Tuesday, November 29, 2016

Jangan Bangga Jadi Pakar (Profesor) Pembuat Hukum (Undang-Undang) Positip (Non Syari’at), QS. Al Maidah 44 Lebih Mengarah Kepada Anda !

Hasil gambar

Al Imam Ibnu Hazm rahimahullah berkata tentang firman-Nya:

اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لا إِلَهَ إِلا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ

“Mereka (orang-orang Nasrani) telah menjadikan para ahli ilmu dan para rahib mereka sebagai arbab (tuhan-tuhan) selain Allah dan juga Al Masih Ibnu Maryam, padahal mereka itu tidak diperintahkan kecuali supaya mereka beribadah kepada ilah yang Esa, tidak ada ilah (yang haq) kecuali Dia. Maha Suci Dia dari apa yang mereka sekutukan.” (At Taubah: 31)
Sungguh Allah telah menamakan putusan dengan selain aturan-Nya sebagai thaghut, sebagaimana firman-Nya:

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلالا بَعِيدًا (٦٠)

“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.” (An Nisa: 60)


Menegakkan syari’ah dalam konteks jinayat baik hudud maupun ta’zir hal itu adalah kewenangan negara, bukan kewenangan individu.  "Andai saya berhasil menangkap maling di rumah saya, saya tetap tidak berwenang melaksanakan jinayat (hudud) terhadap si pencuri”. Perkataan Jahil Murokkab, pernyataan diatas untuk orang awan. Pembebanan hukum Seorang Profesor (Super Pakar) yang Memproposed (Mengendoser) atau membuat Undang-undang (Hukum positip, Bertentangan dengan Syari’at Allah) tidak sama dengan orang Awam. Rakyat Awam bukan perusak hukum Allah. Yang pertama bisa mengarah kepada kekafiran.