Wednesday, January 7, 2015

sandiwara Amerika - Syi'ah, dimana posisi Saudi ?

Al Ameri : Kalau Bukan Karena Dukungan Syiah Iran , Pemerintahan Baghdad Tentunya sudah Runtuh !
Redaksi – Rabu, 17 Rabiul Awwal 1436 H / 7 Januari 2015 07:39 WIB

Hadi al-Ameri, seorang mantan menteri yang merupakan komandan  milisi Syiah Badr, mengatakan dukungan dari Iran dan Jenderal  Qassem Suleimani adalah sangat penting  setelah pasukan pemerintah Irak runtuh ketika menghadapi serangan Negara Islam (IS).
“Kalau bukan karena kerjasama dari Republik Islam Iran dan Jenderal Suleimani, maka  hari ini kita tidak akan menemukan pemerintahan yang dipimpin oleh Haider al-Abadi di Baghdad,” kata Hadi al-Ameri pada upacara peringatan tewasnya petinggi militer Iran yang tewas di Irak .
“Itu tidak akan ada (pemerintahan Irak),” katanya , menurut kantor berita Isna dan Fars.
Peringatan itu untuk petinggi Garda Revolusi Iran Mayor Jenderal Hamid Taghavi, yang terbunuh oleh mujahidin  IS di kota Irak Samarra pada bulan lalu.
Suleimani, komandan Pasukan Quds Iran – sayap  Garda Revolusi – juga hadir pada peringatan itu.
Abadi mengambil alih perdana menteri Irak setelah Nuri al-Maliki, mereka adalah sesama Syiah yang memiliki hubungan dekat dengan rezim Teheran.
Militer Iran bergerak cepat dengan memasukan pasukan khususnya dibalik milisi Kurdi Irak dan mendukung pemerintahan Baghdad dengan penasihat militernya. Dan  juga memberikan pelatihan bagi milisi Syiah untuk hadapi serangan dari Mujahidin Muslim Sunni.
Namun Teheran selalu membantah (berbohong) memiliki pasukan di lapangan dan menyatakan tidak pernah diundang untuk bergabung dengan koalisi militer pimpinan AS yang melakukan serangan udara terhadap IS di Suriah dan Irak.
Terutama Syiah Iran memiliki minat yang kuat dalam membela Irak, di mana IS  menyatakan tujuannya adalah untuk menggulingkan rezim yang didominasi oleh Syiah. (Arby/Dz)

Penasehat Militer Amerika: Kami Perangi Negara Islam Untuk Lindungi Syiah
Senin, 15 Rabiul Awwal 1436 H / 5 Januari 2015 10:50 WIB
Eramuslim – Penasehat militer Amerika Serikat, Jenderal Bob Ascalas, memperingatkan bahwa organisasi Negara Islam (ISIS) dapat berkembang menjadi sebuah negara utuh di tahun 2015, jika AS dan koalisi internasional tidak bergerak cepat untuk menghancurkan mereka.
Dalam wawancaranya dengan stasiun berita Fox News, Jenderal Bob Ascalas mengatakan “sudah saatnya Amerika mempertahankan wilayah kekuasaan Syiah di depan ancaman Negara Islam (ISIS).”
Jenderal Bob menambahkan “setiap harinya kita mendengar berita kegagalan serangan udara terhadap milisi ISIS yang menjadi pukulan telak bagi AS dan koalisi internasional. Ini adalah keberhasilan ISIS dalam mengirimkan pesan kepada dunia bahwa mereka dalam jalan kebenaran dan mampu mengalahkan teknologi Barat.”
Perlu diketahui bahwa setiap harinya ada ratusan pemuda Muslim yang ikut bergabung dengan Negara Islam dalam perang melawan hegemoni Barat terhadap Islam. (Rassd/Ram)
Berikut cuplikan video tersebut :

Inilah Tokoh Utama Syiah Dibalik Milisi Bersenjata Syiah di Irak, Suriah, Yaman dan Lebanon
Sabtu, 14 Safar 1436 H / 6 Desember 2014 08:51 WIB
Qassem Suleimani adalah “Komandan Angkatan Quds, divisi kepanjangan militer  asing  Korps Pengawal Revolusi Iran .”
Ali Khedery, yang menjabat sebagai asisten khusus untuk lima duta besar AS dan penasihat senior tiga kepala Komando Sentral AS antara 2003 dan 2009, menyoroti peran Qassem Suleimani, seorang komandan  Angkatan Quds, lengan asing  Korps Pengawal Revolusi Iran .
Quds mengarahkan milisi sektarian di Irak dan Suriah. Pada saat yang sama, Qassem Suleimani adalah   penasehat utama Hizbullah di Lebanon dan kelompok pemberontak Huthi di Yaman – dengan kata lain, ia mengendalikan proxy kekuatan milisi Syiah  di seluruh Timur Tengah.
“Qassem Suleimani adalah pemimpin Lebanon, Suriah, Irak dan Yaman,” kata Khedery. “Irak sesungguhnya tidaklah berdaulat. Irak sesungguhnya dipimpin oleh Qassem Suleimani, dan atasannya, [Pemimpin Tertinggi Iran] Ayatollah Ali Khamenei. “
Untuk Amerika, kampanye melawan IS berarti pesawat tempur AS dan penasihat militer yang bekerja sesungguhnya sejalan secara paralel dengan misi pesawat Iran dan milisi Syiah di sanan.
“Di Irak, tingkat koordinasi antara militer Amerika dan Iran adalah poin penting sehingga muncul bahwa Amerika Serikat bekerja bersama-sama dengan musuh-nya (Iran).”
Pemerintahan Obama, sementara menyangkal koordinasi apapun dengan Iran , tetapi tampaknya ia tidak keberatan pemberdayaan Iran karena kedua negara menegosiasikan kesepakatan nuklir yang  akan menyeimbangkan wilayah timur tengah menjadi lebih baik bagi kepenting mereka…(JL/KH)

Terungkap, Ternyata Ada Kerjasama Antara Amerika Dan Iran Di Afghanistan
Minggu, 9 November 2014 15:24 WIB
Surat kabar “The Wall Street Journal” mengungkapkan adanya kerjasama antara Amerika dan Iran di Afghanistan meskipun sanksi internasional telah dikenakan terhadap Iran atas program nuklirnya, Dalam tahun-tahun terakhir masa pendudukan Amerika di Afghanistan, Washington berjuang dalam mendukung perekonomian Afghanistan, dan di sini Washington kerjasama dengan sekutu yang tidak biasa.
laporan ini menunjukkan bahwa, meskipun tidak ada hubungan resmi antara kedua negara, namun, unit khusus untuk tugas-tugas darurat dari Departemen Pertahanan AS yang bekerja di Afghanistan, telah mencoba untuk bekerja sama dengan Iran dalam mempromosikan proyek-proyek ekonominya di dalam negeri. Hal itu membuat sanksi yang diberikan pentagon terlihat sangat pragmatis.
Satuan khusus telah campur tangan dua kali tahun lalu, untuk mendapatkan izin dari pemerintah AS untuk meminta bantuan dalam pembentukan pabrik farmasi pertama Iran dan pengembangan empat tambang, menurut dokumen yang dilihat oleh surat kabar.
Laporan tersebut mengutip perkataan Joseph Katalino, unit khusus fungsi ekonomi dan proses untuk meningkatkan stabilitas, yang mengatakan: “Iran tidak dapat diabaikan ketika ia datang ke Afghanistan, ia adalah mitra penting bagi Afghanistan dari beberapa cara.”
Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa hubungan antara kedua negara ini terlihat seperti es yang mencair antara Presiden Obama ke Presiden Hassan Rohani dan ini akan menuju pada pembicaraan tentang masalah nuklir, dan kedua Negara ini berusaha untuk memperbaiki hubungan mereka, yang mungkin akan menimbulkan kemarahan dari pihak “Israel” dan Arab Saudi yang sangat khawatir dengan nuklir Iran.
Surat kabar itu mengingatkan bahwa ada ratusan perusahaan Iran yang beroperasi di Afghanistan, dan Iran mencoba untuk terus bersaing dan mengambil inisiatif dari Pakistan. (hr/im)

Secara Rahasia, Obama dan Khamenei Bahas Kerjasama Perangi Negara Islam
Redaksi – Jumat, 7 November 2014 07:22 WIB
Presiden AS Barack Obama secara rahasia menulis surat  untuk pemimpin tertinggi Syiah Iran untuk membahas kemungkinan kerjasama dalam memerangi militan Islam dan kesepakatan nuklir, dilaporkan media AS pada hari  Kamis.
Obama mengirim surat bulan lalu untuk Ayatollah Ali Khamenei dan dijelaskan apa yang disebut sebagai “pertarungan bersama” melawan Sunni militan Negara Islam, Wall Street Journal mengatakan.
Iran, sebuah negara  Syiah, dan Amerika Serikat secara tampil dipermukaan seolah olah tidak memiliki hubungan diplomatik sejak tahun 1979 ketika adanya penyerbuan kedutaan Amerika di Teheran dalam  krisis penyanderaan 444 hari.
Tapi ada dunia semakin menyadari bahwa Iran – dan  Washington memainkan peran politiknya di negara-negara seperti Irak dan Suriah.
Menolak untuk menyangkal atau mengkonfirmasi laporan itu, juru bicara Gedung Putih Josh Earnest mengatakan: “Saya tidak dalam posisi untuk membahas korespondensi pribadi antara presiden dan setiap pemimpin dunia.”
Dalam suratnya, Obama dikabarkan menekankan kepada Khamenei bahwa setiap kerjasama dalam memerangi militan ISIS akan tergantung pada kesepakatan nuklir yang komprehensif.
The Journal mengatakan hal itu diyakini sebagai surat keempat dari Obama untuk Khamenei sejak pemimpin Amerika mulai menjabat pada tahun 2009.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry akan  bertemu dengan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif serta kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Cathy Ashton di Oman pada hari Minggu  untuk putaran baru pembicaraan nuklir. (Arby /Dz)

AS dan Syiah Ternyata Bersatu, AS Berikan Bantuan Kepada Syiah Hizbullah
Redaksi – Selasa, 29 Zulqa'dah 1435 H / 23 September 2014 06:28 WIB
Mohammed Afif, koordinator Humas Hizbullah  Libanon , dalam  wawancara dengan New York Times  mengungkapkan kelompoknya secara tidak langsung menerima bantuan dari intelijen Amerika dalam memerangi Negara Islam (IS).
Setelah IS menakhlukan  kota Arsal Lebanon , AS telah mengirim senjata baru kepada tentara Lebanon, yang berkoordinasi dengan Hizbullah. Demikian juga, intelijen AS berkoordinasi dengan  Hizbullah .
Afif mengatakan kepada surat kabar Amerika itu bahwa,  “kita perlu membuka halaman baru dengan media dunia, dengan orang-orang Arab dan internasional,” mengisyaratkan adanya legitimasi internasional  untuk kelompok milisi Syiah Hizbullah dengan pemimpinnya, Hassan Nasrallah .
Nasrallah baru-baru ini menyatakan kekhawatiran pergerakan IS(IS) ,  menyerukan untuk bertempur  hidup dan mati , dan mengatakan pertempuran dengan IS(IS)  tidak  kalah penting dibandingkan pertempuran melawan  Israel, dan ia memfitnah IS, bahwa tindakan dan tujuan IS(IS) hanyalah melayani Israel.”
Ali Rizk, seorang analis politik asal Lebanon yang pro Syiah Hizbullah berbicara dalam siaran di saluran berita Al-Mayadeen, dikutip oleh  New York Times bahwa , “Di dalam pemberitaan yang tampil di dunia ini seolah olah  AS tidak bersekutu  dengan organisasi  Hizbullah, “Tapi apa yang terjadi  adalah sesuatu yang sama sekali berbeda.”
Ia membenarkan adanya bantuan AS kepada Hizbullah , Ali Rizk mengatakan “Hizbullah tidak mewakili ancaman terhadap dunia barat. Hizbullah merupakan ancaman terhadap Israel, karena Israel merupakan ancaman terhadap Lebanon. Tapi Hizbullah tidak akan mengancam AS dan Eropa… “
“Sementara Hizbullah dapat manfaat  dari Amerika Serikat, di satu sisi  Hizbullah  bersama  dengan Iran  mendukung Presiden Suriah Syiah Bashar Assad terhadap pemberontak Sunni . Dengan adanya potensi  ancaman IS(IS),  sangat dimungkinkan AS akan bersama  dengan Hizbullah untuk perangi IS(IS),” tambahnya.
Afif menyalahkan Amerika karena dengan mendukung pemberontak Sunni Suriah, yang sebabkan banyaknya persenjataan AS yang akhirnya direbut oleh milisi Islam , dan ia mengatakan , “Binatang ini (Mujahidin Sunni)  yang Anda bangkitkan, seperti dalam kasus masa lalu, Anda hanya menjadikan mereka  berbahaya bagi Anda.” (JL/KH)

Jika Syiah Kuasai Negeri Yaman, Negara Barat Mendiamkan
Redaksi – Selasa, 29 Zulqa'dah 1435 H / 23 September 2014 05:56 WIB
Tanpa ada gangguan oleh pihak negara barat , memuluskan keberhasilan pemberontakan Syiah atas pemerintahan Sunni Yaman.  Para pendukung pemberontak Syiah Houthi mengadakan perayaan pada hari Senin atas jatuhnya ibukota Yaman – Sana’a oleh  kelompok Syiah, perayaan itu dilakukan hanya sehari setelah penandatanganan kesepakatan pembagian kekuasaan untuk mengakhiri krisis di negara itu.
Koresponden Al Arabiya  di Yaman melaporkan pada hari  Senin bahwa Syiah Houthi  “menduduki” kediaman petinggi militer Yaman, Mayjen. Ali Mohsen al-Ahmar yang memimpin tentara elit  Divisi 1 Lapis Baja.
“Para pemberontak mengatakan mereka sedang “mempersiapkan “ledakan” atas rumah tersebut,” tambah koresponden.
Insiden itu terjadi sehari setelah Presiden Yaman Abd Rabbu Mansour Hadi menandatangani kesepakatan dengan pemberontak Syiah Houthi untuk mengakhiri krisis di negara Arab itu.
Kesepakatan yang dibuat , menetapkan bahwa pemerintah saat ini harus segera mengundurkan diri dan diganti dengan pemerintahan  baru , kesepakatan itu ditandatangani di hadapan Utusan Khusus PBB untuk  Yaman , Jamal Benomar, yang mengatakan presiden akan menunjuk penasihat politik Houthi sebagai bagian kepemimpinan negara dari perjanjian itu.
Kekerasan di Yaman mencapai puncaknya pada hari minggu ,  setelah pemberontak Syiah Houthi menguasai pos-pos strategis, termasuk markas pemerintah dan militer.
Bahkan, para pemberontak mengendalikan  kompleks  polisi militer, kantor berita Yaman mengatakan.
Para pejabat Yaman memperkirakan bahwa lebih dari 100 orang tewas dalam pertempuran tersebut , yang sebagian besar terkonsentrasi di kota Sanaa utara.(Arby/Dz)