Thursday, June 20, 2019

Ulama Aceh Dan Ulama Nusantara Masa Lalu, Beriman Allah Bersemayam Di Atas ‘Arsy.

Hasil gambar untuk ALLAH DI ARSY

Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Quran Al-Majid “An-Nur”(II/123), Syaikh ‘Abdurrauf bin ‘Ali Al-Fanshuri As-Sinkili, Tafsir Turjuman Al-Mustafid, qadhi Kerajaan Aceh pengganti Al-Qadhi Nuruddin Muhammad Ar-Raniri. Syaikh ‘Abdurrauf Al-Fanshuri yang merupakan ulama no wahid sebumi Aceh menjelaskan dengan gambling bahwa Allah Ta’ala bersemayam di atas ‘Arsy dengan semayam yang bersesuaian dengan kebesaran dan keagungan-Nya. Maksudnya ialah bersemayamnya Allah di atas ‘Arsy itu tidak menyerupai sedikit pun dengan bersemayamnya makhluk di atas singgasananya. Karena memang, “Tiada seperti-Nya suatu dan yaitu yang amat mendengar segala yang dikata lagi amat melihat  akan segala yang diperbuat oleh sekalian makhluk,” jelas beliau pada (II/193). Sebetulnya ulama-ulama masa silam Aceh yang sefaham dengan ‘aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah Salafiyyah tidak sedikit jumlahnya. Bahkan sebagiannya adalah pejuang kemerdekaan Indonesia penulis kisah Perang Sabi yang mampu membangkitkan dan membakar semangat jihad kaum muslimin Aceh melawan penjajah Belanda yang kafir. Namun sebagaimana kata orang, “Orang yang cerdas sudah cukup hanya dengan singgungan saja. Sementara orang yang dungu tidak akan pernah faham meskipun dengan seribu bahasa sekalipun.”

Aqidah Aswaja ”Allah Ada Tanpa Bertempat”= ”Allah Tidak Ada Karena Tidak Di Ketahui Keberadaan-Nya” Menyerupai Mulhid Atheis. Dzat Alloh Tidak Bertempat ?

101 Perkataan Ulama Salaf Dan Ulama Al-Syafi‘Iyyah Serta 2000 Dalil Yang Meyatakan Allah Di Atas ‘Arsy.

Sebagian ahli bid’ah pula ada yang mengatakan tanpa rasa malu dan dosa, sebagaimana kawan sejawat mereka sebelumnya yang mengatakan Allah ada di mana-mana, bahwa Allah tidak layak dikatakan apakah di atas, di bawah, atau di arah tertentu yang diketahui manusia. Bahkan mereka katakan, tidak layak dikatakan Allah berada di dalam atau di luar alam semesta!
Salah seorang imam mereka, yaitu Ibnu Faurak, pernah terjebak debat terkait masalah ini dengan seorang ulama Ahlussunnah yang sekaligus panglima perang terkenal bernama Mahmud bin Subuktikin. Di antara yang dikatakan Ibnu Faurak ialah, “Saya tidak mengatakan bahwa Allah ada di atas, tidak pula di bawah, tidak pula di kanan, dan tidak pula di sebelah kiri.” Mendengar itu, Mahmud bin Subuktikin menimpali, “Sesungguhnya Tuhanmu tidak ada!” [Majmu’ Al-Fatawa (III/37)]
Sebagaian ulama ada yang menyatakan bahwa Ibnu Faurak inilah sosok di balik semakin runyamnya akidah Asy’ariyyah. Sebab sekte Asy’ariyyah generasi awal masih meyakini Allah berada di atas ‘Arsy, bukan di mana-mana apalagi seperti keyakinan Ibnu Faurak di atas. Namun setelah Ibnu Faurak memodifikasi ‘aqidah Asy’ariyyah, pengikut sekte ini di kemudian hari justru lebih mengikutinya daripada mengikuti Abul Hasan Al-Asy’ari sendiri selaku ‘pendiri’ sekte Asy’ariyyah ini.(safinah.id)