Thursday, December 18, 2014

Jalaludin Rakhmat dan Haidar Bagir Makin Terkuak Kesesatannya

By nahimunkar.com on 27 March 2014
Upaya dua dedengkot yang membela aliran sesat syiah ini sering mendapatkan tanggapan yang terang-terangan membuka kesesatan mereka. Syiah itu sendiri sudah sesat, ditambah dengan kesesatan pembelanya, maka tambah tampak sesatnya.
Berbagai tulisan yang bernada melecehkan, menghujat dan mendiskreditkan para sahabat utama Nabi seperti dilakukan Jalaludin Rakhmat dalam karangan-karangannya tidak bisa dikatakan tidak sesat! Namun sungguh aneh, para penyokong dan pendakwah Syiah seperti Jalaludin Rakhmat dan Haidar Bagir selalu meminta kaum Sunni kedepankan akhlak dan mengangkat persatuan ummat di hadapan ajaran-ajaran yang menyinggung akidah dan perasaan Sunni.
Inilah di antara sorotannya.
***
Membaca Kerancuan Jalaludin Rakhmat
Oleh; Fahmi Salim
DALAM artikelnya “Menyikapi Fatwa MUI Jatim” di Harian Republika (08/11/2012) Dr. KH. Ma’ruf Amin (Ketua MUI Pusat) menyimpulkan bahwa Fatwa MUI Jatim dan Sampang tentang Syiah sudah pada tempatnya dan sesuai aturan. Tak lama berselang, Jalaludin Rakhmat, tokoh Syiah yang juga Ketua Dewan Syura IJABI dalam artikelnya “Menyikapi Fatwa tentang Fatwa” di Republika (10/11/2012) menggugat KH. Ma’ruf Amin dan Fatwa MUI Jatim.
Inti gugatannya, Pertama, fatwa yang salah sama seperti obat yang salah diberikan kepada pasien, alih-alih menyembuhkan, ia justru bisa membunuh. Lebih jauh Jalal menyebut Fatwa MUI Sampang ikut serta membunuh muslim di Sampang dan Fatwa MUI Jatim juga menjadi dasar bagi Pengadilan Tinggi Jawa Timur  untuk memberi tambahan hukuman 2 tahun penjara kepada Tajul Muluk.
Kedua, menurut Jalal, Fatwa MUI Jatim dan KH. Ma’ruf Amin mengabaikan dan tidak membaca keputusan Konferensi Islam Internasional di Jordania 4-6 Juli 2005 yang melahirkan Risalah Amman yang poinnya menegaskan bahwa pengikut dua mazhab Syiah (Ja’fari dan Zaidi) adalah Muslim sebagaimana pengikut empat mazhab Sunni (Hanafi, Maliki, Syafii dan Hanbali) dan tidak boleh mengkafirkannya.
Menjawab gugatan pertama, fatwa resmi yang dikeluarkan oleh lembaga ulama seperti MUI, terutama menyangkut akidah dan paham agama, adalah dalam rangka meluruskan pemahaman dan membentengi akidah umat.
MUI sangat peka terhadap penyimpangan agama dan akan segera menghadapinya dengan serius dan sungguh-sungguh, “Penetapan fatwa (MUI, pen) bersifat responsif, proaktif, dan antisipatif.” (Himpunan Fatwa MUI:5) dan “Setiap usaha pendangkalan agama dan penyalahgunaan dalil-dalil adalah merusak kemurnian dan kemantapan hidup beragama. Oleh karena itu, MUI bertekad menanganinya secara serius dan terus menerus.” (Fatwa MUI, 1 Juni 1980, dalam Himpunan Fatwa MUI: 42).
Fatwa MUI berdasarkan dalil-dalil yang jelas untuk mendapatkan kebenaran dan kemurnian agama, “Fatwa MUI berdasarkan pada Al-Qur’an, Sunnah (Hadis), Ijma’ dan Qiyas, serta dalil lain yang dianggap muktabar.” (Himpunan Fatwa MUI:5), dan “MUI berwenang menetapkan fatwa mengenai masalah-masalah keagamaan secara umum, terutama masalah hukum (fikih) dan masalah akidah yang menyangkut kebenaran dan kemurnian keimanan umat Islam Indonesia” (Himpunan Fatwa MUI:7). Jelasnya, Fatwa tidak pernah dirumuskan untuk menciptakan permusuhan dan apalagi pembunuhan. Fakta ini sangat gamblang untuk direnungkan.
Mengabaikan Akar Masalah
Jalaludin Rakhmat dalam artikelnya sama sekali tidak menyebutkan akar masalah yang memicu keluarnya Fatwa MUI Jatim, yang didahului sebelumnya oleh MUI Sampang tentang ajaran Syiah yang dibawa oleh Tajul Muluk di Sampang.
Dalam konsideran Fatwa MUI Sampang disebutkan bahwa Tajul Muluk telah menyebarkan ajaran-ajaran yang terindikasi menyimpang dari ajaran Islam sebagai berikut: a. Mengimani imam yang 12 dan menganggap perkataan mereka sebagai wahyu, b. Al-Quran yang ada saat ini dianggap sudah tidak orisinil,c. Melaknat sahabat Nabi Muhammad, Abu Bakar, Umar dan Usman, d. Shalat Jumat tidak wajib, e. Haji tidak wajib ke Makkah cukup ke Karbala, f. Nikah mut’ah dianggap sunnah, g. Hanya taat kepada imam yang 12 dan memusuhi musuh-musuhnya imam yang 12, h. Shalat hanya dilakukan tiga waktu, i. Aurat yang wajib ditutup hanya alat vital saja, j. Shalat Tarawih, Dhuha dan Puasa Asyuro haram. (Fatwa MUI Sampang tanggal 8 shafar 1433, 1 Januari 2012)
Sebelum keluar fatwa MUI Sampang yang dikukuhkan oleh fatwa MUI Jatim, para ulama Sampang dan Madura terlebih dahulu mengumpulkan para saksi warga yang pernah mengikuti pengajian-pengajian Tajul Muluk. Dari pengakuan para saksi warga terkumpul 29 poin ajaran yang ditanyakan warga kepada ulama dan dianggap menyimpang. (temuan 50 Ulama Madura, ada 22 poin ajaran yang menyimpang).
Dalam dokumen “Dakwaan Kesesatan yang Dituduhkan kepada Tajul Muluk Ma’mun” terungkap beberapa ajaran krusial misalnya, a) Mereka menganggap bahwa Kitab Suci Al-Qur’an yang ada pada tangan Muslimin se-alam dunia tidak murni diturunkan Allah, akan tetapi sudah terdapat penambahan, pengurangan dan perubahan dalam susunan Ayat-ayatnya (no.4), b) Mereka menganggap bahwa semua ummat Islam – selain kaum Syi’ah – mulai dari para Shahabat Nabi hingga hari qiamat – termasuk didalamnya tiga Khalifah Nabi (Abu Bakar, Umar, Utsman) dan imam empat Madzhab (Abu Hanifah, Malik, Syafi’ie, Ahmad) termasuk pula Bujuk Batu Ampar – adalah orang-orang pendusta, dan beraqidah dengan aqidah bodoh lagi murtad karena membenarkan tiga Khalifah tersebut di dalam merebut kekhalifahan Ali bin Abi Thalib (no.5). (lihat Dokumen Fatwa MUI Jatim dan Sampang tentang Ajaran Tajul Muluk di Sampang)
Tidak hanya Tajul Muluk, Jalaludin Rakhmat sendiri terbukti banyak sekali melecehkan para Sahabat Nabi. Berikut ini adalah sebagian daftar pelecehan Jalaludin Rakhmat terhadap para sahabat utama Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wassalam yang menjelek-jelekkan, melaknat dan bahkan mengkafirkan mereka.
Di dalam buku-buku yang diedit atau ditulisnya sendiri ditemukan antara lain;
Syiah melaknat orang yang dilaknat Fatimah (Emilia Renita AZ dalam “40 Masalah Syiah”. Bandung: IJABI. Cet ke 2. 2009.  hal. 90);
Dan yang dilaknat Fatimah adalah Abu Bakar dan Umar (Jalaluddin Rakhmat dalam “Meraih Cinta Ilahi”, Depok: Pustaka IIMaN, 2008. hal. 404-405);
Para sahabat suka membantah perintah Nabi Muhammad (Jalaluddin Rakhmat dalam “Sahabat Dalam Timbangan Al-Quran, Sunnah dan Ilmu Pengetahuan”, PPs UIN Alauddin 2009. hal. 7);
“Para Sahabat Merobah-robah Agama” (Jalal dalam artikel di Buletin al Tanwir Yayasan Muthahhari Edisi Khusus No. 298. 10 Muharram 1431 H.  hal. 3);
Para Sahabat Murtad (Ibid. hal. 4);
Utsman tidak menikahi dua putri Nabi Saw, tapi dua wanita lain (Jalaluddin Rakhmat dalam “Al Mushthafa (Manusia Pilihan yang Disucikan)”, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008 hal.164).
Dia jelas membenci julukan Dzu-Nuraini (pemilik dua cahaya) karena Utsman bin Affan menikah dengan dua puteri Rasulullah SAW. Julukan itu kata Jalal, harus kita hapus (mansukh)! (Ibid, hal.165-166);
Tragedi Karbala merupakan gabungan dari pengkhianatan sahabat dan kelaliman musuh (Bani umayyah) (Jalaluddin Rakhmat dalam “Meraih Cinta Ilahi Depok”, Pustaka IIMaN, 2008 hal.493).
Tentu saja, berbagai tulisan yang bernada melecehkan, menghujat dan mendiskreditkan para sahabat utama Nabi seperti di atas tidak bisa dikatakan tidak sesat! Namun sungguh aneh, para penyokong dan pendakwah Syiah seperti Jalaludin Rakhmat dan Haidar Bagir selalu meminta kaum Sunni kedepankan akhlak dan mengangkat persatuan ummat di hadapan ajaran-ajaran yang menyinggung akidah dan perasaan Sunni.
Dalam artikelnya di Republika (02/11/2012) berjudul ‘Wa’tashimu bi Hablillahi Jami’an’, Haidar Bagir menyitir perkataan Imam At-Thahawi dalam ‘Al-‘Aqidah Al-Thahawiyah’ bahwa, “Kita tidak menisbatkan kekafiran, kemusyrikan dan kemunafikan kepada seseorang selama tidak tampak dari mereka sesuatu yang menunjukkan hal-hal demikian itu. Dan sebagai gantinya, kita menyerahkan semua yang tidak tampak itu kepada Allah, kita hanya menghukum berdasar yang tampak saja.”
Tampaknya ia sedang meminta kaum Sunni untuk tidak menghukumi kafir dan seterusnya kepada Syiah. Padahal dalam kitab yang sama, jika mau jujur, Imam At-Thahawi sangat keras menghukumi orang yang berani lancang menghujat para sahabat Nabi berdasarkan kaidah “Kita hanya menghukum berdasar yang tampak saja”.
Beliau menulis, “Kita mencintai para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam dan tidak berlebihan dalam mencintai salah seorang mereka, kita juga tidak berlepas diri dari mereka. Kita membenci orang yang membenci mereka (para sahabat) dan yang menyebut mereka tidak baik. Kita tidak menyebut mereka kecuali dengan kebaikan. Mencintai mereka adalah agama, iman dan ihsan. Membenci mereka adalah kekafiran, kemunafikan dan sikap melampaui batas (thughyan).” (Al-‘Aqidah Al-Thahawiyah dan Syarahnya karya Ibnu Abi Al-‘Izz hlm.689)
Kontroversi Risalah Amman
Gugatan Jalaludin kedua adalah masalah Deklarasi Amman. Seperti disebutkan Jalaludin Rakhmat, sebenarnya bukanlah Ijma’ Ulama dalam pengertian yang fixed dalam ushul fikih. Risalah Amman, juga deklarasi Makkah dan Bogor lebih bersifat politis. Ia dipicu oleh konflik Sunni–Syiah di Iraq pasca tumbangnya Saddam Husain tahun 2003 yang digulingkan oleh AS dan Sekutu yang berkolaborasi dengan kaum Syiah Iraq dengan kompensasi politik yang menguntungkan posisi Syiah di Iraq pasca Saddam.
Tak pelak terjadi eskalasi kekerasan antara Sunni-Syiah, di mana Sunni menuding Syiah menyerahkan kedaulatan Iraq kepada Amerika dengan keuntungan politik tertentu, telah membantai ribuan kaum Sunni Iraq dan merampas tanah-tanah wakaf Ahlus Sunnah di Iraq.
Dalam rangka merespons konflik sektarian yang berdarah itu, maka terjadilah upaya-upaya mediasi dunia Islam seperti pertemuan Amman, Makkah dan Bogor.
Bukti bahwa Risalah Amman 2005 itu sekedar basa-basi politis (bukan fatwa keagamaan) dan tidak mengikat seluruh ulama yang hadir, adalah fakta Prof. Dr. Yusuf Al-Qaradhawi yang ikut tercantum namanya (diundang dan menandatangani Risalah Amman) ternyata merilis tiga fatwa tentang Syiah Imamiyah 12 di dalam kitab “Fatawa Mu’ashirah” jilid 4 yang terbit pada tahun 2009.
Dalam fatwanya, beliau membongkar kesesatan Syiah Imamiyah 12 dengan membentangkan pokok-pokok perbedaan akidah antara Ahlus Sunnah dan Syiah, hukum mencaci para sahabat Nabi dan sikapnya tentang pendekatan (Taqrib) sunni-syiah pasca Muktamar Doha-Qatar tanggal 20-22 Januari 2007.
Tampak dari fatwa Syeikh Al-Qaradhawi (2009) bahwa kaum Syiah masih dikategorikan Muslim (seperti yang dinyatakan oleh Risalah Amman), tapi itu tidak berarti golongan Muslim tersebut bersih dan terbebas dari kesesatan terutama dalah hal-hal pokok akidah sebagaimana dijelaskan panjang lebar oleh Qaradhawi.
Tentu saja Syeikh Al-Qaradhawi lebih alim dan mumpuni dari pada Jalaludin Rakhmat, sehingga mampu bedakan mana kekufuran dan kesesatan. Sehingga wajar para ulama MUI Jatim dan KH. Ma’ruf Amin juga merasa tak perlu menengok Risalah Amman yang terbukti bukan Ijma Ulama itu.
Ada baiknya kita mengaca kepada sikap institusi Al-Azhar Mesir dalam menyikapi dakwah Syiah. Grand Syeikh Al-Azhar, Prof. Dr. Ahmad At-Thayyib, menyatakan seperti di lansir Koran Ahram (09/11/2012) bahwa Al-Azhar menolak keras penyebaran ajaran syiah di negeri-negeri Ahlus Sunnah, karena akan merongrong persatuan dunia Islam, mengancam stabilitas, memecah belah umat dan membuka peluang kepada zionisme untuk menimbulkan isu-isu perselisihan mazhab di Negara-negara Islam. Wallahua’lam.*
Penulis adalah Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI
Red: Cholis Akbar/ hidayatullah.com, Rabu, 14 November 2012
Ilustrasi islamic-defenders
(nahimunkar.com)


Pertanyaan- Pertanyaan Yang Meruntuhkan Keyakinan Syi’ah

Tentang Ahli Bait
1. Syi’ah meyakini bahwa Ali Radhiyallahu ‘Anhu adalah imam yang ma’shum, lalu kita jumpai-menurut pengakuan mereka- bahwa ia menikahkan putrinya, Ummu Kultsum, saudara sekandung Al Hasan dan Al Husain, dengan Umar bin Al Khattab Radhiyallahu ‘Anhu. Hal ini memiliki konsekwensi salah satu dua hal bagi Syi’ah yang paling manis dari keduanya terasa pahit, yaitu:
Pertama: Ali Radhiyallahu ‘Anhu tidak ma’shum, karena menikahkan putrinya dengan orang yang mereka anggap Kafir yaitu Umar Radhiyallahu ‘Anhu. Hal ini mengharuskan mereka meyakini bahwa para imam selainnya tidak ma’shum pula.
Kedua: Umar Radhiyallahu ‘Anhu adalah Muslim. Ali Radhiyallahu ‘Anhu ridha menjadikannya sebagai menantu. Ini adalah dua jawaban yang harus dipilih. keyakinan manakah yang harus kita pilih?!
2. Syi’ah menyangka, Abu Bakar dan Umar Radhiyallahu ‘Anhuma adalah Kafir. Lalu kita dapati bahwa Ali, seorang imam yang ma’shum menurut Syi’ah, telah ridha dengan kekhalifahan keduanya, membaiat keduanya, dan tidak memberontak terhadap keduanya. Hali ini berkonsekwensi bahwa Ali tidak ma’shum, karena ia membaiat orang Kafir, zhalim lagi membenci ahli bait, sebagai bentuk persetujuan kepada keduanya. Ini merusak kema’shuman dan menolong orang zhalim atas kezhalimannya. Ini tidak mungkin dilakukan orang yang ma’shum sama sekali. Atau apa yang dilakukannya adalah benar; karena keduanya adalah khalifah yang beriman, jujur dan adil. Dengan demikian kaum Syi’ah telah menyelisihi imam mereka, karena mengkafirkan, mencaci maki, melaknat, dan tidak ridha dengan kekhalifahan keduanya. Akibatnya, kita bingung dengan urusan kita: Apakah menempuh jalan yang ditempuh Abu Al Hasan (Ali), ataukah kita meniti jalan Syi’ah yang bermaksiat?!
3. Setelah wafatnya Fathimah Radhiyallahu ‘Anha, Ali Radhiyallahu ‘Anhu menikah dengan sejumlah wanita yang melahirkan sejumlah anak untuknya, di antaranya: Abbas bin Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Ali bin Abi Thalib., Ibu mereka adalah Ummu Al Banin binti Hizam bin Darim. (Kasyf Al Ghummah fi Ma’rifah Al Aimmah, Ali Al Arbili).
Juga Ubaidillah bin Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar bin Ali bin Abi Thalib. Ibu keduanya adalah Laila binti Mas’ud Ad Darimiyyah. (Kasyf Al Ghummah).
Juga Yahya bin Ali bin Abi Thalib, Muhammad Al Ashghar bin Ali bin Abi Thalib, ‘Aun bin Ali bin Abi Thalib. Ibu mereka adalah Asma binti Umais. (Ibid).
Juga Ruqayyah binti Ali bin Abi Thalib, Umar bin Ali bin Abi Thalib-yang meninggal duni pada usia 35 tahun-. Ibu keduanya adalah Ummu Habib binti Rabi’ah. (Ibid).
Juga Ummu Al Hasan binti Ali bin Abi Thalib, Ramlah Al Kubra binti Ali bin Abi Thalib. Ibu keduanya adalah Ummu Mas’ud binti Urwah bin Mas’ud Ats Tsaqafi. (Ibid).
Pertanyaan: Apakah mungkin seorang ayah menamakan buah hatinya dengan musuh bebuyutannya? Lalu bagaimana halnya jika sang ayah ini adalah Ali bin Abi Thalib? Bagaimana mungkin Ali Radhiyallahu ‘Anhu menamakan anak-anaknya dengan nama orang-orang yang kaliana anggap bahwa mereka adalah musuh-musuhnya?! Apakah seorang yang berakal menamakan anak-anak yang dicintainya dengan nama musuh-musuhnya?!
4. Syi’ah menyangka bahwa Fatimah Radhiyallahu ‘Anha, darah daging Nabi Shollallahu ‘Alaihi Wasallam yang terpilih, telah dihinakan pada zaman Abu Bakar Radhiyallahu ‘Anhu, dipatahkan tulang rusuknya, rumahnya hendak dibakar, dan janinnya yang mereka namakan Al Muhsin digugurkan!.
Pertanyaan: Dimanakah Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu dari semua ini? Mengapa ia tidak menuntut hak istrinya, padahal dia seorang pemberani lagi kuat?!
5. Kita jumpai banyak para pemuka sahabat berbesan dengan ahli bait Nabi dan menikah dengan mereka, demikian pula sebaliknya. Tak terkecuali Abu Bakar dan Umar, sebagaiman telah disepakati oleh ahli sejarah , baik dari Sunnah maupun Syi’ah. Begitun dengan Nabi Shollallahu ‘Alaihi Wasallam:

– Menikah dengan Aisyah binti Abu Bakar Radhiyallahu ‘Anhuma.
– Menikah dengan Hafshah binti Umar Radhiyallahu ‘Anhuma.
– Menikahkan kedua putrinya (Ruqayyah, kemudian Ummu Kultsum) dengan khalifah ketiga yang dermawan dan pemalu. Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘Anhu. Karena itu, dia diberi gelar dengan Dzun Nurain.
Kita cukup menyebutkan tiga khalifah dari kalangan sahabat, untuk menjelaskan bahwa mereka mencintai ahli bait. Karena itu, terjadi hubungan pernikahan. Wallahu A’lam (ama).

Al Quran Menurut Versi Syi’ah
1. Syi’ah meyakini, Al Quran telah dibuang dan dirubah ayat-ayatnya oleh Abu Bakar dan Umar Radhiyallahu ‘Anhuma. Mereka meriwayatkan dari Abu Ja’far pernah ditanyakan kepadanya: “Mengapa Ali disebut Amirul Mukminin?” Ia menjawab: “Allah yang menamakannya, dan demikianlah Dia menurunkannya dalam kitab-Nya:
“Dan ingatlah ketika Rabmu mengambil dari Bani Adam dari tulang sulbi mereka akan keturunan mereka, dan mengambil persaksian mereka atas diri mereka, ‘Bukankah aku Rab kalian, Muhammad adalah Rasul-Ku, dan Ali adalah Amirul Mukminin?”. (Mirip dengan surat Al A’raf: 172, dengan tambahan kalimat yang ditebalkan). (Ushul Al Kafi).
Alkulaini mengatakan mengenai Tafsir ayat ke 157 dari surat Al A’raf yang berbuyi:
فَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِهِۦ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَٱتَّبَعُواْ ٱلنُّورَ ٱلَّذِيٓ أُنزِلَ مَعَهُۥٓ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ
“Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (Q.S Al A’raf: 157) “yakni, orang-orang yang menjauh dari menyembah Jubt dan Thaghut, yaitu fulan dan fulan”. (Ibid). Al Majlisi berkata: “Yang dimaksud dengan fulan dan fulan adalah Abu Bakar dan Umar”. (Bihar Al Anwar).
Karena itu, Syi’ah menganggap keduanya sebagai dua setan, wal iyadzu billah.
Sebagaiman disebutkan dalam Tafsir mereka mengenai firman Allah Ta’ala:
لَا تَتَّبِعُواْ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِۚ
“janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan”. (Q.S An Nuur: 21).
Mereka mengatakan: “Langkah-langkah setan, demi Allah, ialah kekuasaan fulan dan fulan”. (Tafsir Al ‘Ayyasyi dan Tafsir Ash Shafi).
Dari Abu Ja’far, ia berkata: “Jibril menurunkan ayat ini kepada Muhammad Shollallahu ‘Alaihi Wasallam demikian:
“Alangkah buruknya (hasil perbuatan) mereka yang menjual dirinya dendiri dengan kekafiran kepada apa yang telah diturunkan Allah kepada Ali kerena kedengkian” (Mirip dengan surat Al Baqarah: 90, dengan tambahan kalimat yang ditebalkan). (Ibid).
Ayat-ayat tersebut disangka kaum Syi’ah bahwa itu menunjukkan dengan terang atas keimaman Ali Radhiyallahu ‘Anhu, tapi kemudian Abu Bakar dan Umar Radhiyallahu ‘Anhuma merubahnya sebagaimana yang mereka yakini.
Berdasarkan hal tersebut ada dua pertanyaan yang diajukan kepada Syi’ah:
Pertama: Ketika Abu Bakar dan Umar telah mengubah ayat-ayat ini, lalu mengapa Ali ketika menjadi khalifah tidak menjelaskan semua ini?! Atau, minimal, mengembalikan ayat-ayat ini dalam versi Al Quran yang aslinya?!.
Kami tidak mendapati Ali Radhiyallahu ‘Anhu melakukan hal ini. Bahkan Al Quran di masanya seperti pada masa para khalifah sebelumnya, dan sebagaiman di zaman Nabi. Karena Al Quran dipelihara oleh Allah Ta’ala:
إِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا ٱلذِّكۡرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”. (Q.S Al Hijr: 9).
Tetapi Syi’ah tidak mengetahuinya.
Kedua: Sebagian ayat yang mereka simpangkan untuk menetapkan kekuasaan, keimaman dan kekhilafahan Ali itu mengabarkan kepada kita dengan jelas bahwa ini tidak akan pernah ada!.
2. Syi’ah meriwayatkan (penafsiran) dari Abu Al Hasan terhadap firman Allah Ta’ala:
يُرِيدُونَ لِيُطۡفِ‍ُٔواْ نُورَ ٱللَّهِ بِأَفۡوَٰهِهِمۡ وَٱللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِۦ وَلَوۡ كَرِهَ ٱلۡكَٰفِرُونَ
“Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya”. (Q.S As Shaaf: 8).

“Dan Allah tetap menyempurnakan imamah, dan imamah adalah cahaya. Itulah firman Allah ‘Azza Wajalla:
“Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada cahaya yang telah kami turunkan”. (At Taghabun: 8).
Abu Al Hasan mengatakan: “Demi Allah, cahaya ialah para imam dari keluarga Muhammad Shollallahu ‘Alaihi Wasallam pada hari kiamat”. (Al Kafi).
Pertanyaan: Apakah Allah menyempurnakan cahaya-Nya dengan menyebarkan Islam, ataukah memberi kekuasaan, wasiat dan khilafah kepada ahli bait?
3. Sebagian kitab-kitab Syi’ah meriwayatkan dari Ja’far Ash Shadiq bahwa ia berkata kepada seorang wanita yang bertanya kepadanya tentang Abu Bakar dan Umar: “Apakah aku mencintai keduanya?”, ia menjawab: “Cintailah keduanya”. Wanita tadi berkata: “Kelak aku akan mengatakan kepada Rabbku, jika aku berjumpa dengan-Nya bahwa engkau telah memerintahkan kepadaku utnuk mencintai keduanya?”, ia menjawab: “ya”. (Raudhah Al Kafi).
Sebagian kitab-kitab itu juga meriwayatkan, seorang dari sahabat Al Baqir merasa heran saat mendengarkan Al Baqir mensifati Abu Bakar dengan Ash Shiddiq. Maka ia bertanya: “Apakah engkau mensifatinya demikia?”, Al Baqir berkata: “Ya, Ash Shiddiq. Barangsiapa yang tidak menyebutnya Ash Shiddiq, maka Allah tidak membenarkan ucapannya di akhirat”. (Kasyf Al Ghummah).
Pertanyaan: Lantas apa pendapat Syi’ah tentang Abu Bakar Ash Shiddiq dan Umar bin Al Khattab Radhiyallahu ‘Anhuma?. Wallahu A’lam (ama).

Benarkah Syi’ah Mencintai Ahli Bait?
1. Syi’ah mengklaim mencintai ahli bait dan keturunan Nabi Shollallahu ‘Alaihi Wasallam. Tapi kita dapati pada mereka apa yang bertentangan dengan kecintaan ini, di mana mereka mengingkari nasab sebagian keturunan Nabi Shollallahu ‘Alaihi Wasallam, seperti Ruqayyah dan Ummu Kultsum, kedua putri Rasulallahu Shollallahu ‘Alaihi Wasallam. Sebagaimana yang disebutkan dalam buku Syi’ah Indonesia: “Ruqoyah dan Ummu Kultsum, istri khalifah Utsman bukanlah putri Nabi Muhammad”. (“Pengantar Studi Kritis Tarikh Nabi”, Muthohari Press, hlm 164-165.)
Mereka juga mengeluarkan Al Abbas, paman Rasulallah berikut semua anaknya, dan Az Zubair bin Shafiyyah, bibi Rasulallah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam.
Mereka membenci banyak anak-anak Fatimah Radhiyallahu ‘Anha bahkan mencacai maki mereka, seperti Zaid bin Ali dan putranya, Yahya, Ibrahim dan Ja’far kedua putra Musa Al Kazhim, dan Ja’far bin Ali, saudara imam mereka, Al Hasan Al Askari.
Mereka meyakini bahwa Al Hasan bin Al Hasan “Al Mutsanna”, putranya Abdullah “Al Mahd”, dan putranya An Nafs Az Zakiyyah telah murtad!.
Demikian pula keyakinanmereka terhadap Ibrahim bin Abdillah, Zakaria bin Muhammad Al Baqir, Muhammad bin Abdillah bin Al Husain bin Al Hasan, Muhammad bin Al Qasim bin Al Husain, Yahya bin Umar dan lainnya.
Hal ini dibuktikan oleh perkataan salah seorang dari mereka: “Semua Bani Al Hasan bin Ali memiliki perbuatan yang tercela dan tidak tabah untuk melakukan taqiyyah”. (Ibid).
Pertanyaan: Lantas di manakah klaim mencintai ahli bait yang mereka gembar-gemborkan? apakah yang dimaksud ahlu bait adalah yang sesuai dengan kriteria mereka?
3. Syi’ah mengkafirkan semua ahli bait yang hidup pada abad pertama. Hal itu disebutkan dalam Hadts-Hadits dan sumber mereka yang terpercaya bahwa semua manusia setelah wafatnya Nabi Shollallahu ‘Alaihi Wasallam telah murtad kecualai tiga orang: Salman Al Farisi, Abu Dzar dan Al Miqdad. Sebagian mereka menyebut hingga tujuh orang. (Tanqih Al Maqaal).
Pertanyaan: Adakah salah satu dari tiga sahabat yang mereka kecualikan termasuk dari kalangan ahlu bait? bagaimana dengan nasib sahabat dari kalangan ahlu bait setelah wafatnya Nabi Shollallahu ‘Alaihi Wasallam?
4. Al Hasan Radhiyallahu ‘Anhu meskipun banyak pembela dan pengikutnya rela turun dari kekhilafahan untuk diserahkan kepada Mu’awiyah Radhiyallahu ‘Anhu. Sementara saudaranya Al Husain, meskipun sedikit pembela dan pengikutnya, menentang Yazid bin Mu’awiyah dan melakukan pemberontakan terhadapnya. Padahal mereka, Al Hasan dan Al Husain adalah imam yang ma’shum menurut Syi’ah.
Jika tindakan Al Hasan benar, berarti tindakan Al Husain itu bathil. Sebaliknya, jika tindakan Al Husain benar, berarti tindakan Al Hasan bathil.
Pertanyaan: Siapakah di antara keduanya, Al Hasan dan Al Husain yang ma’shum, benar dalam mengambil sikap dan jauh dari kesalahan? apa yang mereka lakukan terhadap kesalahan dari salah satu dari mereka yang dianggap imam?
5. Mereka mengkafirkan secara tegas sebagian ahlu bait, seperti Al Abbas, paman Nabi Shollallahu ‘Alaii Wasallam, yang mereka klaim, berkenaan dengannya turun firman Allah Ta’ala:
وَمَن كَانَ فِي هَٰذِهِۦٓ أَعۡمَىٰ فَهُوَ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ أَعۡمَىٰ وَأَضَلُّ سَبِيلٗا
“Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar)”. (Q.S Al Isra: 72).
Demikian juga dengan putranya, Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma, tinta umat dan ahli Tafsir Al Quran. Disebutkan dalam kitab Syi’ah Al Kafi yang isinya mengkafirkannya dan bahwa ia jahil lagi lemah akal. (Rijal Al Kusyi).
Dalam kitab mereka yang berjudul Rijal Al Kusyi disebutkan: “Ya Allah, laknatlah dua putra fulan dan butakanlah mata keduanya seperti buta hati keduanya…”. (Ushul Al Kafi).
Syeikh mereka Hasan Al Mushthafawi mengomentari perkataan tersebut dengan perkataannya: “Maksudnya adalah Abdullah bin Abbas dan Ubaidillah bin Abbas”. (Rijal Al Kusyi).
Pertanyaan: Apakah mereka berani mencela sahabat dari kalangan ahli bait yang Nabi doakan baginya pemahaman dalam ilmu agama dan Tafsir? apakah Nabi salah dalam memilih orang untuk didoakan kebaikan baginya. Wallahu A’lam (ama).
sumber: Asilah Qadat Syabaab Asy Syi’ah, Sulaiman bin Shalih Al Karasyi.


Inilah Perbedaan Arab Saudi dengan Iran

Seringkali Arab Saudi disifati dengan hal-hal buruk seperti antek zionis, antek Amerika bahkan ada yang memvonisnya dengan pemerintahan kafir. Sedangkan Iran dipuji dengan negara Islam, anti Amerika, Anti Israel, pembela Palestina, pembela umat Islam dan segala jenis pujian lainnya.
Bagaimana fakta sebenarnya dan apa perbedaan dari kedua negara ini?. Ditimbang dengan ajaran Islam, berikut beberapa poin perbedaan kedua negara ini, seperti di share dari group WA Madrasah Salafiyyah:

1]. Arab Saudi konstitusi hukumnya mengacu pada Al-Qur’an dan Sunnah dengan pemahaman Salafusshalih. Sedangkan Republik Iran mengadopsi dari thaghut Demokratisme.
2]. Arab Saudi menentang sistem kufur Demokrasi ketika dipaksakan oleh Amerika. Sedangkan Iran berdamai dengan Demokrasi.
3]. Arab Saudi mengharamkan orang-orang kafir menjabat dalam pemerintahannya. Sedangkan Iran melibatkan Yahuudi dalam parlemen dan orang-orang kafir lainnya.
4]. Arab Saudi melarang pembangunan ibadah orang-orang kafir. Sedangkan di Iran Sinagog Yahuudi ada dimana-mana, bahkan masjid-masjid umat Islam (sebagai basis Ahlussunnah) dihancurkan.
5]. Arab Saudi mewajibkan rakyatnya shalat lima waktu berjamaah di masjid (bagi pria) sebagaimana yang ditetapkan oleh syariah. Sedangkan di Iran shalat jum’at saja hukumnya tidak wajib.
6]. Arab Saudi mengharamkan kawin mut’ah (kawin kontrak). Sedangkan di Iran para wanitanya banyak yang rela dimut’ah oleh imam-imam mereka.
7]. Arab Saudi menghancurkan patung-patung dan tempat-tempat yang dikeramatkan. Sedangkan di Iran kuburan-kuburan dan tempat-tempat yang dikeramatkan dipelihara demi melestarikan kearifan budaya lokal.
8]. Ketika pemerintah Suriah membantai rakyatnya yang notabene Ahlussunnah, maka mufti Arab Saudi Syaikh Abdul ‘Aziiz alu Syaikh memfatwakan wajib menolong mereka dan mendukung milisi pembebasan Suriah dengan doa dan harta. Sedangkan Iran berlaku sebaliknya, mendukung rezim thaghut Basyar Assad dan memutarbalikkan fakta.
9]. Ketika para Ulama di Arab Saudi memfatwakan jihad di Dammaj Yaman melawan separatis Syi’ah Al-Hutsi hingga mereka gagal mengepung dan menembus pertahanan Ahlussunnah lebih dari 3 bulan. Maka separatis Syi’ah yang didukung Iran bermain mata dengan Amerika untuk menyerang Dammaj lewat jalur udara. Akibatnya terjadilah evakuasi Ahlussunnah dari Dammaaj atas “paksaan” pemerintahnya.
Dan masih banyak lagi perbedaan mendasar antara Iran dan Arab Saudi yang tidak bisa disinggung di sini. Semoga 9 poin di atas dapat membuka “mata batin” para pembaca, sehingga mampu membedakan siapa kawan dan siapa lawan.
Red: Budi Marta Saudin


Syiah Bantai Husain Asyura Karbala Irak [Goresan Pena Tanya Syiah Part 17]




Karbala adalah sebuah tempat di mana Imam al-Husain Radhiyallahu ‘anhu tewas terbunuh, yang merupakan cucu kesayangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, ia telah menjadi korban pengkhianatan dan pembunuhan oleh Syiah yang berasal dari Irak.

أَنَّ رَجُلًا مِنْ أَهْلِ الْعِرَاقِ سَأَلَ ابْنَ عُمَرَ عَنْ دَمِ الْبَعُوضِ يُصِيبُ الثَّوْبَ فَقَالَ ابْنُ عُمَرَ انْظُرُوا إِلَى هَذَا يَسْأَلُ عَنْ دَمِ الْبَعُوضِ وَقَدْ قَتَلُوا ابْنَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَسَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ الْحَسَنَ وَالْحُسَيْنَ هُمَا رَيْحَانَتَايَ مِنْ الدُّنْيَا
Bahwasanya terdapat seorang laki-laki yang berasal dari penduduk Irak bertanya kepada Ibnu ‘Umar mengenai darah nyamuk yang menodai pakaian. Lantas Ibnu ‘Umar berkata, “Lihatlah (laki-laki) ini yang bertanya mengenai darah nyamuk, padahal mereka (penduduk Irak) telah membunuh anak (cucu) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Sedangkan aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, ‘Sesungguhnya al-Hasan dan al-Husain, keduanya adalah tumbuh-tumbuhan yang harum di dunia.’”
[Tirmidzi no.3703, Shahih : Shahih Tirmidzi no.3770, Syaikh al-Albani]

Akhirnya Imam al-Husain Radhiyallahu ‘anhu pun Syahid terbunuh di tangan Syiah Irak, sehingga ia menjadi seorang Syuhada yang mulia di sisi Rabb-nya.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْحَسَنُ وَالْحُسَيْنُ سَيِّدَا شَبَابِ أَهْلِ الْجَنَّةِ
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Al-Hasan dan al-Husain merupakan Sayyid pemuda Ahlul Jannah.”
[Tirmidzi no.3701, Shahih : Shahih Tirmidzi no.3768, Syaikh al-Albani]

Padahal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam sangat mencintainya dengan sepenuh hati.

فَخَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ مُشْتَمِلٌ عَلَى شَيْءٍ لَا أَدْرِي مَا هُوَ فَلَمَّا فَرَغْتُ مِنْ حَاجَتِي قُلْتُ مَا هَذَا الَّذِي أَنْتَ مُشْتَمِلٌ عَلَيْهِ قَالَ فَكَشَفَهُ فَإِذَا حَسَنٌ وَحُسَيْنٌ عَلَى وَرِكَيْهِ فَقَالَ هَذَانِ ابْنَايَ وَابْنَا ابْنَتِيَ اللَّهُمَّ إِنِّي أُحِبُّهُمَا فَأَحِبَّهُمَا وَأَحِبَّ مَنْ يُحِبُّهُمَا
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam keluar dengan menyelimuti sesuatu yang aku tidak mengetahuinya. Tatkala selesainya keperluanku, aku bertanya, “Apa yang engkau selimuti tersebut?” Kemudian beliau menyingkapnya, ternyata terdapat Hasan dan Husain di atas pinggul beliau seraya bersabda, ‘Keduanya adalah anakku (cucu) dan anak puteriku. Ya Allah, sesungguhnya aku mencintai keduanya, maka cintailah mereka berdua dan cintailah orang yang mencintai keduanya.’”
[Tirmidzi no.3702, Hasan : Shahih Tirmidzi no.3769, Syaikh al-Albani]

Namun Syiah Rafidhah selama ini telah membuat sebuah tipu daya dengan menutup-nutupi kebenaran akan tragedi Karbala dengan melimpahkan seluruh kesalahan kepada kaum Muslimin. Padahal merekalah (Syiah) yang melakukan pengkhianatan dan pembantaian terhadap Imam al-Husain Radhiyallahu ‘anhu beserta Ahlul Bait. Dan Karbala pun menjadi saksi atas kekejaman mereka (Syiah).

Sebelum terjadinya tragedi di Karbala Irak, para Shahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam banyak yang berusaha melarang Imam al-Husain Radhiyallahu ‘anhu untuk pergi ke Kufah Irak, di antaranya adalah :

[-] Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, beliau memberikan nasihat kepada Imam al-Husain Radhiyallahu ‘anhu dengan berkata,

لَوْلَا أَنْ يُزْرَى بي وبك الناس لشبثت يدي في رأسك فلم أتركك تذهب
“Seandainya orang-orang tidak menghinaku dan menghinamu, niscaya aku akan pegang kepalamu dengan tidak melepaskanmu untuk pergi.”
[Al-Bidayah wa an-Nihayah 8/172, al-Hafizh Ibnu Katsir]

[-] Ibnu ‘Umar Radhiyallahu ‘anhuma pun juga berkata kepada Imam al-Husain Radhiyallahu ‘anhu,

فقال: أين تريد؟ قال: الْعِرَاقَ, وَإِذَا مَعَهُ طَوَامِيرُ وَكُتُبٌ، فَقَالَ: هَذِهِ كُتُبُهُمْ وَبَيْعَتُهُمْ، فَقَالَ: لَا تَأْتِهِمْ، فَأَبَى.
فَقَالَ ابْنُ عُمَرَ: إِنِّي مُحَدِّثُكَ حَدِيثًا، إِنَّ جِبْرِيلَ أَتَى النَّبيّ صلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَخَيَّرَهُ بَيْنَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ فَاخْتَارَ الْآخِرَةَ وَلَمْ يُرِدِ الدُّنْيَا، وَإِنَّكَ بَضْعَةٌ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، والله ما يَلِيهَا أَحَدٌ مِنْكُمْ أَبَدًا، وَمَا صَرَفَهَا اللَّهُ عَنْكُمْ إِلَّا لِلَّذِي هُوَ خَيْرٌ لَكُمْ، فَأَبَى أَنْ يَرْجِعَ.
قَالَ فَاعْتَنَقَهُ ابْنُ عُمَرَ وَبَكَى وَقَالَ: أَسْتَوْدِعُكَ اللَّهَ مِنْ قَتِيلٍ.
Ia (Ibnu ‘Umar) bertanya, “Kemana engkau akan pergi?”
(Al-Husain) menjawab, “ke Irak.” Sedangkan ia memiliki kertas-kertas surat seraya berkata, “Ini adalah surat-surat dan bai’at mereka.”
(Ibnu ‘Umar) berkata, “Janganlah engkau mendatangi mereka.” Namun ia (al-Husain) enggan (kembali).
Lalu (Ibnu ‘Umar) berkata, “Aku ingin memberitahukanmu sebuah hadits, yakni suatu ketika Jibril mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dengan memberinya sebuah pilihan antara dunia dan akhirat, lantas (Nabi) pun memilih akhirat dan tidak menghendaki dunia. Sesungguhnya engkau adalah bagian dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Demi Allah, janganlah seorang pun dari kalian selamanya memegang (kepemimpinan), tidaklah Allah memalingkannya dari kalian kecuali Dia memilihkan yang terbaik untuk kalian.” Namun ia (al-Husain) enggan untuk kembali. Ibnu ‘Umar pun memeluknya sembari menangis dan berkata, “Aku memasrahkan dirimu kepada Allah dari pembunuhan.”
[Al-Bidayah wa an-Nihayah 8/173, al-Hafizh Ibnu Katsir]

[-] Begitu pula dengan Ibnu Zubair Radhiyallahu ‘anhuma berkata kepada Imam al-Husain Radhiyallahu ‘anhu,

أَيْنَ تَذْهَبُ؟ إِلَى قَوْمٍ قَتَلُوا أَبَاكَ وَطَعَنُوا أَخَاكَ؟
“Kemana engkau akan pergi? (Apakah) menuju ke kaum yang telah membunuh ayahmu dan yang telah menusuk saudaramu?”
[Al-Bidayah wa an-Nihayah 8/174, al-Hafizh Ibnu Katsir]

[-] Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu ‘anhu pun tidak mau ketinggalan jua dalam memberikan nasihat kepada Imam al-Husain Radhiyallahu ‘anhu,

يَا أَبَا عَبْدِ اللَّهِ! إِنِّي لَكُمْ نَاصِحٌ، وَإِنِّي عَلَيْكُمْ مشفق، وقد بلغني أنَّه قد كَاتَبَكَ قَوْمٌ مِنْ شِيعَتِكُمْ بِالْكُوفَةِ يَدْعُونَكَ إِلَى الخروج إليهم، فلا تخرج إليهم، فَإِنِّي سَمِعْتُ أَبَاكَ يَقُولُ بِالْكُوفَةِ: وَاللَّهِ لَقَدْ مللتهم وأبغضتهم، وملوني وأبغضوني، وما يكون منهم وفاء قط، وَمَنْ فَازَ بِهِمْ فَازَ بِالسَّهْمِ الْأَخْيَبِ، وَاللَّهِ ما لهم نيات وَلَا عَزْمٌ عَلَى أَمْرٍ، وَلَا صَبْرٌ عَلَى السيف.
“Wahai Abu ‘Abdillah! Aku ingin menasihatimu, sesungguhnya aku sangat menyayangi kalian. Dan telah sampai kabar kepadaku bahwasanya kaum dari Syiah-mu di Kufah telah menulis surat kepadamu dan mengajakmu untuk keluar menuju mereka. Janganlah engkau keluar menuju mereka, sesungguhnya aku telah mendengar ayahmu berkata di Kufah, ‘Demi Allah, sungguh aku telah bosan dan marah terhadap mereka. Begitu pula mereka juga telah bosan dan marah terhadapku, serta mereka tidak dapat dipercaya. Barangsiapa yang mendapatkan dukungan dari mereka, maka ia mendapatkan sebuah anak panah yang tumpul. Demi Allah, mereka tidak memiliki niat dan tekad dalam suatu urusan, dan bersabar dalam pertempuran.’”
[Al-Bidayah wa an-Nihayah 8/174, al-Hafizh Ibnu Katsir]

Akhirnya Imam al-Husain Radhiyallahu ‘anhu pun ditipu oleh Syiah Kufah Irak dengan berpura-pura mendukung dan membelanya, namun di kemudian hari mereka (Syiah Kufah Irak) mengkhianatinya dan menyembelihnya serta membantai Ahlul Bait, sebagaimana yang telah diakui oleh para Pendeta Syiah Rafidhah.



Pendeta Syiah Rafidhah
Menit 00:45 – 00:50
Sehingga kita (Syiah Rafidhah) menjadi seperti orang-orang Kufah (Syiah) yang mengundang Imam (al-Hussain), dan kemudian meninggalkannya.

Pendeta Syiah Rafidhah
Menit 00:51 – 01:00
Kejahatan pertama adalah mereka (Syiah) mengajaknya (al-Hussain) untuk menjadi pemimpin mereka dan penyelamat mereka. Kemudian mereka (Syiah) menyerangnya dan membunuhnya.

Menit 01:30 – 01:45
Al-Hussain tidak dilempar ke dalam sumur (seperti kisah Nabi Yusuf atas pengkhianatan saudaranya), namun ia dibunuh.
Mereka (Syiah) berkata kepadanya untuk datang, kami tidak memiliki pemimpin, buah-buahan telah matang. Bersegeralah datang, karena sesungguhnya engkau akan mendapatkan pasukan yang besar.

Pendeta Syiah Rafidhah
Menit 01:51 – 01:50
Sesungguhnya orang-orang yang ikut berpartisipasi dalam pembunuhan al-Hussain, yakni sekitar 90%-80% adalah pernah shalat di belakang Amirul Mukminin (‘Aliy).
Syimr dikenal sebagai Syiah Amirul Mukminin (‘Aliy).
Syimr yang telah membunuh al-Hussain. Ia pernah shalat di belakang Amirul Mukminin (‘Aliy).

[https://www.youtube.com/watch?v=h8u9vGHw0eU&feature=youtu.be]

إن الكوفة كانت مهداً للشيعة
حياة الامام الحسين - باقر شريف القرشي - ج3 ص 12
“Sesungguhnya Kufah adalah tempat lahirnya Syiah.”
[Hayat al-Imam al-Husain 3/12, Baqir Pendeta Syiah Rafidhah]

وَلَا رَيْبَ فِي أَنَّ الْكُوفَةَ كَانُوا مِنْ شِيْعَةِ عَلِيٍّ وَأنَّ الَّذِينَ قَتَلُوا الْإِمَامَ الْحُسَيْنَ هُمْ شِيْعَتُهُ
الْملحمة الْحُسَيْنية - مُرْتَضى الْمُطَهِّري - ج1 ص 129
“Tidak ada keraguan bahwa orang-orang Kufah adalah Syiah ‘Aliy, dan bahwasanya yang membunuh Imam al-Husain adalah Syiah-nya.”
[Al-Malhamah al-Husainiyyah 1/129, Murtadha al-Muthahariy Pendeta Syiah Rafidhah]

بِأَنَّ مَقْتَلَ الْحُسَيْنِ عَلَى يَدِ الْمُسْلِمِينَ بَلْ علي يَدِ الشِّيعَةِ
الْملحمة الْحُسَيْنية - مُرْتَضى الْمُطَهِّري -  ج3 ص 94
“Bahwa sesungguhnya pembunuhan al-Husain adalah berada di tangan kaum Muslimin, bahkan di tangan Syiah.”
[Al-Malhamah al-Husainiyyah 3/94, Murtadha al-Muthahariy Pendeta Syiah Rafidhah]

Tragedi Karbala berdarah tersebut bermula dari surat menyurat antara Syiah Kufah Irak dengan Imam al-Husain Radhiyallahu ‘anhu dengan menipunya untuk datang ke Kufah Irak.

بسم الله الرحمن الرحيم إلى الحسين بن علي من شيعته من المؤمنين والمسلمين أما بعد فحي هلا فان الناس ينتظرونك لا رأي لهم غيرك, فالعجل العجل, ثم العجل العجل, والسلام 
بحار الأنوار - العلامة المجلسي - ج ٤٤ - الصفحة ٣٣٤
بسم الله الرحمن الرحيم
Kepada al-Husain bin ‘Aliy dari Syiah-nya yang berasal dari kaum Mukminin dan Muslimin.
Amma ba’du,
Segera bergegaslah, sesungguhnya manusia telah menanti-nantikan engkau yang di mana mereka  tidak memiliki pilihan selain dirimu. Cepatlah dan cepatlah, kemudian segera bergegaslah.
والسلام
[Bihar al-Anwar 44/334, al-Majlisi Pendeta Syiah Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/1475_بحار-الأنوار-العلامة-المجلسي-ج-٤٤/الصفحة_0?pageno=334#top]

أما بعد فقد اخضر الجنات, وأينعت الثمار, وأعشبت الأرض, وأورقت الأشجار, فإذا شئت فأقبل على جند لك مجندة, والسلام عليك ورحمة الله وبركاته وعلى أبيك من قبلك
بحار الأنوار - العلامة المجلسي - ج ٤٤ - الصفحة ٣٣٤
Amma ba’du,
Taman-taman telah menghijau, buah-buahan telah matang, bumi telah (ditumbuhi) rerumputannya, serta pepohonan telah bersemi.
Jika engkau menghendaki, maka datanglah ke sini (dalam menyambut) pasukanmu yang besar.
والسلام عليك ورحمة الله وبركاته وعلى أبيك من قبلك
[Bihar al-Anwar 44/334, al-Majlisi Pendeta Syiah Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/1475_بحار-الأنوار-العلامة-المجلسي-ج-٤٤/الصفحة_0?pageno=334#top]

Kemudian al-Husain Radhiyallahu ‘anhu pun membalas surat Syiah Kufah Irak.

بسم الله الرحمن الرحيم من الحسين بن علي إلى الملأ من المؤمنين والمسلمين أما بعد فان هانئا وسعيدا قدما علي بكتبكم, وكانا آخر من قدم علي من رسلكم, وقد فهمت كل الذي اقتصصتم وذكرتم, ومقالة جلكم أنه ليس علينا إمام, فأقبل لعل الله أن يجمعنا بك على الحق والهدى, وأنا باعث إليكم أخي وابن عمي وثقتي من أهل بيتي مسلم بن عقيل, فان كتب إلي بأنه قد اجتمع رأي ملئكم, وذوي الحجى والفضل منكم, على مثل ما قدمت به رسلكم وقرأت في كتبكم, فاني أقدم إليكم وشيكا إنشاء الله فلعمري ما الامام إلا الحاكم بالكتاب القائم بالقسط, الدائن بدين الحق, الحابس نفسه على ذلك لله, والسلام 
بحار الأنوار - العلامة المجلسي - ج ٤٤ - الصفحة ٣٣٤
بحار الأنوار - العلامة المجلسي - ج ٤٤ - الصفحة ٣٣٥
بسم الله الرحمن الرحيم
Dari al-Husain bin ‘Aliy kepada seluruh kaum Mukminin dan Muslimin.
Amma ba’du,
Sesungguhnya Hani’ dan Sa’id telah menemuiku dengan membawa surat-surat kalian, dan mereka berdua adalah utusan terakhir kalian yang menemuiku. Sungguh aku telah memahami seluruh apa yang kalian ceritakan dan sebutkan mengenai (keinginan) kebanyakan kalian yakni, “Kami tidak memiliki pemimpin, maka datanglah, semoga Allah menyatukan kami di bawah (kepemimpinan)-mu di atas kebenaran dan petunjuk.”
Oleh karena itu aku mengutus kepada kalian saudaraku, anak pamanku dan orang kepercayaanku dari Ahlul Baitku, yaitu Muslim bin ‘Aqil. Jika ia mengirimkan surat bahwa sesungguhnya telah bersatunya pendapat para pemuka kalian yang menguasai keperluan dan yang paling utama di antara kalian atas apa yang disampaikan oleh utusan kalian dan apa yang aku baca dalam surat kalian, maka aku akan menemui kalian dalam waktu dekat ini, Insya Allah.
Sesungguhnya seorang pemimpin adalah memimpin dengan hukum al-Kitab (al-Qur’an) dan menegakkan keadilan, beragama dengan agama yang haq, menahan dirinya (konsisten) hanya karena Allah.
والسلام
[Bihar al-Anwar 44/334-335, al-Majlisi Pendeta Syiah Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/1475_بحار-الأنوار-العلامة-المجلسي-ج-٤٤/الصفحة_0?pageno=334#top]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/1475_بحار-الأنوار-العلامة-المجلسي-ج-٤٤/الصفحة_337#top]

Akhirnya, Muslim bin ‘Aqil pergi ke Kufah untuk memeriksa kebenaran baiat dari penduduk Kufah, hingga terkumpullah Syiah dengan jumlah yang banyak.

فخرج مسلم من مكة للنصف من شعبان ووصل الكوفة,
وأقبلت الشيعة يبايعونه حتى بلغوا ثمانية عشر ألفاً وفي حديث الشعبي بلغ من بايعه أربعين ألفاً
الشيعة وعاشوراء - رضا حسين صبح الحسني - ص167
Muslim pun pergi keluar dari Makkah pada pertengahan bulan Sya’ban dan tiba di Kufah.
Maka berdatanganlah Syiah untuk berbaiat kepadanya hingga mencapai 18.000 (delapan belas ribu). Sedangkan dalam hadits as-Sya’bi jumlah yang berbaiat mencapai 40.000 (empat puluh ribu).
[Asy-Syiah wa ‘Asyura’ 167, Ridha Husain Shabah al-Husni Pendeta Syiah Rafidhah]

Kemudian penduduk Kufah menulis surat kepada Imam al-Husain Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Syiah-nya telah berkumpul sebanyak 100.000 orang.

وكتب إليه أهل الكوفة أن لك ههنا مائة ألف سيف ولا تتأخر
بحار الأنوار - العلامة المجلسي - ج ٤٤ - الصفحة ٣٧٠
Dan penduduk Kufah menulis surat kepadanya (al-Husain), bahwasanya engkau di sini memiliki 100.000 (seratus ribu) pasukan, maka janganlah terlambat.
[Bihar al-Anwar 44/370, al-Majlisi Pendeta Syiah Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/1475_بحار-الأنوار-العلامة-المجلسي-ج-٤٤/الصفحة_372]

Lantas Imam al-Husain membalas surat mereka (Syiah Kufah Irak) dengan berjanji untuk datang kepada mereka (Syiah Kufah Irak) dengan segera.

بسم الله الرحمن الرحيم من الحسين بن علي إلى إخوانه المؤمنين والمسلمين سلام عليكم فاني أحمد إليكم الله الذي لا إله إلا هو أما بعد فان كتاب مسلم بن عقيل جاءني يخبرني فيه بحسن رأيكم, واجتماع ملئكم على نصرنا والطلب بحقنا, فسألت الله أن يحسن لنا الصنيع, وأن يثيبكم على ذلك أعظم الأجر, وقد شخصت إليكم من مكة يوم الثلاثاء, لثمان مضين من ذي الحجة يوم التروية, فإذا قدم عليكم رسولي فانكمشوا في أمركم وجدوا فاني قادم عليكم في أيامي هذه والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بحار الأنوار - العلامة المجلسي - ج ٤٤ - الصفحة ٣٧٠
بسم الله الرحمن الرحيم
Dari al-Husain bin ‘Aliy kepada saudaranya kaum Mukminin dan Muslimin.
سلام عليكم فاني أحمد إليكم الله الذي لا إله إلا هو
Amma ba’du,
Sesungguhnya surat Muslim bin ‘Aqil telah sampai kepadaku yang mengabarkan di dalamnya dengan baiknya pendapat kalian, dan bersatunya para pemuka kalian untuk membela dan menuntut hak kami. Aku memohon kepada Allah untuk memperbaiki urusan kita, dan melimpahkan kepada kalian pahala yang besar.
Aku berangkat menuju kalian dari Makkah pada hari Selasa, yakni tanggal 8 di bulan Dzulhijah pada hari Tarwiyah. Apabila utusanku telah tiba di tempat kalian, maka hendaknya kalian menahan diri dalam urusan ini serta menggalang kekuatan.
Sesungguhnya aku akan tiba kepada kalian dalam hitungan hari.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
[Bihar al-Anwar 44/370, al-Majlisi Pendeta Syiah Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/1475_بحار-الأنوار-العلامة-المجلسي-ج-٤٤/الصفحة_372#top]

Sebelum keberangkatan Imam al-Husain Radhiyallahu ‘anhu ke Kufah Irak, saudaranya yakni Muhammad bin ‘Aliy bin Abu Thalib yang dikenal dengan nama Ibnul Hanafiyyah, menasihati beliau (al-Husain).

يا أخي إن أهل الكوفة من قد عرفت غدرهم بأبيك وأخيك
اللهوف في قتلى الطفوف - السيد ابن طاووس - الصفحة ٣٩
“Wahai saudaraku, sesungguhnya engkau telah mengetahui akan pengkhianatan penduduk Kufah terhadap ayah dan saudaramu.”
[Al-Lahuuf 39, Ibnu Thawus Pendeta Syiah Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/3705_اللهوف-في-قتلى-الطفوف-السيد-ابن-طاووس/الصفحة_0?pageno=39#top]

Maka berangkatlah Imam al-Husain Radhiyallahu ‘anhu ke Irak, namun di tengah perjalanan terdengarlah sebuah kabar bahwa Muslim bin ‘Aqil telah terbunuh dan Syiah-nya telah berkhianat. lalu Imam al-Husain segera mengabarkan beritanya kepada rombongan yang ikut bersamanya.

بسم الله الرحمن الرحيم أما بعد: فإنه قد أتانا خبر فظيع قتل مسلم بن عقيل, وهانئ بن عروة, و عبد الله بن يقطر, وقد خذلنا شيعتنا,
الإرشاد - الشيخ المفيد - ج ٢ - الصفحة ٧٥
بسم الله الرحمن الرحيم
Amma ba’du,
Sesungguhnya telah sampai kabar buruk kepada kita mengenai terbunuhnya Muslim bin ‘Aqil, Hani’ bin ‘Urwah serta ‘Abdullah bin Yaqthur dan Syiah kita telah mengkhianati kita.
[Al-Irsyad 2/75, al-Mufid Pendeta Syiah Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/1295_الإرشاد-الشيخ-المفيد-ج-٢/الصفحة_75]

Padahal Syiah Kufah Irak sebelumnya telah membai’at Imam al-Husain Radhiyallahu ‘anhu.

ثم بايع الحسين عليه السلام من أهل العراق عشرون ألفا ثم غدروا به, وخرجوا عليه, وبيعته في أعناقهم فقتلوه
بحار الأنوار - العلامة المجلسي - ج ٤٤ - الصفحة ٦٨
Kemudian pembaiatan al-Husain ‘alaihi Salam oleh penduduk Irak yang berjumlah 20.000 (dua puluh ribu) orang, lalu mereka (Syiah Irak) mengkhianatinya dan memeranginya. Padahal bai’atnya masih berada di leher mereka, (Hingga akhirnya) mereka membantainya.
[Bihar al-Anwar 44/68, al-Majlisi Pendeta Syiah Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/1475_بحار-الأنوار-العلامة-المجلسي-ج-٤٤/الصفحة_70]

Ketika Imam al-Husain Radhiyallahu ‘anhu tiba di Karbala, maka situasi pun semakin genting. Sehingga Imam al-Husain Radhiyallahu ‘anhu memberikan 3 opsi kepada pimpinan pasukan Ubaidillah bin Ziyad, yakni Umar bin Sa’ad, yang dengan segera mengirimkan khabar tersebut kepada Ubaidillah bin Ziyad dengan menuliskan surat yang berisi sebagai berikut :

هذا حسين قد أعطاني ان يرجع إلى المكان الذي منه اتى أو ان نسيره إلى اي ثغر من ثغور المسلمين شئنا فيكون رجلا من المسلمين له ما لهم وعليه ما عليهم أو ان يأتي يزيد أمير المؤمنين فيضع يده في يده فيرى فيما بينه وبينه رأيه
معالم المدرستين - السيد مرتضى العسكري - ج ٣ - الصفحة ٨٥
معالم المدرستين - السيد مرتضى العسكري - ج ٣ - الصفحة ٨٦
Husain ini telah memberikanku (pilihan) :
[-] Ia (al-Husain) kembali ke tempat yang semula di mana ia berangkat.
[-] Kita memindahkannya (al-Husain) ke perbatasan, yakni perbatasan kaum Muslimin, sehingga menjadi penduduk setempat dari kalangan kaum Muslimin yang mendapatkan perlakuan yang sama dengan mereka (penduduk setempat).
[-] Ia (al-Husain) mendatangi Yazid Amirul Mukminin, hingga meletakkan tangannya (al-Husain) di tanggannya (Yazid) (baiat) serta saling bertatapan mata (bertemu).
[Ma’alim al-Madrasatain 3/85-86, Murtadha al-Askariy Pendeta Syiah Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/1665_معالم-المدرستين-السيد-مرتضى-العسكري-ج-٣/الصفحة_82#top]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/1665_معالم-المدرستين-السيد-مرتضى-العسكري-ج-٣/الصفحة_83#top]

Namun Ubaidillah bin Ziyad mengirim pasukan yang berasal dari penduduk Kufah untuk memerangi Imam al-Husain Radhiyallahu ‘anhu.

إن الجيش الذي خرج لحرب الإمام الحسين عليه السلام ثلاثمائة ألف, كلهم من أهل الكوفة, ليس فيهم شامي ولا حجازي ولا هندي ولا باكستاني ولا سوداني ولا مصري ولا أفريقي بل كلهم من أهل الكوفة, قد تجمعوا من قبائل شتى
عاشوراء - كاظم الإحسائي النجفي - ص 89
Sesungguhnya pasukan yang keluar untuk memerangi Imam al-Husain ‘alaihi Salam sebesar 300.000 (tiga ratus ribu) orang, mereka semuanya adalah penduduk Kufah. Tidaklah ada di antara mereka yang berasal dari Syam, Hijaz, India, Pakistan, Sudan, Mesir, dan Afrika. Bahkan mereka semua adalah penduduk Kufah yang berkumpul dari berbagai kabilah.
[‘Asyura’ 89, Kadzhim al-Ihsa-i an-Najafiy Pendeta Syiah Rafidhah]

Dalam pertempuran memerangi Imam al-Husain Radhiyallahu ‘anhu, pasukan Syiah Kufah Irak menempati beberapa posisi, di antaranya adalah :

جعل عمر بن سعد على ميمنة جيشه عمرو بن الحجاج الزبيدي, وسلم قيادة الميسرة لشمر بن ذي الجوشن العامري, وعلى الخيل عزرة بن قيس الأحمسي, وعلى الرجالة شبث بن ربعي
كربلاء ، الثورة والمأساة - أحمد حسين يعقوب - الصفحة ٣٠١
‘Umar bin Sa’ad memposisikan di sebelah kanan pasukannya (dipimpin) oleh ‘Amr bin Hajaj az-Zubaidiy, dan pengamanan yang berada di sebelah kiri dipimpin oleh Syimr bin Dzu al-Jausyan al-‘Amiry, serta yang memimpin pasukan berkuda adalah ‘Azrah bin Qays al-Hamasiy, dan terakhir yang memimpin pasukan darat adalah Syibts bin Rabi’iy.
[Karbala’ 301, Ahmad Husain Ya’qub Pendeta Syiah Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/3847_كربلاء-الثورة-والمأساة-أحمد-حسين-يعقوب/الصفحة_288]

Padahal Syiah Kufah Irak-lah yang mengundang Imam al-Husain Radhiyallahu ‘anhu dengan mengirimkan surat untuk datang ke Kufah Irak, namun mereka jua-lah yang mengkhianati dan memeranginya, seperti Syibts bin Rabi’iy dan ‘Amr bin Hajaj az-Zaidiy.

ثم كتب شبث بن ربعي وحجار بن أبجر, ويزيد بن الحارث بن رويم, وعروة ابن قيس, وعمر بن حجاج الزبيدي ومحمد بن عمرو التيمي: أما بعد فقد اخضر الجنات, وأينعت الثمار, وأعشبت الأرض, وأورقت الأشجار, فإذا شئت فأقبل على جند لك مجندة, والسلام عليك ورحمة الله وبركاته وعلى أبيك من قبلك
بحار الأنوار - العلامة المجلسي - ج ٤٤ - الصفحة ٣٣٤
Kemudian Syibts bin Rabi’iy, Hajar bin Abjar, Yazid bin al-Harits bin Ruwaym, ‘Urwah bin Qays, ‘Amr bin Hajaj az-Zaidiy, Muhammad bin ‘Amr at-Taymiy menulis surat yang berisi sebagai berikut :
Amma ba’du,
Taman-taman telah menghijau, buah-buahan telah matang, bumi telah (ditumbuhi) rerumputannya, serta pepohonan telah bersemi.
Jika engkau menghendaki, maka datanglah ke sini (dalam menyambut) pasukanmu yang besar.
والسلام عليك ورحمة الله وبركاته وعلى أبيك من قبلك
[Bihar al-Anwar 44/334, al-Majlisi Pendeta Syiah Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/1475_بحار-الأنوار-العلامة-المجلسي-ج-٤٤/الصفحة_336]

Lalu Imam al-Husain Radhiyallahu ‘anhu mengingatkan mereka (Syiah Kufah Irak) mengenai surat yang mereka (Syiah Kufah Irak) kirimkan.

يا شبث بن ربعي يا حجار بن أبجر يا قيس بن الأشعث يا يزيد بن الحارث ألم تكتبوا إلي أن قد أينعت الثمار, واخضر الجناب, وإنما تقدم على جند لك مجند؟
بحار الأنوار - العلامة المجلسي - ج ٤٥ - الصفحة ٧
“Wahai Syibts bin Rabi’iy, wahai Hajar bin Abjar, wahai Qays bin al-Asy’ats, wahai Yazid bin al-Harits. Bukankah kalian yang mengirimkan surat yang berisi, ‘buah-buahan telah matang dan telah menghijau sisinya. Sesungguhnya engkau akan mendapatkan pasukan yang besar?’”
[Bihar al-Anwar 45/7, al-Majlisi Pendeta Syiah Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/1476_بحار-الأنوار-العلامة-المجلسي-ج-٤٥/الصفحة_9]

Sedangkan Syibts bin Rabi’iy dan Syimr bin Dzu al-Jausyan merupakan Syiah ‘Aliy Radhiyallahu ‘anhu.

وزحر هذا شهد مع علي ع الجمل وصفين كما شهد صفين معه شبث بن ربعي وشمر بن ذي الجوشن الضبابي ثم حاربوا الحسين ع يوم كربلاء
أعيان الشيعة - السيد محسن الأمين - ج ١ - الصفحة ٣٢٦
Zahar ini telah menyaksikan bersama ‘Aliy pada saat perang Jamal dan Shiffin sebagaimana yang telah menyaksikan perang Shiffin bersamanya, yakni Syibts bin Rabi’iy dan Syimr bin Dzu al-Jausyan al-Dhababiy. Kemudian mereka memerangi al-Husain pada hari Karbala’.
[A’yan asy-Syiah 1/326, Muhsin al-Amin Pendeta Syiah Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/3636_أعيان-الشيعة-السيد-محسن-الأمين-ج-١/الصفحة_321]

شمر بن ذي الجوشن عليه آلاف ألوف لعنة, تولد من الزنا, وكان يوم صفين في جيش أمير المؤمنين (عليه السلام)
 مستدرك سفينة البحار - الشيخ علي النمازي الشاهرودي - ج ٦ - الصفحة ٤٣
Beribu-ribu laknat atas Syimr bin Dzu al-Jausyan, anak zina, ia pada waktu perang Shiffin berperan sebagai pasukan Amirul Mukminin (‘alaihi Salam).
[Mustadrak Safinat al-Bihar, ‘Aliy an-Namaziy asy-Syahrudiy Pendeta Syiah Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/1620_مستدرك-سفينة-البحار-الشيخ-علي-النمازي-الشاهرودي-ج-٦/الصفحة_43]

يأتي عبد الله بن حوزة التميمي يقف أمام الإمام الحسين عليه السلام ويصيح: أفيكم حسين؟ وهذا من أهل الكوفة, وكان بالأمس من شيعة علي عليه السلام,
ثم يقول: يا حسين أبشر بالنار
رحاب كربلاء - حسين كوراني - ص 61
‘Abdullah bin Hauzah at-Tamimiy berdiri di hadapan Imam al-Husain ‘alaihi Salam seraya berteriak, “Adakah di antara kalian (yang bernama) Husain?” Padahal orang ini adalah penduduk Kufah, yang di mana hari kemarin ia adalah termasuk Syiah ‘Aliy ‘alaihi Salam.
Kemudian ia berkata, “Wahai Husain, bergembiralah dengan neraka.”
[Rihab Karbala 61, Husain Kurani Pendeta Syiah Rafidhah]

Kemudian Imam al-Husain Radhiyallahu ‘anhu berkata kepada mereka (Syiah Kufah Irak) dalam meluapkan kekecewaannya.

تبا لكم أيتها الجماعة وترحا وبؤسا لكم! حين استصرختمونا ولهين, فأصرخناكم موجفين, فشحذتم علينا سيفا
الاحتجاج - الشيخ الطبرسي - ج ٢ - الصفحة ٢٤
Celaka kalian semua, serta kesedihan dan kesengsaraan bagi kalian! Ketika kalian memohon dengan sedih kepada kami, maka kami segera bergegas menuju kalian. Kemudian kalian menghunuskan pedang kepada kami.
[Al-Ihtijaj 2/24, ath-Thabrasiy Pendeta Syiah Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/1338_الاحتجاج-الشيخ-الطبرسي-ج-٢/الصفحة_0?pageno=24#top]

Imam al-Husain Radhiyallahu ‘anhu pun melanjutkan perkataannya.

ولكنكم أسرعتم إلى بيعتنا كطيرة الدبا, وتهافتم إليها كتهافت الفراش, ثم نقضتموها سفها وضلة, 
الاحتجاج - الشيخ الطبرسي - ج ٢ - الصفحة ٢٤
Akan tetapi kalian tergesa-gesa dalam membai’at kami seperti serangga yang terbang, kalian berkumpul berjatuhan seperti kupu-kupu. Kemudian kalian mencabutnya (ba’iat) dengan kebodohan dan kesesatan.
[Al-Ihtijaj 2/24, ath-Thabrasiy Pendeta Syiah Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/1338_الاحتجاج-الشيخ-الطبرسي-ج-٢/الصفحة_0?pageno=24#top]

Kemudian sahabatnya Imam al-Husain Radhiyallahu ‘anhu, yakni al-Hurr bin Yazid, berkata kepada Syiah Kufah Irak.

أدعوتم هذا العبد الصالح حتى إذا أتاكم أسلمتموه, وزعمتم أنكم قاتلوا أنفسكم دونه ثم عدوتم عليه لتقتلوه
الإرشاد - الشيخ المفيد - ج ٢ - الصفحة ١٠٠
Kalian mengundang hamba yang shalih ini hingga telah tiba di tempat kalian kemudian kalian mengkhianatinya. Kalian berpura-pura bahwasanya kalian membunuh diri kalian sendiri bukan dirinya, kemudian kalian memusuhinya dengan membantainya.
[Al-Irsyad 2/100, al-Mufid Pendeta Syiah Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/1295_الإرشاد-الشيخ-المفيد-ج-٢/الصفحة_100]

Lalu Imam al-Husain pun berdoa kepada Allah Ta’ala agar mencerai beraikan Syiah Kufah Irak.

اللهم إن متعتهم إلى حين ففرقهم فرقا, واجعلهم طرائق قددا, ولا ترض الولاة عنهم أبدا, فإنهم دعونا لينصرونا ثم عدوا علينا فقتلونا
إعلام الورى بأعلام الهدى - الشيخ الطبرسي - ج ١ - الصفحة ٤٦٨
“Ya Allah, jika Engkau memberikan nikmat kepada mereka hingga suatu waktu, maka cerai beraikanlah mereka menjadi kelompok-kelompok. Jadikanlah mereka terpecah belah ke dalam banyak jalan. Dan janganlah Engkau jadikan para penguasa meridhai mereka selamanya. Sesungguhnya mereka mengundang kami untuk membela kami, kemudian mereka memusuhi kami dengan membantai kami.”
[I’lam al-Wara bi A’lam al-Huda 1/468, ath-Thabrasiy Pendeta Syiah Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/3695_إعلام-الورى-بأعلام-الهدى-الشيخ-الطبرسي-ج-١/الصفحة_459]

Maka gugurlah dengan berjatuhan Imam al-Husain Radhiyallahu ‘anhu dan Ahlul Baytnya beserta para sahabatnya di Karbala Irak.

حينما استشهد الحسين, ومعه الكوكبة الطاهرة من شهداء أهل البيت: العباس, وجعفر, وعثمان, ومحمد, وأبو بكر أولاد علي بن أبي طالب, وعلي, وعبد الله ولدا الحسين, وأبو بكر, وعبد الله, والقاسم أولاد الحسن
مستدركات أعيان الشيعة - حسن الأمين - ج ٢ - الصفحة ٢٤٨
Ketika Syahidnya al-Husain, yang bersamanya dari rasi bintang (keluarga) suci yang termasuk para Syuhada’ dari kalangan Ahlul Bait adalah al-‘Abbas, Ja’far, ‘Utsman, Muhammad dan Abu Bakar yang merupakan anak-anaknya ‘Aliy bin Abi Thalib. Kemudian ‘Aliy dan ‘Abdullah yang merupakan anak-anaknya al-Husain. Setelah itu Abu Bakar, Abdullah dan al-Qasim yang merupakan anak-anaknya al-Hasan.
[Mustadrakat A’iyan asy-Syi’ah 248, Hasan al-Amin Pendeta Syiah Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/3635_مستدركات-أعيان-الشيعة-حسن-الأمين-ج-٢/الصفحة_0?pageno=248#top]

من أنصار الحسين ع الذين قتلوا معه من بني هاشم أولاد أمير المؤمنين
1 أبو بكر بن علي
2 عمر بن علي
10 عثمان بن علي
12 أبو بكر بن الحسن
أعيان الشيعة - السيد محسن الأمين - ج ١ - الصفحة ٦١٠
Pendukung al-Husain yang ikut terbunuh bersamanya dari bani Hasyim yang merupakan anak-anaknya Amirul Mukminin :
1. Abu Bakar bin ‘Aliy
2. ‘Umar bin ‘Aliy
10. ‘Utsman bin ‘Aliy
12. Abu Bakar bin al-Hasan
[A’yan asy-Syi’ah 1/610, Muhsin al-Amin Pendeta Syiah Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/3636_أعيان-الشيعة-السيد-محسن-الأمين-ج-١/الصفحة_0?pageno=610#top]

Teman-teman dapat melihat banyaknya riwayat Syiah Rafidhah di materi berikut [www.tanyasyiah.com/2014/06/abu-bakar-umar-utsman-nama-ahlul-bait.html]. Bahwasanya Abu Bakar, ‘Umar dan ‘Utsman adalah keturunan Ahlul Bayt, bahkan ‘Aisyah pun juga termasuk keturunan Ahlul Bayt menurut versi Syiah Rafidhah.

Tatkala rombongan Imam al-Husain Radhiyallahu ‘anhu yang masih hidup digiring memasuki kota Kufah, maka Syiah Kufah Irak pun menangisi tragedi Karbala Irak yang menimpa Ahlul Bayt. Sehingga Imam Zainal ‘Abidin (‘Aliy bin al-Husain) Ahlul Bayt pun berkata kepada mereka.

فجعل أهل الكوفة ينوحون ويبكون. فقال علي بن الحسين عليه السلام: تنوحون وتبكون من أجلنا فمن ذا الذي قتلنا
اللهوف في قتلى الطفوف - السيد ابن طاووس - الصفحة ٨٦
Penduduk Kufah pun meratap dan menangis, maka ‘Aliy bin al-Husain ‘alaihi Salam berkata, “Mereka meratap dan menangis karena kami, lantas siapakah yang membantai kami.”
[Al-Lahuuf 86, Ibnu Thawus Pendeta Syiah Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/3705_اللهوف-في-قتلى-الطفوف-السيد-ابن-طاووس/الصفحة_86]

إن هؤلاء يبكون علينا فمن قتلنا غيرهم
الاحتجاج - الشيخ الطبرسي - ج ٢ - الصفحة ٢٩
“Sesungguhnya mereka itu sedang menangisi kami, lantas siapakah yang membantai kami kalau bukan mereka.”
[Al-Ihtijaj 2/29, ath-Thabrasiy Pendeta Syiah Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/1338_الاحتجاج-الشيخ-الطبرسي-ج-٢/الصفحة_29#top]

Ummu Kultsum pun marah dan menyuruh Syiah Kufah Irak untuk diam.

صه يا أهل الكوفة تقتلنا رجالكم, وتبكينا نساؤكم؟
بحار الأنوار - العلامة المجلسي - ج ٤٥ - الصفحة ١١٥
“Diamlah wahai penduduk Kufah, laki-laki kalian yang membantai kami, dan wanita-wanita kalian yang menangisi kami?”
[Bihar al-Anwar 45/115, al-Majlisi Pendeta Syiah Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/1476_بحار-الأنوار-العلامة-المجلسي-ج-٤٥/الصفحة_117]

Ummu Kultsum melanjutkan kemarahannya kepada Syiah Kufah Irak.

يا أهل الكوفة سوأة لكم, مالكم خذلتم حسينا وقتلتموه وانتهبتم أمواله وورثتموه, وسبيتم نساءه ونكبتموه
بحار الأنوار - العلامة المجلسي - ج ٤٥ - الصفحة ١١٢
Wahai penduduk Kufah, sungguh jelek kalian. Kalian mengkhianati Husain dan membantainya, kalian rampas harta-hartanya dan mewarisinya, kalian tawan wanita-wanitanya dan menyusahkannya.
[Bihar al-Anwar 45/112, al-Majlisi Pendeta Syiah Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/1476_بحار-الأنوار-العلامة-المجلسي-ج-٤٥/الصفحة_114]

Lalu Zainab binti ‘Aliy Ahlul Bayt pun menimpali seraya berkata.

يا أهل الكوفة يا أهل الختل والغدر, والخذل!!
هل فيكم إلا الصلف والعجب, والشنف والكذب,
أتبكون أخي؟! أجل والله فابكوا فإنكم أحرى بالبكاء فابكوا كثيرا, واضحكوا قليلا, فقد أبليتم بعارها ومنيتم بشنارها ولن ترحضوا أبدا وأنى ترحضون قتل سليل خاتم النبوة
الاحتجاج - الشيخ الطبرسي - ج ٢ - الصفحة ٢٩
الاحتجاج - الشيخ الطبرسي - ج ٢ - الصفحة ٣٠
Wahai Penduduk Kufah, wahai penipu dan pengkhianat. Pengkhianat!!
Tidaklah di dalam diri kalian melainkan arogansi, ‘ujub dan kebencian serta kedustaan.
Apakah kalian menangisi saudaraku? Demi Allah, menangislah kalian dan teruslah menangis, dan tertawalah sedikit. Karena sungguh kalian telah mendapatkan kehinaan dan penderitaan, dan kalian tidak akan pernah bisa mensucikan selamanya. Lalu bagaimana bisa kalian mensucikan pembantaian keturunan penutup Nubuwah.
[Al-Ihtijaj 2/29-30, ath-Thabrasiy Pendeta Syiah Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/1338_الاحتجاج-الشيخ-الطبرسي-ج-٢/الصفحة_29#top]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/1338_الاحتجاج-الشيخ-الطبرسي-ج-٢/الصفحة_30#top]

Zainal ‘Abidin Ahlul Bayt pun berkata kembali.

هل تعلمون أنكم كتبتم إلى أبي وخدعتموه, وأعطيتموه من أنفسكم العهد والميثاق والبيعة؟ قاتلتموه وخذلتموه فتبا لكم ما قدمتم لأنفسكم وسوء لرأيكم, بأية عين تنظرون إلى رسول الله صلى الله عليه وآله, يقول لكم: قتلتم عترتي, وانتهكتم حرمتي, فلستم من أمتي
الاحتجاج - الشيخ الطبرسي - ج ٢ - الصفحة ٣٢
Apakah kalian mengetahui bahwasanya kalian telah menulis surat kepada ayahku, lalu kalian menipunya. Dan kalian memberikannya dari diri kalian sebuah perjanjian dan janji bai’at? Kemudian kalian membantainya dan menipunya. Kecelakaanlah bagi kalian atas apa yang kalian lakukan terhadap diri kalian, dan jeleknya pikiran kalian. Dengan mata yang mana kalian melihat Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa aalihi, ketika beliau bersabda kepada kalian, “Kalian telah membantai keturunanku dan menodai kehormatanku, maka kalian bukanlah termasuk umatku.”
[Al-Ihtijaj 2/32, ath-Thabrasiy Pendeta Syiah Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/1338_الاحتجاج-الشيخ-الطبرسي-ج-٢/الصفحة_32#top]

Kemudian beliau (Zainal ‘Abidin Ahlul Bayt) melanjutkan perkataannya.

هيهات هيهات!! أيها الغدرة المكرة, حيل بينكم وبين شهوات أنفسكم,  أتريدون أن تأتوا إلي كما أتيتم إلى آبائي من قبل
الاحتجاج - الشيخ الطبرسي - ج ٢ - الصفحة ٣٢
“Jauh sekali, sungguh jauh sekali. Wahai pengkhianat dan tukang makar, kalian menipu urusan kita hanya untuk (memuaskan) syahwat diri kalian. Apakah kalian mendatangiku dengan memiliki keinginan sebagaimana kalian mendatangi ayahku sebelumnya.”
[Al-Ihtijaj 2/32, ath-Thabrasiy Pendeta Syiah Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/1338_الاحتجاج-الشيخ-الطبرسي-ج-٢/الصفحة_32#top]

Fathimah ash-Sughra Ahlul Bayt pun berkata juga kepada Syiah Kufah Irak.

يا أهل الكوفة! يا أهل المكر والغدر والخيلاء, أنا أهل بيت ابتلانا الله بكم, وابتلاكم بنا, فجعل بلائنا حسنا,
فكذبتمونا, وكفرتمونا, ورأيتم قتالنا حلالا, وأموالنا نهبا,
ألا لعنة الله على الظالمين
الاحتجاج - الشيخ الطبرسي - ج ٢ - الصفحة ٢٧
الاحتجاج - الشيخ الطبرسي - ج ٢ - الصفحة ٢٨
Wahai penduduk Kufah, wahai tukang makar, pengkhianat dan sombong. Sesungguhnya kami Ahlul Bayt, Allah menguji kami dengan kalian dan Dia jadikan ujian ini sebagai kebaikan.
Kalian mendustai kami, mengkafirkan kami dan menurut pandangan kalian bahwa membantai kami adalah halal serta harta kami sebagai rampasan perang.
Laknat Allah atas orang-orang dzalim.
[Al-Ihtijaj 2/27-28, ath-Thabrasiy Pendeta Syiah Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/1338_الاحتجاج-الشيخ-الطبرسي-ج-٢/الصفحة_27#top]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/1338_الاحتجاج-الشيخ-الطبرسي-ج-٢/الصفحة_28#top]

- See more at: http://www.tanyasyiah.com/2014/10/syiah-bantai-husain-asyura-karbala-irak.html#sthash.zSpnwSSm.dpuf