Monday, November 2, 2015

Waspadai Perang Pemikiran (Ghazwul Fikri)

Ghazwul Fikri-mencengkram umat-1-jpeg.image

Ghazwul Fikri
–Catatan ABU MUAS TARDJONO–
Disadari atau tidak, kini kaum kuffar dan munafiqin secara gencar dan sistematis berupaya keras mengeliminasi Islam supaya tidak berkembang dan berupaya pula menghancurkan umat Islam dari dalam. Program eliminasi dan penghancuran ini terangkum dalam program Al-ghazwul-fikri (perang pemikiran) yang mereka rencanakan.
Dalam bukunya, Pengantar Memahami Al-ghazwul-fikri, Abu Ridha menyatakan, Al-ghazwul-fikri merupakan bagian yang tak terpisahkan dari uslub qital (metode perang) yang bertujuan menjauhkan umat Islam dari agamanya. Ia adalah penyempurnaan, alternatif, dan penggandaan cara peperangan dan penyerbuan mereka terhadap dunia Islam.

10 Pertanyaan tentang Peringatan Asyura yang Bikin Syiah Bungkam

Hasil gambar untuk asyura
Dua di antara ritual syiah adalah mengadakan majelis duka (azadari) dan melukai diri (tathbir) pada hari asyura dengan dalih mengenang terbunuhnya Husein bin Ali radhiyallahu ‘anhu.
Namun, syiah tak mampu menjawab 10 pertanyaan seputar kedua ritual tersebut:
Jika duka mengenang kematian adalah ritual yang baik, mengapa Husein tidak memperingati wafatnya Ali bin Abu Thalib radhiyallahu ‘anhu dengan majelis duka padahal ia hidup selama 21 tahun sepeninggal sang ayah?

inilah Ayat Paling Keras terhadap Ulama

Al qur'an
Posted on Oct 12th, 2015
Allah subhanahu wa Ta’ala mengecam pemuka-pemuka agama masa lalu yang hanya diam saja ketika melihat kemunkaran. Maka kecaman itu mestinya jadi pelajaran berharga bagi manusia-manusia sekarang kalau tidak mau jadi syetan gagu alias syetan bisu, yang melihat kemunkaran hanya diam saja padahal mampu berbicara.

Islam Nusantara Bertentangan dengan Al-Qur’an Surat Al Baqarah : 208 Dan Surat Al-Maidah : 3

Kaffah Dalam Beragama

"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu." (QS. Al Baqarah: 208)
By Muhammad Nur Ichwan Muslim, ST. 
Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh. Islam juga merupakan manhaj (metode) rabbani laksana buhul (tali) yang kuat dan tidak akan putus kecuali apabila ajarannya dilaksanakan layaknya metode kalangan Ahli Kitab, yaitu dengan mengimani sebagian ajaran dan mengufuri sebagian yang lain.

Sahkah Iman Tanpa Amal? [ comments ]

[ sambungan comments ]
Abul-HaritsDec 7, 2013, 2:17:00 AM
Demikian pula dalam hal meninggalkan larangan syariat, ada amalan dosa yang jika dilakukan akan menyebabkan pelakunya kafir diantaranya dosa kesyirikan dan sihir. Adapula amalan dosa yang jika dilakukan hanya menyebabkan pelakunya fasik, diantaranya zina, minum khamr, mencuri, memakan harta riba, dsb.
Pernyataan “barangsiapa yang tidak masuk Islam secara kaffah maka ia kafir” mirip dengan keyakinan sesat kelompok Khawarij yang menyatakan “barangsiapa yang terjatuh dalam dosa besar, maka ia kafir dan kekal di neraka”. Menurut kelompok Khawarij, seorang yang minum khamr maka ia kafir karena tidak mengamalkan Islam secara kaffah. Seorang yang melakukan zina kafir karena tidak mengamalkan Islam secara kaffah. Seorang yang mencuri kafir karena tidak mengamalkan Islam secara kaffah. Seorang yang memakan harta riba juga kafir karena tidak mengamalkan Islam secara kaffah. Tidak ada perbedaan yang berarti antara keyakinan antum dan keyakinan Khawarij.

Sahkah Iman Tanpa Amal? (Mereka Tidak Jujur Dalam Menukil Perkataan Syaikhul Islam)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menjelaskan tentang Ashlul-Imaan dalam perkataannya :

فأصل الإيمان في القلب وهو قول القلب وعمله، وهو إقرار بالتصديق والحب والانقياد وما كان في القلب فلابد أن يظهر موجبه ومقتضاه على الجوارح، وإذا لم يعمل بموجبه ومقتضاه دل على عدمه، أو ضعفه

“Maka ashlul-imaan dalam hati adalah perkataan dan amalan hati, yakni pengakuan bersamaan dengan tashdiiq (pembenaran), kecintaan, inqiyaad (kepatuhan). Iman yang ada dalam hati melazimkan adanya amal dzahir dalam anggota badannya. Ketika ia tidak beramal dengan kewajiban dan konsekuensinya menunjukkan ketiadaan atau lemahnya iman dalam hati.”