Wednesday, May 27, 2015

Fatwa Cerdas Ulama India Dan Pakistan Tentang Kafirnya Syi’ah

Himbauan  Dan  Fatwa  Ulama  India   Dan   Pakistan

ALISTIFTA’   ( Pertanyaan )

Firqah Syiah Imamiyyah Itsna Asyariyah yang terdapat di negara kita ini Kafir atau Islam?. Apakah dibolehkan melakukan pernikahan dengan mereka?. Haram atau halalkah sembelihan mereka?. Bolehkah menyolati jenazah mereka atau mengikutsertakan mereka dalam shalat jenazah kita?. Dan jika ada orang Syiah yang memberikan uang sumbangan untuk pembangunan masjid, diterima atau tidak? 

JAWAB

Syiah Imamiyyah Itsna Asyariyah  (Rafidhah) jelas-jelas telah keluar dari Islam. Para ulama kita terdahulu, oleh karena mereka tidak mengetahui hakikat Madzhab ini dengan sebenarnya karena disebabkan orang Syiah menyembunyikan Madzhabnya dengan rapi dan buku-buku mereka juga sangat sulit didapat. Maka oleh karena itulah sebagian ulama kita atas dasar kehati-hatian tidak mengkafirkan mereka. Tapi sekarang, buku-buku mereka dapat ditemukan dengan mudah dan hakekat Madzhab ini telah terbuka, oleh karena itu para ulama sepakat mengkafirkannya. Sebab mengingkari ushul-ushul agama, secara terang-terangan adalah kafir. Dan Alquran termasuk salah satu ushul agama yang mempunyai derajat dan maqam yang paling tinggi.

Dan Syiah tanpa ikhtilaf (sepakat) baik itu ulama mutaqaddimin danmutaakhhirin mereka semuanya mengakui aqidah tahrif Quran (ketidak aslian Al Quran). Dan di dalam buku-buku mu’tabar mereka terdapat lebih dari 2000 riwayat tahrif Quran. Yang mana di dalamnya disebutkan lima macam bentuktahrif Quran. I. Tambahan dan pengurangan. II. Perubahan kata. III. Perubahan huruf. IV. Kerusakan susunannya. V. Dan juga kerusakan susunan surat, ayat dan kalimat.

Dengan kelima macam riwayat ini, para ulama mereka mengatakan “Bahwa riwayat-riwayat tersebut adalah riwayat mutawatir dan dengan sharih (terang dan jelas) menunjukkan kepada maksud tahrif Quran. Dan sesuai riwayat-riwayat ini mereka ber’itiqad (tahrif Quran). Sejak para pencetus Madzhab ini meletakkan dasar Madzhab ini sampai sekarang telah berlalu tiga generasi / priode.

Dalam priode pertama tidak ada satu ulama Syiah-pun yang mengatakan kesempurnaan Alquran dan tidak adanya tahrif di dalam Alquran. Kecuali dalam priode kedua, hanya ada empat orang ulama saja yang dengan kedok taqiah (dusta) mengakui kesempurnaan dan keaslian Alquran. Pertama Abu Ja’far  Muhammad bin Ali bin Husain bin Musa bin Babawaih 381 H. Kedua Syarif Murtadha Abul Qasim Ali bin Husain bin Musa Baghdadi 436 H. Ketiga Syaikh Thaifah Abu Ja’far Muhamad bin Ali Thusi 460 H. Keempat Abu Ali Tibrisi Aminudin Fadhl bin Husain bin Fadhl 548H.

Yakni, dari kurun kedua 381 H sampai 548 H hanya empat orang saja yang mengakui tidak adanya tahrif di dalam Alquran. Oleh karena ucapan mereka tidak didasari oleh dalil dan bertentangan dengan riwayat-riwayat mutawatir, maka ulama ulama Syiah yang berada dalam kurun kedua telah menentang dan menolak pendapat mereka. Untuk mengetahui permasalahan ini dengan mendalam, silahkan rujuk buku saya “Tanbihul Haairin” dan “Alawalu minal Ma’tiin”.

Allamah Bahrul Ulum Faranggi pada awalnya memfatwakan keIslaman Syiah. Tapi setelah beliau membaca Tafsir Majma’ul Bayan, beliau sadar bahwa Syiah mengakui aqidah tahrif Alquran. Maka dari itu di dalam bukunya Fawatihul Ramhat syarah Muslim beliau memberi fatwa kafir bagi Syiah. Beliau menulis “Barang siapa yang mengakui di dalam Alquran terdapat tahri (perubahan)f, maka ia telah kafir. Kesimpulannya kekufuran Syiah bukan hanya disebabkan aqidahtahri sajaf, tetapi didasari oleh sebab-sebab kufur lainnya. Seperti aqidahBada’,memfitnah sayidah Aisyah dan lain-lain.

Oleh sebab itu, tidak dibolehkan melakukan pernikahan dengan Syiah, sembelihan mereka haram dimakan, sumbangan mereka tidak boleh diambil. Secara syar’i tidak dibolehkan menyolati jenazah mereka dan mengikut sertakan mereka dalam menyolati jenazah umat Islam. Kalau anda mau tahu, mereka ini sebenarnya di dalam shalat jenazah muslim berdoa buruk bagi si mayyit.                         
Oleh:  Allamah Muhammad Abdus Syukur Faruqi .   
Madrasah Darul Muballighin Locknow.

Dengan mengingkari ke-shahabah-an Abu Bakar ra, memfitnah Aisyah ra. serta mengkafirkannya, Syiah telah kafir. Allamah Ibnu Abidin rah. menulis “Tidak diragukan lagi pengkafiran bagi orang yang memfitnah Aisyah ra. dan mengingkari Abu Bakar ra. sebagai sahabat.” (Syamii 3:294). Di tempat lain beliau juga menulis di dalam kitabnya ini bahwa Syiah murtad dan wajib dibunuh. (Syamii 2:683). Barang siapa yang mengakui bahwa terdapat tahrif di dalam Kalamullah, maka orang tersebut telah murtad dan kafir. Haram melakukan pernikahan dan berhubungan dengan mereka. Sebagaimana Allah berfirman “Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka.”(Almujadalah 22). Oleh karna itu, tidak dibolehkan mengikut sertakan mereka dalam jenazah kita dan dalam selamat maupun ta’ziyah. Dengan beraqidah seperti ini, Syiah bukan saja kafir tapi Akfar (Lebih kafir dari golongan kafir lainnya).
Maulana Riyadhud Din. Mufti Darul Ulum Deoband.       19 safar 1348 H 
Syiah mempunyai berbagai kelompok-kelompok. Dan aqidah-aqidah mereka yang bermacam-macam dan sangkaan-sangkaan mereka adalah batil. Ada sebagian mereka yang wajib dikafirkan seperti Syiah Imamiyyah Itsna Asy’ariyah. Haram menikah dengan mereka. Bahkan wajib memboikot mereka dalam segala kegiatan-kegiatan Islam.
Maulana Muhammad I’jaz Ali.       
Ustad fiqh dan adab Darul Ulum Deoband.

Jawaban jawaban diatas juga dibenarkan oleh para Ulama, diantaranya:
Maulana Hamid Hasan.         Ustad Darul Ulum Deoband.
  . Jawabannya benar.  Maulana Mas’ud Ahmad. Ustad Darul Ulum Deoband.
 ·Jawabannya benar. Maulana Muhammad Syafi’. Ustad Darul Ulum Deoband.
 ·Jawabannya benar. Maulana Muhammad Rasul Khan. Ustad Darul Ulul Deoband.
 ·Jawabannya benar. Maulana Muhammad Ashgar Ali. Ustad Darul Ulum Deoband.
 ·Jawabannya benar. Maulana Khalil Ahmad.Profesor Hadist Mazahirul Ulum Sharanpur.
 ·Barang Siapa yang mempunyai aqidah seperti itu, jelas-jelas orang tersebut kafir dan murtad. Syaikhul Hadist Syaid Husein Ahmad Madani. Rektor Darul Ulum deoband.
 ·Dengan jawaban yang diberikan Maulana abdus Syukkur tadi, tidak diragukan lagi bahwa setiap kelompok atau orang yang mengakui tahrifQuran telah kafir. Abu Tahir Zuhur Ahmad. Ustad dan mufti madrasah Faruqiyah Locknow.
 ·Saya telah membaca buku Allamah Locknowi Tanbihul Haairiin danAwalul minal Ma’tamin. Yang mana saya menjadi yakin bahwa Syiah mengakui tahrif Quran. Dan barang siapa yang mengakuinya maka secara ijma’ orang itu telah kafir. Muhammad Asbath. Ustad Faruqiyah locknow.
 ·Benar apa yang dijawab oleh Allamah Locknowi (gelar bagi maulana Abdus Syukkur), bahwa orang yang mengakui aqidah tahrif maka ia telah kafir. Tidak ada keraguan lagi dalam kekafiran Syiah. Maulana Muhammmad Churagh. Ustad Anwarul Ulum.
 ·Bedasarkan aqidah yang dimiliki Syiah, mereka telah keluar dari Islam dan kafir. Oleh karena itu, wajib bagi ummat Islam untuk tidak menjalin hubungan dengan mereka dalam setiap kegiatan agama, seperti nikah, memakan sembelihan mereka, menyolati jenazah mereka, mengikutsertakan mereka dalam jenazah kita. Menjadikan mereka sebagai saksi dalam nikah, dan mengambil sumbangan dari mereka untuk membangun masjid. Dan barang siapa yang tidak melaksanakannya, maka diapun telah murtad dan kafir seperti mereka. Wallahu’alam.Maulana Mas’ud Ahmad. Naib mufti Darul Ulum Deoband.
  ·Syiah jelas-jelas kafir. Karena selain mereka memfitnah Aisyah ra. dan mencaci maki Syaikhain (Abu Bakar dan Umar radhiallahu ‘anhum), mereka juga mengakui aqidah tahrif Alquran, sebagaimana yang terdapat di dalam buku-buku mereka. Mufti a’zam Hind. Maulana Kifayatullah Dahlawi.

TAMBAHAN  I
Kekufuran dan murtad Syiah dapat dilihat dari segi :

Pertama aqidah tahrif  Quran. Yang mana seluruh Syiah baik yang terdahulu dan sekarang, Imam Ma’sum dan yang tidak ma’sum sepakat mengakuinya. “Pengikut Imamah baik yang terdahulu maupun yang kontemporer berpendapat bahwa Alquran telah mengalami pengurangan, penambahan yang tidak termasuk Alquran. Dan banyak sekali bagian yang dikurangi, dan begitu juga banyak sekali bagian-bagiannya yang ditambahi.” (Almilal wan Nihal).
Oleh karena itu, secara Ijma’ Syiah kafir. Imam Qadhi ‘Iyadh Maliki menulis “Barang siapa mengingkari Alquran, atau menganggap terdapat tahrif di dalamnya, telah dirubah dan telah ditambahi di dalamnya, orang tersebut kafir.” (Syifa  Qadhi Hal 264). Allamah Bahrul Ulum Locknowi menulis “Orang yang mengakui tahrif Alquran kafir.” (Fawatihul Ramhat 617). Mulla Ali Qari dalam bukunya Syarah Fiqh Akbar Hal 205 menulis “Barang siapa yang meragukan Alquran baik itu seluruhnya atau satu surat atau satu ayatnya telah kafir.”.
Imam Ulama Allama Abdul Qadir Jailani setelah menjelaskan aqidah kufur Syiah seperti tahrif Quran, Ishma Imam (kema’suman imam), penghinaan terhadap Malaikat dan yang lainnya, mengatakan bahwa mereka telah keluar dari Islam dan Iman serta kafir. (Ghaniatut Thalibin hal 320).  Penulis Ahsanul Fatawa menulis “Rawafidh yang berada di negara kita ini jelas-jelas telah keluar dari Islam. Karena mereka mengakui aqidah tahrif Quran. Menurut mereka tahrif Quran terbukti dari riwayat mutawatir yang jumlahnya lebih dari 2000, yang secara sharih terdapat di dalam buku-buku mu’tabar mereka. (Ahsanul Fatawa Hal 296).
Inilah buku-buku mu’tabar Syiah yang dengan jelas membuktikan kekurangan dan ketidak aslian Alquran:
Usul Kafi – musuh Allah Muhammad bin Ya’qub Kulaini wafat 329 H.

Tafsir Qummi – musuh Allah Ali bin Ibrahim Qummi kurun ketiga/keempat.
Rijal Kasyi – musuh Allah Abdul Aziz Kasyi kurun IV.
Tafsir Shafi – musuh Allah Mulla Muhsin Kasyimi  kurun III/IV.
Ihtijaj Tibrisi – musuh Allah Syaikh Ahmad Tibrisi kurun IV.
Tafsir ‘Iyashi – musuh Allah Syaikh Abbas. Kurun III/IV.
Anwar Nu’maniyah – musuh Allah Syaid Ni’matullah Jaza’iry 1089 H.
Shafi syarah U.Kafi – musuh Allah Khalil Quzwaini 1089 H.
Mir’atul Uqul Syarah Kafi – musuh Allah Mulla Baqir Majlisi 1101 H.
Fashl Khitab fi tahrifi kitabi rabbil Arbab–Husain Nuri Taqy Tibrisi 1298H

PERHATIAN
Walaupun Syaikh Shaduq, Syarif Murtadha, Abu Ja’far Thusi dan Abu Ali Tibrisi keempat ulama ini mengakui keaslian dan kesempurnaan Alquran, tidaklah dapat membersihkan Syiah dari lobang kekufuran. Alasannya pertama, karena mereka tidak ada memberikan satu riwayatpun dari Imam ma’sum untuk menguatkan pendapat mereka. Hanya dengan cara taqiah saja mereka menipu umat Islam dengan mengakui keaslian dan kesempurnaan. Kedua, karena mereka tidak memberi fatwa kafir terhadap ulama-ulama mereka yang jelas-jelas mengakui kekurangan dan kepalsuan Alquran. Tidak ada satu ulama mutaqaddimin yang sepaham dengan mereka (Fashl Khitab halaman : 32) begitu juga dengan ulamamutaakhirin (Fashl Khitab halaman : 34).
Dalam buku Anwar Nu’maniyah Syaid Ni’matullah mengatakan bahwa riwayat-riwayat tahrif ini berjumlah lebih dari 2000 (Fahsl Khitab halaman : 227). Dan riwayat yang lebih dari dua ribu ini menurut imamiyah adalah mustafidhbahkan mutawatir. (Fashl Khitab hal : 30). Dan riwayat tersebut tanpa kesamaran/ibham jelas-jelas menunjukkan kepada tahrif Alquran. (Fashl Khitab). dan riwayat-riwayat itu tidak kalah banyaknya dari riwayat-riwayat masalahimamiyah. (Fashl Khitab hal : 339).
Menurut Syiah hanya Ali ra. saja lah yang mengumpulkan Alquran, yang mana ayatnya berjumlah tujuh belas ribu. (Usul Kafi halaman : 671). Sedangkan yang terdapat di dalam Alquran sekarang ayatnya berjumlah 6136 (F.Khitab halaman : 104). Yang maksudnya para Sahabat radhiallahu ‘anhum telah mengeluarkan dari dalam Alquran lebih kurang 1064 ayat.ma’azallah. Dan sekarang orang Syiah tidak mempunyai Alquran asli, karena berabad-abad lamanya bersama Imam Mahdi. (Fashl Khitabhalaman : 81).

PERTANYAAN KEPADA SELURUH ULAMA SYIAH

Jika kalian beriman terhadap kesempurnaan dan keaslian Alquran. Maka tolong anda beritahu bagaimana pendapat anda terhadap ulama-ulama dan mujtahidin Syiah khususnya yang dibawah ini yang jelas-jelas mengakui aqidah tahrif Quran. Kafir atau mukmin?.
Muhammad Ya’qub Kulaini – Syaikh Mufid – mufasir ‘Iyasyi – Syaikh Ahmad Tibrisi – Mirza ‘Alauddin – Abdul Aziz Kasyi – Mulla Baqir Majlisi – Khalil Quzwaini – ma’sum Husain bin Ruh Naubakhti dan yang lainnya. Tolong dijelaskan sejelas-jelasnya???
Kedua. Aqidah kufur Syiah yaitu bahwa Allah Swt. melakukan bada’. Yakni Ilmu Allah Swt. selalu berubah-ubah dan berganti-ganti, karena Allah Swt. tidak mengetahui hasil dari segala perkara. Ma’azallah. Penulis Ushul Kafi banyak sekali memberitakan riwayat-riwayat semacam ini. Bahkan ia menjadikan riwayat-riwayat itu dalam satu bab yang dinamakan “Babul Bada’”. Dinukilkan dari Imam Ali Ridha “Tidaklah Allah Swt. mengutus seorang nabi tanpa disertai pengharaman khamar dan pengakuan Allah Swt. (mengenai Dirinya) dengan bada’. (Ushul Kafihalaman : 56).
Aqidah kufur Ketiga. Adalah penghinaan kepada Syaikhain ra. dan fitnah terhadap Siti Aisyah ra. Oleh karena itu para penulis buku Fatawa Alamghiri(dikumpulkan pada masa kerajaan Aurang Zaib yang ditanda tangani lebih dari 500 ulama terkemukan yang ada di Hindustan. Dan Syaikh Abdur Rahman –ayahnya syaikh Waliyullah Dahlawi- adalah ulama yang ikut menandatangani buku tersebut)  menulis “Orang Syiah jika menghina Syaikhain ra. dan melaknat keduanya, maka mereka kafir. Begitu juga bagi orang yang mengingkari khilafat Abu Bakar ra.. Begitu juga bagi orang yang mengingkari khilafat Umar ra. menurut pendapat yang paling shahih.” (Fatawa Alamghiri jilid : 2 halaman : 114, Syami jilid : 3, halaman : 294). “Tidak diragukan lagi kekafiran bagi orang yang memfitnah Aisyah ra. dan mengingkari khilafat Abu Bakar ra.” (Radul Mukhtar jilid:3 halaman : 406).
Mengkafirkan Syiah hukumnya wajib. Sebagaimana yang termaktub dalamFatawa Alamghiri “Wajib mengkafirkan Rawafidh, dan begitu juga orang-orang yang keluar dari millat Islam dan hukum mereka sama seperti murtad.” Bahkan jika ada orang yang tidak mengkafirkan mereka, ia sendiri yang kafir seperti mereka. “Barang siapa yang bertawaqquf mengenai kekafiran Syiah, maka ia juga kafir seperti mereka.” (‘Uqud  jilid : 1 halaman : 92).
Aqidah kufur keempat. Adalah tentang Ishmahnya para Imam yang 12. padahal selepas Rasulullah saw, jangankan 12 imam, orang-orang yang lebih tinggi derajatnya dari mereka seperti Syaikhain ra. dan ummul mukminin ra. saja tidak ada yang ma’sum. “Tidaklah ada selepas Rasulullah saw. manusia yang ma’sum dari kesalahan. Dan kami umat Islam tidak akan mengakui kema’suman sesorangpun setelah Rasulullah saw. Dan seluruh orang yang mendakwakan kema’suman terhadap diri seseorang setelah Rasulullah saw, maka orang tersebut adalah kadzzab, Dajjal, bahkan kafir.” Tapi anehnya ada sebagian ulama Sunni yang mengatakan Syiah tidaklah mengingkari aqidah Khaatm nubuwwat. Mengenai masalah yang sepele seperti ini saja mereka tidak paham, bahwa Syiah secara terang-terangan menafikan aqidah Khaatm Nubuwwat serta termasuk pengkhianat. Sebagaimana yang dinyatakan Syah Waliyullah Muhaddist Dahlawi dalamTafhimat Ilahiya halaman : 244                       
 Oleh Maulana Muhammad Umri Faruqi Nu’mani.
 Ustad Darul Muballighin Locknowi.

TAMBAHAN  II
Sesungguhnya Rawafidh bukanlah termasuk golongan muslimin. (Alfashljilid : 2 halaman : 78. Ibnu Hazm). Tidak ada hak bagi Syiah di dalam kelompok Islam. (Syifa Qadhi Iyadh). Secara ijma’ mereka kafir. Tidak ada pertentangan di dalamnya. (Mazahir Haq jilid : 4, halaman : 84). Syaikh Muhammad bin Yusuf, Syaikh Ahmad bin Yunus, Imam Abdullah bin Idris wafat 192 H. Semuanya sepakat di dalam pengkafiran Syiah. (Sharimul Maslul Halaman : 575. Ibnu Taimiyah).
Rasulullah saw. bersabda “Akan muncul di akhir zaman nanti suatu kaum, yang menamai golongan mereka dengan Rafdhah.” (Musnad Ahmad 1:103). “Akan datang setelahku nanti satu kaum yang menyebut diri mereka dengan Rafdhah. Jika kalian menjumpainya bunuhlah. Karena mereka musyrik. Dan mereka menghina Abu bakar ra. dan Umar ra. Dan barang siapa yang menghina Sahabatku, baginyalah laknat Allah Swt., malaikat dan seluruh manusia. (Daruquthni). “Akan datang satu kaum yang menghina dan merendahkan para Sahabat ra. Janganlah duduk dengan mereka, memberi makan dan minum mereka. Dan janganlah menikahkan mereka dan menikah dengan mereka. Janganlah shalat bersama mereka, dan janganlah menyolati mereka. Dibolehkan melaknat mereka. (Ghaniyatut Thalibin. Halaman : 179. mukaddimatul Awashim Halaman : 24.)                                                        
 Oleh  Maulana Abbas Ahmad.
 Mujtahid Darul Muballighin Locknowi’e.

Demikian telah kami sampaikan himbauan dan fatwa-fatwa dari para ulama India dan Pakistan, semoga dapat membantu pembaca dalam mengambil sikap terhadap Syi’ah Imamiyyah Itsnaasyariyyah atau yang sekarang menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait.
ASH-SHOWAAIQ EDISI  NOPEMBER  2006


Syi’ah Ada Dibalik Isu Anti-Wahabi Untuk Pecah Belah Umat Islam

Ternyata, ramainya isu “anti-Wahabi” dalam beberapa tahun terakhir adalah ulah Syi’ah. Perselisihan antara Wahabi (Salafi) dengan kelompok Aswaja merupakan propaganda Syi’ah untuk memecah-belah keluarga besar umat Islam di Indonesia. Keterangan ini disampaikan oleh Anggota Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI Pusat, Ustadz Fahmi Salim Zubair, M.A. dalam acara bedah buku MUI “Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syi’ah di Indonesia”, bertempat di masjid An-Nuur, Mahogany Residence, Cibubur pada hari Ahad (06/04) pagi.
Salah satu tim penulis buku MUI ini menghimbau kepada umat Islam pengikut ajaran Nabi SAW, baik itu Salafi, Muhammadiyah, Aswaja dan lainnya agar bersatu serta meninggalkan perselisihan dalam masalahfuru’iyyah.
“Yang penting kita satu koridor, sama-sama umat Islam,” tegasnya.
Ustadz Fahmi yang juga menjabat sebagai Wakil Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) menilai, bahwa pihak yang paling diuntungkan dari konflik dan perselisihan antar sesama Muslimin adalah Syi’ah.
“Yang paling mendapat keuntungan dari perselisihan antara Salafi-Wahabi dan Aswaja adalah Syi’ah,” tuturnya.
Sementara Dr. Haidar Bawazier yang juga didaulat menjadi narasumber dalam acara tersebut menjelaskan, walaupun Aswaja dan Salafi berselisih, tapi rujukan mereka satu, Al-Qur’an dan Hadits. Perbedaan-perbedaan dalam masalah furu’iyyah bisa didudukkan oleh orang-orang alim diantara mereka, bukan bawahan-bawahannya. Sedangkan perselisihan dengan Syi’ah yang sudah jelas-jelas bukan Islam adalah perselisihan yang tidak akan pernah bersatu karena sudah masuk ranah ushuluddin. Dengan demikian, ajakan “ukhuwah Islamiyah” versi mereka hanyalah sebatas omong kosong belaka. 
Buku-buku Penggugat Wahabi, Ditunggangi Syiah dan Sepilis?
Oleh: sumantri 
Tentu kita penasaran, siapakah sesungguhnya Syaikh Idahram, penulis buku Trilogi Data dan Fakta Penyimpangan Salafi Wahabi (Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi, Mereka Memalsukan Kitab-kitab Karya Ulama Klasik, dan Ulama Sejagad Menggugat Salafi Wahabi) yang kata pengatarnya ditulis oleh Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul (PBNU) Prof. Dr. KH. Said Agil Siraj, MA.
Saat voa-islam menanyakan jatidiri Syaikh Idahram kepada KH. Said Agil Siraj yang ditemui usai Wokshop Deradikalisasi Agama Berbasis Kyai/Nyai dan Pesantren yang digelar oleh Muslimat NU di Park Hotel, Jakarta, tidak mau menjawab secara jelas, siapa sesungguhnya Syaikh Idahram. Kiai NU itu hanya menjawab ringkas, “Yang jelas, dia adalah bimbingan saya. Saya lah yang membimbing penulis buku itu,” kata Said Agil.
Di dalam biodata penulis buku Ulama Sejagad Menggugat Salafi Wahabi, Syaikh Idahram adalah sosok pemerhati gerakan-gerakan Islam, lahir di Tanah Jawa, pada tahun 1970-an. Ketertarikannya terhadap fenomena Salafi Wahabi terpupuk sejak ia melanglang buana dan belajar ke Timur Tengah,bertalaqqi kepada para masyayikh di sana dan berdiskusi dengan para ustadz.
Dalam upaya pencariannya itu, Syaikh Idahram pernah menjadi anggota organisasi Muhammadiyah beberapa tahun, aktif dalamliqa’ PKS (Partai Keadilan Sejahtera) selama 4 tahun, pengurus kajian Hizbut Tahrir selama 2 tahun, pejabat teras ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia), hingga akhirnya berlabuh dan basah kuyub dalam tasawuf dengan berba’iat kepada seorang syaikh.
Maraknya gerakan Islam garis keras di Indonesia, serta dorongan dari berbagai pihak, membuat Idahram memutuskan untuk menuliskan apa yang diamatinya selama ini tentang Salafi Wahabi. Ia sempat ragu ketika beberapa kawan mengingatkannya tentang terror yang kerap kali terjadi terhadap para pengkritik faham ini. Akan tetapi atas rekomendasi dari para masyayikh, penulis akhirnya memutuskan utnuk tetap menuliskan penelitiannya debgan menyiasati penggunaan nama pena, yaitu Syaikh Idahram.
Menurut pengakuannya, buku Trilogi data dan Fakta Penyimpangan sekte Salafi Wahabi ini lahir sebagai titik kulminasi dari rasa prihatin penulis terhadap persatuan dan ukhuwah umat Islam yang saat ini sangat meradang dan hanya tinggal wacana. Hingga akhirnya, pencarian dan penelitian yang dilakukannya selama 9 tahun, mulai 2001-2010, membuahkan hasil ketiga buku trilogi penyimpangan salafi wahabi tersebut. Sang Penulis, Syaikh Idahram secara terbuka membuka ruang dialog melaui e-mail: salafiasli@yahoo.com.
Ditunggangi Syiah dan Sepilis
Yang menarik, Abu Muhammad Waskito, penulis buku “Bersikap Adil Kepada Wahabi: Bantahan Kritis dan Fundamental Terhadap Buku Propaganda Karya Syaikh Idahram” (Penerbit : Pustaka Al-Kautsar),menduga Syaikh Idahram adalah sosok Abu Salafy yang sering nongol di dunia maya di Tanah Air. Jika di online memakai nama Abu Salafu, sedangkan di buku memakai nama Syaikh Idahram.
Abu Salafy ini punya sebuah blog propaganda yang mayoritas isinya menghujat dakwah Salafiyah, menghina ulama-ulama Ahlu Sunnah, seperti Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayyim; menghina ulama wahabi, seperti Syaikh Muhammad At-Tamimi, Syaikh Ibnu Baz, Syaikh Albani dan sebagainya.
Mengapa AM Waskito menganggap Abu Salafy adalah sosok Idahram? “Karena keduanya memiliki banyak kesamaan, yakni sama-sama menghujat Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab.
Belakangan beredar informasi di internet bahwa sosok Syaikh Idahram bernama asli Marhadi Muhayyar, namun info ini belum mendapat kepastian, mengingat yang bersangkutan tak pernah secara gentle tampil ke public.
AM Waskito dalam bukunya “Bersikap Adil kepada Wahabi” (Pustaka Al Kautsar), juga mencurigai, sosok Syaikh Idahram, penulis buku Trilogi Penyimpangan Salafi Wahabi tersebut adalah seorang penganut akidah Syiah atau minimal pendukung Syiah. Meskipun dia tidak mengucapkan pengakuan atas akidahnya, tetapi hal itu bisa dibuktikan dari perkataan-perkataan dia sendiri dalam bukunya. Bukan hanya itu, Waskito mencium aroma, ketiga buku tulisan Syaikh Idahram ditunggangi oleh kepentingan kaum Syiah dan Sepilis (Sekulerisme, Pluralisme, dan Liberalisme).
Bukti kesyiahan Syaikh Idahram, menurut pengamatan Waskito diantaraya: Si penulis menyebut Kota Najaf di Irak sebagai Najaf Al-Asyraf. Sebutan semacam ini hanya dikenal di kalangan Syiah, bukan Ahlu Sunnah.
Kemudian, Syaikh Idahram juga menyebutkan bahwa dalam Islam setidaknya ada tujuh madzhab, yaitu: Madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’I, dan Hambali; ditambah dua madzhab: Syiah, Ja’fari dan Imamiyah; ditambah 1 madzhab Zhahiri. Perkataan seperti ini tidak dikenal dikalangan Ahlu Sunnah. Yang jelas, tidak sedikit, Syaikh Idahram menggunakan referensi dari kaum Syiah.
Sejak awal, AM Waskito menduga posisi Said Agil Siraj bukan hanya sebagai pemberi kata pengantar. “Bisa jadi, dia terlibat langsung di balik proyek penerbitan buku-buku propaganda itu,” ungkapnya curiga.
Dan benar saja, KH. Said Agil Siraj kepada voa-Islam mengakui, bahwa buku yang ditulis Syaikh Idahram adalah atas bimbingannya. “Saya lah yang membimbing penulisnya,” kata Said Agil terus terang.


Adakah Sahabat Yang Lebih Mulia Dari Abu Bakar ? Antara Kajian Ilmiyah Dan Fitnah Kaum Syiah

Oleh : Ust. Aminullah Yasin
Berkata Imam As-Subki dalam kitab “Thobaqah As-Syafi’iyah Al-Kubro”, (Jilid 9/Hal. 115) :

قال لي شيخنا الذهبي مرة: من في الأمة أفضل من أبي بكر الصديق رضي الله عنه بالإجماع؟
فقلتُ: يفيدنا الشيخ
فقال: عيسى بن مريم عليه السلام، فإنه من أمة المصطفى، ينزل على باب دمشق، ويأتم في صلاة الصبح بإمامها، ويحكم بهذه الشريعة
Syaikh kami, Imam Adz-Dzahabi suatu kali berkata, “siapakah orang dalam Ummat ini yang secara ijma’ lebih mulia dari Abu Bakar As-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu?”
Aku berkata, “beritahukan kepada kami wahai Syaikh…”
Beliau menjawab, “ ‘Isa bin Maryam alaihis salam, beliau adalah salah satu dari ummat Nabi Muhammad, diakhir zaman akan turun pada pintu Damaskus, melaksanakan sholat subuh dengan imamnya, dan akan berhukum dengan syariat (Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam).” [selesai]
 
PENDAPAT AL-HAFIDZ IBNU HAJAR rahimahullah
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqolani juga memasukkan ‘Isa bin Maryam alaihis salam dalam daftar sahabat Nabi dalam kitabnya yang fenomenal “Al-Ishobah Fie Tamyizi As-Shohabah” dengan No. 6,153. Beliau berkata,


6153 عيسى المسيح بن مريم الصديقة بنت عمران بن ماهان بن الغار رسول الله وكلمته ألقاها إلى مريم ذكره الذهبي في التجريد مستدركا على من قبله فقال عيسى بن مريم رسول الله رأى النبي صلى الله عليه وسلم ليلة الإسراء وسلم عليه فهو نبي وصحابي وهو آخر من يموت من الصحابة
6,153 ‘Isa Al-Masih bin Maryam As-Shiddiqah binti ‘Imron bin Mahan bin Al-Ghor, seorang utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam.


Imam Adz-Dzahabi menyebutkannya dalam kitab At-Tajrid, dari hasil penelusuran atas sebelumnya. Beliau berkata, “ ‘Isa bin Maryam, seorang utusan Allah, dia melihat Nabi shalallahu alaihi wa sallam pada malam Isro’, dan dia adalah seorang Nabi dan seorang Sahabat, dan dia adalah sahabat yang (akan) terakhir mati.” [selesai]

Masih dalam kitab yang sama, Al-Hafizh Ibnu Hajar menjelaskan 3 alasan kenapa Nabi ‘Isa alaihis salam beliau anggap termasuk dari golongan sahabat. Beliau berkata :

ويتجه ذكر عيسى خاصة لأمور اقتضت ذلك أولها أنه رفع حيا وهو على أحد القولين الثاني أنه اجتمع بالنبي صلى الله عليه وسلم ببيت المقدس على قول ولا يكفي اجتماعه به في السماء لأن حكمه من حكم الظاهر الثالث أنه ينزل إلى الأرض كما سيأتي بيانه فيقتل الدجال ويحكم بشريعة محمد صلى الله عليه وسلم فبهذه الثلاث يدخل في تعريف الصحابي وهو الذي عول عليه الذهبي وقد رأيت أن أذكر له ترجمة مختصرة

Dan alasan kenapa ‘Isa alaihis salam secara khusus kami sebutkan (dalam kitab ini) adalah dengan sebab-sebab berikut :

Pertama, bahwa Nabi ‘Isa diangkat oleh Allah (ke langit) dalam keadaan hidup, meskipun ada perbedaan pendapat dalam hal ini.

Kedua, bahwa Nabi ‘Isa pernah bertemu dengan Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam di Baitul Maqdis menurut sebuah pendapat, dan tidak cukup pertemuan antara beliau dengan Nabi Muhammad di atas langit, karena hukumnya adalah sesuai dengan yang zhohir.

Ketiga, bahwa Nabi ‘Isa akan turun kembali ke bumi, sebagaimana akan kami jelaskan nanti, dan beliau akan membunuh Dajjal, berhukum dengan Syari’at Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.

Maka dengan tiga alasan ini, beliau termasuk dalam golongan Sahabat. Dan inilah sebab yang dijadikan alasan oleh Imam Adz-Dzahabi. Dan sayapun memandang untuk menuliskan biografinya secara singkat (dalam kitab ini). [selesai]

PENDAPAT SYAIKH ABDUL AZIZ AR-RAJHI hafizhohullah.

Fadhilatus syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdullah Ar-Rajhi hafizhohullah menguatkan pendapat ini, beliau berkata dalam halaman pribadinya (http://portal.shrajhi.com/Media/ID/7038) :
ويتجه ذكر عيسى خاصة لأمور اقتضت ذلك أولها أنه رفع حيا وهو على أحد القولين الثاني أنه اجتمع بالنبي صلى الله عليه وسلم ببيت المقدس على قول ولا يكفي اجتماعه به في السماء لأن حكمه من حكم الظاهر الثالث أنه ينزل إلى الأرض كما سيأتي بيانه فيقتل الدجال ويحكم بشريعة محمد صلى الله عليه وسلم فبهذه الثلاث يدخل في تعريف الصحابي وهو الذي عول عليه الذهبي وقد رأيت أن أذكر له ترجمة مختصرة
‘Isa ‘alaihis salam adalah salah satu dari bagian ummat Nabi Muhammad, dan dia adalah termasuk Nabi, dan dia adalah orang terbaik dari ummat ini setelah Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, kemudian Abu Bakar As-Shiddiq.

‘Isa ‘alaihis salam kita katakan bahwa dia seorang sahabat, karena dia melihat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam pada malam mi’raj dalam keadaan hidup.


Sehingga pernah ditanyakan, “siapakah yang paling mulia dari ummat ini, melebihi Abu Bakar As-Shiddiq secara ijma’?” (jawabannya) ‘Isa ‘alaihis salam. ‘Isa adalah seorang Nabi, lebih mulia dari Abu Bakar secara ijma’, dan dia juga salah satu dari bagian Ummat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, dia juga seorang sahabat, karena dia menyaksikan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam pada malam mi’raj.

Karena pengertian dari istilah “sahabat” itu adalah seorang  yang pernah bertemu dengan Nabi dan dia beriman, dan dia mati dalam keadaan Islam. Itulah pengertian sahabat, walaupun hanya (bertemu) sekilas dan satu kali, sahabat junior yang mereka di tahnik oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam dimasa bayi mereka, mereka juga berhak untuk disebut dengan istilah sahabat. [selesai]

PENDAPAT LAIN?
Apa yang kami sampaikan diatas hanyalah sebatas “pendapat” sebagian ulama, dan masih layak untuk dikritisi, ditambah lagi bahwa pendapat tersebut diungkapkan pertama kali oleh Imam Adz-Dzahabi yang hidup pada abad ke-7 Hijriyah (673 H s/d 748 H).

Dan pendapat tersebut tidak memiliki mustanad / sandaran kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, maupun kepada As-Salafus Sholih. Berkata Imam Malik rahimahullah :
كل أحد يؤخذ من قوله ويرد إلا صاحب هذا القبر
"Setiap orang (bisa) diambil pendapatnya ataupun ditolak, selain orang dalam kuburan ini (Yaitu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam)." [Lihat : Maqosidul Hasanah, karya Imam As-Sakhowi, hal : 513].
Maka terkait dengan permasalahan ini kami katakan –wallahu a’lam-, bahwa pendapat tersebut diatas adalah pendapat yang lemah, selain tidak didukung dengan dalil syar’i ataupun perkataan sahabat atau salah seorang dari kalangan salaf, pendapat tersebut juga kami nilai ada beberapa kelemahannya, diantaranya :

Kelemahan Pertama, Pendapat ini berdasarkan pada “pengertian sahabat” yang mereka tetapkan, yaitu : “Sahabat adalah seorang yang bertemu dengan Nabi (walaupun sesaat) dalam keadaan Islam, dan dia mati dalam keadaan Islam”.

Dari sisi ini, ada dua hal yang kami kritisi :

Pertama, terdapat perbedaan pendapat dikalangan para ulama tentang pengertian sahabat hingga lebih dari 5 pendapat.

Kedua, meskipun pengertian ini adalah pengertian yang rojih menurut jumhur ulama, namun pengertian ini tidak bisa dipahami dan diaplikasikan secara tekstual / leterlek begitu saja, kenapa? Karena pengertian ini bukanlah nash Al-Qur’an ataupun Al-Hadits. Dan apabila (tetap) dipaksakan untuk dipahami secara leterlek, maka akan terjadi :

Kelemahan Kedua, Jika Nabi ‘Isa alaihis salam adalah sahabat, karena pernah melihat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, maka orang-orang yang hidup diakhir zaman yang berjuang bersama Nabi Isa dalam memerangi dajjal, mereka berhak disebut sebagai TABI’IN. karena pengertian tabi’in (yang rojih) adalah : seorang yang bertemu dengan sahabat dalam keadaan beriman dan meninggal dalam keadaan islam!

Dari sisi ini, ada dua hal pula yang bisa dipertanyakan :

Pertama, apakah Imam Mahdi yang menjadi Imam sholat bagi Nabi ‘Isa adalah seorang tabi’in, dan apakah dengan demikian kita katakan bahwa Imam Mahdi adalah tabi’in yang terbaik?
Kedua, jika mereka adalah tabi’in , apakah mereka termasuk dalam golongan as-salafus sholeh, ummat terbaik setelah zaman sahabat?!

Kelemahan ketiga, jika pengertian yang dibuat oleh para ulama tersebut harus kita terapkan secara leterlek, maka akan terjadi  kerancuan dalam berpikir. Dan layak seseorang mengatakan :

1.    Abu Bakar As-Shiddiq adalah seorang Tabi’in, kenapa? Karena Abu Bakar As-Shiddiq bertemu dengan sahabat dalam keadaan beriman dan mati dalam keadaan islam.

2.    Umar bin khottob adalah seorang Tabi’ut Tabi’in, kenapa? Karena Umar bin Khottob bertemu dengan tabi’in dalam keadaan beriman dan mati dalam keadaan islam.
3.    Dan lain sebagainya…

Tentu saja itu adalah buah/hasil dari penerapan kaidah secara leterlek yang tidak dapat dihindari.
Kelemahan keempat, manakah kedudukan yang lebih mulia? Nabi atau Sahabat? Tentu saja Nabi lebih mulia! Maka kami katakan, jika kedudukan Nabi jauh lebih mulia dibanding kedudukan Sahabat kenapa kita harus mengatakan bahwa Nabi ‘Isa alaihis salam adalah seorang Sahabat?

Sama seperti ketika kita mengatakan, Abu Bakar As-Shiddiq adalah sahabat dan bukan tabi’in, meskipun pengertian tabi’in berlaku padanya, karena kedudukan sahabat jauh lebih mulia dibandingkan dengan kemulian tabi’in.

Demikian pula kami katakan, kedudukan Nabi ‘Isa alaihis salam sebagai seorang Nabi, bahkan beliau adalah salah satu dari Ulil Azmi, tentu jauh lebih mulia dari kedudukannya sebagai sahabat. Meskipun pengertian sahabat berlaku atasnya, namun apakah pantas kita mengatakan Nabi ‘Isa alaihis salam adalah seorang sahabat?!

Kelemahan kelima, pendapat ini bertentangan dengan pendapat para as-salafus shalih, baik dari kalangan sahabat, tabi’in ataupun tabi’ut tabi’in. Karena tidak ada satupun riwayat dari as-salafus sholih yang menyatakan bahwa ‘Isa ‘alaihis salam adalah sahabat terbaik. Berikut kami nukilkan beberapa riwayat dan perkataan Ulama yang menguatkan hal ini :
كل أحد يؤخذ من قوله ويرد إلا صاحب هذا القبر
Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma berkata, “kami memilih (yang terbaik) diantara manusia pada zaman Nabi shallallahu alaihi wa sallam, maka kami memilih Abu Bakar kemudian Umar bin Khottob kemudian Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhum [HR. Al-Bukhori]
عن ابن عمر رضي الله عنهما قال كان نخير بين الناس في زمن النبي صلى الله عليه وسلم فنخير أبا بكر ثم عمر بن الخطاب ثم عثمان بن عفان رضي الله عنهم
Dari Muhammad bin Al-Hanafiyah berkata, “Aku bertanya kepada Ayahku (‘Ali bin Abi Tholib), siapakah manusia terbaik (di umat ini) setelah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam?” Beliau menjawab, “Abu Bakar”. Aku bertanya, “kemudian siapa?”. Beliau menjawab, “kemudian Umar”. Aku khawatir beliau akan mengatakan kemudian Utsman, maka aku katakan, “kemudian engkau?”. Beliau menjawab, “aku hanyalah salah seorang dari kaum muslimin”. [HR. Al-Bukhori].

عن محمد بن الحنفية قال قلت لأبي أي الناس خير بعد رسول الله صلى الله عليه وسلم قال أبو بكر قلت ثم من قال ثم عمر وخشيت أن يقول عثمان قلت ثم أنت قال ما أنا إلا رجل من المسلمين
Dari Abu Juhaifah berkata, aku mendengar Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu berkata, “maukah kalian aku beritahukan siapakah orang terbaik dikalangan umat ini setelah Nabinya? Dialah Abu Bakar! Dan maukah kalian aku beritahukan siapakah orang terbaik dikalangan umat ini selelah Abu Bakar? Dialah Umar ! [HR. Ahmad]
قال : ألا إنَّ أفضلَ هذه الأمَّةِ بعد نبيِّها أبو بكرٍ ، من قال غيرَ ذلك بعد مقامي هذا فهو مفتري وعليه ما على المفتري
Berkata Umar bin Khattab, “ketahuilah bahwa yang terbaik dikalangan umat ini setelah Nabinya adalah Abu Bakar, barang siapa yang berkata selain itu setelah berdirinya aku ini, maka dia adalah pendusta, dan baginya hukuman seorang pendusta” [Diriwayatkan oleh Ibnu Katsir dalam kitab Musnad Al-Faruq, dengan sanad yang kuat]
وَقَالَ الإمَامُ الطَّبَرِيُّ (ت:310هـ): [وَكَذَلِكَ نَقُولُ: فَأَفْضَل أَصْحَابه : الصِّدِّيقُ أَبُو بَكْرٍ ، ثُمَّ الْفَارُوقُ بَعْدَهُ عُمَرُ، ثُمَّ ذُو النُّورَيْنِ عُثْمَانُ بْنُ عَفَّان ، ثُمَّ أَمِيْرُ المؤمنينَ وإمامُ الْمُتَّقِينَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ، رضوان الله عَلَيْهِم أَجْمَعِينَ]
Berkata Imam At-Thobari (wafat tahun 310 H), “dan demikian juga kami katakan, bahwa sahabat yang terbaik adalah Ash-Shiddiq Abu Bakar, kemudian Al-Faruq Umar, kemudian Dzun Nurain Utsman bin Affan, kemudian Amirul Mu’minin dan Imamul Muttaqin Ali bin Abi Tholib ridhwanullah alaihim ajma’in” [Lihat kitab Shorihus Sunnah karya At-Thobari, hal. 26]

 وَقَالَ الإمَامُ أَبُو بَكْرٍ الآجُرِّيُّ (ت:360هـ): [وَمَذْهَبُنَا فِيهِم أَنَّا نَقُولُ فِي الْخلافَةِ والتَّفْضِيْلِ: أَبُو بَكْرٍ، ثُمَّ عُمَرُ، ثُمَّ عُثْمَانُ، ثمَّ عليٌّ، رَضِيَ اللهُ عَنْهُم]
Berkata Imam Abu Bakar Al-Ajuuri (wafat tahun 360 H), “dan madzhab kami (ahlus sunnah) terkait mereka (para sahabat) adalah kami katakan, dalam masalah (siapakah yang paling berhak menjadi) khilafah dan (siapakah yang paling) utama (mereka adalah) : Abu Bakar, kemudian Umar, kemudian Utsman, kemudian Ali, radhiyallahu anhum.” [lihat kitab As-Syari’ah, ]

 وَقَالَ الإمَامُ ابنُ أبِي زَيْدٍ القَيْرَوَانِيُّ(ت:386هـ): [بَابُ مَا تَنْطِقُ بِهِ الأَلْسِنَةُ، وتَعْتَقِدُهُ الأَفْئِدَةُ مِنْ وَاجِبِ أُمُورِ الدِّيَانَاتِ  ثُم قَالَ: [وَأفْضَلُ الصَّحَابَةِ الخُلَفاءُ الرَّاشِدُونَ المَهْدِيُّونَ: أَبُو بَكْرٍ، ثُمَّ عُمَرُ، ثُمَّ عُثْمَانُ، ثمَّ عَلِيٌّ، رَضِيَ اللهُ عَنْهُم أَجْمَعِيْنَ]
Berkata Imam Ibnu Abi Zaid Al-Qairawani (wafat tahun 386 H), “Bab apa yang diucapkan oleh lisan dan diyakini oleh hati dari perkara-perkara wajib dalam agama” kemudian beliau mengatakan, “dan sahabat yang paling mulia adalah al-Khulafaur Rasyidun Al-Mahdiyun, : Abu Bakar, kemudian Umar, kemudian Utsman, kemudian Ali, radhiyallahu anhum.” [Lihat kitab Risalatul Imam Ibnu Abi Zaid Al-Qairawani, hal. 19]

 وَقَالَ الإمَامُ ابنُ أبِي زَمَنِيْن (ت:399هـ): [وَمِنْ قَوْلِ أَهْلِ اَلسُّنَّةِ: أَنَّ أَفْضَلَ هَذِهِ اَلأُمَّةِ بَعْدَ نَبِيِّنَا : أَبُو بَكْرٍ، وَعُمَرُ، وَأَفْضَلَ اَلنَّاسِ بَعْدَهُمَا: عُثْمَانُ وَعَلِيٌّ]
Berkata Imam Ibnu Abi Zamanain (wafat tahun 399 H), “dan termasuk pendapat Ahlus Sunnah, bahwa manusia terbaik dalam umat ini setelah Nabi kita adalah Abu Bakar dan Umar dan yang terbaik setelah mereka berdua adalah Utsman dan ‘Ali”. [Lihat kitab Ushulus Sunnah, Hal. 270]
وَقَالَ الإمَامُ أبُو نُعَيْمٍ الأَصْبَهَانِيُّ (ت:430هـ): [وَمِنْهُم مَنْ يَقُولُ: أَبُو بَكْرٍ، ثُمَّ عُمَرُ، ثُمَّ عُثْمَانُ، ثمَّ عَلِيٌّ، رَضِيَ اللهُ عَنْهُم أَجْمَعِيْنَ، وَذَلِكَ قَوْل أَهْلِ الْجَمَاعَةِ وَالأثَرِ مِنْ رواةِ الْحَدِيثِ، وَجُمْهُورِ الأمَّةِ]
Berkata Imam Abu Nu’aim Al-Ashbahani (wafat tahun 430 H), “dan diantara mereka ada yang mengatakan (yang terbaik adalah) Abu Bakar kemudian Umar kemudian Utsman kemudian Ali, radhiyallahu anhum ajma’in. dan itu adalah perkataan Ahlus Sunnah wal Jama’ah dari kalangan para periwayat hadits dan mayoritas ummat ini”. [Lihat kitab Al-Imamah war Rodd Ala Ar-Rafidhah, hal. 206]

وَقَالَ الإمَامُ أبُو عُثمان الصابونِيُّ (ت:449هـ): [وَيَشْهَدُونَ وَيَعْتَقِدُونَ أَنَّ أَفْضَلَ أَصْحَابِ رَسُولِ اللهِ - صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَسَلَّمَ -: أَبُو بَكْرٍ، ثُمَّ عُمَرُ، ثُمَّ عُثْمَانُ، ثمَّ عَلِيٌّ، وأَنَّهُم الْخُلَفَاء الرَّاشِدُونَ...]
Berkata Imam Abu Utsman As-Shobuni (wafat tahun 449H), “dan mereka (ahlus sunnah) bersaksi dan berkeyakinan bahwa sahabat terbaik adalah Abu Bakar, kemudian Umar, kemudian Utsman, kemudian Ali, dan bahwasanya mereka adalah para khalifatur rasyidin…” [Lihat kitab Aqidatus Salaf wa Ashabul Hadits, hal 289].

وَقَالَ الإمَامُ ابنُ قُدَامَة (ت:620هـ): [وأَفْضَلُ أُمَّتِهِ: أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقُ، ثُمَّ عُمَرُ الْفَارُوقُ، ، ثُمَّ عُثْمَانُ ذُو النُّورَيْنِ، ، ثمَّ عَلِيٌّ الْمُرْتَضَى، رَضِيَ اللهُ عَنْهُم أَجْمَعِيْنَ ...]
Berkata Imam Ibnu Qudamah (wafat tahun 620 H), “dan yang terbaik dikalangan umat ini adalah Abu Bakar As-Shiddiq kemudian Umar Al-Faruq, kemudian Utsman Dzun Nurain, kemudian Ali Al-Murtadho radhiyallahu ‘anhum ‘ajma’in…” [Lihat kitab Lum’atul I’tiqod, hal. 45]
Maka kami katakan, jika benar bahwa ‘Isa alaihis salam adalah seorang sahabat, niscaya tidak ada satupun dari kalangan sahabat yang mengatakan dan berpendapat bahwa Abu Bakar adalah sahabat terbaik! Karena sangat tidak sebanding, seorang yang difirmankan oleh Allah sebagai seorang Nabi, dibandingkan dengan Abu Bakar As-Shiddiq!!


PENDAPAT SYAIKH IBNU UTSAIMIN

Sebagai penguat apa yang kami sampaikan, berikut kami nukilkan perkataan Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah dalam kitab Syarah Aqidah Al-Wasitiyah,
فإن قلت: عيسى عليه الصلاة والسلام ينزل في آخر الزمان وهو رسول، فما الجواب؟
نقول: هو لا ينزل بشريعة جديد، وإنما يحكم بشريعة النبي
فإذا قال قائل: من المتفق عليه أن خير هذه الأمة بعد نبيها أبو بكر، وعيسى يحكم بشريعة النبي ، فيكون من أتباعه، فكيف يصح قولنا: إن خير هذه الأمة بعد نبيها أبو بكر؟
فالجواب: أحد ثلاثة وجوه:
أولها : أن عيسى عليه الصلاة والسلام رسول مستقل من أولي العزم ولا يخطر بالبال المقارنة بينه وبين الواحد من هذه الأمة، فكيف بالمفاضلة؟! وعلى هذا يسقط هذا الإيراد من أصله، لأنه من التنطع، وقد هلك المتنطعون، كما قال النبي
الثاني: أن نقول: هو خير الأمة إلا عيسى
الثالث: أن نقول: إن عيسى ليس من الأمة، ولا يصح أن نقول: إنه من أمته، وهو سابق عليه، لكنه من أتباعه إذا نزل، لأن شريعة النبي باقية إلى يوم القيامة
Apabila seseorang berkata, “ (jika demikian, apakah) ‘Isa alaihis salam akan turun kedunia diakhir zaman sebagai seorang Rasul? Bagaimana jawabnya?”


Kami jawab, “beliau tidaklah turun dengan membawa syariat yang baru, namun beliau hanya akan berhukum dengan syariat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam”

Apabila ada yang berkata lagi, “termasuk yang disepakati adalah bahwasanya orang terbaik dikalangan umat ini setelah Nabinya, adalah Abu Bakar. Sementara ‘Isa akan berhukum dengan syariat Nabi Muhammad, dengan demikian ‘Isa adalah termasuk pengikut Nabi Muhammad, maka bagaimana bisa kita katakan, bahwa orang terbaik dikalangan umat ini setelah Nabinya adalah Abu Bakar?”

Kami jawab dengan salah satu dari tiga hal :

Pertama, bahwasanya Isa adalah seorang Rasul yang terpisah, dan bahkan beliau adalah salah satu dari Ulil Azmi, dan tidak dapat dibayangkan membandingkan seorang Rasul dengan salah satu dari umat ini! Maka apalagi mengutamakan orang lain darinya?! Dengan hal ini, maka pertanyaan tersebut tidaklah pantas ditanyakan, karena termasuk dari perkara tanatthu’ (berlebihan). Dan Nabi mengabarkan bahwa celakalah orang yang berlebih-lebihan!

Atau Kedua, Abu Bakar adalah terbaik di kalangan umat ini, selain dari Isa.

Atau Ketiga kami katakan, bahwa Isa bukanlah bagian dari Umat ini, dan tidak benar dikatakan Isa bagian dari umat ini. Karena Isa telah mendahului umat ini, meskipun kelak diakhir zaman ketika turun beliau akan menjadi salah satu pengikut Nabi Muhammad. Itu dikarenakan syariat Nabi Muhammad akan terus berlaku hingga hari kiamat. [selesai].

BUKANKAH IMAM ADZ-DZAHABI MENYEBUTNYA SEBAGAI IJMA’?

Dalam nukilan perkataan Imam As-Subki diawal tulisan ini, terdapat pernyataan Imam Adz-Dzahabi bahwa Nabi ‘Isa adalah sahabat dan lebih baik dari Abu Bakar secara Ijma’. Lantas bagaimana jawabannya?

Kami jawab, bahwa Ijma’ tersebut bukan pada perkara Nabi ‘Isa adalah sahabat, tapi pada perkara Nabi ‘Isa lebih baik dari Abu Bakar. Ya tentu saja itu adalah ijma’, karena bagaimana mungkin seorang manusia biasa dibandingkan dengan seorang Nabi yang bahkan salah seorang Ulil Azmi?!     

Sedangkan apakah Nabi ‘Isa adalah sahabat, tidak terdapat Ijma’ dalam perkara ini, dan bahkan kita katakan bahwa pendapat JUMHUR ULAMA’ menyatakan bahwa Nabi ‘Isa bukanlah sahabat, dan dapat kami katakan pula bahwa pendapat yang menyatakan Nabi ‘Isa adalah Sahabat merupakan pendapat yang syadz (ganjil). Wallahu a'lam. [*].

FUDHULUL ‘ILMI
Ketika seseorang bertanya, sebenarnya apa faedah dari pembahasan ini? Jika Nabi ‘Isa [benar] seorang sahabat, lantas kenapa? Dan [sebaliknya], jika Nabi ‘Isa bukan seorang sahabat, lantas kenapa?


Pertanyaan diatas ada benarnya. Dan menurut kami –wallahu a’lam- perkara ini termasuk dari fudhulul ‘Ilmi, yang tidak mendatangkan manfaat ketika mengetahuinya dan tidak menimbulkan madhorot jika tidak mengetahuinya!

FITNAH SYI’AH!!

Jika demikian, kenapa masalah ini masih saja diangkat?

Jawabannya ada pada judul tulisan ini, “ADAKAH SAHABAT YANG LEBIH MULIA DARI ABU BAKAR? : Antara Kajian Ilmiyah Dan Fitnah Kaum Syiah”. Ketika ini adalah masalah khilafiyah ijtihadiyah (meski pendapat yang bersebrangan sangat lemah), kaum syi’ah yang memang notabene nya membenci dan memusuhi Islam (Ahlus Sunnah), tentu mereka sangat gembira dan memanfaatkan situasi ini untuk menebarkan fitnah dilakangan muslimin.

Dalam sebuah Forum Syi’ah di Internet kami mendapati salah seorang anggota forum yang akunnya bernama Wahjul Iman (وهج الإيمان) dengan peringkat ‘Udhwun Nasyd wa Fa’aal (anggota aktif dan pro-aktif), dia membenturkan antara perkataan Syaikh Ar-Rajhi yang kami nukilkan diatas dengan perkataan Umar bin Khottob (yang juga kami nukilkan dalam tulisan ini), dimana Umar mengatakan, “ketahuilah bahwa yang terbaik dikalangan umat ini setelah Nabinya adalah Abu Bakar, barang siapa yang berkata selain itu setelah berdirinya aku ini, maka dia adalah pendusta, dan baginya hukuman seorang pendusta”!

Wanita syiah tersebut member ta’liq dengan mengatakan :
أقول : هل العلامه الراجحي من المفترين وعليه ماعليهم ؟! أم عمر هو من المفترين ؟!
Aku katakan : “APAKAH AL-‘ALLAMAH AR-RAJHI TERMASUK PENDUSTA DAN BAGINYA HUKUMAN PARA PENDUSTA ?! ATAUKAN UMAR YANG BERDUSTA?!”

Kemudian ada salah seorang sunni yang menjawab pertanyaan tersebut dengan mengatakan,

حسبنا الله ونعم الوكيل - الشيخ الراجحي يعتبر ان عيسى عليه السلام وان كان نبيا رسولا الا انه يلحق بأمة محمد صلى الله عليه وسلم لانه سينزل في اخر الزمان ويحكم بشريعة الاسلام التي جاء بها نبينا صلى الله عليه وسلم وبالتالي فقطعا لا ابي بكر ولا غيره افضل من عيسى عليه الصلاة والسلام ، أما عمر رضي الله عنه فاعتبر فضل ابي بكر الصديق رضي الله عنه على غيره من أمة محمد صلى الله عليه وسلم باعتبار ان عيسى عليه السلام نبيا رسولا بل من أولي العزم من الرسل وقطعا مذهب أهل السنة ان افضل الأمة بعد نبينا صلى الله عليه وسلم ابو بكر الصديق رضي الله عنه ، وبالمقابل فان الانبياء والرسل افضل من ابي بكر فكيف بعيسى عليه السلام وهو من اولي العزم من الرسل.
ولكن وبحكم الحقد على الفاروق رضي الله عنه تحاولون الطعن فيه فلا مأخذ عليه الا اذا قال أن ابا بكر افضل من عيسى عليه السلام
Cukuplah bagi kami Allah, sebaik-baik pelindung - Syaikh Ar-Rojhi mengangap bahwa ‘Isa alaihis salam, meskipun seorang Nabi dan Rasul, namun (kedudukan tersebut) tidak menghalanginya untuk dapat dikategorikan sebagai bagian dari Ummat Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam, karena Nabi ‘Isa akan turun diakhir zaman dan berhukum dengan Syari’at Islam yang telah disampaikan oleh Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Dengan demikian, tidak ada yang lebih mulia dari Isa, sekalipun itu Abu Bakar.

Adapun perkataan Umar radhiyallahu ‘anhu, beliau menguatamakan Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu atas lainnya dari Ummat Nabi Muhammad dengan anggapan bahwa ‘Isa adalah Nabi dan Rasul bahkan salah satu dari Ulil Azmi, dan tentu saja Ahlus Sunnah menganggap bahwa orang terbaik di ummat Nabi Muhammad adalah Abu Bakar As-Shiddiq, dan juga menyakini bahwa para Nabi dan Rasul jauh lebih utama dari Abu Bakar!! Termasuk juga Nabi ‘Isa alahis salam yang merupakan salah seorang dari Ulil Azmi.
Namun yang menjadi masalah adalah (adanya) kebencian terhadap Al-Faruq (Umar bin Khottob) radhiyallahu anhu, sehingga anda selalu berusaha mencari celah untuk menghina Umar!! Padahal perkataan Umar tersebut tidaklah salah, dan tidak dapat disalahkan! Kecuali jika Umar mengatakan bahwa Abu Bakar lebih mulia dari ‘Isa alaihis salam. [selesai]

Namun tampaknya wanita syi’ah tersebut tidak puas dengan jawaban yang -menurut kami- sudah tepat sasaran, dia kembali berkata,

كيف فات عمر بن الخطاب أن عيسى عليه السلام افضل من أبي بكر فنراه يطلق العباره بأنه أفضل هذه الأمة بعد نبيها بل ويقول ان المفتري هو من يقول عكس هذا ؟
Bagaimana mungkin Umar melewatkan (kebenaran) bahwa ‘Isa alaihis salam lebih mulia dari Abu Bakar?! Dan kami memandang, Umar menyebutkan secara muthlaq bahwa dia (Abu Bakar) adalah orang terbaik di Ummat ini setelah Nabinya!! Ditambah dia mengatakan yang berkata selain ini maka dia adalah pendutsa!!” [selesai].

APA JAWABAN KITA?

Kami menganggap bahwa mengangkat perkara ini dari sisi pembelaan terhadap kehormatan para sahabat Nabi dari fitnah kaum syi’ah adalah perlu dilakukan!

Dan sebelum kami menjawab syubhat dan fitnah kaum syi’ah ini, kami akan nukilkan sebagian keyakinan syi’ah terhadap Abu Bakar dan Umar secara khusus !

عن أبي جعفر الصادق رحمه الله تعالى قوله : "إن الشيخين فارقا الدنيا ولم يتوبا ، ولم يذكرا ما صنعا بأمير المؤمنين عليه السلام ، فعليهما لعنة الله والملائكة والناس أجمعين"

Dari Abu Ja’far As-Shodiq, beliau berkata, “Sesungguhnya dua syaikh (Abu Bakar & Umar) meninggal dalam keadaan belum bertaubat, dan mereka berdua tidak ingat apa yang mereka lakukan terhadap Amirul Mu’minin alaihis salam, maka atas mereka berdua laknat dari Allah, para malaikat dan seluruh manusia” [Lihat kitab Al-Kafi, Jilid 8 / Hal. 246].
عن محمد الباقر قال : "ثلاثة لا يكلمهم الله يوم القيامة ، ولا يزكيهم ، ولهم عذاب أليم : من ادعى إمامة من الله ليست له ، ومن جحد إماما من الله ، ومن زعم أن لأبي بكر وعمر نصيبا في الإسلام ، لا يكلمه الله ولا يزكيه وله عذاب أليم"

Dari Muhammad Al-Baqir, berkata, “tiga golongan yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat, dan tidak disucikan, dan bagi mereka adzab yang pedih, 1) yang mengaku sebagai (imam) pemimpin dari Allah, padahal bukan, 2) yang mengingkari (imam) pemimpin yang sah dari Allah, dan 3) yang menganggap Abu Bakar dan Umar memiliki bagian dari keislaman!! Mereka tidak akan diajak bicara oleh Allah, tidak akan disucikan dan baginya adzab yang pedih” [Lihat Kitab Al-Kafi, Jilid 1 / Hal. 373].
عن أبي علي الخراساني عن مولى لعلي بن الحسين عليه السلام قال: كنت معه عليه السلام في بعض خلواته فقلت : إن لي عليك حقا ألا تخبرني عن هذين الرجلين: عن أبي بكر وعمر؟ فقال: كافران كافر من أحبهما"
Dari Abu ‘Ali Al-Khurasani, dari Maulanya ‘Ali bin Al-Husain alaihis salam, berkata, “aku bersama maulaku (Ali) dalam sebagian kholwatnya, aku berkata, “Aku memiliki hak yang harus engkau penuhi, kecuali apabila engkau memberi-tahukan kepadaku tentang dua orang ini: tentang Abu Bakr dan ‘Umar“. Maka beliau menjawab, “mereka berdua kafir, dan kafir pula orang yang mencintai mereka berdua!” [Lihat Biharul Anwar, Jilid 30 / Hal 381]

نقل الكشي أن الكميت بن زيد سأل أبا جعفر عن الشيخين، فقال : "يا كميت بن زيد ، ما أهريق في الإسلام محجمة دم ، ولا اكتسب مال من غيرحله، ولا نكح فرج حرام؛إلا وذلك في أعناقهما إلى يوم يقوم قائمنا، ونحن معاشر بني هاشم نأمر كبارنا وصغارنا بسبهما، والبراءة منهما"
Al-Kasyi menyebutkan, bahwa Al-Kamit bin Zaid suatu hari bertanya kepada Abu Ja’far (Al-Baqir) tentang dua syaikh, beliau berkata, “wahai Kamit bin Zaid, tidaklah darah ditumpahkan dalam Islam, dan tidaklah harta diambil dengan cara tidak halal, dan tidaklah terjadi pernikahan haram (zina), kecuali (dosa-dosa tersebut) berada pada tanggungan mereka berdua hingga hari keluarnya al-Qoim (Imam Mahdi), dan kami wahai sekalian bani Hasyim, yang besar dan yang kecil diperintahkan untuk menghina mereka berdua, dan berlepas diri dari mereka berdua”. [Lihat kitab Ma’rifatur Rijal, Hal 135].

دعاء صنمي قريش أ بو بكر وعمر رضي الله عنهما حيث أوردوا فيهما : "اللهم العن صنمي قريش وجبتيها وطاغوتيهما وإفكيها وابنتيها اللذين خالفا أمرك، وأنكرا وحيك، وجحدا نعامك وعصيا رسولك، وقلبا دينك، وحرفا كتابك وأحبا أعدائك وجحدا آلاءك وعطلا أحكامك , وأبطلا فرائضك وألحدا في آياتك، وعاديا أوليائك وواليا أعدائك وحربا بلادك، وأفسد عبادك , اللهم العنهماوأتباعهما وأولياءهم وأشياعهما ... إلى آخره"
Do’a “Dua Berhala Quraisy, Abu Bakar dan Umar” mereka menyebutkan lafal do’a ini (yang artinya), “Ya Allah, laknatlah dua berhala Quraisy, dua jibt (penyihir)nya, dua thogutnya, dua pendustanya, serta dua putri mereka, mereka berdua menyelisihi perintahMu dan mengingkari wahyuMu, dan menentang nikmatMu, dan menyelisihi RasulMu, dan memutar-balikkan agamaMu, dan merubah kitabMu, dan mencintai musuh-musuhMu, dan menentang nikmat-nikmatMu, dan mengacuhkan hukum-hukumMu, dan membatalkan kewajiban-kewajianMu, dan menyimpang dari ayat-ayatMu, dan memusuhi wali-waliMu, dan membela musuh-musuhMu, dan memerangi negeriMu, dan merusak hamba-hambaMu… Ya Allah, laknatlah mereka dan pengikut mereka berdua dan pembela-pembela mereka, dan kelompok mereka … dst…  [Lihat Tuhfatul Awwam, hal. 423-424]

أن قول الله تعالى: ((ضرب الله مثلا للذين كفروا امرأت نوح وامرأت لوط كانتا تحت عبدين من عبادنا صالحين فخانتاهما فلم يغنيا عنهما من الله شيئا وقيل ادخلا النار مع الداخلين)) نزل في عائشة وحفصة ، وأبي بكر وعمر ، وأن عائشة وحفصة كافرة منافقة مخلدة في النار
Firman Allah ta’ala, “Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): "Masuklah ke dalam jahannam bersama orang-orang yang masuk (jahannam)” [QS. At-Tahrim : 10],

Ayat tersebut turun untuk ‘Aisyah dan Hafshoh dan Abu Bakar dan Umar, dan bahwasanya ‘Aisyah dan Hafshoh itu kafir, munafiq, kekal di neraka!! [Lihat Tafsir Al-Qummi jil. 2 hal. 362]

Nukilan diatas baru sedikit dari apa yang mereka tulis dalam kitab-kitab mereka tentang Abu Bakar dan Umar!! Jika kenyataannya demikian, maka tidak heran jika mereka terus mencari-cari celah untuk menebarkan kebencian kepada Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu!! Tapi meski demikian, kami akan tetap menjawab kontrontirisasi tersebut.

JADI, APA JAWABAN KITA?

Kembali ke pertanyaan awal :

“APAKAH AL-‘ALLAMAH AR-RAJHI TERMASUK PENDUSTA DAN BAGINYA HUKUMAN PARA PENDUSTA?! ATAUKAN UMAR YANG BERDUSTA?!”

Kami jawab :

Tidak ada yang berdusta! Perhatikan perkataan Umar berikut :

“ketahuilah bahwa yang terbaik dikalangan umat ini setelah Nabinya adalah Abu Bakar”

Jadi, Abu Bakar adalah manusia terbaik setelah Nabi! Dan bukan maknanya Abu Bakar lebih baik dari Nabi ‘Isa, karena Nabi Isa adalah Nabi… sedangkan Umar mengatakan bahwa Abu Bakar adalah manusia terbaik setelah Nabi!

Dan perhatikan perkataan Syaikh Ar-Rajhi berikut :

“ ‘Isa ‘alaihis salam adalah salah satu dari bagian ummat Nabi Muhammad, dan dia adalah termasuk Nabi, dan dia adalah orang terbaik dari ummat ini setelah Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, kemudian Abu Bakar As-Shiddiq”

Syaikh Ar-Rajhi mengatakan bahwa ‘Isa alaihis salam sebagai orang terbaik di Ummat Nabi Muhammad, dengan anggapan bahwa Nabi ‘Isa termasuk bagian dari ummat Nabi Muhammad…! Namun, jika kita tanyakan kepada beliau, siapakah manusia terbaik setelah para Nabi? Apa jawaban beliau? Jawaban beliau ada dalam perkataan beliau yang kami nukil dan yang dinukil oleh orang syi’ah tersebut, “KEMUDIAN ABU BAKAR AS-SHIDDIQ”!!

Jadi, apakah ada perbedaan antara Umar bin Khattab dengan Syaikh Ar-Rajhi dalam masalah ini?

Kami ulang lagi, bahwa seluruh Ahlus Sunnah sepakat (IJMA’) bahwa Para Nabi adalah manusia terbaik, dan yang terbaik dikalangan para Nabi adalah Ulil Azmi, dan manusia terbaik setelah para Nabi adalah Abu Bakar kemudian Umar bin Khattab!! Itu adalah ijma’! Perbedaannya adalah pada masalah apakah Nabi 'Isa termasuk dari Ummat Nabi Muhammad? Jika Iya, maka Nabi 'Isa adalah sahabat terbaik, baru kemudian Abu Bakar. Jika tidak, maka Abu Bakar adalah sahabat terbaik.

Umar mengatakan bahwa manusia terbaik di ummat ini setelah Nabinya adalah Abu Bakar, karena beliau menganggap bahwa Nabi ‘Isa tidak termasuk bagian dari ummat ini, beliau adalah seorang Nabi yang diberi kitab sendiri, yang memiliki ummatnya sendiri, dan ketika beliau turun kelak di akhir zaman, beliau tetaplah seorang Nabi, hanya saja beliau tidak diperintahkan oleh Allah untuk mengajarkan kitabnya, namun beliau diperintahkan untuk tunduk kepada syariat Nabi Muhammad!!

Sementara Syaikh Ar-Rajhi mengatakan bahwa Nabi Isa adalah manusia terbaik di ummat ini setelah Nabinya, karena beliau menganggap bahwa Nabi ‘Isa adalah bagian dari ummat Nabi Muhammad. Karena Nabi ‘Isa kelak akan turun kembali dan mengikuti syariat Nabi Muhammad, maka dengan demikian Nabi Isa adalah bagian dari ummat Nabi Muhammad!! Padahal yang rojih tidaklah demikian! Allah berfirman :

قال إني عبد الله آتاني الكتاب وجعلني نبيا

(‘Isa) berkata, “sesungguhnya aku adalah hamba Allah, aku diberi Al-kitab dan aku diangkat menjadi Nabi” [QS. Maryam : 30]

Diakhir zaman kelak, beliau tetap seorang Nabi yang memiliki ummatnya sendiri (yang telah berlalu), dan bahwasanya beliau adalah seorang Rasul yang terpisah, dan bahkan beliau adalah salah satu dari Ulil Azmi, dan bahwa beliau bukanlah bagian dari Umat ini, dan tidak benar dikatakan beliau bagian dari umat ini. Karena beliau telah mendahului umat ini, meskipun kelak diakhir zaman ketika turun beliau akan menjadi salah satu pengikut Nabi Muhammad. Itu dikarenakan syariat Nabi Muhammad akan terus berlaku hingga hari kiamat, sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaikh Ibnu Utsaimin.

JIKA UMAR PENDUSTA, MAKA ‘ALI JUGA PENDUSTA

Sekali lagi, kaum syi’ah ingin agar Umar bin Khattab bisa disalahkan! Sehingga mereka senantiasa mengada-ada, mereka mengambil dari referensi Ahlus Sunnah, sesuai dengan yang mendukung hawa nafsu mereka, padahal dalam referensi Ahlus Sunnah, yang beranggapan bahwa Abu Bakar adalah manusia terbaik di ummat ini setelah Nabinya tidak hanya Umar bin Khattab, tapi juga Ali bin Abi Tholib!! Baiklah, kami nukilkan sekali lagi perkataan ‘Ali bin Abi Tholib :
عن محمد بن الحنفية قال قلت لأبي أي الناس خير بعد رسول الله صلى الله عليه وسلم قال أبو بكر قلت ثم من قال ثم عمر وخشيت أن يقول عثمان قلت ثم أنت قال ما أنا إلا رجل من المسلمين

Dari Muhammad bin Al-Hanafiyah berkata, “Aku bertanya kepada Ayahku (‘Ali bin Abi Tholib), siapakah manusia terbaik (di umat ini) setelah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam?” Beliau menjawab, “Abu Bakar”. Aku bertanya, “kemudian siapa?”. Beliau menjawab, “kemudian Umar”. Aku khawatir beliau akan mengatakan kemudian Utsman, maka aku katakan, “kemudian engkau?”. Beliau menjawab, “aku hanyalah salah seorang dari kaum muslimin”. [HR. Al-Bukhori].
عن أبي جحيفة قال سمعت عليا رضي الله عنه يقول ألا أخبركم بخير هذه الأمة بعد نبيها أبو بكر ثم قال ألا أخبركم بخير هذه الأمة بعد أبي بكر عمر رضي الله عنه

Dari Abu Juhaifah berkata, aku mendengar Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu berkata, “maukah kalian aku beritahukan siapakah orang terbaik dikalangan umat ini setelah Nabinya? Dialah Abu Bakar! Dan maukah kalian aku beritahukan siapakah orang terbaik dikalangan umat ini selelah Abu Bakar? Dialah Umar ! [HR. Ahmad]

Lantas, kami balik bertanya, siapakah yang pendusta? ‘Ali bin Abi Tholib atau orang-orang syi’ah? Wallahu a’lam [*]