Friday, January 16, 2015

Tujuan Pengkafiran Shahabat Nabi oleh Syi’ah Rofidhoh

BUKTI PENGKAFIRAN sahabat Nabi oleh syiah:

“Sesungguhnya Abu Bakar dan Umar adalah kafir, kafir pula setiap yang mencintai keduanya….” (“Biharul Anwar” Al-Majlisi, 69/137,138)
Al-Kulaini di dalam kitab Ar-Raudhah minal Kafi 8/245-246 meriwayatkan dari Abu Ja’far bahwa dia berkata: “Para shahabat adalah orang-orang yang telah murtad, kecuali tiga orang saja.” Maka aku bertanya: “Siapa tiga orang itu?” Maka dia menjawab: “Al-Miqdad bin Al-Aswad, Abu Dzar Al-Ghifari dan Salman Al-Farisi.”
Muhammad Baqir Al-Majlisi di dalam kitab Haqqul Yaqin hal. 519 berkata: “Aqidah kami dalam hal kebencian adalah membenci empat berhala yaitu Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman, Mu’awiyah dan empat wanita yaitu ‘Aisyah, Hafshah, Hindun, Ummul Hakam serta seluruh orang yang mengikuti mereka. Mereka adalah sejelek-jelek makhluk Allah di muka bumi ini. Tidaklah sempurna iman kepada Allah, Rasul-Nya dan para imam (menurut keyakinan mereka) kecuali setelah membenci musuh-musuh tadi.”

TUJUAN PENGKAFIRAN :

Syaikh DR. Shalih bin Fauzan al-Fauzan berkata dalam kitab beliau Syarh Al-Manzhumah Al-Haa’iyah berkata:“ Adapun ar-rafidhah –semoga Alloh menghinakan mereka-, tujuan mereka (mencela sahabat Nabi) adalah MENIKAM AGAMA. Karena jika mereka mencela para sahabat dan mencaci mereka, maka di antara kita dan Rasulullah TIDAK ADA PERANTARA. Sedangkan Islam tidaklah sampai kepada kita kecuali melalui para sahabat. Dan mereka menurut pandangan kaum rafidhah adalah tidak bisa diterima ucapannya! Dengan demikian (perbuatan rafidhah tersebut) merupakan celaan terhadap agama. Ini tujuan rafidhah.”
Beliau juga berkata: “Merekalah (para sahabat Nabi) perantara antara kita dan Rasulullah. Merekalah yang telah menyampaikan agama setelah mereka terima dari Rasulullah. Lalu mereka sampaikan agama tersebut kepada kita dengan amanah. Setiap hadits, anda dapati dari jalan fulan, dari, fulan, dari sahabat. Maka mereka adalah perantara antara kita dan Rasulullah dalam menyampaikan agama; yaitu orang-orang yang telah menjaga sunnah beliau untuk kita, menjaga Al-Qur’an untuk kita dan menyampaikannya kepada kita.”
Beliau juga berkata: “Jika mereka (syiah rafidhah) berhasil menikam para sahabat, yang merupakan perantara antara kita dan Rasulullah dalam menyampaikan agama, maka berarti mereka berhasil untuk mencela agama Islam, bahwa agama tersebut tidak benar datangnya dari Rasulullah; karena orang-orang yang membawa agama tersebut (para sahabat Nabi) tidak bisa dijadikan hujjah (tidak bisa dipercaya)! Ini adalah tujuan mereka.”

KESIMPULAN :

Syiah ropidoh ingin MENGHANCURKAN AGAMA ISLAM DARI DALAM.

SIKAP kaum muslimin terhadap agama syi’ah:

Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri ketika ditanya tentang seorang yang mencela Abu Bakr dan ‘Umar, beliau berkata: “Ia telah kafir kepada Allah.” Kemudian ditanya: “Apakah kita menshalatinya (bila meninggal dunia)?” Beliau berkata: “Tidak, tiada kehormatan (baginya)….” (Siyar A’lamin Nubala, 7/253)

Al-Imam Malik ketika ditanya tentang mereka (Syiah Rafidhah) beliau berkata: “Jangan kamu berbincang dengan mereka dan jangan pula meriwayatkan dari mereka, karena sungguh mereka itu selalu berdusta.” (Mizanul I’tidal, 2/27-28, karya Al-Imam Adz-Dzahabi)

Al-Buwaitiy (murid Imam Syafi’i) bertanya kepada Imam Syafi’i, “Bolehkah aku shalat di belakang orang Syiah?” Imam Syafi’i berkata, “Jangan shalat di belakang orang Syi’ah, orang Qadariyyah, dan orang Murji’ah” Lalu Al-Buwaitiy bertanya tentang sifat-sifat mereka, Lalu Imam Syafi’i menyifatkan, “Siapasaja yang mengatakan Abu Bakr dan Umar bukan imam, maka dia Syi’ah”. (Siyar A’lam Al-Nubala 10/31)

Al-Imam Al-Bukhari berkata: “Bagiku sama saja apakah aku shalat di belakang Jahmi, dan Rafidhi atau di belakang Yahudi dan Nashara (yakni sama-sama tidak boleh). Mereka tidak boleh diberi salam, tidak dikunjungi ketika sakit, tidak dinikahkan, tidak dijadikan saksi, dan tidak dimakan sembelihan mereka.” (Khalqu Af’alil ‘Ibad, hal. 125)

NASEHAT kepada orang yang ingin mendekatkan penganut agama Islam dengan syi’ah:

Syaikh Al Walid bin Muhammad Nabih An Nashr berkata, “Hendaklah bertakwa kepada Alloh orang-orang yang berusaha mengadakan pendekatan antara Ahlussunnah dan Syiah. Mereka (yang mengadakan pendekatan) adalah seperti apa yang difirmankan Alloh Subhanahu wa Ta’ala: “Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: “Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)”, serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir)” (An Nisaa: 150)
“Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir): tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir), maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya.” (An-Nisaa: 143)
“Perumpamaan orang munafik adalah bagaikan kambing yang kebingungan antara dua kambing lainnya. Sekali ia mengarah ke sana dan sekali juga mengarah ke kambing lainnya. Ia tidak tahu harus mengikuti siapa.” (HR. Muslim) -(Syarh Ushulussunnah Imam Ahmad bin Hanbal)-