Tuesday, September 2, 2014

zindiq Paramadina [Madrasah Orientalis Atau Yahudi Gaya Baru]

Oleh
Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat
artikel tambahan : Catatan Kecil dari Bedah Buku Dina Y. Sulaeman “Prahara Suriah” ( penghujatan thd Islam di Paramadina), kata rektornya Syi'ah Indonesia seumur Islam di IndonesiaHadang Aliansi Anti-Syiah Cendikiawan Muslim Dunia Deklarasikan Persatuan Islam, ada apa denganIndonesia mengajar.  Insya Allah bermanfa'at


Ini sebuah tulisan tentang sebuah gerakan orientalis yang berpakaian dengan pakaian Islam dan dari nasab atau keturunan kaum Muslimin. Akan tetapi, hakekatnya ruh, badan, akal dan pikiran mereka seperti Yahudi, atau mengambil istilah saya, Yahudi gaya baru. Mereka telah diasuh dan disusui dengan baik oleh Yahudi di negeri-negeri yang dikuasai oleh Yahudi seperti Amerika dan negeri kafir lainnya. Usai belajar, mereka pun pulang ke negeri masing-masing, seperti Mesir, Syiria, Sudan, Pakistan, Malaysia. Indonesia dan lain-lain. Sekarang mereka menjadi guru di negeri mereka untuk mendidik kaum Muslimin agar mereka menjadi Yahudi walaupun nama dan pakaiannya tetap Islam. Mereka mendirikan dan membuka madrasah–madrasah (pusat kajian) dengan kajian-kajian Islamnya dalam berbagai macam acara seperti diskusi atau seminar dan lain-lain.

Mungkin ada pertanyaan, bukankah yang dimaksud dengan orientalis ialah orang-orang non-Muslim yang mempelajari Islam untuk merusak Islam dan mengajarkan kerusakan itu kepada kaum Muslimin ?! Jawabannya, "Ya, Itu dulu. Sekarang, cara kerja mereka berbeda. Tokoh-tokoh orientalis zaman ini tidak lagi terjun langsung, akan tetapi lewat perantara anak didik mereka yang terdiri dari manusia– manusia munafik yang ada di dalam Islam untuk merusak Islam dan kaum Muslimin dari dalam. Dengan Islam yang demikian menurut para bapak orientalis lebih mengenal dan berhasil merusak aqidah, ibadah, mu’amalat dan ahklak kaum muslimin tanpa dicurigai dan disadari oleh sebagian kaum muslimin. Bahkan sebagian dari kaum pergerakan seperti Ikhwanul Muslimin dalam sebagian manhajnya sangat terpengaruh dengan ajaran ini, meskipun mereka selalu berteriak tentang bahaya Ghazwul fikr (perang intelektual) dan pentingnya Fiqhul Waaqi’ (fiqih realita)!!! Hal ini disebabkan kebodohan dan penyimpangan mereka terhadap manhaj yang haq, manhaj Salafush Shalih. Bagaimana mungkin mereka sanggup menerangi umat dan mengalahkan Yahudi, padahal baru melangkahkan kaki saja, mereka telah terperangkap oleh tipu daya yahudi?!. Tahu atau tidak tahu. Kemudian, sebagian dari ajaran dari Yahudi mereka jadikan asas dalam manhaj mereka, yang mereka perjuangkan dengan sebenar–benarnya jihat kebatilan. Oleh karena itu, menurut pendapat saya bahwa orientalis pada hari ini yang bergentayangan di negeri–negeri Islam ialah mereka yang berpakaian dengan pakaian Islam, akan tetapi ruh, badannya dan akal pikirnya Orientalis Tulen. Mereka inilah salah satu kelompok yang dimaksud oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan predikat para da’i yang berada di pintu-pintu jahannam di dalam Hadits shahih. [Lihat Hadits riwayat al-Bukhari no. 3606, 3607 & 7084 dan Muslim no. 1847]

POKOK-POKOK KESESATAN MEREKA
Kalau saudara bertanya lagi, "Apakah sebenarnya hakekat ajaran mereka, ushul dan furu’nya?

Saya menjawab :
1. Mereka mengajarkan kepada kaum Muslimin wihdatul adyaan (kesatuan agama-agama), bahwa semua agama sama , sama baiknya, satu tujuan kepada-Nya!?
Anehnya mereka ajarkan keyakinan yang kufur ini hanya kepada kaum Muslimin saja, tidak kepada penganut agama–agama yang selain Islam!!!.
2. Mereka memasukkan keraguan (tasykik) ke dalam hati dan pikiran kaum Muslimin akan kebenaran agama Islamnya.
3. Mereka masukan ajaran-ajaran di luar Islam ke dalam Islam agar diyakini dan diamalkan oleh kaum Muslimin.
4. Mereka memberikan tafsiran–tafsiran terhadap Islam yang sesuai dengan tujuan mereka yaitu membatalkan syari’at.
5. Mereka memasukkan sesuatu yang batil (kebatilan) dan hal-hal yang haram bahkan kekufuran dan kesyirikan bersama sejumah bid’ah i’tiqadiyyah (keyakinan) dan amaliyyah ke dalam persoalan khilafiyah atau masalah yang masih di perselisihkan oleh Ulama menyalahi kenyataannya. Tujuannya, agar kaum Muslimin yang awam atau jahil terhadap kaidah–kaidah agama akan mengira dengan persangkaan kebodohan, bahwa masalah tersebut yang dilemparkan dan dimasukkan oleh kaum zindiq adalah masalah–masalah khilafiyyah!? Bukan sebagai suatu masalah yang telah disepakati kebatilannya dan keharamannya!!!
6. Setelah selesai masalah di atas (poin No. 5), kemudian mereka pun memberikan kebebasan sebebas–bebasnya kepada kaum Muslimin untuk menerjemahkan dan menafsirkan Islam sesuai kehendak, tujuan dan masudnya masing–masing dengan alasan toleransi dalam berbeda tafsiran. Inilah hakekat mempermainkan dan mengolok –olok agama Allah Azza wa Jalla.
7. Setelah berhasil dalam masalah di atas (point no. 6), mereka mengatakan pada kaum Muslimin bahwa kebenaran bersifat nisbi (relatif), kita tidak bisa mengatakan bahwa agama kita Islam yang haq sedangkan yang selainnya batil. Demikian juga kita tidak boleh mengatakan bahwa selain dari agama kita Al Islam adalah kufur dan syirik. Oleh karena itu, kebenaran bersifat nisbi (relatif), maka di dunia ini kita belum tahu agama siapa yang benar dan yang salah. Bisa jadi agama kita yang benar dan agama yang lain salah atau sebaliknya. Kita tidak tahu dengan pasti karena nisbinya kebenaran itu sebelum kita sampai pada pengadilan Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu, menurut pendapat kami (baca: para syaithan) bahwa semua agama itu sama benar dan baiknya (poin no. 1). Tidak perlu kita mengatakan agama kami yang benar dan agamamu yang salah. Dengan demikian kita dapat menyelesaikan perselisihan dan peperangan antar umat beragama. Demikianlah seruan sesat mereka.
Maka katakanlah kepada mereka, "Wahai kaum zindiq, kalau kebenaran itu sifatnya nisbi, yang maknanya bahwa seseorang itu tidak dapat memastikan sesuatu itu benar atau salah, maka berdasarkan kaidahmu wahai zindiq. bahwa para pembunuh, perampok, koruptor dan pencuri dan lain-!ain tidak bisa disalahkan, karena bisa jadi perbuatan mereka yang benar dan kita yang salah atau sebaliknya. Bagaimana menurut pendapatmu wahai kaum zanaadiqoh?
Kalau engkau mengatakan perbuatan mereka itu salah karena telah membunuh dan seterusnya, maka jadilah engkau sedungu–dungu manusia ketika engkau menyalahkan seorang pembunuh atau pencuri, tetapi engkau membenarkan agama– agama yang batil dan kufur yang mengajarkan kesesatan yang maha besar kepada manusia, bukankah engkau tidak menimbang kecuali dengan timbangan iblis!!!
Saya perlu menjelaskan kepada para pembaca yang terhormat agar tidak terjadi kesamaran atau saya menyembunyikan apa yang saya ketahui sejak dua puluh tahun lebih yang lalu. Ketahuilah wahai saudara – saudaraku! Salah satu madrasah mereka di negeri kita ini yaitu kelompok Paramadina dengan ‘kitab suci’nya Fiqih Lintas Agama.
Telah terbit sebuah kitab dengan judul FIQIH LINTAS AGAMA (!?) yang ditulis oleh salah satu sekte dalam Islam yang sangat sesat dan menyesatkan, yaitu kelompok Paramadina, yang diketuai Nurcholish Madjid [1]. Kitab di atas sangatlah sesat dan menyesatkan kaum Muslimin, para penulisnya telah memenuhi kitabnya tersebut dengan berbagai macam kerusakan [2]. Di antara bahayanya:

Kesesatan dan kerusakannya yang dapat saya simpulkan ialah :
1. Mengajak kepada Wihdatul adyaan (kesatuan agama –agama). Bahwa semua agama -apa saja– sama di sisi Allah Azza wa Jalla, semua diterima oleh Allah Azza wa Jalla, meskipun ajaranya dan caranya berbeda.
2. Semua agama baik dan mengajarkan kebaikan kepada umatnya masing-masing. Oleh karena itu, apabila umat manusia menjalankan agamanya dengan baik dan benar -karena semua agama itu baik dan benar- maka mereka akan mendapat pahala dan masuk surga.
3. Orang yang kafir ialah orang yang tidak menjalankan ajaran agamanya atau yang tidak beragama atau yang menentang agama. Selama mereka mengamalkan ajaran agamanya, maka mereka tidak dicap sebagai orang kafir. Orang Yahudi tidak kafir selama mereka mengamalkan agamanya. Orang Nashara tidak kafir selama mereka mengamalkan agamanya. Orang Majusi tidak kafir selama mereka mengamalkan agamanya dan begitulah seterusnya.
4. Dipenuhi dengan berbagai macam kebohongan–kebohongan besar dengan mengatasnamakan Allah Azza wa Jalla, Rasul-Nya , para nabi dan rasul, Islam, al-Qur`an, Taurat dan Injil dan seterusnya.
5. Talbis mereka seperti talbisnya iblis dengan mencampuradukkan kebenaran dan kebatilan.
6. Tipu muslihat dan kelicikan mereka dalam menulis.
7. Menghilangkan amanah ilmiyyah.
8. Kejahilan mereka terhadap Dinul Islam yang sangat murakkab (berlipat-ganda), walaupun mereka berlagak alim sebagaimana kebiasaan orang-orang munafiqun.
9. Celaan dan penghinaan mereka terhadap para Sahabat, Taabi'in dan Taabi'ut taabi'in sebagai tiga generasi terbaik di dalam umat ini.
10. Mereka telah merubah makna ayat–ayat al-Qur'an sebagaimana yang pernah dilakukan guru besar mereka ketika mereka merubah Taurat dan Inji!
11. Celaan dan penghinaan mereka kepada Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, seorang Sahabat besar.
12. Celaan dan penghinaan mereka kepada Imam -Syafi'i rahimahullah.
13. Menyembunyikan ilmu
14. Memenggal kemudian merubah sabda Nabi yang mulia .
15. Mendahulukan akal dari wahyu aI-Qur'an dan Sunnah.
16. Mereka bermanhaj dengan manhaj filsafat batiniyyah (kebatinan).
17. Mereka menterjemahkan dan menafsirkan Islam sesuai dengan manhaj kaum zindiq.
18. Mereka menyamakan dan mempertemukan Islam dengan agama-agama yang lain yang menjadi ciri-ciri khas kaum zindiq.
19. Mereka memuliakan dan meninggikan agama - agama selain Islam persis seperti kebiasaan kaum munafikun.
Mereka menamakan buku mereka dengan nama yang rancu, "FIQIH LINTAS AGAMA(!?)'' Nama yang tidak pernah dipergunakan oleh para Ulama dalam menamakan kitab-kitab mereka. Sebuah nama yang menunjukkan isi dan kesesatan para penulisnya. Antara judul dan isinya sangat bertentangan. Mereka menamakannya Fiqih Lintas Agama, yang dimaksud adalah bertemunya agama-agama dalam satu titik. Anehnya, mereka sodorkan ini kepada Islam dan kaum Muslimin tidak kepada yang lain. Kenapa ?
Jawabannya :
Pertama : Agama-agama yang lain tidak mempunyai fiqih seperti fiqih Islam. Manakah fiqih mu'amalat agama-agama selain Islam ? Padahal kita tahu bagian mu'umalat sangat luas sekali yang mengatur hubungan antar manusia, baik yang seagama atau berbeda agama. Berbeda dengan agama Islam, bagian mu'amalat diatur dengan sangat sempurna. bahkan ayat yang terpanjang dalam al-Qur'ân berbicara tentang mu'amalat [al-Baqarah/2:282].
Lalu, apa maksud dan tujuan dari penulisan buku Fiqih Lintas Agama, kalau kenyataannya agama-agama lain yang ingin disamakan dengan Islam tidak memiliki fikih ?
Maka saya jawab. "Mengambil istilah fiqih maqaashid-nya sekte Paramadina, yaitu fiqih dengan melihat kepada maksud dan tujuannya. maka saya pribadi tidak ragu lagi, secara kontextual tujuan mereka ingin menghapus syari'at Islam yang dibawa oleh Nabi yang mulia Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Kedua : Agama-agama yang tersebut di atas, masing-masing meyakini bahwa agama merekalah yang benar, yang lain salah, batil, kufur dan seterusnya.
Apakah Yahudi mau mengakui dan menyatakan bahwa agama Kristen adalah benar atau sebaliknya?
Apakah mereka semua mau beriman kepada Nabi Muhammad shallalahu 'alaihi wa sailam?
Kalla tsumma kalla!!! (Tidak, sama sekali tidak)
Tim penulisnya terdiri dari orang-orang yang sudah diketahui oleh kaum Muslimin, -khususnya ahli ilmu- kesesatan dan penyimpangan mereka dalam memahami, mengamalkan dan menda'wahkan Islam walaupun mereka mengatasnamakan Islam.
Nurcholish Madjid, guru besar mereka pernah mengganti kalimat tauhid Laa Ilaaha Illallah (tidak ada satu pun ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allâh) menjadi : Tidak ada tuhan melainkan Tuhan.
Barangkali sangat tepat dan bagus, kalau saya memberikan salah satu contoh dari murid terbaik sekaligus yang terdungu dari mereka yaitu Ulil Abshar dalam makalahnya menyegarkan kembali pemahaman Islam (!"). Sebuah makalah kecil yang berisi kekufuran dan kemunafikan yang menjadi ciri khas kaum zindiq. Dalam makalah kecilnya, dia mengatakan :
- Hukum Allah tidak ada !
- Semua agama sama dalam kebaikan dan kebenarannya!
- Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai tokoh historis yang harus dikaji dengan kritis, sehingga tidak hanya menjadi mitos yang dikagumi saja, tanpa memandang aspek-aspek beliau sebagai manusia yang juga banyak kekurangannya, sekaligus panutan yang harus diikuti (qudwah hasanah)!
Kalau tidak ada lagi perkataan lain selain yang tersebutkan di atas, maka dengan meminjam ungkapannya, "Dengan tanpa rasa sungkan dan kikuk, saya mengatakan .. bahwa, orang ini adalah budak kecilnya kaum zindiq, yang hanya demi meraih kenikmatan duniawi, dia menjual agamanya."
Dalam makalah kecilnya sering diulang-ulang kalimat fikir, memikirkan, akal, hasil diskusi dan seterusnya. Yang menunjukan bahwa makalah ini hanyalah akal-akalan dan fikir-fikiran kelompok Paramadina dengan akal dan jalan fikiran mereka yang sakit dan kacau bukan sebagai bahasan ilmiyyah. Akal yang seperti ini tentu selalu bertentangan dengan wahyu al-Qur'an dan as-Sunnah atau dengan seluruh ajaran Islam. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menjelaskan dalam dua buah kitab beliau rahimahullah dalam membantah filsafat Yunani yaitu Dar'u Ta’ârudhil Aqli wan Naqli dan ar-Raddu 'alal Manthiqiyyin.
Akal ada dua macam:
Pertama : Akal yang shahih dan sharih. yaitu yang sehat dan memiliki ketegasan.
Kedua : Akal yang saqim dan idhthirâb, yaitu yang sakit dan kacau.
Akal yang shahih dan sharih tidak akan pernah bertentangan dengan wahyu al-Qur'ân dan Sunnah. Akal yang seperti ini selalu tunduk dan patuh terhadap keputusan wahyu dan membenarkannya, tidak melawannya, baik keputusan wahyu itu dapat dicernanya atau tidak. Karena mereka lebih mendahulukan wahyu daripada akal-akal mereka, bukan sebaliknya. Akal hanya mereka jadikan sebagai perangkat untuk memahami wahyu dengan benar. Karena akal itu memiliki keterbatasan, sempit, dangkal dan berbeda-beda antara akal yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, mustahil kalau kita menjadikan akal sebagai asas dari wahyu, atau dengan kata lain mendahulukan akal daripada wahyu.
Kalau akal yang kita dahulukan, akan ada pertanyaan, “Akal siapakah yang akan kita pakai ?” Apakah akal tim penulis buku ini, ataukah akal seorang tukang semir sepatu (misalnya) yang lebih mendahulukan wahyu dari akalnya dan berjalan di atas manhaj yang haq ?
Kalau kita timbang dengan dalil-dalil akal, maka akal si tukang semir yang kita pakai, dengan beberapa pertimbangan dan alasan mendasar, diantaranya :

- Dia lebih mendahulukan wahyu daripada akalnya yang sangat terbatas
- Akalnya sehat dan memiliki ketegasan. Akal yang sehat dan memiliki ketegasan (Shahih dan Sharih) selamanya tidak akan bertentangan dengan wahyu dan dengan apa yang dibawa oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Akal ini selalu menyetujui dan membenarkan wahyu, sebagaimana ditegaskan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah [4]
Kalau kita memilih dan memakai akal tim penulis buku yang sesat dan menyesatkan ini, maka bisa menimbulkan keruskan pada akal dan cara berfikir, pada ilmu, Agama dan dunia. Mereka ini layak dijadikan contoh dari jenis akal yang kedua, yaitu akal yang saqim dan idhthirâh, (sakit dan kacau), akal yang selalu menyelisihi, menetang dan melawan wahyu.
- Ketika wahyu menegaskan bahwa Islam satu-satunya agama yang sah disisi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Mereka mengatakan, "Semua agama sah, baik dan benar."
- Ketika wahyu menegaskan bahwa Yahudi, Nashara, Majusi adalah orang-orang kafir. Mereka mengatakan, tidak kafir, yang kafir adalah orang yang tidak menjalankan agamanya. Surat al-Kâfirûn khusus untuk kafir Quraisy.
- Ketika wahyu menegaskan, bahwa perempuan Muslimah tidak boleh nikah dengan laki-laki non-Muslim. Mereka mengatakan, "Itu boleh." Ayat tadi khusus untuk orang-orang kafir zaman itu. Dan begitulah seterusnya.
Mereka berdalil dengan al-Qur'an dan hadits
Ada yang mengatakan, "Bukankah mereka telah mengemukakan banyak dalil al-Qur'ân dan hadîts?”
Syubhat ini kita jawab dengan :
Pertama : Betul, bahkan seluruh sekte yang ada dalam Islam juga melakukan hal yang sama, berdalil dengan al-Qur'an dan Hadits. Tidak ada satu pun sekte yang berani mengatakan kami tidak berpegang dan berdalil dengan keduanya. Sampai sekte yang mengingkari Hadits sebagai hujjah dan hanya berpegang dengan aI-Qur'an saja pun tidak sanggup secara mutlak mengatakan kami hanya berpegang dengan al-Qur'an saja. Pada tahun 1983, saya pernah berdialog dengan dua tokoh inkârus sunnah. Saya bertanya, "Atas dasar apa saudara mengingkari Hadits sebagai hujjah dalam Islam setelah al-Qur'an ?" Mereka menjawab, "Bukankah 'Aisyah Radhiyallahu 'anha pernah menerangkan bahwa akhlak Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah al-Qur'an ?" Saya katakan, "Ya, dan bukankah yang saudara bawakan itu Hadits riwayat Imam Muslim ? Mengapa saudara mengingkari Hadits tapi berdalil dengan hadits ?"
Kedua : Mereka menafsirkan al-Qur'an dan Hadits sesuai dengan tafsiran mereka, sesuai dengan hawa nafsu dan ra'yu (pikiran) mereka. Mereka arahkan tafsirannya semau mereka. Singkat kata, al-Qur' an dan Hadits mereka paksakan untuk mengikuti kemauan mereka. Salah satu contohnya, mereka membawakan sebuah hadits shahih riwayat Imam al-Bukhâri dan Muslim. Mereka berkata (hlm. 38), “Dalam sebuah hadits terkenal, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda bahwa setiap anak dilahirkan dalam fitrah (kesucian), namun kedua orang tuanyalah yang dapat membuat anak itu menyimpang dari fitrah..."

Saya katakan, “Mereka telah memotong atau memenggal hadits itu sehingga maknanya rusak dan rancu. Kemudian mereka ganti kalimat yang mereka potong dengan kalimat lain yang semakin membingungkan dalam memahami hadits tersebut sesuai dengan maksud Nabi n dengan benar”.
Kenapa mereka tidak melanjutkan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam di atas dengan, ".. namun kedua orang tuanyalah yang menjadikannya YAHUDI, NASHARA ATAU MAJUSI."
Kenapa mereka menyembunyikan bagian terpenting dari hadits di atas ?
Kenapa mereka hilangkan lafazh Yahudi, Nashara dan Majusi ?
Kenapa mereka sangat takut sekali diketahui orang bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menegaskan kekafiran Yahudi, Nashara dan Majusi ?
Saya kira para pembaca sudah tahu jawabannya Insyâ' Allah. Dan masih banyak hadits yang sangat mengerikan dan menakutkan mereka tentang kekafiran Yahudi dan Nashara serta tentang segala sesuatu yang sangat tidak mereka inginkan diketahui apalagi diyakini kaum Muslimin.
Ketiga : Dalam memahami dan menafsirkan al-Qur'an dan Hadits mereka tidak mengikuti pemahaman dan tafsir para Sahabat Radhiyallahu anhum dan Tâbi'în. Ini merupakan ciri tafsir ahli bid'ah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menegaskan, "Barangsiapa yang berpaling dari madzhab Sahabat dan Tâbi'in serta tafsir mereka kepada penafsiran yang menyelisihinya, maka dia telah salah bahkan termasuk ahli bid’ah (mubtadi’). Karena para Sahabat dan Tâbi’in itu lebih mengetahui tentang tafsir al-Qur'an dan makna-maknanya, sebagaimana mereka lebih mengetahui tentang kebenaran yang menjadi tujuan Allah mengutus Rasul-Nya”. [Dinukil Imam Suyuthi dalam al-Itqân fi 'ulûmil Qur'ân, 2/178, bagian ilmu Qur'ân yang ke-78]
Dalam muqaddimah buku Fiqih Lintas Agama, tim penulis (hlm. 1) membawakan tiga perkataan dari tiga Imam mujtahid mutlak yaitu Syafi'i, Imam Abu Hanifah dan Ibnu Hazm. Akan tetapi, mereka tidak menerangkan dari kitab apa mereka menukilnya agar kita dapat memeriksa langsung teks aslinya dan keshahihannya?
Oleh karena itu, kalau mereka tidak mau dituduh telah berbohong atas nama para imam di atas atau paling tidak merubah makna dan maksud yang sebenarnya, maka seharusnya menyertakan maraaji’nya (referensinya)! Ini yang pertama!
Yang kedua !
Jika ada yang bertanya, "Apakah maksud dan tujuan dari tim penulis mengutip perkataan Imam Syafi'iy rahimahullah, Abu Hanifah rahimahullah dan Ibnu Hazm rahimahullah ?"
Jawabnya adalah, Untuk menyatakan bahwa :
1. mereka adalah para mujtahid yang sedang berijtihad.
2. apa yang mereka tulis adalah benar, dan merupakan kebenaran yang telah hilang dan merekalah mujaddidnya.
3. apa yang telah dikatakan dan ditulis oleh para Ulama termasuk ketiga Imam di atas adalah salah, dan merupakan kesalahan yang diikuti terus menerus.
Saudaraku, betulkah mereka itu para mujtahid yang kaidah-kaidah dan syarat-syaratnya telah dijelaskan oleh para Ulama ?
Saya jawab, "Kalla tsumma kalla (Sama sekali tidak)! Ustadz Hartono Ahmad Jaiz bercerita kepada saya pada hari sabtu pagi, bulan Pebruari 2004, di pengajian shahih Bukhâri yang saya pimpin, "Salah seorang dari mereka tidak fasih dan salah dalam membacakan salah satu ayat aI-Qur'ân saat dalam perdebatan. Tetapi saya tidak ragu dan sepakat dengan mereka, kalau mereka itu adalah para mujtahid yang sedang berijtihad -menurut istilah mereka- dalam satu masalah besar yaitu Menghapus syari'at Robbul 'alamin!!!"
Yang ketiga!
Para pembaca, inilah teror yang sesungguhnya!
Mereka ini teroris yang sebenarnya. Serangan yang mereka lancarkan adalah sebentuk teror yang canggih dan berbahaya pada zaman ini. Jauh lebih berbahaya dan merusak daripada teror dan penghancuran secara fisik. Mereka ini merusak hati yang pada gilirannya nanti akan menjalarkan kerusakan fisik sebagaimana telah ditegaskan oleh Nabi yang mulia Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Yang keempat!
Perkataan para Imam tentang ijtihad dan taqlid, salah dan benarnya pendapat seorang mujtahid, banyak sekali dan sangat masyhur dikalangan ahi ilmu dan penuntut ilmu. Intinya mereka mengajak kembali kepada aI-Qur'ân dan sunnah menurut pemaham salaf dan menyalahkan atau meluruskan perkataan atau pendapat orang yang menyalahi dua dasar hukum Islam di atas atau menyimpang dari manhaj salaf. Adapun sekte Paramadina berusaha keras mengajak kaum muslimin untuk meninggalkan al-Qur'ân dan Sunnah dan manhaj salaf.

Kemudian mereka mengajak kaum musllmin untuk mengikuti manhaj mereka yang sesat dan menyesatkan yaitu manhaj bâthiniyyah. Di bawah ini saya bawakan, beberapa contoh agar kita mengetahui berdasarkan hujjah yang kuat dan benar.
Pertama : Imam Abu Hanifah rahimahullah berkata:
إِذَا صَحَّ الْحَدِيْثُ فَهُوَ مَذْهَبِي
Apabila sebuah hadits telah sah maka itulah madzhabku
لاَ يَحِلُّ ِلأَحَدٍ أَنْ يَأْخُذَ بِقَوْلِنَا مَالَمْ يَعْلَمْ مِنْ أَيْنَ أَخَذْنَاهُ
Tidak halal bagi seseorang mengambil perkataan kami selama dia belum tahu darimana kami mengambilnya
حَرَامٌ عَلَى مَنْ لَمْ يَعْرِفْ دَلِيْلِي أَنْ يُفْتِيَ بِكَلاَمِي
Haram bagi orang yang tidak tahu dalilku untuk berfatwa dengan pendapatku
فَإِنَّنَا بَشَرٌ نَقُوْلُ الْقَوْلَ الْيَوْمَ وَنَرْجِعُ عَنْهُ غَدًا
Sesungguhnya kami ini manusia biasa, kami menetapkan satu pendapat pada hari ini dan (mungkin) besok kami ruju’
Kedua : Imam Mâlik bin Anas rahimahullah berkata:
إِِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ أُخْطِئُ وَأُصِيْبُ ، فَانظُرُوْا فِي رَأْيِي ؛ فَكُلُّ مَا وَافَقَ الْكِتَابَ وَالسُّنَّةَ فَخُذُوْهُ ، وَكُلُّ مَالَمْ يُوَافِقِ الْكِتَابَ وَالسُّنَّةَ فَاتْرُكُوْهُ
Aku hanya seorang manusia yang bisa salah dan benar, maka perhatikanlah pendapatku, setiap yang sesuai dengan al-Qur'ân dan Sunnah ambillah, dan setiap yang menyalahi al-Qur'ân dan Sunnah, tinggalkanlah.
لَيْسَ أَحَدٌ بَعْدَ النَّبِي صلى الله عليه وسلم إِلاَّ وَيُؤْخَذُ مِنْ قَوْلِهِ وَيُتْرَكُ إِلاَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم
Tidak ada seorangpun sesudah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam melainkan perkataannya bisa diambil dan ditinggalkan kecuali Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
Ketiga : Imam asy-Syâfi'i rahimahullah :
إِذَا صَحًّ الْحَدِيْثُ فَهُوَ مَذْهَبِي
Apabila sebuah hadits telah sah maka itulah madzhabku
إِذَا وَجَدْتُمْ فِي كِتَابِي خِلاَفَ سُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَقُوْلُوْا بِسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَدَعُوْا مَا قُلْتُ
Apabila kalian dapati dalam kitabku sesuatu yang menyalahi Sunnah Rasululluh Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka peganglah. Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan tinggalkanlah perkataanku
أَجْمَعَ الْمُسْلِمُوْنَ عَلَى أَنَّ مَنْ اسْتَبَانَ لَهُ سُنَّةٌ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم لَمْ يَحِلَّ لَهُ أَنْ يَدَعَهَا لِقَوْلِ أَحَدٍ
Kaum Muslimin telah berijma' bahwa orang yang telah jelas baginya Sunnah Rasualullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka tidak halal baginya untuk meninggalkan Sunnah tersebut karena mengikuti pendapat seseorang
كُلُّ مَسْأَلَةٍ صَحَّ فِيْهَا الْخَبَرُ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - عِنْدَ أَهْلِ النَّقْلِ بِخِلاَفِ مَا قُلْتُ ؛ فَأَنَا رَاجِعٌ عَنْهَا فِي حَيَاتِي وَبَعْدَ مَوْتِي
Setiap masalah yang telah sah haditsnya dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menurut pemeriksaan ahli hadits yang menyalahi pendapatku, maka aku ruiu' dari pendapat tersebut dimasa hidupku dan sesudah aku mati
Keempat: Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah berkata :
لاَ تُقَلِّدُنِي وَلاَتُقَلِّدْ مَالِكًا وَلاَ الشَّافِعِيَّ وَلاَ الأَوْزَاعِيَ وَلاَ الثَّوْرِي ، وَخُذْ مِنْ حَيْثُ أَخَذُوْا
Janganlah kamu taqlid kepadaku, dan janganlah kamu taqlid kepada Mâlik. Syâfi'i, al-Auzâ'i dan ats Tsauri ! Dan ambillah darimana mereka mengambil.
لاَتُقَلِّدْ دِيْنَكَ أَحَدًا مِنْ هَؤُلاَءِ مَا جَاءَ عَنِ النَّبِي صلى الله عليه وسلم وَأَصْحَابِهِ فَخُذْ بِهِ
Jangan kamu taqlidkan agamamu kepada seorangpun juga dari mereka itu. Apa yang datang dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para Shahabatnya, maka pegangilah. [5]
Sekte Paramadina dalam kitab sesat mereka (hlm. 9-12) membawakan perkataan Imam asy- Syâthibi rahimahullah, namun fiqih maqâshid mereka tidak ada hubungannya dengan Fiqih maqâshid Syâthibi rahimahullah, bahkan bertentangan. Mereka berkata (hlm. 9), “Diantara Ulama klasik yang sangat menonjol dalam mengembangkan fiqih maqâshid adalah Abu Ishâq asy-Syâthibi (790 H). Beliau menulis sebuah buku amat menarik, yaitu al-Muwâfaqât Fi Ushûlis Syarî'ah (Beberapa konsensus dalam dasar-dasar Syari'at). Buku tersebut bisa dipandang sebagai kerangka metodologis dalam memahami syari'at dan bukannya kesimpulan-kesimpulam hukum (istinbâthul ahkâm)”
Saya jawab :
Pertama : Ini bukti ketidak tahuan mereka. Mereka tidak bisa membedakan antara fiqih dengan ushûl fiqih, mana yang kitab fiqih dan mana yang kitab ushul fiqih. Kitab Syâthibi rahimahullah di atas telah dikenal sebagai kitab ushûl fiqih bukan kitab fiqih.

Kedua : Apakah mereka akan tetap berpegang dengan perkataan Syâthibi rahimahullah dengan memuliakan kitabnya al-Muwâfaqât ketika Syâthibi mengatakan :
وَقَدْ وَجَدْنَا وَسَمِعْنَا أَنَّ كَثِيْرًا مِنَ النَّصَارَى وَالْيَهُوْدَ يَعْرِفُوْنَ دِيْنَ الإِسْلاَمِ وَيَعْلَمُوْنَ كَثِيْرًا مِنْ أُصُوْلِهِ وَفُرُوْعِهِ وَلَمْ يَكُنْ ذَلِكَ نَافِعًا لَهُمْ مَعَ البَقَاءِ عَلَى الكُفْرِ بِاتِّفَاقِ أَهْلِ الإِسْلاَمِ
"Dan sesungguh kita telah mendapati dan mendegar bahwa kebanyakan orang-orang Nashara dan Yahudi mengenal agama Islam dan mengetahui kebanyakan dari ushul dan furu'nya, akan tetapi yang demikian itu tidak ada manfa'atnya bagi mereka, selama mereka tetap dalam kekufuran menurut kesepakatan ahlul' Islam". [al- Muwâfaqât, 1/34].
Perkataan Syâthibi rahimahullah ini laksana petir yang menyambar kemudian membakar dan rnenghanguskan mereka. Syâthibi rahimahullah dengan tegas mengatakan bahwa Yahudi dan Nashara itu kafir menurut kesepakatan kaum muslimin. Padahal mereka tidak mengkafirkan Yahudi dan Nashara. Apakah mereka akan merima perkataan Syâthibi rahimahullah ini atau sudah saatnya untuk meninggalkan dan mencela Syâthibi rahimahullah?
Sekte Paramadina sangat benci sekali dengan perkataan musyrik, murtad dan kafir. Mereka. Berkata, "Ada beberapa istilah yang selalu dianggap musuh dalam fiqih klasik, yaitu musyrik, murtad dan kafir. Bila khazanah fiqih berpapasan dengan komunitas tersebut, maka sudah barang tentu fiqih akan memberikan kartu merah sebagai peringatan keras dalam menghadapi kalangan tersebut.”
Saya katakan :
Pertama : Istilah musyrik, murtad dan kafir berasal dari al-Qur'ân dan Hadits atau al-Kitâb dan Sunnah bukan dari fiqih. Fiqih hanya mengambil dari al-Qur'ân dan hadits. Kemudian fiqih menetapkan apa yang telah dikatakan oleh keduanya. Apakah mereka tidak tahu ataukah mereka pura-pura tidak tahu ? Kemungkinan yang kedua lebih tepat karena hal ini sudah sama-sama diketahui sampai oleh guru-guru besar mereka dari keturunan orang-orang yang pernah dirubah oleh Allâh menjadi babi dan kera. Al Qur'ân dan Hadits penuh dengan penjelasan kufur, syirik dan murtad. Ataukah mereka masih takut mengatakan dengan tegas bahwa ada beberapa istilah yang selalu dianggap musuh dalam al-Qur'ân.
Inilah sifat kaum munâfiqûn yang selalu tidak berani terang-terangan menyatakan apa yang sebenarnya mereka yakini.
Kedua : Perkataan mereka di atas telah membantah seluruh isi al-Qur'ân dan Hadits yang dipenuhi penjelasan mengenai kekufuran, syirik dan murtad. Demikian juga dengan ijma' dan qiyas yang shahih. Imam Syâthibi rahimahullah dengan tegas telah mengatakan ijma' kaum Muslimin tentang kekufuran Yahudi dan Nashara.
Ketiga : Perkataan mereka di atas menunjukkan dengan jelas kepada kita akan talbîs dan penipuan mereka kepada kaum Muslimin dengan mengatakan bahwa lafazh kafir, musyrik dan murtad adalah istilah-istilah fiqih!?
Keempat : Mereka sangat benci sekali istilah kafir, musyrik dan murtad tetapi mereka tidak memberikan penjelasan kepada kita siapakah sebenarnya orang yang kafir, musyrik dan murtad itu ? Inilah yang dimaksud dengan melemparkan perkataan atau penjelasan yang bersifat umum untuk sesuatu yang khusus tanpa adanya penjelasan secara detail. Cara seperti inilah yang mereka terapkan di dalam buku yang diagung-agungkan oleh mereka, Fiqih Lintas Agama.
Barangkali inilah yang dapat saya jelaskan kepada kaum Muslimin tentang madrasah orientalis secara umum dan Paramadina secara khusus sebagai salan satu madrasah orientalis atau Yahudi gaya baru yang ada di ditengah kita ini. Dan saya kira telah mewakili dan cukup bagi orang yang diberi petunjuk oleh Allah Azza wa Jalla. Hanya satu kalimat dari kita umtuk mereka yaitu bahwa mereka telah mengikuti ajaran kaum zindiq.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 04-05/Tahun XIV/1431/2010M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-7574821]
________
Footnote
[1]. Madrasahnya madrasah orientalts, bahkan lebih orientalis dari orientalis itu sendiri.
[2]. Salah satu contonya dari sekian banyak contoh kesesatan mereka ialah mereka berpeganmg dengan kitab rasan-il ikhwasananush shafaa. Kitah ini telah disusun oleh beberapa orang zindiq ataa dasar filsafat yunani dan batiniyyah (kebatinan) yang di dalamnya penuh dengan kekufuran sebagaimana telah ditegaskan Oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah : “ ... di dalamnya terdapat kekufuran dan kebodohan yang sangat banyak sekali..." (Majmu’ fatawa lbnu Taimiyyah : jilid 4 hal. 79) Anehnya Nircholis Madjid dan kawan – kawannya merasa bangga sekali dan bermanhaj dengan manhaj dengan para penulis Rasa-il di atas dan mereka telah memuliakannya.
[3]. Lafadz tuhan yang pertama dengan huruf kecil (tuhan), sedangkan yang kedua dengan huruf besar (Tuhan), sebagai pengganti nama Allah.
[4]. Lihat, ar-Raddu ‘alal Manthiqiyyîn (hlm. 260)
[5]. Lihat Sifat Shalat Nabi Shallallahu 'alaihi Wa Sallam, hlm. 45-53 oleh Imam aI-Albâni rahimahullah
 --------------------------------------------------------------------------------
Catatan Kecil dari Bedah Buku Dina Y. Sulaeman “Prahara Suriah” ( penghujatan thd Islam di Paramadina )
Publikasi: Senin, 28 Ramadhan 1434 H / 5 Agustus 2013 19:50

Launching Prahara Suriah pada 3 Juli 2013.
(An-najah) Beberapa waktu yang lalu saya mengikuti acara launching dan bedah buku “Prahara Suriah” di Universitas Paramadina yang ditulis oleh Dina Y. Sulaiman. Acara bedah buku tersebut menampilkan 4 orang pembicara, yaitu Dina Y. Sulaiman selaku penulis buku itu sendiri, Agus Nizami, Prof.Abdul Hadi M.W dan Very Azis LC, Msi.
Berita Terkait
Ada beberapa catatan kecil yang coba saya berikan terhadap tulisan bedah buku tersebut :
1. Dina Y. Sulaiman menerangkan dalam film pendek yang diputar di acara tersebut bahwa foto-foto yang tersebar tentang kekejaman tentara Bashar Asad adalah hasil manipulasi berita yang dibuat oleh media-media mainstream yang tidak senang dengan Bashar Asad. Dan dalam film pendek tersebut Dina Sulaiman juga menghadirkan bukti bukti manipulasi foto tersebut.
Hal ini cukup aneh mengingat banyaknya foto-foto dan video-video yang memperlihatkan kebengisan dan kebiadaban tentara Asad, sementara Dina Sulaiman hanya menghadirkan beberapa foto untuk dibantahnya. Bahkan bukan tidak mungkin foto-foto yg dibeberkan Dina Sulaiman tersebut sengaja dibuat oleh pihak Asad atau pihak yang mendukungnya agar bisa dijadikan alasan kalau Bashar Asad dan tentaranya merupakan pihak yang didzolimi oleh media dan dunia.
2. Sementara dalam kesempatan yg sama Prof.Dr.Abdul Hadi M.W yang juga Guru Besar di Universitas paramadina menjelaskan bahwa krisis yang terjadi di Syiria bukanlah konflik agama, Sang profesor juga menambahkan bahwa berbagai konflik yg terjadi baik di dunia maupun di Indonesia bukanlah konflik agama, agama hanya dijadikan “kamuflase” dari konflik-konflik tersebut yang sejatinya lebih banyak didasarkan pada aspek politis, beliau mencontohkan kasus Poso, Ambon dan kasus-kasus lainnya.
Hal ini jelas-jelas mencederai perasaan umat islam yang tertindas dipelbagai belahan dunia, kasus Ambon dan Poso misalnya, kasus ini jelas dan gamblang di mata kita bahwa aspek agama-lah yang melatarbelakangi pembantaian muslim di daerah tersebut, kasus pembantaian terhadap muslim di Poso dikoordinir oleh GKST ( Gereja Kristen Sulawesi Tengah ). Bukankah ini aspek agama pak Profesor?

Dan Jauh-jauh hari Alqur’an juga telah mengatakan : 
Artinya : “Dan sesekali tidak akan rela terhadap kalian orang-orang Yahudi dan Nashrani sampai kalian mengikuti agama mereka”. ( QS : Al-Baqoroh 120 ).
Artinya : “Dan tidaklah mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena mereka beriman kepada Allah yg Maha Perkasa lagi Maha terpuji“. ( QS : Al Buruj 8 )
Dua ayat diatas juga gamblang menyebutkan bahwa agama menjadi salah satu faktor yang menyebabkan permusuhan dan perang terhadap Islam.
Hal senada juga disampaikan oleh teori klasik, Samuel P. Huntington salah seorang Pakar Politik Harvard University yg mempopulerkan wacana ‘Benturan Peradaban’, Samuel Huntington dalam bukunya “ The Clash of civilzations and Remaking of the World Order “ (1996) mengarahkan barat untuk memberikan perhatian serius terhadap Islam, karena menurutnya setelah berakhirnya Era Soviet, Islamlah yang pantas untuk dikhawatirkan bisa mengganggu eksistensi dan hegemoni Barat.
Jelaslah bahwa teori pak Profesor tentang “agama sebagai kamuflase konflik” patut dipertanyakan. Sementara untuk kasus Suriah sendiri jelas dan gamblang kalau konflik yang terjadi adalah konflik agama yang dalam hal ini antara Sunni versus Syi’ah. Hal ini dapat dilihat dari Bashar Asad sendiri yang notabene seorang Syi’ah Nushairiyah, apalagi kemudian jika terlihat bahwa Bashar dan tentaranya mendapat bantuan senjata dan tentara dari Iran dan Hizbusysyaithon yg jelas-jelas Syiah.
3. Selaku pembicara ketiga Agus Nizami yang juga pengelola www.Media-Islam.co.id menyampaikan Bahwa Bashar Asad bukanlah seorang Syi’ah, ini dapat dilihat dari istrinya yang hobi memakai pakaian “you can see”, kalau memang benar syi’ah harusnya istrinya berpakaian rapat seperti perempuan-perempuan Iran, lebih tepatnya Assad adalah seorang sekuler.

Ini merupakan pengaburan jatidiri Assad yg dilakukan oleh Agus Nizami, Bashar Assad yg jelas-jelas Syi’ah Nushairiyah kemudian menjadi batal kesyi’ahannya karena istrinya tidak berpakaian layaknya wanita syi’ah pada umumnya.apa yg dilakukan Agus Nizami saya katakan menuangkan gula kedalam lautan tidak akan mengubah hakekat kesyi’ahan Bashar Assad.
Analogi sederhananya, apabila ada seseorang yang mengaku muslimah kemudian karena dia tidak berpakaian layaknya muslimah, apakah serta merta dia keluar dari Islam ?

4. Masih menurut Agus Nizami : Sunni dan Syi’ah sama-sama lurus. Justru yang beda adalah Khowarij, itu karena khowarij mengkafirkan sesama kaum muslimin dan membunuhnya.
Yang perlu digarisbawahi adalah pernyataan Agus yg mengatakan “Sunni dan Syi’ah sama-sama lurus”. Agus Nizami sepertinya tidak tahu apa itu Syi’ah,atau justru dia adalah seorang Syi’ah sehingga menyamakannya dengan sunni agar tidak dikatakan sesat dikalangan muslim Indonesia yg mayoritas Sunni.
Dan saya sarankan Agus Nizami untuk melihat kembali fatwa MUI tentang data dan fakta tentang kesesatan syi’ah.


5. Masih menurut Agus Nizami : Salah seorang pemimpin Fraksi oposisi, yaitu Syaikh Abu Muhammad Al-Jaulani, komandan Jabhah Nushroh berasal dari dataran tinggi Gholan yg merupakan daerah yang dikuasai oleh Yahudi, ini mengindikasikan kalau Abu Muhammad Al jaulani merupakan antek yahudi.
Apakah jika seseorang berasal dari daerah yang dibawah otoritas yahudi terus pantas disebut kalau dia seorang antek yahudi ? Ini merupakan penalaran yang dangkal dan tendensius dari seorang Agus Nizami terhadap Syaikh Abu Muhammad Al Jaulani.
6. Masih menurut Agus : Logikanya kalau muslim Indonesia berjihad ke Suriah itu sama saja memerangi sesama sunni karena 70% penduduk Suriah adalah sunni.
Sekali lagi Agus disini memainkan logika yg tidak logis, kalaupun ada muslim indonesia yang berjihad ke Suriah karena ingin membantu saudara sunni disana maka sudah barang tentu yang mereka perangi adalah Syi’ah yang hari ini memerangi sunni, bukannya malah memerangi sunni yang mayoritas tapi membantu sunni yang mayoritas dari kedzoliman Syi’ah yang minoritas tapi berkuasa.
7. Agus juga menyebutkan bahwa kalau seandainya benar Bashar Assad itu dzolim dan otoriter maka itu bukan jadi alasan untuk para oposisi untuk memberontak dan mengkudeta Bashar Assad karena itu Bughot namanya,dan itu tidak boleh dalam islam,bahkan terhadap Fir’aun sekalipun nabi Musa tidak diperintahkan untuk memerangi Fir’an, justru nabi Musa diperintahkan untuk berkata yg lemah lembut kepadanya ( QS : Toha 43-44), begitu juga dengan nabi Ibrohim yang tidak memilih untuk melawan raja Namrud, padahal kalau seandainya para nabi memerangi penguasa yg kafir lagi dzolim, pastilah Allah akan menolong para nabi tersebut.
Ada beberapa poin yang patut dicermati oleh kaum muslimin tentang Kekafiran penguasa dan Bughot.

Bughot adalah sebutan untuk orang ataupun kelompok yg memberontak terhadap pemerintahan islam yg sah. Bagaimana dengan Bashar Assad?.
Telah banyak Fatwa Ulama’ yg menyatakan kekafiran Bashar Assad, sebut saja fatwa Majlis Ulama Kuwait yg ditanda tangani oleh beberapa Ulama’ terkenal seperti Syaikh Nabil Al Iwadhy, Dr.Utsman Al Khomis, Dr.Abdurrahman bin Abdul Kholiq dll, yang Fatwa ini juga disetujui oleh Syaikh Yusuf Al Qordhowi.
Poin berikutnya adalah Ijma’ Ulama’ tentang wajibnya berjihad melawan penguasa yg kafir/murtad.
Imam Nawawi dalam Syarh Shohih Muslim sewaktu menjelaskan hadits Ubadah Bin Shomit tentang kewajiban ta’at kepada penguasa, beliau menyitir perkataan Qodhy Iyadh : “Imamah terhadap kaum muslimin tidak boleh dipegang oleh orang kafir ,dan apabila seorang Imam murtad dengan mengganti hukum Allah maka hilanglah ketaatan kepadanya dan wajib bagi kaum muslimin menurunkannya dari kekuasaannya”.
Ibnu Hajar Al Asqolani dalam Fathul Bari : “Seorang Imam dilengserkan dari kekuasaannya dikarenakan kekufurannya Hal ini berdasarkan Ijma’,dan wajib bagi kaum muslimin melakukannya”.
Diatas adalah bukti bahwa dalamIislam boleh memerangi penguasa karena kekafirannya.
Poin ketiga adalah : Perintah Allah kepada Nabi Musa dan Harun dalam Surat Toha diatas adalah perintah untuk mendakwahi Fir’aun, makanya dalam konteks dakwah menggunakan bahasa yang lemah lembut dalam menyampaikan dakwah merupakan hal yg memang seharusnya dilakukan oleh seorang da’i.

Kemudian perihal Nabi Musa dan Nabi Ibrohim tidak memerangi raja yg kafir lagi dzolim ketika itu dipastikan karena ada hikmahnya, bisa saja itu karena para pengikut nabi tersebut diatas belum memiliki kekuatan yang cukup untuk melawan terhadap penguasa pada zaman itu. Dan jangan lupa pula kalau seandainya Allah pernah memerintahkan nabi dari kalangan Bani Israil untuk keluar berperang melawan Jalut, yang waktu itu dikomandoi oleh Tholut.
Maka perkataan Agus Nizami diatas adalah perkataan yang ngawur, tidak berdasar dan memainkan ayat seenaknya.
8. Masih menurut Agus Nizami : Pemerintahan Bashar Assad adalah pemerintahan yg diberkahi, Hal ini didasarkan pada hadits Rasulullah SAW:

Beliau bersabda:
“Ya Allah, berkahilah kami di negeri Syam kami, & berkahilah kami di negeri Yaman kami. Mereka (para sahabat) berkata; Dan di daerah Najd kami? 
Beliau bersabda: Di sana akan terjadi gempa bumi & fitnah-fitnah (kan muncul). Atau beliau bersabda: Darinya akan muncul tanduk Syetan “. (HR Tirmizi no 3888, Hadits Hasan Sohih).
Berbekal dengan Hadits ini Agus Nizami mengklaim secara sepihak bahwa keberkahan itu ada pada Bashar dan pemerintahannya.
Ini adalah klaim tanpa bukti, justru kalau kita melihat kenyataan hari ini, amatlah sangat jauh klaim keberkahan Assad dengan apa yg ditampilkannya. Bagaimana mungkin seorang yg mengaku tuhan seperti Bashar bisa mendapat keberkahan? Keberkahan pada suatu negeri bukan berarti jaminan surga dan kebaikan bagi seluruh penghuninya, seperti halnya Mekah. Mekah adalah Kota suci tapi hal tersebut tidak menutup kemungkinan akan adanya orang orang yang kafir dan dzolim ada di kota mekah, sebut saja tokoh tokoh Kafir Quraisy, mereka adalah penduduk kota suci. Klaim Agus Nizami terhadap keberkahan Bashaar Assad perlu pembuktian.
9. Sementara Very Azis LC.Msi lebih menekankan kepada kompleksitas permasalahan disuriah,dan sama dengan pembicara pembicara sebelumnya mengarahkan kasus suriah kepada desain yg telah dibuat oleh yahudi dan Amerika dan mengeleminir aspek Sunni Syi’ah.
Hal ini jelas tidak relevan dengan kenyataan yg terjadi dilapangan, memang ada sebagian oposisi yang nasionalis, tapi minim jika dibandingkan oposisi yang melihat bahwa ini adalah konflik sunni-syi’ah. 
Ditulis Oleh: Arju Khoiro

setelah paparan diatas, rektor paramadina, bilang :
Ditulis oleh Toto
ICC jakarta, menanggapi fenomena kekerasan yang berbau sara belakangan ini menjadikan stigma yang buruk terhadap kerukunan antar umat beragama di Indonesia.  Tragedi pembakaran umat IslamSyiah di Sampang menyisakan banyak pertanyaan yang harus dijawab dan diselesaikan sesegera mungkin. Universitas paramadina mengadakan seminar tentang Syiah yang diadakan pada 25 September 2012 di Aula Paramadina [ paramadina sangat gemar  memberi panggung kepada syi'ah ??]

rektor dalam pembukaannya mengatakan bahwa tidak ada yang baru mengenai perbedaan dan keragaman di Indonesia ( ???? ) Syiah telah ada sejak Islam masuk di Indonesia ( ). Yang mesti kita pertanyakan adalah mengapa tindak kekerasan itu baru terjadi akhir akhir ini bukan setahun yang lalu, bukan sepuluh atau seratus tahun yang lalu. "Disinilah kita akan menemukan jawaban yang lebih mendekati kebenaran ketimbang membahas perbedaan teologi syiah", tandasnya. [ jadi syi'ah = sunnah ?? kacau aqidahnya !! ]

Hadang Aliansi Anti-Syiah, Cendikiawan Muslim Dunia Deklarasikan Persatuan Islam

Sepertinya masih ada harapan buat muslim di Indonesia untuk menyuarakan perdamaian dan persatuan, setelah sebelumnya wajah ramah muslim Nusantara tercoreng oleh khotbah-khotbah kebencian yang dikampanyekan lewat deklarasi Aliansi Nasional Anti-Syiah; sebuah ironisme yang seolah menampilkan muslim Indonesia sebagai umat yang arogan dan anti perbedaan. Tapi syukur Alhamdulillah, masih banyak para cendekiawan muslim yang mata hatinya melek dan bernurani bening menyebarkan aura positif di persada negeri....
Cendekiawan Muslim Sepakati 10 Butir Deklarasi Jakarta

Sejumlah cendekiawan muslim dari berbagai negara yang difasilitasi KAHMI Nasional dan Universal Justice Network di Jakarta, Minggu (4/5/2014), menghasilkan 10 poin Deklarasi Jakarta. Deklarasi ini berisi kesepakatan untuk menjaga kesatuan umat Islam di seluruh dunia.
Deklarasi Jakarta dibacakan oleh Ketua Dewan Pakar KAHMI Laode Kamaludin dan musafir dan cendekiawan muslim dari Washington Imam Muh Al Asi. Deklarasi itu lalu ditandatangani hampir semua yang hadir.
Hadir dalam Pertemuan tersebut antara lain Presidium KAHMI Anies Baswedan, Citizen Internasional Dr Muhideen Abdul Kadir [ ? ], AM Fatwa, Saleh Khalid, Ketua DPP Partai NasDem Kurtubi, Sekjen KAHMI Subandrio, Haidar Bagir, Hermansyah, Husain Heriyanto. [ siapa lagi tokoh2 Syi’ah]
Para cendekiawan dalam pertemuan itu dengan tegas mengutuk berkembangnya virus kebencian sektarian dan konflik internal di dalam umat Islam yang telah menelan banyak korban tak berdosa di banyak belahan dunia, khususnya di negara berpenduduk mayoritas muslim seperti di Asia Selatan dan Barat.
"Kami memahami virus kebencian sedang menyebar ke negeri-negeri Asia Tenggara, termasuk Indonesia dan Malaysia. Karena itu, kami, para cendekiawan muslim, sepakat kepada poin-poin dalam deklarasi ini untuk menghadapi dan menghapuskan virus kebencian sektarian dan meluasnya konflik internal di dalam umat Islam," tutur Laode Kamaluddin. [ ??? pro syi’ah ]
Sepuluh poin Deklarasi Jakarta berisi pernyataan bahwa pembunuhan terhadap sesama manusia berdasarkan warna kulit, keyakinan, etnis, dan agama adalah haram dan bertentangan dengan syariah, mendukung definisi muslim sesuai dengan deklarasi “Pesan Amman”, [ bodoh, mereka belum baca dengan benar deklarasi AMAN ] perbedaan di internal umat tidak boleh berujung pada pernyataan 'kafir' dan 'sesat' terhadap sesama muslim, dan jika itu yang terjadi, perbuatan itu dianggap haram dan bertentangan dengan syariah.
Poin lainnya berisi pernyataan semua perbedaan di antara muslim harus diselesaikan dengan dialog dan konsensus seraya tetap menjaga kehormatan satu sama lain, aktif bersama-sama membangun dan menjaga hubungan di antara mazhab serta organisasi Islam yang berbeda dan menghadiri kegiatan satu sama lain sebagai cara membangun, menjaga, dan mengembangkan persaudaraan, mempromosikan dan menjaga harmoni di antara semua kelompok muslim melalui media cetak, elektronik, dan media sosial.
Deklarasi Jakarta juga merekomendasikan agar sekolah-sekolah mengembangkan silabus dan kurikulum yang mendorong perdamaian, persaudaraan, serta persatuan di antara semua anggota masyarakat muslim, mendesak pemerintah untuk mengembangkan dan mengimplementasikan undang-undang yang memerangi ujaran kebencian dan mendorong pemidanaan yang lebih efektif terhadap pelanggaran atas undang-undang tersebut, menyadari konflik sektarian adalah jebakan yang bertujuan untuk melemahkan umat Islam, dan kami harus mencerahkan umat tentang jebakan itu. Serta akan aktif memediasi semua kelompok muslim yang berselisih agar bisa melakukan rekonsiliasi.

[ tipikal suara syiah kearah taqrib yang bathil !! ]
Dari banyak yang hadir, ada beberapa yang tidak bersedia ikut menandatangani deklarasi. Di antaranya ormas Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Misbahul Alam dari LKTO HTI mengakui tidak ikut menandatangani deklarasi tersebut.
Pasalnya, dia harus mengikuti prosedur organisasi, di mana hal semacam itu harus lebih dahulu dibicarakan dalam internal organisasi dan menunggu instruksi pimpinannya. Sedangkan ia hadir di acara itu hanya sebagai undangan.
"Namun bukan berarti kami menolak deklarasi itu. Hanya saja memang dalam organisasi kami ada prosedur yang harus diikuti," ujar Misbahul Alam.


Empat Point Deklarasi Aliansi Nasional Anti Syi'ah
BANDUNG (voa-islam.com) – Berawal dari rekomendasi hasil Musyawarah Nasional Ulama dan Ummat Indonesia Ke-2 yang diselenggarakan Forum Ulama Ummat Indonesia (FUUI) di Bandung, Ahad 22 April 2012 yang lalu, dua tahun berikutnya dibentuk Aliansi Nasional Anti Syi’ah yang dideklarasikan pada Ahad 20 April 2014 bertempat di Masjid Al Fajr, Cijagra, Kota Bandung, dari pukul 08.30 WIB sampai waktu dzuhur.
Aliansi Nasional Anti Syi’ah ini mendeklarasikan empat point penting untuk menangkal penyebaran virus Syi’ah terhadap umat Islam Indonesia.
Point pertama dari deklarasi ini diawali kesepakatan untuk Menjadikan lembaga, “Aliansi Nasional Anti Syi’ah” sebagai wadah dakwah amar ma’ruf nahi munkar.
Kedua: Memaksimalkan upaya preventif, antisipatif, dan proaktif membela dan melindungi ummat, dari berbagai upaya penyesatan aqidah dan syari’ah yang dilakukan oleh kelompok syi’ah di Indonesia.
Ketiga: Menjalin Ukhuwah Islamiyah dengan berbagai organisasi dan gerakan dakwah di Indonesia, untuk mewaspadai, menghambat dan mencegah pengembangan sesat syi’ah.
Keempat: Mendesak Pemerintah agar segera melarang penyebaran paham dan ajaran syi’ah, serta mencabut izin seluruh organisasi, yayasan, dan lembaga yang terkait dengan ajaran syi’ah di seluruh Indonesia.
. . . Memaksimalkan upaya preventif, antisipatif, dan proaktif membela dan melindungi ummat, dari berbagai upaya penyesatan aqidah dan syari’ah yang dilakukan oleh kelompok syi’ah di Indonesia. . . (point kedua)
Deklarasi yang ditandatangi K.H.Athian Ali Lc. MA. (Ketua Pengurus Harian), K.H. Atip Latiful Hayat. SH. LLM. Ph.D (Ketua Dewan Pakar), dan K.H. Abdul Ahmad Baidlowi (Ketua Majelis Syuro) ini menyebutkan tiga fakta yang menjadi pertimbangan
Bahwa ajaran Syi’ah menurut keyakinan Ummat Islam, merupakan faham yang menyimpang dari Al-Qur’an dan As-Sunnah
Bahwa kelompok syi’ah di Indonesia semakin berani dan masif mempropagandakan faham dan ajarannya lewat segala macam cara, di antaranya, dengan bertaqiyyah (munafik), baik melalui pendidikan, sosial kemasyarakatan, maupun politik.
Bahwa telah terjadi keresahan di berbagai daerah yang menimbulkan konflik horizontal sebagai akibat progresivitas penyiaran syi’ah, penolakan ummat, serta pembiaran politik terhadap pengembangan ajaran sesat syi’ah.
“Maka, dengan mengucapkan “Bismillah” dan “Bertawakal” hanya kepada Allah SWT, kami para Ulama, Habaaib, Asaatidz, Pimpinan Ormas Islam, Pondok Pesantren, dan Harokah yang tergabung dalam “Aliansi Nasional Anti Syi’ah” sepakat menyatakan komitmen dan tekad kami,” penggalan kalimat dari isi deklarasi tersebut.
Sebagaimana telah diberitakan, pada Ahad (20/04/2014) kemarin, bertempat di Masjid Al-Fajr, Cijagra, kota Bandung diselenggarakan Deklarasi Aliansi Nasional Anti Syi’ah untuk menolak eksistensi aliran Syi’ah di Indonesia yang semakin merajalela.
Walau bertempat di kota pentolan Syi’ah Indonesia, Jalaluddin Rahmat yang akrab disapa Kang Jalal, tujuh ribuan lebih kaum muslimin memadati tempat acara. Jumlah ini melebihi kapasitas tempat yang disediakan panitian.


 Penggembosan Indonesia Mengajar ?????? perlu tahu apa yg dilakukan “indonesia mengajar “!!!


Sebuah postingan tertanggal kemarin (04.12.2011) di Hidayatullah.com tidak hanya menggelitik, namun membuat saya merasa mual dan mempertanyakan kembali arah gerak bangsa ini. Dalam postingan yang bisa diakses disini, diceritakan perjuangan seorang pengajar muda dari Gerakan Indonesia Mengajar (GIM) yang ditempatkan di Halmahera mencoba mengajarkan keberagaman dan toleransi, dua prinsip sejalan yang melahirkan bangsa ini. Alih-alih dihargai dan diapresiasi, dalam situs tersebut, sang pengajar dituduh telah melakukan proses liberalisasi agama terhadap daerah dimana penduduknya 100% beragama muslim.  Tidak terbatas personal saja,  Indonesia Mengajar sebagai yayasan dituding sebagai agen liberalisasi tersebut.
Ceritanya, pengajar muda yang bernama Ayu merekomendasikan Indonesia Mengajar  mengirim pengajar muda penggantinya beragama nasrani untuk ditempatkan sebagai penggantinya di wilayah itu. Logika Ayu, dengan adanya guru beragama nasrani, anak-anak bisa melihat sudut pandang lain, sesuatu yang berbeda. Mengindera keberagaman dalam sebuah rupayang baik, wajah seorang guru.
Inisiatif Ayu ini bermula dari sebuah keprihatinan. Seorang anak didiknya pernah menanyakan, apa yang harus dilakukan jika bertemu orang “kristen”. Apakah boleh dipegang? Pertanyaan semacam ini tentu cukup “memeras perasaan” bagi seorang guru yang sudah cukup melihat dunia, dan pernah bekerja di perusahaan multinasional. Muridnya, mungkin juga sebagian besar masyarakat di wilayah itu (bisa dilogika dari ketidaktahuan si murid), tidak pernah benar-benar bersentuhan (mungkin secara benar) dengan sesama yang berbeda agama. Agama selain islam adalah asing. Saking asingnya, dalam pengalaman saya, ada kemungkinan agama lain dibicarakan dalam rana yang tidak mengenakkan.
Hal ini tentu perlu dirubah. Penting bagi para murid untuk melihat dunia lebih luas. Tentu kita tak ingin para murid terpenjara selamanya disitu. Tidak hanya secara spasial, karena kita ingin para murid ini suatu saat akan keluar dari wilayah mereka untuk berkembang. Namun juga lebih kepada sudut pandang, jika suatu saat dia keluar, mereka mempunyai modal untuk bisa menilai keragaman.
Dalam hal ini saya punya pengalaman pribadi. Dalam lingkungan kecil saya, kami berada dalam sebuah keniscayaan tentang Islam. Kota kelahiran saya dikenal sebagai kota “Serambi Mekah”, dimana nilai-nilai Islam dijadikan nilai kehidupan. Ketika berhadapan dengan perbedaan-perbedaan, ketika saya mulai meninggalkan kampung ke Pulau Jawa misal, saya memiliki beberapa kesulitan. Ada rasa “segan”, ada perbedaan nilai yang tidak saya mengerti. Butuh waktu agar saya bisa menyesuaikan diri.
Kita bisa bayangkan jika para murid Halmahera ini tidak hanya datang dari lingkungan islam 100% seperti saya. Tetapi juga disudutkan oleh tudingan-tudingan terhadap agama lain ketika ia berkembang. Tentu jika suatu saat dia keluar, kesulitan yang akan dihadapi tentu jauh lebih besar.
Jika menilik pada Ayu, si Pengajar, dari pendapat saya, tantangannya (bahkan kewajiban moral) tentu lebih besar dari hanya untuk kepentingan global anak tersebut. Sebagai guru, Ayu tentu mengajarkan tentang nasionalisme, atau sekurangnya mengajarkan semboyan negara, Bhinneka Tunggal Ika, yang mengejawantahkan perbedaan dalam persatuan. Juga tentang Sumpah Pemuda dan konsep keberagaman yang menjadi khasanah Budaya Indonesia. Bagaimana sebenarnya sang guru memberi pengertian tentang itu semua, jika sang Murid tidak pernah bertemu nyata dengan apa yang disebut dengan “kebhinekaan”.
Sebagai bagian publik, saya mendukung sepenuhnya langkah yang dilakukan oleh Indonesia Mengajar, jika jadi mengirimkan pengajar beragama lain ke desa tersebut. Tentunya dengan catatan, keselamatan dan pengawasan telah diperhitungkan matang-matang. Jika ini bisa dilakukan, si pengajar lancar mengajar disana, kita bisa melihat bahwa semua ini baik-baik saja. Masyarakat di wilayah tersebut tidak resistant, mereka menerima dengan baik. Justru yang harus dikritik adalah mereka yang membesar-besarkan masalah ini menggunakan pola pikir yang sempit.
Logika  mereka mungkin sederhana, isu kecil seperti agama pengajar ini tinggal dikaitkan dengan isu politis yang ada, terutama tentang Liberalisme dalam Islam. Kita harus mengakui ada pihak yang resistance terhadap keberadaan Liberalisme dalam Islam. Kerennya sekarang disebut sebagai Jaringan Islam Liberal (JIL). Saya tidak pernah tahu apakah benar ada sebuah organisasi (mungkin ke-sekte-an) yang disebut JIL ini, namun bagi para pembenci organisasi mungkin lebih “nyata” dari pada para pengikutnya. Tentang keberadaan JIL, kita mungkin bisa menanya kepada Ulil Abshar Abdalla, salah satu ketua Partai Demokrat sekarang, yang juga dikenal sebagai “aktivis JIL”. ?????????
Namun dalam kasus ini, benang pertama yang dipaksakan jadi merah adalah keberadaan AB, seorang intelektual lulusan Amerika, yang sekarang menjabat Rektor Universitas Paramadina sekaligus juga inisiator serta pemimpin dari Yayasan Indonesia Mengajar.
Masalahnya, dalam pandangan itu, “dosa” AB terletak pada posisinya sebagai rektor Paramadina dan “made in Amerika”-nya. Universitas Paramadina diinisiasi oleh Nurcholis Majid, salah satu guru bangsa yang dituding juga sebagai inisiator keberadaan JIL di Indonesia. Universitas yang dibentuk Cak Nur, panggilannya, mendapatkan tudingan turunan sebagai pengkaderan para “lilberalis” Islam setelahnya. Dosa ini pada akhirnya turun kepada AB, yang dilogikakan juga menggunakan mesin baru, yaitu Indonesia Mengajar. Apalagi dengan latar belakang pendidikan Anies yang dari Amerika, para “tudingers” ini kembali mendapatkan darah segar.
Indonesia Mengajar adalah sebuah gerakan yang mulia, saya pikir begitu. Tidak pantas rasanya untuk menggembosi gerakan ini, ada atau tidaknya faktor politik dibelakangnya. Seberapa besar ini nanti nantinya jadi mesin politik, ini adalah konsekuensi logis atau malah “advantage” bagi Anies Baswedan. Modal politik yang bagus baginya, jika benar Anies adalah politisi, atau suatu saat jadi politisi.Saya berpikir sederhana, saya akan sangatat tertolong andai ketika saya  SD di pelosok daerah Sumatera sana, saya mempunyai seorang guru yang mumpuni, berpikir dan berpengalaman luas, seperti para pengajar muda.
Pola pikir dangkal ini saya pikir adalah sebuah tindakan penggembosan. Sebagai sebuah saluran besar,wajar Indonesia Mengajar memiliki saluran kepentingan kecil. Termasuk jika ada ruang-ruang kosong. Yang harus dilihat adalah gambar besarnya, manfaat yang bisa diambil darinya, dan tentunya juga sumbangsihnya bagi bangsa. Selama manfaat itu lebih besar dari mudharatnya, ini layak untuk kita perjuangkan.
Penggembosan ini juga berangkat dari ketakutan. Karena kepentingan akan beradu dengan kepentingan. Kita bisa saja membaca kepentingan siapa yang bermain atas penggembosan ini, namun hal ini dalam hemat saya tidak perlu dilakukan. Gerakan Indonesia Mengajar sudah cukup besar untuk tidak perlu mengkhawatirkan kerikil kecil seperti ini. Hal ini sekali lagi adalah wajar. Bahkan jika sering dan terlalu dibahas, malah akan membantu mereka para penggembos. Para penggerak Indonesia Mengajar saya rasa tidak perlu mengejar citra untuk jadi manusia suci untuk melawan tuding-tudingan. Cukup fokus pada apa yang bisa dilakukan.
Untuk anak-anak bangsa ini, itu semua tidak berarti. Salut, dan Maju terus.
-sipiliang.-

artikel terkait :