Monday, April 13, 2015

Berguru kepada Abdullah Bin Saba ( Perusak/ Pengkloning Agama ),Syiah Sababiyah Saat ini Juga Mengkloning Situs-Situs Ahlussunnah !

Waspada, aliran sesat syiah membuat situs tandingan (kloning) dengan alamat yang menyerupai situs penegak amar ma'ruf ( Ahlussunnah ) yang bertujuan untuk mengelabui dan menyesatkan umat Islam. Situs tersebut (palsu) berisi aliran sesat syiah dan dusta-dusta khas syiah. Anda harus bisa membedakannya. 
Dibawah ini kami tampilkan beberapa situs palsu dan berbahaya, hasil kloning keturunan Majusi Syiah Abdullah Bin Saba :
Aslinya/Ahlussunnah : www.nahimunkar.com 
Kloning majusi rafidhah/Syiah : www.nahimunkar.net 
Aslinya/Ahlussunnah : www.lppimakassar.com  
Kloning majusi rafidhah/Syiah : www.Ippimakassar.net
Aslinya/Ahlussunnah : www.arrahmah.com 
Kloning majusi rafidhah/Syiah : http://arrahmahnews.com 
Aslinya/Ahlussunnah :  http://gensyiah.com  
Kloning majusi rafidhah/Syiah :  http://gensyiah.blogspot.com
Aslinya/Ahlussunnah : http;//salafy.or.id 
Kloning majusi rafidhah/Syiah : http://salafynews.com 
Aslinya/Ahlussunnah : www.sunnahcare.com
Kloning majusi rafidhah/Syiah : www.sunnahcare.blogspot.com 
Aslinya/Ahlussunnah : http://infosyiah.com
Kloning majusi rafidhah/Syiah : http://infosyiah.wordpress.com 
Aslinya/Ahlussunnah ; Syiahindonesia.com 
Kloning majusi rafidhah/Syiah : Syiahindonesia.net 
Aslinya/Ahlussunnah :  www.indonesia-menolak-syiah  
Kloning majusi rafidhah/Syiah : www.indonesia-tolak-takfiri.blogspot.com 
Aslinya/Ahlussunnah : http://alislamu.com 
Kloning majusi rafidhah/Syiah : www.al-islam.org 
Aslinya/Ahlussunnah : www.syiahindonesia.com 
Kloning majusi rafidhah/Syiah :  http://syiahali.worspress 
Situs Kloningan Majusi Syiah lain sedang diteliti dan akan dipublikasikan segera mungkin untuk mencegah meluasnya pengelabuan !
artikel terkait :

Apakah Iran anak buah Yahudi ? Dimanakah letak Khurasan?

Saya melihat bahwa negara iran seolah-olah menjadi pembela islam, tetapi banyak umat islam yang di bunuh oleh kaum syiah, padahal syiah merupakan buah pemikiran seorang yahudi, bahkan di negara iran terdapat ka’bah versi mereka, begitu pula dengan qunut ala syiah yang mengejek dan melaknat para sahabat, lalu apakah khurasan yang dimaksud dalam hadits bahwa dajjal akan muncul dari negeri khurasan? apakah negeri khurasan yang dimaksud itu adalah salah satu provinsi di iran, dan apakah imam mahdi orang syiah itu adalah dajjal, seberapa dekatkah zionis yahudi dan iran?, mohon diungkap. Wassalam
Abu Hasan
Jawaban
Wa’alaykumsalam, wr.wb saudaraku Abu Hasan. Jazakallah atas pertanyaannya, semoga kita selalu diberi keberkahan oleh Allah di fase-fase akhir zaman seperti sekarang ini.
Saya melihat ada dua ciri karakteristik kelompok/orang yang masuk ke lingkaran Syiah. Pertama mereka yang sebenarnya masih awam tentang Syiah. Golongan ini pada dasarnya tidak begitu mengenali bagaimana seluk beluk Syiah selama ini. Dari mulai pelecehan Syiah terhadap para sahabat, kecuali Ali. Sikap Syiah terhadap Ahlus Sunnah. Doktrin Imamah Syiah (yang berimplikasi pada Ushul Fiqh), sampai praktek taqiyah milik Syiah untuk menutupi ajaran mereka selama ini.
Kedua. Pengikut Syiah yang benar-benar ideologis. Mereka mengikuti hakikat ajaran Syiah sepenuhnya. Seperti konsep Imamah, Taqiyah, Roj’ah, bad’a, dan lain sebagainya. KH. Nabhan Husein, dalam presentasinya di Mesjid Istiqlal tahun 1997, lewat artikel berjudul “Tinjauan Ahlus sunnah Terhadap Faham Syiah Tentang Al Qur’an dan Hadits” pun merinci setidaknya ada 219 ayat yang di Al Qur’an yang tidak diakui kelompok Syiah.
Pada kasus pertama biasanya mereka yang masuk ke komunitas Syiah salah satunya oleh kekaguman kepada sosok Ahmadinejad. Mereka juga tidak bisa membedakan kasus Revolusi Iran dengan faham aqidah Syiah. Lalu bukan tidak mungkin mereka termakan oleh praktik taqiyah Syiah yang sengaja dimainkan untuk menutup-nutupi hakikat sesungguhnya.
KH Dawam Anwar, dalam presentasinya “Inilah Haqiqat Syiah” saat Seminar Nasional tentang Syiah tahun 1997 di Mesjid Istiqlal, menjelaskan bahwa salah satu sulitnya ajaran Syiah terendus masyarakat awam dikarenakan kitab-kitab yang memuat hakikat Syiah dan Syariat Syiah langka sekali, bahkan bisa dibilang tidak ada.
Kitab-kitab semacam Al Kaafi, Tahdzibuk Ahkam, Al Istibshar, Bihar Al Anwar, Al Waafi dan lain-lain tidak ditemui toko-toko buku pada umumnya. Karena sejak dahulu ulama-ulama Syiah sengaja merahasiakan kitab-kitab semacam itu agar jangan sampai jatuh ke tangan Ahlus Sunah karena akan menjadi senjata makan tuan. Walau pada akhirnya, atas izin Allah, kitab-kitab itupun sampai juga ke tangan ulama Ahlus sunnah wal Jama’ah.
Hemat saya, elemen pertama inilah yang bisa menjadi lahan dakwah bagi kita untuk mengingatkan kepada mereka tentang kekeliruan faham Syiah. Kita bisa sama-sama menyadarkan untuk tidak terpukau semata-mata karena faktor Ahmadinejad gencar melakukan kritik terhadap Amerika. Karena, hal itu pun juga masih bisa diperdebatkan.
Kalaulah memang Ahmadinejad serius melawan Amerika, sekiranya ia bisa berbuat lebih riil dalam melaksanakannya. Tidak jauh dari Iran, berbatasan langsung dengan teritori Ahmadinejad, yakni Afghanistan dimana puluhan ribu mujahidin bahu membahu mengusir Amerika dan cengkaman Zionis. Namun sampai saat ini belum ada tindakan konkret dari Ahmadinejad untuk membantu Afghan mengusir Amerika.
Yang terjadi justru sebaliknya. Satu contoh saja, kita ketahui bersama hubungan Ahmadinejad dengan Nouri Al Maliki dekat sekali. Padahal Nouri adalah kaki tangan Amerika dan Israel di Irak. Jadi amat wajar jika spekulasi kemudian berkembang: apakah karena Nouri Al Maliki juga oang Syiah?
Bahkan 18 april lalu, lima belas orang tewas di Ahwaz, Iran oleh pasukan keamanan Iran didukung oleh milisi pakaian sipil. Mereka melakukan serangan terhadap aksi demonstrasi dengan kekerasan yang menuntut hak bagi mayoritas etnis Arab di provinsi Khuzestan Iran yang berpenduduk mayoritas Sunni.
Kalaulah Iran masih menganggap Sunni adalah saudaranya kenapa harus dengan membunuh, bukankah lebih baik senjata itu diarahkan kepada musuh sebenarnya yakni Gedung Putih yang kini bercokol di Irak, Afghan, dan Palestina?
Dan ini semakin menimbulkan kecurigaan kenapa Iran -yang tak lebih besar dari pada Iraq yang sudah digempur habis-habisan oleh AS dan sekutu- masih baik-baik saja. Dalam artian, AS tidak pernah melakukan suatu tindakan yang nyata terhadap Iran.
Khurasan dan Iran
Lalu pertanyaan saudara selanjutnya, apakah yang dimaksud Khurasan disini adalah salah satu provinsi di Iran? Betul memang ada hadis yang mengatakan demikian. Namun kita ketahui bersama bahwa nama Khurasan minimal berada pada dua negara; pertama di Iran itu sendiri, kedua terletak pada salah satu sudut daerah di India Selatan, tepatnya masuk teritorial Desa Babua. Dari sinilah beberapa kalangan sempat menilai bahwa Sai Baba itu adalah Dajjal karena berasal dari Desa Khurasan, India Selatan.
Dalam melihat Khurasan, DR Uman Sulaiman al Asyqar dalam kitabnya al Yaum al Akhir: al Qiyamah ash Shughra wa’ Alamat al Qiyamah al kubra, mengacu pada hadis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dari An Nuwwas Ibn Sa’man, yang berbunyi “Sesungguhnya ia (Dajjal) muncul di suatu daerah antara Syam dan Iraq. Ia merusak ke kanan dan ke kiri. Hai Para Hamba Allah bersiteguhlah.”
Dalam konteks hadis ini, Syaikh Al Bani berkata bahwa menurut Hakim sanad hadis ini shahih, dan disetujui oleh Adz Zahabi. Oleh karena itu DR Umar Sulaiman menilai bahwa Khruasan yang dimaksud adalah Persia. Yang berarti masuk teritori Iran modern.
Hal ini bisa diperkuat dari hadis lainnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lainnya yang berbunyi. “Pengkuti Dajjal dari Yahudi Isfahan ada tujuh puluh ribu orang. Mereka memakai pakaian gamis” (Musnad Ahmad IV h. 216-217).
Isfahan (Esfahan) sendiri adalah sebuah kota bersejarah di Iran dan terbesar ketiga di Iran. Secara geografis kota ini terletak pada 32°38′ LU 51°29′ BT, di dataran Zayandeh-Rud yang subur, di kaki pegunungan Zagros.
Pada masa lampau Isfahan juga ditulis sebagai Ispahan. Atau dalam bahasa Persia Kuno disebut Aspadana. Dan dalam dialek bahasa Persia Pertengahan disebut Spahān,
Abu Naim dalam kitabnya Lawami’ al Anwar Bahiyyah, seperti dikutip DR. Sulaiman menuturkan bahwa salah satu desa yang masuk dalam daerah Isfahan ada yang bernama al Yahuddiyah karena penduduknya khusus Yahudi sampai zaman Ayyub Ibnu Ziyad penguasa Mesir pada zaman Khalifah al Mahdi ibn al Manshur al Abbasi. Pada zaman ini kaum muslim mulai masuk ke desa itu sehingga orang-orang Yahudi terdesak. Wallahu’alam.
Source : syiahindonesia.com



[ Sekali lagi ] Apakah Golongan Syi'ah Lebih Berbahaya Dari Yahudi?

Rabu, 24 Jumadil Akhir 1436 H / 25 Februari 2015 08:39 wib
Bismillahirrahmanirrahim ..
“Apakah mereka (Syi’ah) lebih berbahaya dari Yahudi?”…….
Sebab hakikat dari pertanyaan ini adalah untuk membungkam lisan mereka yang sadar akan penderitaan umat, sekaligus membikin kikuk mereka yang berusaha menjaga dan melindungi kaum muslimin.
Saya akan menyanggah mereka dan mengatakan kepada mereka:
“Memang apa salahnya kalau umat Islam menghadapi dua bahaya yang mengintai secara bersamaan? Apakah muslimin Ahlussunnah yang mencari-cari alasan untuk menyerang Syi’ah, ataukah realita di lapangan membuktikan berulang kali bahwa merekalah yang memulai serangan?”
Kita menyaksikan gencarnya serangan Syi’ah terhadap umat Islam, dan saya rasa realita kita saat ini tak jauh berbeda dengan masa lampau. Bahkan saya bersaksi bahwa sejarah akan mengulangi dirinya, dan generasi muda akan mewarisi dendam kesumat nenek moyang mereka.
Tak ada kebaikan sedikit pun yang bisa diharapkan dari kelompok yang menganggap bahwa 99% sahabat Nabi adalah bejat, mengingat hal itu merupakan pengingkaran yang nyata akan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam :
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي
“Sebaik-baik generasi adalah generasiku.” (HR. Bukhari no 3451 dan Muslim no 2533)
Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan yang lainnya.
Realita Syi’ah –dari dulu sampai sekarang- adalah amat sangat menyakitkan…( + an RRZ: menikam dalam selimut )
Mari kita tengok kembali beberapa masalah yang akan menjadikan visi kita lebih jelas, sehingga dapat membantu kita untuk menentukan sikap paling tepat yang mesti kita ambil terhadap Syi’ah; lalu kita tahu: lebih baik bicara ataukah diam saja!
PERTAMA: 
Semua orang tahu bahwa sikap Syi’ah terhadap para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mulai dari Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar Al Faruq, Utsman Dzin Nuurain, lalu isteri-isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terutama Aisyah radhiallahu ‘anha hingga para sahabat secara umum.

Sebagaimana yang dinyatakan terang-terangan oleh referensi dan nara sumber mereka yang telah mereka yakini; adalah bahwa para sahabat tadi adalah orang-orang fasik dan murtad. Mayoritas mereka telah sesat dan berusaha menyembunyikan serta menyelewengkan ajaran Islam.
Dari sini apakah kita harus mengawasi dan diam saja ‘demi menghindari fitnah’?
Fitnah apakah yang lebih besar dari pada menuduh generasi teladan sebagai masyarakat ‘bejat dan pendusta’?!?
Marilah kita merenungi sama-sama perkataan bijak salah seorang sahabat yang bernama Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhu:
إذا لَعَنَ آخرُ هذه الأمَّة أوَّلها، فَمَنْ كان عنده علمٌ فليظْهره، فإنَّ كاتم ذلك ككاتم ما أُنزل على محمدٍ صلى الله عليه وسلم”.
“Bila umat Islam di akhir zaman mulai melaknat pendahulunya, maka siapa saja yang berilmu hendaklah menunjukkan ilmunya. Bila ia menyembunyikan, maka ia seperti yang menyembunyikan ajaran Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Nisbat riwayat ini kepada Nabi sanadnya dha’if, namun riwayat ini adalah dari perkataan Jabir bin Abdillah)
Bisakah Anda menangkap kedalaman makna ucapan ini?
Hujatan terhadap generasi sahabat bukan sekedar hujatan terhadap mereka yang telah tiada… tidak juga seperti ucapan sebagian orang bahwa: “Hujatan tersebut tidak berbahaya bagi para sahabat, karena mereka telah masuk Surga meski Syi’ah tidak suka.” Akan tetapi bahaya besar di balik ucapan ini ialah karena hujatan terhadap para sahabat pada hakikatnya adalah hujatan terhadap Islam secara langsung. Sebab kita tidak mendapatkan ajaran Islam kecuali melalui para sahabat radhiyallahu ‘anhum.
Kalau berbagai hujatan yang menimbulkan keraguan akan akhlak, niat, dan perbuatan para sahabat dibiarkan; lantas agama model apa yang akan kita anut?
Hilanglah agama kita kalau kita terima semua itu… hilanglah hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ajaran beliau.
Justeru kita bertanya kepada Syi’ah: “Al Qur’an apa yang kalian baca sekarang? Bukankah yang menyampaikannya adalah mayoritas sahabat yang kalian hujat? Bukankah yang berjasa mengumpulkannya adalah Abu Bakar Ash Shiddiq radhiallahu ‘anhu, yang kalian anggap berbuat licik untuk menjadi khalifah? Lantas mengapa ia tidak merubah-rubah Al Qur’an sebagaimana merubah-rubah Sunnah menurut tuduhan kalian?”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits:
عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ المهديين مِنْ بَعْدِي”.
“Kalian wajib berpegang teguh pada Sunnahku dan Sunnahnya Khulafa’ur Rasyidin yang telah mendapat hidayah sepeninggalku.” (HR. Tirmidzi no 2676, Ibnu Majah no 42 dan Ahmad no 17184)
Jadi, Sunnah Khulafa’ur Rasyidien adalah bagian tak terpisahkan dari agama Islam. Hukum dan sikap yang diputuskan oleh Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali adalah hujjah (dalil) bagi setiap muslim, kapan, di mana pun, dan sampai hari kiamat… lantas bagaimana mungkin hujatan terhadap mereka kita biarkan?!

Sebab itulah, ulama-ulama kita yang mulia demikian berang bila mendengar ada orang yang berani menghujat sahabat. Imam Ahmad bin Hambal misalnya, beliau pernah mengatakan:

إذا رأيت أحدًا يذكر أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم بسوءٍ، فاتهمه على الإسلام
“Kalau engkau mendapati seseorang berani menyebut para sahabat dengan tidak baik, maka tuduhlah dia sebagai musuh Islam.”(Ash Sharimul Maslul ‘ala Syaatimir Rasul 3/1058 oleh Ibnu Taimiyyah)
Al Qadhi Abu Ya’la (salah seorang fuqaha mazhab Hambali) mengatakan: 
“Para fuqaha sepakat bahwa orang yang mencaci-maki para sahabat tak lepas dari dua kondisi: kalau dia menghalalkan hal tersebut maka dianggap kafir, namun jika tidak menghalalkannya maka dianggap fasik (bejat)” (Ibid, 3/1061)
Abu Zur’ah Ar Razi (salah seorang pakar hadits yang wafat th 264 H) mengatakan:
إذا رأيتَ الرجلَ ينتقص من أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم، فاعلم أنّه زنديق
“Kalau engkau mendapati seseorang mengkritik sahabat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, maka ketahuilah bahwa dia itu Zindiq (munafik).” (Al Kifayah fi ‘Ilmir Riwayah hal 49 oleh Al Khatib Al Baghdadi)
Sedangkan Ibnu Taimiyyah berkata:
“Barang siapa menganggap bahwa para sahabat telah murtad sepeninggal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kecuali segelintir orang yang jumlahnya tak sampai belasan orang, atau menganggap fasik (bejat) mayoritas sahabat; maka orang ini kekafirannya tidak diragukan lagi.” (Ash Sharimul Maslul 3/1110 oleh Ibnu Taimiyyah)
Sikap yang keras terhadap para penghujat sahabat ini, tak lain adalah karena para sahabatlah yang menyampaikan agama ini kepada kita. Kalau salah seorang dari sahabat dihujat, berarti Islam jadi meragukan. Mengingat banyaknya pujian yang Allah berikan kepada mereka dalam Al Qur’an, maupun dalam Sunnah Nabi-Nya, jelaslah bahwa orang yang menghujat para sahabat berarti mendustakan ayat-ayat dan hadits yang cukup banyak tadi.
Mungkin ada yang berkata: 
“Lho, kami tidak pernah mendengar si Fulan dan si Fulan yang Syi’ah itu menghujat para sahabat?”
Kepada mereka, kami ingin agar memperhatikan poin-poin berikut:
Pertama: Kaum Syi’ah Itsna Asyariyah pada dasarnya meyakini bahwa para sahabat telah bersekongkol melawan Ali bin Abi Thalib, Ahlul Bait, dan Imam-imam yang diyakini oleh mereka. Intinya, tidak ada seorang Syi’i pun (baik di Iran, Irak, maupun Lebanon) melainkan ia meyakini kefasikan para sahabat. 
Sebab jika mereka menganggap para sahabat adalah orang shalih, hancurlah rukun iman mereka sebagai Syi’ah.
Jadi, telah menjadi suatu keniscayaan pabila setiap orang Syi’ah baik pejabat, ulama, maupun rakyat jelata untuk bersikap tidak hormat kepada para sahabat, dan tidak menerima agama yang mereka bawa dalam bentuk apa pun.
Kedua: Tokoh-tokoh Syi’ah senantiasa mengelak untuk menampakkan kebencian mereka kepada para sahabat, meski terkadang nampak juga dalam sebagian statemen atau perilaku mereka, sebagaimana firman Allah:
لَتَعْرِفَنَّهُمْ فِي لَحْنِ الْقَوْلِ
“Dan kamu benar-benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka.” (Qs Muhammad: 30)
Banyak di antara kita yang menyaksikan debat antara DR. Yusuf Al Qardhawi dengan Rafsanjani (mantan presiden Iran) di TV Al Jazeera. Kita sama-sama menyaksikan bagaiman Rafsanjani selalu mengelak dari setiap usaha DR. Qardhawi agar ia menyebut sahabat dan ummahatul mukminin (isteri-isteri Nabi) dengan baik.
Dan ketika Khamenei (pemimpin Revolusi Iran sekarang) ditanya tentang hukum mencaci-maki para sahabat, dia tidak mengatakan bahwa hal itu keliru atau haram. Namun ia menjawab secara dusta dengan berkata: “Semua perkataan yang mengakibatkan perpecahan di antara kaum muslimin pasti diharamkan dalam syari’at.” Intinya, haramnya mencaci-maki sahabat menurutnya ialah karena hal itu menimbulkan perselisihan di antara kaum muslimin, bukan karena haram menurut syari’at, sebagaimana yang dilansir oleh koran Al Ahraam Mesir tanggal 23 November 2006.
KetigaKita harus waspasa terhadap akidah ‘taqiyyah’ (bermuka dua) yang menurut syi’ah adalah sembilan persepuluh dari agama mereka. Artinya, mereka biasa mengatakan perkataan yang bertentangan dengan keyakinan mereka selama mereka belum berkuasa. Namun setelah berkuasa mereka akan menampakkan jati dirinya terang-terangan.
Dalam sejarah Syi’ah, kita menyaksikan bahwa tatkala mereka menguasai beberapa wilayah Daulah Abbasiyah yang Sunni di Irak, Mesir, Afrika Utara (Maghrib) dan semisalnya; mereka langsung terang-terangan menghujat para sahabat, dan menjadikan hal itu sebagai pokok agama mereka.
Jadi, jelaslah bagi kita dari sini akan pentingnya menjelaskan hakikat Syi’ah terhadap para sahabat yang mulia. Kalau tidak, maka orang yang menyembunyikan kebenaran ini ibarat Syaithan yang bisu, dan sikap ini akan mengakibatkan kehancuran Islam…
KEDUA: Bahaya Doktrinasi Syi’ah di Dunia Islam…. tidak diragukan lagi bahwa doktrinasi Syi’ah (tasyayyu’) demikian gencar dilakukan di berbagai negara Islam. Ia tidak hanya marak di tempat asalnya seperti Iran, Irak dan Lebanon, namun kini berlangsung sangat kuat di Bahrain, Emirat Arab, Suriah, Yordania, Saudi Arabia, Mesir, Afghanistan, Pakistan dan negara-negara muslim lainnya…
(Termasuk Indonesia yang dalam lima tahun terakhir meningkat secara drastis, lewat tokoh-tokoh mereka macam Jalaluddin RakhmatQuraish Shihab dan sebagainya.
Bahkan menurut pengamatan sebagian pihak, jumlah murid Kang Jalal mencapai lebih dari 10 juta! –pent). +an dari RRZ: Belum lagi nanti para pelajar Indonesia yg telah lulus dari universitas2 Qoom/Iran, negeri Syiah, diperkirakan 10 ribu lebih. Maka semangkin berkobarlah Syiah di Republik tercinta Indonbesia ini. Dan hal tsb harus diantisipasi sejak dini oleh seluruh Komponent ummat Islam, khususnya Pemerintah Republik Indonesia dan MUI/para Ulama dan seluruh Ormas Islam.
Parahnya lagi, banyak orang yang menganut pemikiran-pemikiran Syi’ah tanpa mengira bahwa mereka adalah Syi’ah. Bahkan setelah menulis beberapa artikel ini, kami –yaitu Dr. Raghib Sirjani- mendapat banyak e-mail yang penulisnya mengaku Sunni, namun isinya penuh dengan pemikiran dan gaya Syi’ah.
Kita juga tidak menutup mata akan perang global yang ditujukan kepada para sahabat lewat media massa (Yakni media massa di Mesir tempat penulis tinggal -pent) dan saluran-saluran televisi di negeri-negeri Sunni. Yang paling masyhur ialah hujatan salah satu koran Mesir terhadap Siti Aisyah radhiallahu ‘anha beberapa hari terakhir. Demikian pula perang yang dilancarkan terhadap Shahih Bukhari, termasuk acara televisi yang dibawakan oleh wartawan terkenal dan selalu mengkritik para sahabat dalam setiap episode.
Masalah semakin rumit dan tidak bisa didiamkan, mengingat adanya perkawinan silang antara manhaj (metode) Syi’ah dengan Tasawuf, dengan klaim bahwa keduanya mencintai Ahlul bait.
Dan kita semua tahu bahwa faham tasawuf demikian merebak di banyak negara di dunia. Dan faham ini telah terjangkiti virus bid’ah, khurafat dan kemunkaran yang demikian banyak, dan bertemu dengan Syi’ah dalam hal mengultuskan Ahlul bait. Dari sini, penyebaran Syi’ah sangat mudah ditebak seiring dengan menyebarnya tarekat-tarekat Sufi.
KETIGA: Kondisi di Irak demikian mencekam. Pembunuhan muslimin Ahlussunnah tersebab identitas mereka adalah fenomena biasa yang sering terjadi. Sekjen ulama Ahlussunnah di Irak yang bernama Harits Adh Dhaary menyebutkan bahwa ada lebih dari 100 ribu muslim Sunni yang tewas di tangan Syi’ah sejak th 2003 hingga 2006.
Ditambah proses deportasi yang terus menerus di beberapa lokasi demi mempermudah kekuasaan Syi’ah di sana. Dan mayoritas mereka yang dideportasi (diusir) keluar dari Irak adalah Ahlussunnah; dan ini menyebabkan perubahan susunan masyarakat yang sangat berbahaya akibatnya nanti.
Pertanyaannya sekarang: “Apakah fitnah yang timbul ketika membahas masalah Syi’ah lebih berbahaya dari fitnah terbunuhnya sekian banyak warga Ahlussunnah tadi? Lantas sampai kapan masalah ini harus didiamkan? Padahal semua orang tahu betapa solidnya dukungan Iran dalam pembersihan mereka yang beridentitas Sunni?”
KEEMPAT: Ambisi Iran terhadap Irak demikian besar, bahkan hal nampak nyata. Mengingat kedua negara sebelumnya pernah terlibat perang sengit selama 8 tahun penuh, dan sekarang jalannya terbuka lebar bagi Iran. Apalagi Irak memiliki nilai religius penting bagi kaum Syi’ah, mengingat adanya wilayah-wilayah suci di sana, termasuk enam makam Imam Syi’ah.
Di Najaf terdapat makam Ali bin Abi Thalib, lalu di Karbala’ terdapat kuburan Husein, dan di Baghdad terdapat makam Musa Al Kadhim dan Muhammad Al Jawwad, tepatnya di wilayah Al Kadhimiyyah. Sedangkan di Samarra terdapat makam Muhammad Al Hadi dan Hasan Al ‘Askari; dan masih banyak kuburan-kuburan palsu lain yang diklaim sebagai kuburan para Nabi seperti Adam, Nuh, Hud dan Shalih di Najaf; namun semuanya palsu.
Selain Ambisi Iran terhadap Irak yang sangat berbahaya, Amerika juga mendukung terwujudnya ambisi tersebut. Kita semua menyaksikan bagaimana pemerintahan Syi’ah bentukan Amerika di Irak. 
Sandiwara saling tuduh antara Amerika dan Iran sudah tidak mempan lagi sekarang, sebab tidak pernah terlintas dalam benak Amerika untuk menyerang Iran sama sekali, akan tetapi yang sangat mencemaskan bukanlah ambisi untuk menguasai minyak atau kekayaan Irak saja, bukan pula sekedar memperluas kekuasaan Syi’ah;
Namun parahnya mereka menjadikan kebrutalan dan sadisme tersebut sebagai bagian dari agama mereka.
Sebab Syi’ah menuduh para sahabat dan pengikut mereka dari kalangan Ahlussunnah sebagai musuh-musuh Ahlulbait dan menjulukinya dengan naashibah atau nawaashib. Padahal kita lebih menghargai Ahlulbait daripada mereka.
Mereka lalu mengeluarkan vonis-vonis mengerikan atas tuduhan tersebut. Misalnya Khumaini yang mengatakan:
“Pendapat yang lebih kuat ialah memasukkan nawashib sebagai ahlul harbi (lawan perang), yang hartanya halal di mana pun didapati, dan dengan cara apa pun.” (Tahrirul Wasilah 1/352 oleh Al Khumaini)
Lalu tatkala imam mereka yang bernama Muhammad Shadiq Ar Ruhani ditanya tentang hukum orang yang mengingkari keimaman dua belas imam, dia mengatakan sesuatu yang sangat aneh:
“Sesungguhnya imamah (jabatan imam) lebih tinggi dari nubuwah (kenabian) dan kesempurnaan agama ini ialah dengan menjadikan Amirul mukminin alaihissalam sebagai imam;
Allah ta’ala berfirman: alyauma akmaltu lakum dienakum (pada hari ini telah kusempurnakan bagimu agamamu). Maka siapa yang tidak mempercayai keimaman dua belas imam niscaya ia akan mati dalam kekafiran” (Lihat fatwa ini dalam link berikut: www.imamrohani.com/fatwa-ar/viewtopic.php)
Khumaini dalam bukunya Al Hukumatul Islamiyyah mengatakan bahwa para imam akan mencapai kedudukan yang tidak pernah dicapai oleh malaikat terdekat maupun rasul sekalipun.( sebenarnya ada lanjutannya yi, bahkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sekalipun. Dengan kata lain merendahkan kedudukan Rasul.  )
 Karenanya, tidak mengakui keimaman menurut mereka lebih berat dari pada tidak mengakui kenabian, dan inilah tafsiran atas pengkafiran Syi’ah atas Ahlussunnah, yang diikuti dengan penghalalan darah mereka di Irak dan negeri-negeri lainnya. Oleh karena itu, Irak harus dimasukkan dalam kekuasaan mereka karena banyaknya tempat-tempat ‘suci’ mereka yang masih dikuasai oleh orang-orang yang mereka anggap kafir.
KELIMA: Ancaman langsung tak berhenti di Irak saja, namun ambisi mereka terus meningkat untuk menguasai daerah sekitarnya. Mereka menganggap Bahrain sebagai bagian dari Iran, sebagaimana pernyataan kepala pemeriksa umum Ali Akbar Nathiq Nuri di kantor pemimpin revolusi saat peringatan 30 tahun revolusi Iran. Ia mengatakan:
“Bahrain pada dasarnya adalah propinsi Iran yang keempat belas, yang diwakili oleh seorang legislatif di majelis permusyawaratan Iran.” (Lihat situs al jazirah berikut: www.aljazeera.net/NR/exeres/684338CB-837A-4879-8C7A-1A1B995DD286.htm)
Kita juga tahu bahwa Iran menduduki tiga pulau milik Emirat Arab di teluk Arab, dan jumlah mereka makin bertambah di Emirat hingga nisbahnya mencapai 15% dari total jumlah penduduk, dan menguasai pusat-pusat perdagangan terutama di Dubai.
Demikian pula kondisinya di Arab Saudi yang tidak statis; sebab sejak revolusi Iran tahun 1979, berbagai gangguan stabilitas terjadi berulang kali di Arab Saudi. Bahkan itu terjadi langsung setelah revolusi Iran, dengan munculnya demonstrasi Syi’ah di Qathif dan Saihat (dua wilayah Saudi), yang paling gencar di antaranya adalah tanggal 19 November 1979.
Masalah pun kadang semakin parah hingga berubah menjadi tindak anarkhis dan kejahatan di Baitullah Makkah. Sebagaimana yang terjadi pada musim haji tahun 1987 dan 1989. Bahkan pasca jatuhnya pemerintahan Saddam Husein, sekitar 450 tokoh Syi’ah di Saudi mengajukan proposal kepada putera mahkota ketika itu, yaitu Pangeran Abdullah dan meminta agar diberi jabatan-jabatan tinggi di dewan parlemen, jalur diplomasi, badan militer dan keamanan, serta menambah jumlah mereka di majelis syuro.
Bahkan Ali Syamkhani, yang merupakan penasehat tertinggi masalah militer bagi pimpinan umum revolusi Iran mengatakan, bahwa bila Amerika menyerang proyek nuklir Iran.
Iran tidak sekedar membalas dengan menyerang fasilitas milik Amerika di teluk, namun akan menggunakan rudal-rudal balistiknya untuk menyerang target-target strategisnya di teluk Arab. Pernyataan ini dilansir oleh majalah Times Inggris pada hari Ahad 10 November 2007. (oleh fizaro)


Wajib Selektif Menerima Berita [ Discard Forefer Situs/Media Syiah dan Sepilis ]

Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Suatu kabar berita mengandung dua kemungkinan, benar atau dusta. Benar jika dipaparkan sesuai fakta yang sebenarnya. Dan dusta jika tidak didasarkan pada fakta yang terjadi, baik adanya penambahan ataupun pengurangan. Apalagi kalau berita itu disampaikan oleh orang yang tidak memiliki pondasi iman yang mapan, tak dikenal akan keshalihan dan ketakwaannya. Sehingga ia tak takut akan hari akhirat, di mana dibuka semua yang disembunyikan dan ditampakkan semua yang ditutup-tutupi, dan setiap orang akan mempertanggungjawabkannya. Maka melakukan seleksi, ferivikasi, cek dan ricek menjadi sangat penting. Apalagi kalau berita yang ditayangkan secara masal untuk membentuk satu opini atau menggiring isu yang diinginkan, jauh lebih kita berhati-hati meyakini kebenarannya.
Allah Ta'ala memberikan tuntunan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman agar tidak lantas percaya pada suatu berita,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
"Wahai orang-orang yang Beriman, apabila datang seorang fasiq dengan membawa suatu informasi maka periksalah dengan teliti agar kalian tidak menimpakan musibah kepada suatu kaum karena suatu kebodohan, sehingga kalian menyesali perbuatan yang telah kalian lakukan." (QS. Al-Hujurat: 6)
Ayat ini mengajarkan kepada kaum muslimin agar berhati-hati dalam menerima berita dan informasi. Karena benar dan tidaknya informasi akan menentukan penilaiannya kepada sesuatu dan cara menyikapinya. Jika informasi akurat sehingga membuahkan pengatahuan yang memadahi, maka akan memunculkan penalian yang benar dan sikap yang tepat. Sebaliknya, jika informasi itu tidak akurat akan mengakibatkan munculnya penilaian dan keputusan yang salah. Dan giliran selanjutnya, muncul kezaliman di tengah masyarakat.
Perintah memeriksa suatu berita diungkapkan dengan kalimat ( فَتَبَيَّنُوا ) yang berasal dari kata al-tabayyun. Sementara Hamzah dan al-Kisa’i membacanya dengan ( فَتَثَبَّتُوْا ) yang berasal dari kata al-tatsabbut. Keduanya memiliki makna yang mirip.
Asy-Syaukani di dalam Fath al-Qadir menjelaskan, tabayyun maknanya adalah memahami dan memeriksa dengan teliti. Sedangkan tatsabbut artinya tidak terburu-buru mengambil kesimpulan seraya melihat berita dan realitas yang ada sehingga jelas apa yang sesungguhnya terjadi. Atau dalam bahasa lain, berita itu harus dikonfirmasi, sehingga merasa yakin akan kebenaran informasi tersebut untuk dijadikan sebuah fakta.
. . . benar dan tidaknya informasi akan menentukan penilaiannya kepada sesuatu dan cara menyikapinya . . .
Realitas Tabayyun di Tengah-tengah Umat
Tetapi sayang, tradisi ini kurang diperhatikan oleh kaum muslimin saat ini. Pada umumnya orang begitu mudah percaya kepada berita di televisi, koran, majalah, internet, atau media massa lainnya. Padahal media-media tersebut tidak memperhatikan persoalan iman dan takwa. Bahkan seringnya ikut menyebarkan kemaksiatan dan pemikiran yang jauh dari nialai islam. Lebih para lagi, ada sebagian kaum muslimin yang apriori terhadap pemberitaan yang dimunculkan oleh sesamea muslim yang komitmen terhadap dakwah dan perjuangan Islam, namun mudah percaya kepada berita yang bersumber dari orang kafir, padahal kekufuran itu adalah puncak kefasikan. Sehingga dalam pandangan ahlul hadits, orang kafir sama sekali tidak bisa dipercaya periwayatannya.
Sebagai misal, ketika mereka menuduh seseorang atau kelompok sebagai teroris, maka serta merta semua orang seperti koor mengikuti berita itu secara taken of granted. Akibat dari informasi tersebut, sebagian umat Islam menjadi terpojok dan terkucil, dan bisa jadi terzalimi. Sementara orang-orang kafir mendapatkan dukungan sehingga berada di atas angin. Dalam persoalan seperti ini seharusnya orang Islam berhati-hati, jika tidak mengetahui informasi secara persis maka harus bersikap tawaqquf (diam) Jangan mudah memberikan respon, pendapat, analisa atau sikap terhadap orang lain jika informasi yang diperolehnya belum valid. Sebab jika tidak, ia akan terjerumus pada sikap mengikuti isu, dan akhirnya menetapkan sebuah keputusan tanpa fakta. Padahal Allah telah berfirman;
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawaban." (QS. Al-Isra’: 36)
Maka kami berpesan kepada umat Islam agar selektif dan hati-hati dalam menerima berita. Karena berita diolah oleh manusia, sedangkan manusia tempatnya salah dan khilaf, maka kemungkinan salah masih ada. Apalagi mereka juga punya nafsu dan kepentingan, bisa saja berita diangkat untuk menggiring opini masyarakat guna kepentingan tertentu. Dan pastinya manusia akan bekerja sesuai pemikiran dan ideologinya begitu juga para pewarta. Atau bisa juga berita dibuat karena adanya pesanan atau desakan. Sedangkan kita yang mencerna suatu berita dan menyimpulkannya, lalu diikuti dengan penilaian dan sikap akan tetap diminta pertangungjawabannya di hadapan Allah Ta'ala. Jangan sampai kesimpulan kita malah ikut arus orang-orang kafir dan munafik untuk memadamkan cahaya Islam, dan mendukung mereka yang terus bekerja untuk menyudutkan dan memerangi dakwah Islam dan perjuangan menegakkan syariatnya.
Ya Allah tolonglah Islam dan kaum muslimin, hancurkan musuh-musuh-Mu dan musuh dien ini. Ya Allah jauhkan kami dari bala' dan fitnah. Tunjukkan yang benar adalah benar sehingga kami bisa mengikutinya. Dan tunjukkan yang salah itu adalah salah sehingga kami bisa menjauhinya. Amiin