Wednesday, April 8, 2015

Khotbah Imam Masjidil Haram Sudais Ini Membuat Syi'ah dan Barat Gentar

Di tengah perang Yaman  yang sedang berlangsung, , sebuah rekaman audio yang beredar secara online yang diduga berasal dari suara Imam Masjidil Haram , “Imam masjidil Haram di Mekkah serukan  perang habis-habisan melawan Syiah.

“Perang kami dengan Iran, katakan dengan keras, perang itu adalah perang antara Sunni dan Syiah,” Seru Abdul Rahman al-Sudais mengatakan dalam rekaman audio sekitar tujuh menit. “Perang kami dengan Iran … itu perang benar-benar sektarian…” Begitu juga dengan Yahudi dan nasrani, mereka akan temui hari harinya, Roma akan kami taklukan …!


Ketidaksetujuan kami dengan Rafidha “- kata lain untuk Syiah – “tidak akan dihapus, untuk melawan mereka … selama mereka berada di muka bumi ….” Seru Imam Al Sudais.


Seruan Imam al-Sudais dari  masjidil Haram di Mekkah merupakan eskalasi konflik Muslim dan Syiah yang belum pernah terjadi sebelumnya .

“Ingat tanggal 31 maret 2015, adalah hari perang Muslim dan Syiah diumumkan. Ini akan berlangsung lebih lama dari perang salib, “kata Ahmed Abul Hussein, pemimpin sebuah  kantor berita Irak. 

(JL/KH/eramuslim)
http://muslimina.blogspot.com/2015/04/khotbah-imam-masjidil-haram-sudais-ini.html

Setelah Imam Masjidil Haram, Giliran Imam Masjid Nabawi Dukung Operasi Militer Serang Pemberontak Yaman

MADINAH (gemaislam) – Pekan lalu Imam Besar Masjidil Haram, Syaikh Abdurrahman As-Sudais memberikan pernyataan dukungan atas operasi militer yang dilancarkan Arab Saudi terhadap pemberontak Hutsiyin di Yaman. Tak lama berselang, giliran Imam dan Khatib Masjid Nabawi, Syaikh Ali Al-Hudzaifi mengeluarkan pernyataan senada.
Dalam khutbahnya di Masjid Nabawi, Jumat (3/4/2015), Syaikh Ali Al-Hudzaifi mengingatkan akan keberkahan yang ada di Yaman dan adzab bagi siapa saja yang hendak merubah Yaman.
Bahwasanya barangsiapa yang hendak merubah akidah yang telah disebarkan oleh para sahabat di Yaman dan hendak menghapus Islam maka Allah akan menyegerakan kepadanya siksaan yang pedih, menyakitkan dan menghinakan, dan menjadikannya pelajaran bagi orang yang setelahnya, serta benar-benar terhina oleh manusia,” kata Syaikh Al-Hudzaifi seperti dikutip dari firanda.com, Ahad (5/4/2015).
Beliau juga kemudian mengingatkan kaum muslimin akan bahaya kelompok pemberontak yang kini merongrong masyarakat Yaman.
“Dan kelompok yang menyimpang ini, yang membuat makar untuk menyerang Yaman, hendak merubah kepribadian Yaman, merubah agama Islamnya, akhlaknya yang mulia, ingin merendahkan orang-orang mulianya, ingin menghinakan orang-orang yang memiliki ghirah Islam dan mulia. Ini adalah kelompok yang tersohor dengan permusuhan dan tipu muslihat,” tambahnya lagi.
Bahkan, Syaikh Al-Hudzaifi juga tak lupa mengingatkan kaum muslimin terhadap pihak yang memberikan dukungan terhadap kelompok pemberontak Hutsiyin ini.
“Sungguh telah terkuak secara terperinci siapakah yang berdiri dibalik kelompok ini baik yang di dalam Yaman maupun yang diluar Yaman, maka jadilah tujuan mereka dan niat mereka terbongkar dan terlihat oleh mata, berupa penghancuran dan perusakan dan pernyataan-pernyataan,” jelasnya.
Syaikh Ali Al-Hudzaifi kemudian memberikan pujiannya kepada pemerintah Arab Saudi dan negara-negara yang telah membantu pemerintah Yaman dalam menghadapi tekanan para pemberontak. Hal itu dilakukan karena memang pemerintah Yaman secara resmi melayangkan permintaan tolong mereka.
“Kerajaan Arab Saudi memenuhi permintaan tersebut, lalu menegakan kewajibannya yang patut untuk disyukuri, dimana Arab Saudi menolong negara tetangga yang terzolimi, yang telah dirampas kepemimpinannya dan dilanggar hak-hak penduduknya. Maka Pelayan dua kota suci Raja Salman hafizohullah menyelamatkan negara tetangga yang terzolimi ini dengan keputusan yang tepat dengan taufiq dari Allah,” puji Syaikh Al-Hudzaifi.
Di penghujung khutbahnya, beliau kemudian memberikan nasihat kepada kaum muslimin untuk berlaku ikhlas dan memperbanyak doa untuk kemaslahatan kaum muslimin, serta kehancuran makar dan tipu muslihat musuh-musuh Islam.

Raja Salman VS Pengkhianatan
By: Nandang Burhanudin
Nampaknya, perang yang berkecamuk di Yaman tidak akan selesai dalam minggu atau bulan. Perang akan berkepanjangan. Tidak lagi antara 9 negara Sunni vs Syiah Houtsi, tapi juga melibatkan negara-negara besar.
Ya. Raja Salman sebagai komandan koalisi berhadapan pada fakta pengkhianatan di lapangan:
1. Pengkhianatan Uni Emirates Arab, yang membocorkan detail serangan 'Ashifatul Hazm kepada anak-anak Abdullah Shalih. Salah satu anaknya kini menjadi Dubes Yaman di Emirates. Bocornya detail serangan ini, membuat serangan 'Ashifatul Hazm tidak efektif.
2. Pengkhianatan Junta kudeta As-Sisi di Mesir. Di era Raja Abdullah, As-Sisi mengatakan, akan menjadi pelindung negara-negara Teluk termasuk Saudi. Baginya Mesir dan Teluk ibarat 2 sisi rel kereta api. Mudah! Namun kini, As-Sisi malah balik arah. Ia tidak akan mengirimkan pasukan Mesir membantu Saudi Arabia dalam perang Yaman.
3. Pengkhianatan Russia dan AS.
Russia jelas-jelas membackup Syiah Houtsi dengan senjata-senjata rudal anti pesawat. Plus senjata serbu yang biasanya hanya dimiliki pasukan reguler. Padahal di era Menhan Bandar bin Sulthan, Saudi memborong puluhan pesawat tempur dengan syarat RUssia mendukung kudeta di Mesir. Di sisi lain, AS pun mengkhianati Raja Salman. Puluhan ribu pasukan AS di Saudi Arabia dan Qatar, nampaknya memilih diam dan membiarkan Saudi melawan SYiah Houtsi sendirian. Belum lagi kesepakatan AS-Iran soal senjata nuklir yang baru ditandatangani. Hal yang membuat Raja Salman marah!
4. Pengkhianatan intelejen.
Perlu diketahui, intelejen Saudi masih terpengaruh oleh At-Tuwaijiri. Sekian puluh tahun menjadi orang paling dominan, tentu tidak serta merta bisa disingkirkan hanya dalam hitungan bulan.
Sebagai jalan keluar, Raja Salman mau tak mau harus kembali merevisi kebijakan Raja Abdullah yang terang benderang mendukung kudeta di Mesir. Seperti diketahui, Raja Salman pernah mengatakan, "Zhalamna Mursi" (Kita telah menzhalimi Presiden Muri). Raja Salman termasuk yang tidak setuju kudeta di Mesir.
Kini seiring dengan kebutuhan personil darat melawan Syiah Houtsi yang tidak bisa hanya dengan serangan udara, Raja Salman melakukan rekonsiliasi dengan Al-Ishlah Yaman sayap Ikhwanul Muslimin di Yaman. Targetnya, Ikhwan Yaman akan menjadi personil darat vs milisi Syiah Houtsi. Kemudian memperbaiki hubungan dengan Qatar dan TUrki. Plus kemungkinan besar, Raja Salman akan mendorong jenderal militer Mesir lainnya untuk menggantikan As-Sisi.
Saya hingga kini masih terus mendoakan, Raja Salman dalam keadaan sehat walafiat. Lalu memohon kepada Allah dalam istikhoroh panjang, agar menunjukkan jalan terbaik. Karena nampaknya AS-Russia sepakat, membiarkan Teluk terutama Saudi Arabia berdarah-darah. Targetnya jelas, menyedot sumber daya ekonomi dan uang yang berlimpah di negara Teluk hingga kering sekering-keringnya.

Syeikh Dr. Shaleh Al-Fauzan: Syiah itu Penipu Umat Islam [ sekarang terbukti di Yaman ! ]

SELASA, SEPTEMBER 24, 2013
Anggota Haiah Kibar Ulama Saudi Arabia, Syeikh Dr. Shaleh Al-Fauzan menegaskan apa yang disampaikan oleh Ketua Haiah Kibar Ulama dan Idarah al-Buhuts al-'Ilmiyyah wa al-Ifta', Syeikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Muhammad Aalusy Syeikh yang terkait dengan komentar beliau atas pernyataan Fadhilatusy Syeikh Dr. Yusuf Al-Qardhawi tentang masuknya tamu tak diundang ke Suriah, Hizbullah yang bekerjasama dengan pemerintah Zalim Suriah yang menindas rakyat dan saudara mereka sendiri.

Beliau sangat menyanjung apa yang disampaikan oleh Syeikh Abdul Aziz Alusy Syeikh.

"Saya tegaskan kembali apa yang disampaikan oleh Samahah al-Mufti Syeikh Abdul Aziz bin Muhammad Alus Syeikh tentang Syiah Rafidhah, lebih terkhusus Hizbullat, saya telah ketahui permusuhan mereka atas Islam dan kaum Muslimin dari dulu. Terlebih pada akhir-akhir ini, permusuhan mereka sangat jelas terlihat peperangan yang mereka lancarkan kepada Ahlus Sunnah di Suriah, mengucilkan, mengusir dan menghancurkan rumah-rumah mereka sebagaimana yang dilakukan oleh Qaramithah terhadap kaum Muslimin pada masa lampau yang telah direkam oleh sejarah. Saat ini mereka ulangi untuk kesekian kalinya kepada Ahlus Sunnah Suriah.

Hal menegaskan sejarah hitam atas sikap mereka kepada Islam dan kaum Muslimin sejak mereka muncul. Akan tetapi Allah selalu mengawasi mereka, Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,

ولاتحسبن الله غافلا عما يعمل الظالمون

"Janganlah engkau sekali-kali mengira Allah lalai atas apa yang diperbuat oleh orang-orang zalim", 

وسيعلم الذين ظلموا

"Dan Dia mengetahui orang-orang zalim" maksudnya adalah perbuatan mereka. Memberikan isyarat bahwa mereka itu benalu meskipun menampakkan Islam dan berusaha taqrib dengan Ahlus Sunnah, itu adalah penipuan untuk memperkenalkan mazhab mereka yang batil, hingga mereka punya kekuasaan untuk membuat makar atas Islam dan kaum Muslimin. Kemudian mereka akan berbuat seperti yang dilakukan para pendahulu mereka terhadap kaum Muslimin.

hal ini menegaskan -sebagaimana telah diketahui- sikap Syiah yang pro terhadap kaum Kafir untuk melawan kaum Muslimin seperti yang terjadi pada peperangan melawan Tartar dan kaum Salib, namun begitu, Allah menolong agama-Nya. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman,

أذن للذين يقاتلون بأنهم ظلموا وأن الله على نصرهم لقدير

"Telah diizinkan bagi orang-orang yang diperangi bahwa mereka dizalimi dan sesungguhnya Allah kuasa untuk menolong mereka", 

الذين أخرجوا من ديارهم بغير حق إلا أن يقولوا ربنا الله

"Orang-orang yang dikeluarkan dari kampung halaman mereka dengan tidak benar, mereka hanya mengatakan rabb kami adalah Allah", 

ولولا دفع الله الناس بعضهم البعض لهدمت صوامع وبيع وصلوات ومساجد يذكر فيها اسم الله كثيرا

"Dan seandainya Allah tidak mecegah manusia dari sebagian yang lain sungguh hancurlah biara-biara, sinagog, tempat shalat dan masjid-masjid yang didalamnya nama Allah banyak disebut",

ولينصرن الله من ينصره إن الله لقوي عزيز

"Sungguh Allah akan menlong orang yang menolong-Nya. Sesungguhnya Allah mahakuat dan mahaperkasa",

الذين إن مكناهم في الأرض أقاموا الصلاة وآتوا الزكاة وأمروا بالمعروف ونهوا عن المنكر ولله عاقبة الأمور

"Yaitu orang-orang yang jika Kami beri kekuasaan di muka bumi mereka menegakkan shalat, menunaikan zakat beramar ma'ruh dan bernahi munkar. Dan kepada Allah-lah segala perkara dikembalikan" Allah subhanahu wa ta'ala tidak akan menyelisihi janji-Nya.

ألم نهلك الأولين ثم نتبعهم الآخرين كذلك فعل بالمجرمين

"Belumkah Kami hancurkan orang-orang terdahulu? dan Kami ikut hancurkan pula orang-orang yang belakangan, begitulah Kami perbuat terhadap para pendosa"Mengarah pada makna bahwa Allah akan menolong agama-Nya, meninggikan kalimat-Nya, menghinakan musuh-musuh-Nya dan mengecilkan Hizb ini, Hizbusy Syaithan."

Madinah Munawwarah.

(Muh. Istiqamah/lppimakassar.com)


Syaikh Al Qaradhawi: Iran adalah Kuffar, Musuh Seluruh Umat Islam

Syaikh Yusuf Al Qaradhawi, dalam siaran televisi Al Jazeera Qatar, 02 Juni 2013, mendoakan agar Iran dan Hizbullah dikutuk Allah, karena merupakan pemimpin seluruh kejahatan. Ia merujuk pada tindakan keduanya yang mendukng Basyar Al Assad dan membunuh kaum Sunni di Suriah.

“Semoga Allah mengutuk Iran, pemimpin seluruh kejahatan. Dan semoga Allah mengutuk Hisbusy Syaithan dan kaki tangannya di Iraq,” demikian pernyataannya.

Ia mengaku selama ini telah salah pernah memberi dukungan pada Hizbullah dalam perang melawan Israel.

“Saya telah salah mengira selama ini tentang saudara Salafi dan Wahabi di Saudi, mereka terlebih dahulu mengetahui mengenai Syiah dan Iran lebih dari yang saya ketahui. Selama ini saya hanya mengatakan mereka, Iran, sebagai kaum Kkuffar padahal hakikatnya mereka adalah musuh kita, musuh seluruh ummat Islam. Orang-orang Syiah sebenarnya telah mengkhianati kita sejak sekian lama dan akhirnya, hari ini, semuanya telah jelas. Mereka di Suriah dibantu Hizbullat sedang membunuhi saudara seaqidah kita.”

Ia menyatakan bahwa Hizbullah tidak pantas menyandang nama itu, tetapi lebih tepat disebut Hizbusy Syaithan, “Jangan panggil mereka Hisbullah (tPartai Allah), mereka lebih layak dijuluki Hisbusy Syaithan (Partai Syaithan). Tidak pantas menyandingkan Allah dengan musuh-musuh Allah itu.”

Ketua Persatuan Ulama Dunia itu menyerukan seluruh umat Islam melawan Syiah di dalam organisasi Hizbullah.

“Saya menyeru seluruh ummat Islam untuk melawan kuffar Syiah yang ada di tubuh Hisbullat. Mereka, orang-orang Hizbullat, adalah kuffar tanpa sedikit keraguan. Mereka sedang menjalankan operasi pembersihan etnik di Syria dengan tujuan untuk mendirikan’Negara Syiah Barat’ di barat Suriah. Dengan terdirinya negara baru itu, ummat Islam akan semakin terpecah-pecah dan bertambah kecil.”

Beliau kemudian menyerukan jihad melawan mereka demi mempertahankan Bumi Syam, “Saya juga telah menyeru dalam khutbah shalat Jum’at agar semua umat Islam di seluruh dunia yang memiliki kemampuan dan kekuatan untuk melawan Iran dan Hisbusy Syaithan agar pergi sekarang ke Suriah dan berjuang mempertahankan tanah Syam. Dan saya mengucapkan salam saya kepada saudara-saudara kita di teluk Arab atas keputusan baru yang mereka buat beberapa menit lalu bahwa Hizbullat adalah organisasi teroris dan jika ditemukan anggota Hizbullat di negara-negara teluk akan dibunuh sebagai murtad kafir.”

Beliau juga menampik pernyataan Hizbullah yang mengaku berperang di Suriah untuk membantu kaum Muslimin, padahal sejatinya adalah untuk membunuhi mereka, “Hari ini, Hisbullat membuat pernyataan yang mengatakan mereka sedang mempertahankan Suriah dan untuk membantu Sunni di Suriah melawan kuffar. Lalu apa berikutnya? Apakah mereka ingin mempertahankan Islam dan kaum Muslimin di Arab dengan cara membantai di Al Qusair?”

Iran, yang merupakan pemimpin Syiah saat ini tak luput dari kecaman Syaikh Al Qaradhawi.
“Semoga Allah mengutuk Iran, pemimpin seluruh kejahatan. Dan semoga Allah mengutuk Hisbusy Syaithan dan kaki tangannya di Iraq. Semoga Allah memberi kemenangan yang cepat ke atas Mujahidin di Suriah serta menyembuhkan mereka yang terluka dan membebaskan mereka yang diculik. Dan seterusnya, negeri Syam yang tercinta akan datang kembali kepada kita, Insya Allah,” pungkasnya.


Membantu Yaman Sama Wajibnya Dengan Membantu Irak dan Suriah ! [ Bukan Malah Menghujat Mujahidin Irak !, Jangan Sampai Menjadi Ar-Rajjal Bin Unfuwah ]

Dai kenamaan asal Saudi Arabia, Sheikh Abdul Aziz Al Tarifi, menyatakan bahwa menolong rakyat Irak dari milisi Syiah dan kedzholiman kelompok bersenjata sama wajibnya dengan menolong rakyat Yaman dan Suriah dari penguasa mereka yang dzholim.
Pernyataan ini dilontarkan Sheikh Abdul Aziz Al Tarifi dalam akun Twitter resmi miliknya pada hari Senin (06/04) kemarin, dengan latar operasi militer koalisi regional terhadap pemberontak Syiah Houthi.
Dalam kicauannya, Sheikh Abdul Aziz Al Tarifi menyatakan, “Memperjuangkan rakyat Irak sama wajibnya dengan membantu rakyat Suriah dan Yaman, musuh kita adalah satu meskipun dengan tanah yang berbeda.”
Dipekan kedua oeparsi “badai penghancur” koalisi regional yang dipimpin Arab Saudi mulai menggelar invasi darat di Yaman dengan menerjunkan persenjataan bagi pasukan pemerintah dan kabilah suku yang setia dengan Presiden Abed Rabbo Mansur Hadi.
Perang di Yaman bermula ketika pemberontak Syiah Houthi menguasai ibukota Sana’a dan memaksa Presiden Hadi mengundurkan diri pada 22 Januari lalu.
Perang tidak dapat dihindarkan ketika pemberontak Syiah Houthi memaksa kabilah dan suku-suku Yaman yang mayoritas Sunni untuk menerima pemerintahan Houthi, dan menginvasi wilayah selatan yang menjadi pusat pemerintahan sementara Presiden Hadi.
Ulama Tertinggi Syiah Inginkan Perang Sunni-Syiah di Seluruh Arab

Wakil presiden Irak, Thariq Al-Hasyimi, Senin (16/6/2014) kemarin, memperingatkan terjadinya perang antar kelompok yang menyeluruh di Irak dan dunia Arab. Hal itu karena pada Jumat lalu ulama tertinggi Syiah, Ayatullah Ali As-Sistani, mengajak seluruh penganut Syiah untuk mengangkat senjata.
Seperti dilansir Al-Quds Al-Arabi, Al-Hasyimi yang saat ini selalu berada di Turki atau Qatar, mengatakan, “Jika dibiarkan, kondisi akan bertambah buruk. Akan terjadi perang antar kelompok secara menyeluruh di seluruh Irak dan luar Irak. Fatwa Ayatullah Ali As-Sistani bagaikan menyiram minyak ke dalam api. Muslim Sunni di seluruh Arab akan melakukan reaksi. Kalau demikian, benar-benar akan terjadi perang Sunni-Syiah di seluruh Arab.”
Al-Hasyimi, yang dijatuhi hukuman mati pada tahun 2012 lalu itu, menambahkan, “Kita harus mencegah hal itu. Kita harus berusaha sekuat tenaga mencegah pertumpahan darah. Ini tanggung jawab seluruh pihak, terutama PBB. Nuri Al-Maliki harus turun dari jabatannya, dan masyarakat dunia harus melakukan intervensi.”
Menurutnya, banyak pihak mengkritik Nuri Al-Maliki terlalu menguasai militer dan polisi. Al-Maliki menggunakannya untuk memerangi Sunni dan oposisi lainnya. Dengan mudah oposisi ditangkap dan dimasukkan ke penjara.
“Jika Al-Maliki tidak turun, dan masyarakat dunia tetap diam, hal itu akan semakin menumbuhkan kelompok-kelompok garis keras. Bukan kami yang menciptakan Negara Islam di Irak dan Syam (ISIS) ataupun Al-Qaidah. Tapi mereka yang membiarkannya lahir, dan kezhaliman menumbuhkannya semakin cepat.” (msa/dakwatuna)


Jangan Sampai Menjadi Ar-Rajjal Bin Unfuwah

SIAPAKAH Ar-Rajjal bin Unfuwah? Ar-Rajjal bin Unfuwah pada awalnya adalah sahabat Nabi, dia mengetahui ilmu ad-Dien.
Ath-Thabari menyebutkan ceritanya dalam kitab “Tarikh”-nya, dia berkata, “As-Sarri menuliskan surat kepadaku dari Syu’aib, dari Sa’if, dari Thalhah bin A’lam, dari Ubaid bin Umair, dari Utsal Al-Hanafi –dia bersama Tsumamah bin Utsal-, dia berkata, Musailamah merayu dan merangkul setiap orang; dia tidak peduli dengan orang yang melihatnya berbuat jelek, dan bersamanya Ar-Rajjal bin Unfuwah. Dia (Ar-Rajjal bin Unfuwah) telah berhijrah kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, membaca Al-Quran dan memahami dien. Maka, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutusnya sebagai pengajar penduduk Yamamah, supaya mereka menentang Musailamah dan bersikap keras terhadap urusan umat Islam.”
Jadi pada awalnya, Ar-Rajjal bin Unfuwah mendapat tugas untuk mengajar penduduk Yamamah akan sesatnya Musailamah, menentang Musailamah dan menggagalkan usaha Musailamah untuk diakui menjadi nabi disamping Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Akan tetapi, di tengah jalan, Ar-Rajjal bin Unfuwah terpengaruh dan lalai dari tugasnya. Malah sebaliknya, dia menjadi pembela eksitensi Musailamah Al Kadzab sebagai nabi palsu.
Saef bin Umar meriwayatkan dari Thulaihah dari Ikrimah dari Abu Hurairah dia berkata, “Suatu hari aku duduk di sisi Rasulullah bersama sekelompok orang, di tengah kami hadir Ar-Rajjal bin Anfawah. Nabi bersabda,
“Sesungguhnya di antara kalian ada seseorang yang gigi gerahamnya di neraka lebih besar dari Gunung Uhud.”
Kemudian aku (Abu Hurairah) perhatikan bahwa seluruh yang dulu hadir telah wafat, dan yang tinggal hanya aku dan Ar-Rajjal. Aku sangat takut menjadi orang yang disebutkan oleh Nabi tersebut hingga akhirnya Ar-Rajjal keluar mengikuti Musailimah dan membenarkan kenabiannya. Sesungguhnya fitnah Ar-Rajjal lebih besar daripada fitnah yang ditimbulkan oleh Musailimah.” Hal ini diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dari gurunya, dari Abu Hurairah ra.
(Lihat Ibnu Katsir, Al-Bidayah wan-Nihayah, dalam bahasan nabi palsu Musailimah Al-Kadzdzab)
Perkataan Abu Hurairah yang mengatakan bahwa fitnah Ar-Rajjal bin Unfuwah lebih besar daripada Musailamah disebabkan akibat yang ditimbulkannya sangat besar. Karena sejak Ar-Rajjal bin Unfuwah membela Musailamah Al Kadzab, pengikut nabi palsu ini semakin yakin kepada Musailamah dan semakin bertambah jumlahnya. Maka disinilah fitnah terbesarnya.
Kepada para ulama atau pun pejabat pemerintah, di luar peristiwa penyerangan kepada kelompok Ahmadiyah yang tetap harus dalam proses penyelidikan, tetaplah tidak mengubah status bahwa Ahmadiyah adalah sesat dan wajib dibubarkan, karena Ahmadiyah adalah pokok utama dari semua masalah ini, jangan sampai malah berbalik jadi pembela kelompok sesat ini. [yherdiansyah/islampos]

Sumber : http://www.zulfanafdhilla.com/2013/02/nabi-palsu-musailamah-al-kadzab.html



Wasiat Ali Menjelang Wafat

Menjelang wafat, hanya hal-hal penting yang diingat. Mari kita simak bersama wasiat Ali bin Abi Thalib menjelang wafat. Wasiat dari Ali pastilah penting. Apalagi bagi teman-teman syi'ah, yang meyakini Ali sebagai imam ma’shum yang wajib diikuti. Dari Abu Ali Al Asy’ari, dari Muhammad bin Abdul Jabbar, dan Muhammad bin Ismail, dari Fadhl bin Syadzan, dari Shafwan bin Yahya, dari Abdurrahman bin Hajjaj berkata : Abul Hasan Musa ‘Alaihis salam mengirimkan padaku wasiat Amirul Mukminin ‘Alaihis salam, isinya : Bismillahirrahmanirrahim, ini adalah wasiat dari pembagian harta dari hamba Allah Ali, demi mencari ridha Allah, kiranya agar sudi memasukkan saya ke surga dan menjauhkan dari neraka karena wasiat ini, pada hari di mana ada wajah yang putih dan ada juga wajah yang menghitam,  seluruh harta milikku yang ada di Yanbu’ dan sekitarnya adalah sedekah, dan seluruh budaknya selain Rabah, Abu Naizar dan Jubair adalah merdeka, tidak ada yang boleh menghalangi mereka, mereka adalah budak, mengelola harta selama lima tahun, mereka boleh mengambil bagian harta untuk nafkah pribadi mereka dan keluarganya, sedangkan harta milik saya yang ada di Wadil Qura, dari harta milik anak keturunan Fatimah berikut budaknya adalah sedekah, dan yang ada di Dimah beserta penduduknya adalah sedekah, kecuali Zuraiq, berlaku baginya seperti yang aku lakukan pada teman-temannya, sedangkan hartaku yang ada di Adzinah berikut penduduknya adalah sedekah, dan Faqirain seperti yang kalian ketahui adalah sedekah di jalan Allah, dan yang telah kutentukan dari hartaku ini adalah sedekah yang wajib kutunaikan baik saat aku hidup maupun sudah mati, seluruhnya diinfakkan demi mencari keridhoan Allah, di jalan Allah, demi meraih keridhoan-Nya, dan untuk kerabatku dari golongan Bani Hasyim serta Bani Muthalib, yang dekat maupun yang jauh, semuanya dikelola oleh Hasan bin Ali, dia boleh memakan harta itu dengan baik-baik, dan menginfakkan di jalan yang diajarkan Allah, maka itu halal dilakukannya, tidak ada masalah, jika dia ingin maka boleh dijadikan miliknya, sesungguhnya anak-anak Ali, budak dan hartanya adalah dikelola oleh Hasan bin Ali.  Jika rumah yang menjadi miliknya bukan termasuk rumah sedekah, dan dia ingin menjualnya maka dia boleh menjualnya. jika dia menjualnya, maka hasil penjualannya dibagi menjadi tiga, sepertiga disedekahkan di jalan Allah, dan dua pertiga untuk Bani Hasyim dan Bani Muthalib, sepertiganya untuk keluarga Abu Thalib, dibagikan pada mereka sesuai petunjuk Allah, jika terjadi sesuatu pada Hasan sedangkan Husein masih hidup, maka dikelola oleh Husein bin Ali, dan Husein harus mengelola sesuai dengan petunjukku pada Hasan, dia wajib melakukan apa yang dilakukan oleh Hasan, bagian sedekah untuk anak-anak fatimah adalah sama seperti anak-anak Ali, saya menggariskan ketentuan untuk anak keturunan Fatimah adalah untuk mencari keridhoan Allah dan menghormati Rasulullah, mengagungkan dan memuliakan Rasulullah dan Fatimah, jika terjadi sesuatu pada Hasan dan Husein, maka yang masih hidup di antara mereka berdua melihat anak cucu Ali , jika ada dari mereka yang baik agama dan amanatnya, maka diserahkan padanya jika dia mau, jika tidak ada dari mereka yang baik agama dan amanatnya, maka diserahkan pada salah satu dari anak cucu Abu Thalib yang  dilihatnya baik, jika di antara anak cucu Abu Thalib sudah tidak ada lagi yang dituakan dan bijaksana, maka diserahkan pada salah satu dari Bani Hasyim, dengan syarat agar harta itu tetap dan tidak dijual, dan menginfakkan hasilnya seperti yang telah kutentukan, yaitu fi sabilillah, dan harta yang ada pada keluarga Bani Hasyim dan Bani Muthalib tidak boleh dijual, dihibahkan dan diwariskan, dan harta Muhammad bin Ali yang menjadi miliknya, maka dia digabungkan dengan bagian anak cucu Fatimah, dan budak-budak yang namanya ada dalam daftar kecil, mereka seluruhnya merdeka. Inilah ketentuan yang dituliskan oleh Ali bin Abi Thalib dalam pengelolaan hartanya pada pagi ini, sehari setelah aku sampai di Muskin (nama tempat di dekat Kufah), demi mencari keridhoan Allah dan negeri akherat, hanya Allah lah tempat kita semua meminta tolong dalam segala kondisi, tidak halal bagi seorang muslim yang beriman pada Allah dan hari akhir untuk merubah dan melanggar ketentuan ini, baik orang dekat maupun orang jauh. Dan budakku yang kugauli, jumlahnya 17, ada dari mereka yang memiliki anak, ada yang hamil, ada lagi yang tidak memiliki anak, siapa yang memiliki anak atau sedang hamil, maka tidak dimerdekakan, dan menjadi bagian anaknya, jika anaknya mati sedang dia masih hidup, maka dia merdeka tidak boleh ada yang menggugat, ini adalah pembagian yang ditentukan oleh Ali bagi hartanya, sehari setelah sampai di Muskin, disaksikan oleh Abu Samr bin Burhah, Sha’sha’ah bin Shuhan, Yazid bin Qais, Hiyaj bin Abi Hiyaj. Ali menulis wasiat ini dengan tangannya sendiri pada 10 Jumadil Ula tahun 37 H. Selain berwasiat mengenai pengelolaan hartanya, Ali juga berwasiat: “Bismillahirrahmanirrahim, inilah wasiat dari Ali bin Abi Thalib, mewasiatkan bahwa dirinya bersyahadat tiada tuhan selain Allah, hanya Dia sendiri tidak ada sekutu baginya, dan Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, diutus dengan petunjuk dan agama yang benar, untuk memenangkannya di atas seluruh agama, walaupun orang musyrik benci, Shallallahu ‘alaihi wa ‘aalihi, lalu sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah Rabbul Alamin, tidak ada sekutu baginya dan itulah yang diperintahkan padaku, dan aku termasuk golongan muslimin.  Lalu aku mewasiatkan padamu wahai Hasan, dan seluruh Ahlul Baitku, dan anakku, juga seluruh mereka yang membaca tulisanku ini, agar bertaqwa pada Allah Rabb kalian, jangan sampai kalian mati kecuali dalam keadaan muslim. Berpeganglah pada tali Allah bersama-sama, dan janganlah kalian berpecah belah, karena aku mendengar Rasulullah bersabda: Hubungan baik di antara kaum muslimin lebih baik dari pada shalat dan puasa secara umum, dan hal yang merontokkan agama serta yang menghabiskan agama adalah rusaknya hubungan baik di antara kaum muslimin, tidak ada daya dan upaya melainkan dari Allah semata, yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Perhatikanlah kerabat dekat kalian, sambunglah silaturahmi, agar Allah memudahkan hisab amalan kalian. Aku ingatkan kalian pada Allah tentang anak yatim, teruslah memberi makanan mereka, jangan sampai terputus, jangan sampai mereka tidak terurus di depan kalian, aku telah mendengar rasulullah bersabda: Siapa yang menanggung hidup anak yatim sampai bisa bekerja dan mencukupi hidupnya, Allah mewajibkan baginya surga, sebagaimana mewajibkan neraka bagi orang yang memakan anak yatim. Aku ingatkan kalian pada Allah tentang Al-Qur’an, jangan sampai kalian ketinggalan dalam mengamalkanya dari orang lain, Aku ingatkan kalian pada Allah tentang tetangga kalian, karena Rasulullah telah berwasiat tentang mereka, dan selalu mewasiatkan sampai kami mengira bahwa tetangga akan mewarisi harta tetangganya. Aku ingatkan kalian pada Allah tentang rumah-rumah Allah (masjid) jangan sampai kosong dari kehadiaran kalian selama kalian masih hidup, jika kalian meninggalkan rumah-rumah Allah, kalian tidak diberi tenggang lagi dari azab, dan hal yang  didapat dari orang yang pergi ke masjid adalah diampuni dosanya yang telah lalu, Aku ingatkan kalian pada Allah tentang shalat, karena shalat adalah sebaik-baik amalan, shalat adalah tiang agama. Aku ingatkan kalian pada Allah tentang zakat, sungguh zakat memadamkan kemarahan Rabb kalian, Aku ingatkan kalian pada Allah tentang puasa Ramadhan, karena berpuasa pada bulan itu adalah perisai dari api neraka, Aku ingatkan kalian pada Allah tentang kaum fakir dan miskin, ikutkan mereka dalam kehidupan kalian, Aku ingatkan kalian pada Allah tentang jihad dengan harta, jiwa dan lisan kalian, karena hanya ada dua macam orang yang berjihad, yaitu imam yang membawa petunjuk, dan orang taat yang mengikuti petunjuk imam, Aku ingatkan kalian pada Allah tentang keturunan Nabi kalian, jangan sampai mereka dizhalimi di depan mata kalian, sedangkan kalian mampu membela mereka. Aku ingatkan kalian pada Allah tentang sahabat Nabi kalian, yang tidak berbuat dosa dan tidak melindungi pendosa, karena Rasulullah mewasiatkan mereka, dan melaknat orang yang berbuat jahat di antara mereka, atau melindungi penjahat, juga dari selain mereka. Aku ingatkan kalian pada Allah tentang wanita dan budak, karena kata-kata akhir Nabi kalian adalah: Aku wasiatkan pada kalian dua golongan lemah, yaitu wanita dan budak. Shalat, shalat, shalat, dan janganlah kalian takut melakukan perintah Allah karena celaan orang, Allah akan membela kalian dari orang yang mengganggu dan menganiaya kalian, ucapkan perkataan yang baik pada manusia, seperti telah diperintahkan oleh Allah. janganlah kalian meninggalkan amar ma’ruf dan nahi mungkar, jika kalian tinggalkan, Allah akan menjadikan bagi kalian pemimpin dari golongan terjelek dari kalian, lalu kalian berdo’a dan tidak dikabulkan. Wahai anakku, hendaknya engkau menyambung hubungan, memberi orang lain dan berbuat baik, hindarilah memutus hubungan, saling membelakangi dan berpecah belah, hendaknya kalian saling tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan, dan janganlah tolong menolong atas perbuatan dosa dan permusuhan, bertakwalah pada Allah, sesungguhnya hukuman Allah adalah keras, semoga Allah menjaga kalian, seperti menjaga keluarga Nabi dan Nabi-Nya di antara kalian, kutitipkan kalian pada Allah, dan aku membaca Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Lalu Ali terus mengucapkan: Laa Ilaaha Illallah, hingga akhirnya wafat pada malam tanggal 23 Ramadhan, bertepatan malam jumat, tahun 40 H. Wasiat di atas tercantum dalam literatur syiah : Al-Kafi, Man La Yahdhuruhul Faqih, Tuhaful Uqul, Tahdzibul Ahkam, Nahjus Sa’adah, Biharul Anwar, Mustadrak Safinatil Bihar. Wasiat ini tidak ditujukan pada anak-anak Ali saja, tapi pada siapa saja yang membaca surat wasiatnya. Yang perlu kita cermati di sini, Ali berwasiat tentang banyak hal. Ali mengawali wasiatnya dengan wasiat tentang persatuan umat. Lalu dengan Al-Qur’an, shalat, zakat, puasa Ramadhan dan ibadah haji.  tidak ketinggalan Ali berwasiat agar bersikap baik terhadap para sahabat Nabi, berlaku baik pada wanita dan budak, tentang anak yatim, dan amar makruf nahi munkar. Semua poin dalam wasiat ini adalah hal-hal yang sangat penting. Namun Ali tidak menyinggung satu hal yang dianggap penting oleh syi’ah hari ini. Ternyata Ali sama sekali tidak menyinggung masalah imamah. Tidak menyinggung 12 imam, kewajiban mengikuti imam, tidak mewasiatkan pada anak cucunya berikut umat Islam untuk mengikuti 12 imam. Ini satu pertanda bahwa Ali tidak mengenal keyakinan imamah seperti yang dikenal oleh syi’ah hari ini. Ali malah berwasiat untuk bersikap baik kepada para sahabat Nabi, mereka yang dianggap pengkhianat oleh syi’ah. Berwasiat tentang persatuan umat, melarang untuk bermusuhan sesama muslim. Sementara syi’ah menganggap kaum muslim yang tidak meyakini imamah adalah sesat. Ali tidak meyakini imamah sebagaimana diyakini syi’ah hari ini, dan tidak pernah tahu tentang kewajiban beriman pada 12 imam. Kata Ali bin Abi Thalib: “Jika terjadi sesuatu pada Hasan dan Husein, maka yang masih hidup di antara mereka berdua melihat anak cucu Ali , jika ada dari mereka yang baik agama dan amanatnya, maka diserahkan padanya jika dia mau.” Jika Ali mengimani adanya 12 imam, sebagaimana syi’ah hari ini, mestinya diserahkan pada Ali bin Husein, bukan salah satu dari anak cucu Ali. Bukankah 12 imam sudah ditunjuk oleh Nabi? Atau Ali, sang pintu ilmu nan ma’shum, kali ini tidak tahu? Memang Ali tidak mengenal ajaran imamah. [hakekat/syiahindonesia.com].


Dialog antara al bani dan al buthi dibawah ini dusta belaka !

SELASA, APRIL 07, 2015
awal kutipan 

Syaikh al-Buthi bertanya: “Bagaimana cara Anda memahami hukum-hukum Allah, apakah Anda mengambilnya secara langsung dari al-Qur’an dan Sunnah, atau melalui hasil ijtihad para imam-imam mujtahid?”

Ulama Al-Albani menjawab: “Aku membandingkan antara pendapat semua imam mujtahid serta dalil-dalil mereka lalu aku ambil yang paling dekat terhadap al-Qur’an dan Sunnah.”
Syaikh al-Buthi bertanya: “Seandainya Anda punya uang 5000 Lira. Uang itu Anda simpan selama enam bulan. Kemudian uang itu Anda belikan barang untuk diperdagangkan, maka sejak kapan barang itu Anda keluarkan zakatnya. Apakah setelah enam bulan berikutnya, atau menunggu setahun lagi?”
Ulama Al-Albani menjawab: “Maksud pertanyaannya, kamu menetapkan bahwa harta dagang itu ada zakatnya?”
Syaikh al-Buthi berkata: “Saya hanya bertanya. Yang saya inginkan, Anda menjawab dengan cara Anda sendiri. Di sini kami sediakan kitab-kitab tafsir, hadits dan fiqih, silahkan Anda telaah.”
Ulama Al-Albani menjawab: “Hai saudaraku, ini masalah agama. Bukan persoalan mudah yang bisa dijawab dengan seenaknya. Kami masih perlu mengkaji dan meneliti. Kami datang ke sini untuk membahas masalah lain”.
Mendengar jawaban tersebut, Syaikh al-Buthi beralih pada pertanyaan lain: “Baik kalau memang begitu. Sekarang saya bertanya, apakah setiap Muslim harus atau wajib membandingkan dan meneliti dalil-dalil para imam mujtahid, kemudian mengambil pendapat yang paling sesuai dengan al-Qur’an dan Sunnah?”
Ulama Al-Albani menjawab: “Ya.”
Syaikh al-Buthi bertanya: “Maksud jawaban Anda, semua orang memiliki kemampuan berijtihad seperti yang dimiliki oleh para imam madzhab? Bahkan kemampuan semua orang lebih sempurna dan melebihi kemampuan ijtihad para imam madzhab. Karena secara logika, seseorang yang mampu menghakimi pendapat-pendapat para imam madzhab dengan barometer al-Qur’an dan Sunnah, jelas ia lebih alim dari mereka.
Ulama Al-Albani menjawab: “Sebenarnya manusia itu terbagi menjadi tiga, yaitu muqallid (orang yang taklid), muttabi’ (orang yang mengikuti) dan mujtahid. Orang yang mampu membandingkan madzhab-madzhab yang ada dan memilih yang lebih dekat pada al-Qur’an adalah muttabi’. Jadi muttabi’ itu derajat tengah, antara taklid dan ijtihad.”
Syaikh al-Buthi bertanya: “Apa kewajiban muqallid?”
Ulama al-Albani menjawab: “Ia wajib mengikuti para mujtahid yang bisa diikutinya.”
Syaikh al-Buthi bertanya; “Apakah ia berdosa kalau seumpama mengikuti seorang mujtahid saja dan tidak pernah berpindah ke mujtahid lain?”
Ulama al-Albani menjawab: “Ya, ia berdosa dan haram hukumnya.”
Syaikh al-Buthi bertanya: “Apa dalil yang mengharamkannya?”
Ulama Al-Albani menjawab: “Dalilnya, ia mewajibkan pada dirinya, sesuatu yang tidak diwajibkan Allah padanya.”
Syaikh al-Buthi bertanya: “Dalam membaca al-Qur’an, Anda mengikuti qira’ah-nya siapa di antara qira’ah yang tujuh?”
Ulama Al-Albani menjawab: “Qira’ah Hafsh.”
Syaikh Al-Buthi bertanya: “Apakah Anda hanya mengikuti qira’ah Hafsh saja? Atau setiap hari, Anda mengikuti qira’ah yang berbeda-beda?”
Ulama Al-Albani menjawab: “Tidak. Saya hanya mengikuti qira’ah Hafsh saja.”
Syaikh al-Buthi bertanya: “Mengapa Anda hanya mengikuti qira’ah Hafsh saja, padahal Allah subhanahu wa ta’ala tidak mewajibkan Anda mengikuti qira’ah Hafsh. Kewajiban Anda justru membaca al-Qur’an sesuai riwayat yang datang dari Nabi shallallahu alaihi wasallam secara mutawatir.”
Ulama Al-Albani menjawab: “Saya tidak sempat mempelajari qira’ah-qira’ah yang lain. Saya kesulitan membaca al-Qur’an dengan selain qira’ah Hafsh.”
Syaikh al-Buthi berkata: “Orang yang mempelajari fiqih madzhab al-Syafi’i, juga tidak sempat mempelajari madzhab-madzhab yang lain. Ia juga tidak mudah memahami hukum-hukum agamanya kecuali mempelajari fiqihnya Imam al-Syafi’i. Apabila Anda mengharuskannya mengetahui semua ijtihad para imam, maka Anda sendiri harus pula mempelajari semua qira’ah, sehingga Anda membaca al-Qur’an dengan semua qira’ah itu. Kalau Anda beralasan tidak mampu melakukannya, maka Anda harus menerima alasan ketidakmampuan muqallid dalam masalah ini. Bagaimanapun, kami sekarang bertanya kepada Anda, dari mana Anda berpendapat bahwa seorang muqallid harus berpindah-pindah dari satu madzhab ke madzhab lain, padahal Allah tidak mewajibkannya. Maksudnya sebagaimana ia tidak wajib menetap pada satu madzhab saja, ia juga tidak wajib berpindah-pindah terus dari satu madzhab ke madzhab lain?”
Ulama Al-Albani menjawab: “Sebenarnya yang diharamkan bagi muqallid itu menetapi satu madzhab dengan keyakinan bahwa Allah memerintahkan demikian.”
Syaikh al-Buthi berkata: “Jawaban Anda ini persoalan lain. Dan memang benar demikian. Akan tetapi, pertanyaan saya, apakah seorang muqallid itu berdosa jika menetapi satu mujtahid saja, padahal ia tahu bahwa Allah tidak mewajibkan demikian?”
Al-Albani menjawab: “Tidak berdosa.”
Syaikh al-Buthi berkata: “Tetapi isi buku yang Anda ajarkan, berbeda dengan yang Anda katakan. Dalam buku tersebut disebutkan, menetapi satu madzhab saja itu hukumnya haram. Bahkan dalam bagian lain buku tersebut, orang yang menetapi satu madzhab saja itu dihukumi kafir.”
Menghadapi pertanyaan tersebut, ulama al-Albani terdiam.

Di katakan ; Sembernya  dari majalah  alkisah.
Komentarku ( Mahrus ali ):

Kisah tentang dialog al bani dan al Buthi itu perlu data yang akurat hingga tidak menjadikan fitnah bagi kaum mukminin. Apakah yang bikin kisah itu tidak takut terhadap ayat: 

إِنَّ الَّذِينَ فَتَنُوا الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَتُوبُوا فَلَهُمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَلَهُمْ عَذَابُ الْحَرِيقِ
.Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mu'min laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar.
Ayat tersebut mirip dengan ayat  sbb :
وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُبِينًا
Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu'min dan mu'minat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.[1]

Data kisah itu  yang akurat  tidak ada. Hanya ada dari data yang cendrung kedustaan untuk menipu publik, tidak ingin jujur pada mereka. Cendrung sekali dengan nuansa golongan untuk memenangkan golongannya dan menghancurkan golongan lain. Ini sangat menyesatkan  bukan mengarahkan umat ke jalan yang baik. 

Saya  telah menelusurinya, sumber kisah dialog versi  itu  dari majalah ahli bid`ah  yaitu majalah alkisah. Refrensinya tidak ada. Apalagi refrensi arabnya, saya tidak menjumpainya. 

Memang ada dialog antara  al bani dan Buthi tapi kisah di atas kedustaan bukan dialog antara al bani dan Buthi  yang sungguh. Suara  dalam dialog yang sungguh  karena sudah lama katanya sejak lima puluh tahun yang lalu  tidak jelas. Sulit didengarkan menurut komentar para masyayekh dihttp://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=226501
Jadi kisah di atas jelas kedustaan bukan sungguh. 

[1] Al ahzab 58

tambahan info , silahkan buka :
abu haitsam mengatakan:
Sumber cerita dialog di atas hanya sepihak; dari buku Al-Buthi yang sesat dan munafiq (sbgmn kata As-Shobuni yg tautannya ditampilkan dlm blog ini). Bgmn mungkin kita merujuk kepada riwayat yang disampaikan oleh orang sesat dan munafik??
Coba baca link ini: