekafiran Abu Thaalib, khususnya hadits no. 4.
Al-Haafidh Ibnu Hajar rahimahullah berkata :
فهذا هو الصحيح برد الرواية التي ذكرها بن إسحاق إذ لو كان قال كلمة التوحيد ما نهى الله تعالى نبيه عن الاستغفار له. وهذا الجواب أولى من قول من أجاب بأن العباس ما أدى هذه الشهادة وهو مسلم وإنما ذكرها قبل أن يسلم فلا يعتد بها
“Inilah yang benar (yaitu hadits no. 4 – Abul-Jauzaa’), yang membantah riwayat yang disebutkan Ibnu Ishaaq. Seandainya Abu Thaalib benar-benar mengucapkan kalimat tauhid, niscaya Allah ta’ala tidak akan melarang Nabi-Nya untuk memintakan ampun baginya. Inilah jawaban yang lebih utama daripada jawaban yang diberikan pihak mengatakan bahwa Al-‘Abbaas tidak menyampaikan persaksian tersebut dalam keadaan muslim, karena ia menyebutkan itu sebelum masuk Islam sehingga (persaksiannya itu) tidak diperhitungkan[1]” [Al-Ishaabah, 7/114].
Oleh karena itu, kualitas hadits ini adalah munkar.
ومن طريق ابن المبارك عن صفوان بن عمرو عن أبي عامر الهوزني أن رسول الله صلى الله عليه وسلم خرج معارضاً جنازة أبي طالب وهو يقول: " وصلتك رحم
Dari jalan Ibnul-Mubaarak, dari Shafwaan bin ‘Amr, dari Abu ‘Aamir Al-Hauzaniy : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam keluar meninggalkan jenazah Abu Thaalib. Beliau bersabda : “Aku telah menyambung silaturahim kepadamu” [Al-Ishaabah, 7/113].
Ibnu Hajar rahimahullah mengomentari :
وأما الثالث وهو أثر الهوزني فهو مرسل ومع ذلك فليس في قوله: " وصلتك رحم " ما يدل على إسلامه بل فيه ما يدل على عدمه وهو معارضته لجنازته ولو كان أسلم لمشى معه وصلى عليه.
“Adapun yang ketiga, yaitu atsar Al-Hauzaniy, maka ia mursal. Bersamaan dengan itu, perkataan beliau ‘Aku telah menyambung silaturahim kepadamu’ tidaklah menunjukkan keislaman Abu Thaalib. Bahkan itu menunjukkan tidak islamnya Abu Thaalib karena saat itu beliau keluar meninggalkan jenazah Abu Thaalib. Seandainya ia telah masuk Islam, niscaya beliau akan berjalan mengantar jenazahnya dan menyalatkannya” [Al-Ishaabah, 7/114].
ومن طريق عبد الله بن ضميرة عن أبيه عن علي أنه لما أسلم قال له أبو طالب: الزم ابن عمك.
Dari jalan ‘Abdullah bin Dlamiirah, dari ayahnya, dari ‘Aliy : Bahwasannya ketika ia masuk Islam, Abu Thaalib berkata kepadanya : “Tetapilah/ikutilah anak pamanmu (yaitu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam)” [Al-Ishaabah, 7/113].
Dan yang lainnya semakna riwayat di atas [silakan lihat Al-Ishaabah, 7/113]. Ini pun tidak menunjukkan keislaman Abu Thaalib. Yang ada hanyalah perintahnya kepada anaknya (‘Aliy – dan di dalam riwayat lain : Ja’far) untuk menetapi Rasulullahshallallaahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan ia sendiri masih ada dalam agama nenek moyangnya karena takut celaan kaumnya (sehingga enggan masuk Islam hingga meninggal).
Wallaahu a’lam.
[Abu Al-Jauzaa’ – perumahan ciomas permai – http://abul-jauzaa.blogspot.com]. 



[1]      Yaitu perkataan Al-Baihaqiy dalam Dalaailun-Nubuwwah, 2/346.


Tobatnya Tokoh Syiah di Iran [ 2 ]

Januari 3, 2012
Tobatnya Ayatullah `Uzma As Sayyid Abu Al Fadhl
Syi`ah tertusuk pada jantungnyua, tatkala seorang Ayatullah Al `Uzma As Sayyid Abu Al Fadhl mengumumkan taubat dan keluarnya dari agama Syi`ah yang kotor itu, akal mereka tidak siap menerima kenyataan pahit seperti ini. Belum sembuh borok akibat Ahmad AlKisrawi Rahimahullah yang bertaubat mendapat hidayah kepangkuan Islam dan memproklamirkan kebatilan agama Syi`ah Imamiyah Ja`fariyah, disusul dengan bala` susulan dengan taubatnya Ayatullah Al `Uzma As Sayyid Abu Al Fadhl Al Burqu`i yang diberi hidayah oleh Allah dan dilapangkan dadanya menerima Islam, menyambut panggilan kebenaran meninggalkan kebathilan dan orang-orangnya. Keluarnya Ayatullah Al `Uzma Al Burqu`i benar-benar mengguncang Syi`ah, karena ia (Al Burqu`i) memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan berpengaruh.
Sekapur Sirih tentang Al Burqu`i

Dia adalah Sayyid Abu Fadhl bin Muhammad At Taqiy bin Ali bin Musa Ar Ridha Al Burqu`i. Nasabnya kembali kepada jalur Ahlul Bait. Dia adalah selevel dengan Khumaini dalam hal ilmu, hanya saja Khumaini lebih tinggi peringkatnya dalam referensi agama Syi`ah. Dia merupakan salah satu mercusuar agama Syi`ah kala itu. Dia mengumandangkan taubatnya setelah menjadi jelas baginya kesesatan agama Imamiyah Ja`fariyah.
Peristiwa itu terjadi sebelum revolusi Iran, hal ini merupakan pukulan berat bagi Syi`ah secara umum dan bagi negara Iran secara khusus. Telah ditegakkan upaya-upaya penculikannya dan pembunuhannya. Satu diantara upaya itu hampir menghabisi hidupnya ketika salah seorang Iran menembakkan peluru ke arahnya yang sedang berdiri shalat, maka tidak ayal, peluru pun menembus pipi kirinya dan tembus keluar dari pipi kanannya.
Dengan pertolongan Allah, dia bisa selamat dari tragedi ini. Dia bergabung dengan jama`ah ahlus sunnah dan salaf di Iran, shalat Jum`at serta jama`ah di Teheran, kawasan luar `Ghadzar Wazir Daftar`.
Pemerintah menekan dan mempersempit ruang geraknya, dengan menguasai masjidnya secara paksa. Sementara gereja-gereja Nashrani dan sinagog-sinagog Yahudi menghirup udara segar dan bernafas dengan aman hingga ia menyebutkan dalam kitab-kitabnya, Sesungguhnya di negeri kami ini, orang-orang Kristen, Yahudi dan Sekuler yang anti agama bisa hidup dengan nyaman. Sementara ahlus sunnah tidak pernah merasa tenang di negeri kami ini dan tidak bisa hidup ditengah-tengah orang-orang musyrik itu.
Dia menulis banyak kitab, antara lain:Kasr Ash Shanam (Menghancurkan Berhala), yaitu bantahan terhadap Ushul Al Kafi, tertuang dalam 411 halaman dan dari sela-selanya dia mengurangi akidah Syi`ah dan menunjukkan kebatilannya.
Tadhad Mafatih Al Jinan (Kontradiksi Kitab Kunci-Kunci Surga), kitab bantahan terhadap kitab Mafatih Al Jinan yang memuat doa-doa ziarah kubur dan tempat-tempat sakral lainnya serta doa haji ke makam. Kitab Mafatih Al Jinan ini tergolong kitab terpenting bagi Syi`ah yang selalu mereka bawa kemana mereka pergi. Didalamnya banyak ungkapan-ungkapan syirik, kufur dan ingkar Allah. Kitab bantahannya tertuang dalam 209 halaman.
Dirasah fi Ahadits Al Mahdi (Studi tentang Hadits-hadits Mahdi), dia membongkar bangunan khurafat Al Mahdi versi Syi`ah dengan hujah (normatif rasional) dan burhan (demonstratif).
Al Jami` Al Manqul fii Sunan Ar Rasul (Penghimpun yang Ternukul tentang Sunnah-sunna Rasul). Dia menghimpun hadits-hadits shahih ahlus sunnah yang dicocokkan dengan hadits-hadits yang ada pada Syi`ah. Ushlub (metode) atau teknik ini membuktikan bahwa Syi`ah tidak mengambil kebenaran melainkan taqlid buta dan fanatik dengan hawa nafsu dan kesesatan. Kitab ini tertuang dalam 1406 halaman.
Dirasah Nushush Al Imamah (Studi tentang Nash-nash Imamiyah). Disini dia menetapkan dengan dalil-dalil dan bukti-bukti yang pasti bahwa khilafah adalah haqq dan imamah yang mereka yakini adalah tidak berasal dan tidak berdasar, ia hanyalah kebohongan yang nyata. Kitab ini tertuang dalam 170 halaman.
Disamping itu masih banyak karya-karyanya yang lain seperti: Naqd `Ala Al Muraja`at dan Tadhad Madzhab Al Ja`fari Ma`a Quran wa al Islam. Dia juga menterjemahkan mukhtashar Minhaj As Sunnah karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ke dalam bahasa Persia.
Yang sangat mengherankan adalah bahwa Sayyid Al Burqu`i ini dulunya termasuk pemimpin gerakan melawan Ahmad Al Kisrawi Al Irani yang lebih dulu mengumumkan kebathilan Syi`ah. Dia sangat produktif dan dinamis dalam membantah pemikiran-pemikiran Ahmad Al Kisrawi, dan membela agama Syi`ah secara mati-matian. Tetapi Allah ingin menghinakan Syi`ah mulai dari ubun-ubun hingga di bawah telapak kaki, Dia menunjukkan ke jalan Islam. Sayyid Al Fadhl bukanlah Syi`ah awam, melainkan simbol dan mercusuar bagi Syi`ah yang ditunjuk dengan unung jari, dia mengemban gelar Ayatullah al `Uzma.
Perlu pembaca ketahui, Syaikh Al Burqu`i setelah mendapat hidayah dia mengumumkan dan mengajak bahwa siapa saja yang pernah membayar khumus kepada dirinya, dia siap mengembalikannya, karena dia telah mengakui haramnya harta tadi yang dicuri dan dirampas dari tangan manusia. Dia telah memfatwakan haram mengambil khumus dari selain rampasan parang seperti keyakinan yang ada pada kaum muslimin.
Akhirnya syi`ah telah memiliki pilihan lain untuk terbebas dari pengaruh selain memvonis penjara selama tiga puluh tahun tanpa memperhatikan usianya yang lanjut. Dan Syaikh Al Burqu`i meninggal dunia setelah matinya Khumaini.
Renungkanlah bersama-sama, Syi`ah mengaku setia dan cinta kepada Ahlul Bait, bagaimana mereka memperlakukan Syaikh Al Burqu`i Rahimahullah? Padahal ia termasuk cucu dan keturunan Ahlul Bait.
Lihatlah bagaimana upaya mereka dalam menculik dan mem%@!#$& orang yang nasabnya kembali kepada Ahlul Bait? Lihatlah akhirnya, bagaimana mereka mengurung dalam penjara dengan vonis 30 tahun tanpa ada belas kasih?!
Apakah mereka termasuk orang yang patut dicontoh? Kemanakah perginya cinta mereka yang didengung-dengungkan itu? Di manakah bersembunyi?
Telah banyak kaum Syi`ah yang terpengaruh dengan gerakan Syaikh Al Burqu`i Rahimahullah. Maka sebagian peneliti dan pencari kebenaran serta para mullah mulai mengkaji kembali dan berfikir ulang tentang ritus-ritus paganisme yang ada pada mereka.
Hasilnya sebagian mereka kembali kepada kebenaran dan yang lain menyembunyikan taubatnya karena takut disakiti. Belum lewat tahun-tahun yang panjang, Allah sudah menimpakan musibah yang lain lagi kepada Syi`ah. Pada saat-saat ini seorang guru besar mereka Ustadz (Prof.) Ahmad Al Khatib Al Irani mengumumkan batilnya wilayah (imamah), rusaknya ishmah imam, khurafat Mahdi Muntazhar, dan bahwa Ahlul Bait (Ali Radhiyallahu `anhu dan anak-anaknya) adalah penganjur dan penyeru musyawarah, tidak memiliki ambisi menjadi sultan.
Dia juga menyebutkan bahwa tasyayyu` rentan dengan penyelewengan dari pangkalan yang sebenarnya. Maka dia menulis dalam kitabnya, Min Asy Syura ila Wilayah al Faqih:
Didalam permulaan sejarah, terdapat banyak sahabat dan tabi`in pilihan menanggulangi penyimpangan politik dan sikap egois, mereka menyerukan reformasi dan perbaikan dengan kembali ke sistem syura. Dan yang paling depan di antara mereka adalah ahlul bait, keluarga Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam. Mereka adalah sosok-sosok manusia yang paling zuhud terhadap dunia. Tidak memiliki ambisi terhadap kekuasaan dan tidak pula rela mengikut para pemimpin yang menyimpang dalam menegakkan pemerintah dengan sistem warisan. Mereka justru menyeru pengembalian kekuasaan ke tangan umat Islam, melalui ahlul haili wal `aqdi dan menghormati suara dan keinginannya.
Begitulah Syi`ah pada generasi-generasi awal, para revolusioner yang mengibarkan bendera syra, melawan anarkhisme dan egoisme. Akan tetapi prinsip-prinsip tasyayyu` (dukung mendukung) telah mengalami pencorengan dan penyimpangan dengan adanya arus asing yang baru yang menenggelamkan risalah ahlul bait dan menghilangkannya dari ingatan masyarakat. Hal yang mengakibatkan perjalanan Syi`ah dalam berabad-abad penuh dengan kebingungan, kemandegan, keterasingan dan keluar dari layar sejarah.
Perlu kita ingatkan, bahwa mulai terungkap di tengah-tengah pemuda dan pemudi Iran, khurafat Mahdi Muntazhar. Mereka menjadikan sosok Mahdi Syi`i sebagai bahan lelucon, dan permainan yang menjadi bahan tertawaan dan lawak-lawak di panggung-panggung teater mereka. Maka bergulirlah perbincangan tentang kelucuan Mahdi buatan di kalangan masyarakat Syi`ah.
Karena itu para mullah bergerak menyebarkan agama Syi`ah di luar wilayah Iran dan di luar masyarakat Syi`i yang sudah memahami alur ceritanya. Mereka memanfaatkan harta untuk menyebarkan agama kotor ini, mereka tidak lain adalah tumbal-tumbal yang disuguhkan kepada bangsa-bangsa Iran Parsi agar bertambah imannya kepada khurafat Mahdi, sehingga menjadi lekat dongeng itu dalam pikiran.
Begitulah pukulan demi pukulan menerpa dada Syi`ah, belum hilang panasnya tamparan sudah melayang tamparan lain. Berkas cahaya pasti merobek hijab kegelapan, lalu akalpun menjadi tenang dan cerah satu demi satu, sehingga sekalipun lapisan-lapisan kegelapan dari para pemimpin kesesatan berusaha menutupi kenyataan dan berusaha mengusir dan menghalau sorot-sorot cahaya.
Sesungguhnya kebenaran pasti tampil, aqidah shahihah adalah batu besar yang padat yang tidak lapuk dan rontok karena tiupan badai khurafat, tiupan bid`ah dan ombak dhalalah.
Maraji` : Gen Syi`ah Sebuah Tinjauan Sejarah, Penyimpangan Aqidah dan Konspirasi Yahudi, Mamduh Farhan Al Buhairi, Penerbit Darul Falah, hal 243-247


Apa Alasan Saudi Masih Mengijinkan Syiah Berhaji Ke Mekah?


Jika Paham Syiah Kafir, Mengapa Masih Diizinkan Berhaji?
Assalamu’alaykum.. Ustadz, apakah masih bolehnya orang syiah berhaji ke mekkah bisa menjadi dasar bahwa syiah tidak kafir, krn orang kafir tdk boleh masuk mekkah. Apakah syiah zaidiyyah dan ja’fariyah masih bagian dari islam?Apakah syiah Rafidhah telah kafir secara mutlak? Mhn penjelasan. Syukron.
Dari: Abu Tsuraya
Jawaban:
Wa alaikumus salam
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Pertanyaan ini mungkin menjadi tanda tanya besar sebagian orang. Bahkan umumnya kaum muslimin yang membaca berita tentang syiah, bertanya-tanya tentang hal ini. Jika memang syiah kafir, mengapa masih diizinkan untuk berhaji? Mengapa masih diizinkan untuk masuk masjidil haram? dst.
Dan mungkin karena alasan inilah, sebagian orang meragukan kekufuran syiah. Benarkah syiah itu kafir? Sebagian mengatakan kafir, sebagian belum tega menyatakan kafir. Namun, dengan munculnya perbedaan ini pada kaum muslimin, setidaknya kita bisa berkesimpulan sejatinya kaum muslimin telah sepakat bahwa syiah adalah sesat. Hanya saja mereka berbeda pendapat, apakah kesesatan syiah sudah sampai pada tingkat layak dikafirkan ataukah belum. Ini bagian penting yang perlu kita catat.
Kita beralih pada inti pertanyaan, jika syiah kafir, mengapa syiah masih diizinkan untuk berhaji dan mendatangi tanah suci?
Ada beberapa pendekatan untuk menjawab pertanyaan ini,
Pertama, kaum muslimin sepakat bahwa syiah adalah sesat. Kami tidak perlu menyebutkan bukti akan hal ini, karena sudah terlalu banyak. Dan kesesatan syiah bertingkat-tingkat. Karena sekte syiah terpecah berkeping-keping menjadi sekian banyak sekte. Ada yang mendekati ahlus sunah, ada yang pertengahan, bahkan ada yang memiliki ajaran berbeda dengan berbagai prinsip ajaran islam.
Diantara sekte syiah yang dinyatakan paling dekat dengan ajaran islam dari pada sekte lainnya adalah syiah zaidiyah, yang banyak tersebar di yaman. Sekte ini tidak mengkafirkan sahabat, dan banyak bersebarangan dengan sekte imamiyah di Iran, karena itu ada sebagian orang yang menolak ketika zaidiyah disebut syiah. (simak Al-Farq baina Al-Firaq, 1/15).
Disamping itu, tidak semua orang syiah paham tentang islam dan inti ajaran islam. Bahkan bisa jadi, sebagian besar hanyalah korban ideologi sesat. Sebagaimana layaknya PKI masa silam. Kita yakin, tidak semua para petani tebu paham apa itu komunis, tahunya hanya ikut kumpul-kumpul dan dipanasi untuk melawan pemerintah.
Kami menduga kuat, sebagian besar orang syiah hanya korban ideologi. Masyarakat syiah sampang, bisa jadi, mereka sama sekali tidak paham dan tidak tahu menahu apa itu syiah, apa itu aqidah imamiyah. Mereka hanya didoktrin: cinta ahlul bait.. cinta ahlul bait… dan selain kelompok mereka, divonis membenci ahlul bait. Anda bisa menyimak pengakuan mereka di: Taubatnya 3 Wanita Syiah .
Memahami latar belakang ini, Iran menjadi negara yang sangat eksklusif. Tidak semua chanel TV bisa diakses di Iran. Karena pemerintah sangat khawatir, masyarakatnya terpengaruh dengan dakwah islam yang disiarkan melalui satelit. Demikian informasi yang saya dengar dari salah seorang doktor dari Universitas Islam Madinah.
Karena itulah, perlu dirinci antara hukum untuk sekte dan hukum untuk penganut sekte. Para ulama membedakan antara hukum untuk sekte syiah dan hukum untuk penganut sekte syiah. Sekte syiah yang mengajarkan prinsip yang bertentangan dengan inti ajaran islam, seperti mengkafirkan Abu Bakar, Umar, dan beberapa sahabat lainnya. Atau menuduh A’isyah radhiyallahu ‘anha berzina. Sekte semacam ini dihukumi kafir. Karena dengan prinsip ini, menyebabkan orang menjadi murtad, keluar dari islam.
Demikian pula hukum untuk penganut syiah. Pendapat yang tepat dalam hal ini, tidak menyama-ratakan hukum mereka. Bisa jadi ada sebagian diantara mereka yang memahami bahwa ajaran syiah itulah islam. Seperti kesaksian 3 wanita syiah yang taubat di atas. Sejak lahir hingga besar, yang dia tahu bahwa islam adalah apa yang mereka dengar di lingkungannya.
Lebih dari itu, mereka yang datang ke tanah suci, tidak diketahui dengan pasti aqidahnya.Mereka datang dengan passport resmi negara. Dan akan sangat tidak memungkinkan untuk ngecek satu-satu aqidah setiap orang yang datang ke tanah suci. Bisa dipastikan, semacam ini tidak mungkin dilakukan.
Sebagai gambaran yang lebih mendekati, dukun termasuk sosok orang kafir yang gentayangan di manapun. Karena mereka mempraktekkan sihir. Dan di indonesia, dukun yang merangkap kiyai sangat banyak. Bahkan sebagian mereka menjadi pembimbing haji, karena punya banyak pengikut. Secara aturan, mereka terlarang masuk masjidil haram. Tapi bagaimana mereka bisa difilter??
Kedua, mengapa pemerintah Saudi tidak membuat pengumuman besar, syiah dilarang berhaji. Sehingga menjadi peringatan bagi mereka untuk tidak masuk masjidil haram.
Barangkali pertanyaan inilah yang lebih mendekati. Mengapa pemerintah Saudi tidak melarang dengan tegas orang syiah untuk tidak berhaji? Padahal mereka sempat bikin onar di makam Baqi’, dengan mencoba membongkar kuburan A’isyah. Anda bisa saksikan tayangan ini:
Anak-anak syiah meneriakkan Labbaika ya Husain… (ganti dari labbaik Allahumma labbaik). Mereka mengambili tanah satu kuburan, yang disangka kuburan A’isyah. Mereka ingin membongkarnya, tapi diusir oleh Askar.
Mengapa mereka dibiarkan?
Pembaca yang budiman, anda bisa menilai kebijakan ini.
Pemerintah Saudi memahami bahwa Mekah dan Madinah, bukan semata urusan negara. Tapi urusan kaum muslimin di seluruh sedunia. Mereka yang berhaji, yang datang ke tanah suci, tidak hanya muslim ahli tauhid, tapi pembela syirik yang mengaku muslim juga sangat banyak.Karena itulah, banyak situs haji yang disalah gunakan oleh pembela kesyirikan, tetap dibiarkan di Saudi.
Pemerintah Saudi menggunakan prinsip toleran.
Membongkar situs semacam ini, bisa jadi akan membuat banyak kaum muslimin marah, dan menimbulkan kekacauan. Sungguh aneh, ketika ada orang yang menuduh, pemerintah Saudi ingin menghancurkan kuburan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Penjelasan selengkapnya, bisa anda simak di: Fitnah Arab Saudi akan Menggusur Makam Nabi
Kemudian, sejatinya pemerintah Saudi menerapkan politik yang pernah diterapkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sekte syiah adalah sekte sesat. Terutama sekte Syiah Iran, yang mengkafirkan seluruh sahabat dan kaum muslimin. Mereka mayakini Al-Quran tidak otentik dan telah diubah. Bahkan salah satu tokohnya: At-Thibrisy, menulis satu buku untuk membuktikan bahwa Al-Quran yang dipegang kaum muslimin tidak otentik. Buku itu berjudul: فصل الخطاب في تحريف كتاب رب الأرباب [Kalimat pemutus tentang adanya penyimpangan dalam kitab Tuhan]. Dia menyebutkan berbagai sumber syiah untuk meyakinkan umat bahwa Al-Quran yang ada di tangan kaum muslimin telah dipalsukan sahabat. (Maha Suci Allah dari tuduhan keji mereka). Sementara itu, mereka memiliki prinsip taqiyah, berbohong untuk mencari aman. Sehingga tidak mungkin bisa ditangkap dengan bukti yang terang.
Di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, keadaan yang paling mirip dengan mereka adalah orang munafik. Ketika berkumpul bareng kaum muslimin, mereka sok muslim, ikut shalat jamaah, ikut jihad, menampakkan dirinya sebagaimana layaknya muslim. Begitu mereka kumpul dengan sesama munafik, baru mereka menampakkan kotoran hatinya, dan upayanya untuk menghancurkan islam. Allah berfirman tentang mereka,
وَيَقُولُونَ طَاعَةٌ فَإِذَا بَرَزُوا مِنْ عِنْدِكَ بَيَّتَ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ غَيْرَ الَّذِي تَقُولُ وَاللَّهُ يَكْتُبُ مَا يُبَيِّتُونَ فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ وَكِيلًا
Mereka orang-orang munafik mengatakan: “(Kewajiban Kami hanyalah) taat”. tetapi apabila mereka telah pergi dari sisimu, sebahagian dari mereka mengatur siasat di malam hari (mengambil keputusan) lain dari yang telah mereka katakan tadi. Allah menulis siasat yang mereka atur di malam hari itu, Maka berpalinglah kamu dari mereka dan tawakallah kepada Allah. cukuplah Allah menjadi Pelindung. (QS. An-Nisa: 81)
Kita tidak boleh berpikiran, bisa jadi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak tahu siapa saja orang munafik. Kita tidak boleh berpikir demikian. Karena berarti kita suudzan kepada Allah. Bagian dari penjagaan Allah kepada Nabi-Nya adalah dengan memberikan informasi siapa saja musuh beliau, termasuk musuh dalam selimut, yaitu orang munafik. Allah menurunkan beberapa wahyu dan ayat yang menjelaskan siapa mereka. Ayat semacam ini diisitilah dengan ayat atau surat Fadhihah. (simak Tafsir At-Thabari 14/332, Ibn Katsir 4/171, dan Tafsir Al-Baghawi 4/7)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tahu siapa saja mereka, dan bahkan ada sahabat yang tahu siapa saja munafik di Madinah. Diantaranya adalah Hudzaifah ibnul Yaman. Beliau diberitahu oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beberapa nama orang munafik di Madinah. Dan karena inilah, Hudzaifah digelari dengan Shohibu sirrin Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (pemilik rahasia nabi).
Pertanyaan yang mendasar, mengapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat tidak mengusir orang munafik itu dari Madinah? Mengapa beliau tidak memerangi atau bahkan membiarkan mereka tetap berkeliaran di Madinah?
Umar berkali-kali menawarkan diri untuk membunuh gembong munafik Abdullah bin Ubay bin Salul. Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu melarang beliau dan mengatakan,
دَعْهُ لَا يَتَحَدَّثُ النَّاسُ أَنَّ مُحَمَّدًا يَقْتُلُ أَصْحَابَهُ
“Biarkan dia, jangan sampai manusia berkomentar bahwa Muhammad membunuh sahabatnya.”(HR. Bukhari 4905, Muslim 2584, Turmudzi 3315, dan yang lainnya).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak membunuh mereka, tidak mengusir mereka, dalam rangka menghindari dampak buruk yang lebih parah. Membiarkan mereka di keliaran di Madinah, dampaknya lebih ringan dari pada membantai mereka. Anda tidak boleh mengatakan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membiarkan mereka keluar masuk masjid nabawi, itu bukti bahwa orang munafik BUKAN orang kafir. Kalau mereka bukan orang muslim, kan seharusnya mereka tidak boleh masuk tanah suci Madinah?
Jelas ini adalah kesimpulan 100% salah.
Kebijakan itulah yang ditempuh pemerintah Saudi. Apa yang akan dikatakan muslim seluruh dunia ketika pemerintah Saudi melarang seluruh orang syiah Iran berangkat haji??
Dengan demikian, tidak ada hubungannya antara kehadiran syiah ke tanah suci dan keikut-sertaan mereka dalam ibadah haji, dengan status aqidah mereka yang dinilai kafir oleh para ulama.
Allahu a’lam
Dijawab oleh ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina www.KonsultasiSyariah.com)
1.    iwan
November 12, 2013 pukul 3:50 am
Karena Saudi tidak berani berhadap-hadapan langsung dengan Iran mungkin takut malu mungkin takut kalah gertak. jadinya menggunakan kekuatan uangnya menyuruh badan lain lewat bantuan yayasan-yayasan di Indonesia menyerang Syiah (bahkan pemahaman islam lain yg mereka salafi/wahabi menyebut TBC, sepilis misal ahmadiyah, liberal, kejawen, NU…)
NU juga anti syiah loh, ini perkataan pendiri NU, KH Hasyim Asyari bahwa beliau mengkafirkan syiah, lho kok anda lucu sih komentnya? baca disini mas iwan, PENDIRI NU MENGKAFIRKAN SYIAH, monggo dibaca disini