Saturday, August 16, 2014

ulama/tokoh syi'ah iran yang tobat

Tobatnya Tokoh Syiah di Iran
Januari 3, 2012

Tobatnya Ayatullah `Uzma As Sayyid Abu Al Fadhl

Syi`ah tertusuk pada jantungnyua, tatkala seorang Ayatullah Al `Uzma As Sayyid Abu Al Fadhl mengumumkan taubat dan keluarnya dari agama Syi`ah yang kotor itu, akal mereka tidak siap menerima kenyataan pahit seperti ini. Belum sembuh borok akibat Ahmad AlKisrawi Rahimahullah yang bertaubat mendapat hidayah kepangkuan Islam dan memproklamirkan kebatilan agama Syi`ah Imamiyah Ja`fariyah, disusul dengan bala` susulan dengan taubatnya Ayatullah Al `Uzma As Sayyid Abu Al Fadhl Al Burqu`i yang diberi hidayah oleh Allah dan dilapangkan dadanya menerima Islam, menyambut panggilan kebenaran meninggalkan kebathilan dan orang-orangnya. Keluarnya Ayatullah Al `Uzma Al Burqu`i benar-benar mengguncang Syi`ah, karena ia (Al Burqu`i) memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan berpengaruh.
Sekapur Sirih tentang Al Burqu`i
Dia adalah Sayyid Abu Fadhl bin Muhammad At Taqiy bin Ali bin Musa Ar Ridha Al Burqu`i. Nasabnya kembali kepada jalur Ahlul Bait. Dia adalah selevel dengan Khumaini dalam hal ilmu, hanya saja Khumaini lebih tinggi peringkatnya dalam referensi agama Syi`ah. Dia merupakan salah satu mercusuar agama Syi`ah kala itu. Dia mengumandangkan taubatnya setelah menjadi jelas baginya kesesatan agama Imamiyah Ja`fariyah.
Peristiwa itu terjadi sebelum revolusi Iran, hal ini merupakan pukulan berat bagi Syi`ah secara umum dan bagi negara Iran secara khusus. Telah ditegakkan upaya-upaya penculikannya dan pembunuhannya. Satu diantara upaya itu hampir menghabisi hidupnya ketika salah seorang Iran menembakkan peluru ke arahnya yang sedang berdiri shalat, maka tidak ayal, peluru pun menembus pipi kirinya dan tembus keluar dari pipi kanannya.
Dengan pertolongan Allah, dia bisa selamat dari tragedi ini. Dia bergabung dengan jama`ah ahlus sunnah dan salaf di Iran, shalat Jum`at serta jama`ah di Teheran, kawasan luar `Ghadzar Wazir Daftar`.
Pemerintah menekan dan mempersempit ruang geraknya, dengan menguasai masjidnya secara paksa. Sementara gereja-gereja Nashrani dan sinagog-sinagog Yahudi menghirup udara segar dan bernafas dengan aman hingga ia menyebutkan dalam kitab-kitabnya, Sesungguhnya di negeri kami ini, orang-orang Kristen, Yahudi dan Sekuler yang anti agama bisa hidup dengan nyaman. Sementara ahlus sunnah tidak pernah merasa tenang di negeri kami ini dan tidak bisa hidup ditengah-tengah orang-orang musyrik itu.
Dia menulis banyak kitab, antara lain:Kasr Ash Shanam (Menghancurkan Berhala), yaitu bantahan terhadap Ushul Al Kafi, tertuang dalam 411 halaman dan dari sela-selanya dia mengurangi akidah Syi`ah dan menunjukkan kebatilannya.
Tadhad Mafatih Al Jinan (Kontradiksi Kitab Kunci-Kunci Surga), kitab bantahan terhadap kitab Mafatih Al Jinan yang memuat doa-doa ziarah kubur dan tempat-tempat sakral lainnya serta doa haji ke makam. Kitab Mafatih Al Jinan ini tergolong kitab terpenting bagi Syi`ah yang selalu mereka bawa kemana mereka pergi. Didalamnya banyak ungkapan-ungkapan syirik, kufur dan ingkar Allah. Kitab bantahannya tertuang dalam 209 halaman.
Dirasah fi Ahadits Al Mahdi (Studi tentang Hadits-hadits Mahdi), dia membongkar bangunan khurafat Al Mahdi versi Syi`ah dengan hujah (normatif rasional) dan burhan (demonstratif).
Al Jami` Al Manqul fii Sunan Ar Rasul (Penghimpun yang Ternukul tentang Sunnah-sunna Rasul). Dia menghimpun hadits-hadits shahih ahlus sunnah yang dicocokkan dengan hadits-hadits yang ada pada Syi`ah. Ushlub (metode) atau teknik ini membuktikan bahwa Syi`ah tidak mengambil kebenaran melainkan taqlid buta dan fanatik dengan hawa nafsu dan kesesatan. Kitab ini tertuang dalam 1406 halaman.
Dirasah Nushush Al Imamah (Studi tentang Nash-nash Imamiyah). Disini dia menetapkan dengan dalil-dalil dan bukti-bukti yang pasti bahwa khilafah adalah haqq dan imamah yang mereka yakini adalah tidak berasal dan tidak berdasar, ia hanyalah kebohongan yang nyata. Kitab ini tertuang dalam 170 halaman.
Disamping itu masih banyak karya-karyanya yang lain seperti: Naqd `Ala Al Muraja`at dan Tadhad Madzhab Al Ja`fari Ma`a Quran wa al Islam. Dia juga menterjemahkan mukhtashar Minhaj As Sunnah karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ke dalam bahasa Persia.
Yang sangat mengherankan adalah bahwa Sayyid Al Burqu`i ini dulunya termasuk pemimpin gerakan melawan Ahmad Al Kisrawi Al Irani yang lebih dulu mengumumkan kebathilan Syi`ah. Dia sangat produktif dan dinamis dalam membantah pemikiran-pemikiran Ahmad Al Kisrawi, dan membela agama Syi`ah secara mati-matian. Tetapi Allah ingin menghinakan Syi`ah mulai dari ubun-ubun hingga di bawah telapak kaki, Dia menunjukkan ke jalan Islam. Sayyid Al Fadhl bukanlah Syi`ah awam, melainkan simbol dan mercusuar bagi Syi`ah yang ditunjuk dengan unung jari, dia mengemban gelar Ayatullah al `Uzma.
Perlu pembaca ketahui, Syaikh Al Burqu`i setelah mendapat hidayah dia mengumumkan dan mengajak bahwa siapa saja yang pernah membayar khumus kepada dirinya, dia siap mengembalikannya, karena dia telah mengakui haramnya harta tadi yang dicuri dan dirampas dari tangan manusia. Dia telah memfatwakan haram mengambil khumus dari selain rampasan parang seperti keyakinan yang ada pada kaum muslimin.
Akhirnya syi`ah telah memiliki pilihan lain untuk terbebas dari pengaruh selain memvonis penjara selama tiga puluh tahun tanpa memperhatikan usianya yang lanjut. Dan Syaikh Al Burqu`i meninggal dunia setelah matinya Khumaini.
Renungkanlah bersama-sama, Syi`ah mengaku setia dan cinta kepada Ahlul Bait, bagaimana mereka memperlakukan Syaikh Al Burqu`i Rahimahullah? Padahal ia termasuk cucu dan keturunan Ahlul Bait.
Lihatlah bagaimana upaya mereka dalam menculik dan mem%@!#$& orang yang nasabnya kembali kepada Ahlul Bait? Lihatlah akhirnya, bagaimana mereka mengurung dalam penjara dengan vonis 30 tahun tanpa ada belas kasih?!
Apakah mereka termasuk orang yang patut dicontoh? Kemanakah perginya cinta mereka yang didengung-dengungkan itu? Di manakah bersembunyi?
Telah banyak kaum Syi`ah yang terpengaruh dengan gerakan Syaikh Al Burqu`i Rahimahullah. Maka sebagian peneliti dan pencari kebenaran serta para mullah mulai mengkaji kembali dan berfikir ulang tentang ritus-ritus paganisme yang ada pada mereka.
Hasilnya sebagian mereka kembali kepada kebenaran dan yang lain menyembunyikan taubatnya karena takut disakiti. Belum lewat tahun-tahun yang panjang, Allah sudah menimpakan musibah yang lain lagi kepada Syi`ah. Pada saat-saat ini seorang guru besar mereka Ustadz (Prof.) Ahmad Al Khatib Al Irani mengumumkan batilnya wilayah (imamah), rusaknya ishmah imam, khurafat Mahdi Muntazhar, dan bahwa Ahlul Bait (Ali Radhiyallahu `anhu dan anak-anaknya) adalah penganjur dan penyeru musyawarah, tidak memiliki ambisi menjadi sultan.
Dia juga menyebutkan bahwa tasyayyu` rentan dengan penyelewengan dari pangkalan yang sebenarnya. Maka dia menulis dalam kitabnya, Min Asy Syura ila Wilayah al Faqih:
Didalam permulaan sejarah, terdapat banyak sahabat dan tabi`in pilihan menanggulangi penyimpangan politik dan sikap egois, mereka menyerukan reformasi dan perbaikan dengan kembali ke sistem syura. Dan yang paling depan di antara mereka adalah ahlul bait, keluarga Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam. Mereka adalah sosok-sosok manusia yang paling zuhud terhadap dunia. Tidak memiliki ambisi terhadap kekuasaan dan tidak pula rela mengikut para pemimpin yang menyimpang dalam menegakkan pemerintah dengan sistem warisan. Mereka justru menyeru pengembalian kekuasaan ke tangan umat Islam, melalui ahlul haili wal `aqdi dan menghormati suara dan keinginannya.
Begitulah Syi`ah pada generasi-generasi awal, para revolusioner yang mengibarkan bendera syra, melawan anarkhisme dan egoisme. Akan tetapi prinsip-prinsip tasyayyu` (dukung mendukung) telah mengalami pencorengan dan penyimpangan dengan adanya arus asing yang baru yang menenggelamkan risalah ahlul bait dan menghilangkannya dari ingatan masyarakat. Hal yang mengakibatkan perjalanan Syi`ah dalam berabad-abad penuh dengan kebingungan, kemandegan, keterasingan dan keluar dari layar sejarah.
Perlu kita ingatkan, bahwa mulai terungkap di tengah-tengah pemuda dan pemudi Iran, khurafat Mahdi Muntazhar. Mereka menjadikan sosok Mahdi Syi`i sebagai bahan lelucon, dan permainan yang menjadi bahan tertawaan dan lawak-lawak di panggung-panggung teater mereka. Maka bergulirlah perbincangan tentang kelucuan Mahdi buatan di kalangan masyarakat Syi`ah.
Karena itu para mullah bergerak menyebarkan agama Syi`ah di luar wilayah Iran dan di luar masyarakat Syi`i yang sudah memahami alur ceritanya. Mereka memanfaatkan harta untuk menyebarkan agama kotor ini, mereka tidak lain adalah tumbal-tumbal yang disuguhkan kepada bangsa-bangsa Iran Parsi agar bertambah imannya kepada khurafat Mahdi, sehingga menjadi lekat dongeng itu dalam pikiran.
Begitulah pukulan demi pukulan menerpa dada Syi`ah, belum hilang panasnya tamparan sudah melayang tamparan lain. Berkas cahaya pasti merobek hijab kegelapan, lalu akalpun menjadi tenang dan cerah satu demi satu, sehingga sekalipun lapisan-lapisan kegelapan dari para pemimpin kesesatan berusaha menutupi kenyataan dan berusaha mengusir dan menghalau sorot-sorot cahaya.
Sesungguhnya kebenaran pasti tampil, aqidah shahihah adalah batu besar yang padat yang tidak lapuk dan rontok karena tiupan badai khurafat, tiupan bid`ah dan ombak dhalalah.
Maraji` : Gen Syi`ah Sebuah Tinjauan Sejarah, Penyimpangan Aqidah dan Konspirasi Yahudi, Mamduh Farhan Al Buhairi, Penerbit Darul Falah, hal 243-247


Peristiwa di mana ulama-ulama besar Syi’ah keluar dari aliran sesat ini memang sudah tidak asing lagi malah ada di antara mereka yang disembelih dan dicincang mayat mereka setelah mereka secara terbuka bertaubat dari fahaman sesat lagi merbahaya ini. Antara tokoh-tokoh Syi’ah yang bertaubat adalah  Ayatullah Uzhma Imam Sayid Abul Hassan al-Asfahani, Sayid Ahmad al-Kasrawi, al-Allamah Sayid Musa al-Musawi, Sayid Ahmad al-Katib, Abu al-Fadhl al-Burqui dan lain-lain lagi.
Judul Asal : Lillahi Tsumma Li at-Tharikh
Judul Buku : Mengapa Saya Keluar Dari Syiah?
Penulis    : Sayid Husain al-Musawi
Penerbit : CV. Pustaka al-Kautsar, Jakarta Timur, Augustus 2002
Pengedar : Pustaka Indonesia, Wisma Yakin, Kuala Lumpur.
Buku yang sedang diulas ini adalah berkenaan dengan Sayid Hussain al-Musawi seorang mujtahid dari alirang Syiah yang kemudiannya mengumumkan secara terbuka bahawa beliau bertaubat dari aliran sesat ar-Rafidhah ini dan beliau mendetailkan bukti-bukti kesesatan Syi’ah yang diambil dari kitab-kitab muktabar mereka sendiri.
Sayid Hussain al-Musawi dilahirkan di Karbala dan mendapat pendidikan di kota ilmu (hauzah) di Najaf. Beliau telah lulus dengan cemerlang di situ dan dianugerahkan derajat Ijtihad oleh tokoh besar Ulama’ Syi’ah iaitu Sayid Muhammad Hussain Ali Kasyif al-Ghita.
Selama masa beliau mendalami kitab-kitab Syi’ah ketika pengajian beliau selalu menjadi bingung dengan percanggahan yang begitu banyak terdapat dalam kitab-kitab muktabar ajaran Syi’ah. Tapi beliau cuba menyedapkan hati beliau dengan menyatakan kepada diri beliau sendiri sebagai seorang yang buruk pemahaman dan sedikit ilmu. Pernah beliau melontarkan keraguan beliau kepada salah seorang tokoh di Hauzah dan tokoh itu hanya menjawab “jauhkanlah keraguan itu dari dirimu, kamu adalah pengikut Ahlul Bait AS, sedangkan ahlul bait menerimanya (agama syiah) dari Muhammad SAW, dan Muhammad SAW menerimanya dari Allah SWT.” Beliau merasa tenang sebentar namun perasaan berkecamuk antara kebenaran dan kebathilan syiah sentiasa bermain di jiwa beliau. Semakin mendalam pengajian beliau semakin banyak permasalahan timbul dan semakin bergelora perang batin dalam jiwa beliau. Setelah tamat pengajian di Hauzah perang batin dalam jiwa beliau berterusan.
Setelah lama merenung keadaan ini maka beliau mengambil keputusan untuk melakukan kajian yang komprehensif dan mengkaji ulang seluruh materi pelajaran yang pernah beliau dapatkan. Beliau membaca sebanyak mungkin referensi pegangan serta kitab-kitab Syi’ah. Segala kebingungan atau percanggahan beliau tuliskan dalam lembaran-lembaran kertas dan beliau simpan semoga pada suatu hari Allah menetapkan satu keputusan. Peristiwa al-Allamah Sayid Musa al-Musawi dan Sayid Ahmad al-Katib dua tokoh besar Syi’ah yang bertaubat dan kembali kepada Ahlus Sunnah Wal Jamaah seolah-olah menjadi petunjuk bagi beliau bahawa masanya juga sudah tiba untuk beliau mengistihar keluar dari fahaman yang sesat ini. Beliau berpendapat kini giliran beliau sudah tiba untuk menyatakan kebenaran untuk menyelamatkan rakan-rakan beliau yang telah tertipu. Bagi beliau sebagai seorang ulama adalah  tanggungjawab beliau untuk menjelaskan kebenaran  walaupun ianya sungguh pahit untuk ditelan.
Maka Sayid Hussain al-Musawi pun mengarang sebuah buku yang membongkar kesesatan-kesesatan Syi’ah. Yang menariknya tentang buku ini adalah beliau menggunakan sumber Syi’ah sendiri untuk membongkarkan konspirasi musuh-musih Islaam untuk melemahkan Islaam dari dalam seperti musuh dalam selimut. Antara topik menarik yang beliau kupaskan adalah seperti berikut:
a)    Abdullah Ibnu Saba’ satu individu fiktif/rekaan yang dicipta oleh Ahlu Sunnah Wal Jamaah dalam rangka untuk memburukkan Syi’ah. benarkah begitu? Apa kata sumber Syi’ah sendiri mengenai Abdullah Ibnu Saba.
b)    Kata-kata kecaman dari kalangan Ahlul Bait sendiri terhadap Syi’ah. Beliau telah menurunkan kata-kata kecaman dari Saidina Ali RA, Saidatina Fathimah RA, Al-Hassan RA, al-Hussain RA dan Imam-Imam dari kalangan Ahlul Bait terhadap Syi’ah. Benarkah Syi’ah ini pembela Ahlul Bayt atau mereka sebenarnya pemusnah/penghina Ahlul Bait? Kita lihat sendiri Riwayat-riwayat syi’ah yang menghina Rasulullah SAW dan Ahlul Baitnya. Apakah kaitan Syi’ah di Kufah dengan tragedi pembunuhan Saidina Hussain RA? Kesemuanya riwayat-riwayat tentang hal ini di ambil dari sumber syi’ah sendiri!
c)    Sayid Hussain al-Musawi juga membongkarkan bagaimana Syi’ah menghalalkan perzinaan dengan menggunakan Nikah Mut’ah, bagaimana perempuan diperlakukan sebagai objek memuaskan hawa nafsu atas nama Mut’ah. Sungguh menjijikan sekali.  Yang paling menggemparkan kisah Nikah Mut’ah  Ayatollah Khomeini al-Musawi dengan kanak-kanak  bawah umur dan apakah pandangan Ulama’ syi’ah  akan hal ini? Bagaimana pula melakukan adengan Homoseks dengan kanak-kanak lelaki yang masih belum tumbuh janggutnya dan kumisnya. Beliau juga membawa Riwayat dari Amirul Mukminin Saidina Ali RA yang  menyatakan bahawa Mut’ah telah diharamkan pada hari Khaibar. Semua pendedahan ini diambil dari sumber Syi’ah sendiri!
d)    Bagaimana Harta Khumus (1/5 bahagian untuk Ahlul Bayt) telah dipergunakan untuk kemewahan Ulama’-Ulama Syi’ah.
e)    Apakah pandangan mereka tentang al-Qur’an? Adakah al-Qur’an yang ada pada kita hari ini lengkap? Wujudkah al-Qur’an yg lain selain dari apa yang kita baca hari ini?
f)     Apakah pandangan Syi’ah terhadap Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Siapakah yang berkata kalimah ini, “Mereka (ASWJ) adalah orang-orang kafir yang najis berdasarkan Ijma’ ulama’ Syi’ah Imamiyah. Mereka lebih jahat dari Yahudi dan Nasrani.”?
g)    Pengaruh Yahudi, Majusi dan lain-lain dalam Syi’ah
h)    al-Qaim (Imam Mahdi) menurut Riwayat Syi’ah yang menyerupai watak Dajjal dan banyak lagi perkara-perkara yang menggemparkan. Kesemuanya diambil dari sumber rujukan Syi’ah sendiri.
Insya-Allah buku ini amat berguna sekali untuk mereka yang telah terpengaruh dengan Mazhab Ahlul Bait / Syi’ah di Malaysia ini dan juga untuk kita yang mungkin akan didatangi oleh da’i-da’i Syi’ah. Syaikh Mamduh Farhan al-Buhairi seoarang pakar tentang Aliran syi’ah juga berkata sebagai kata Pengantar untuk buku ini, “Ini (buku Lillahi Tsumma Li at-Tharikh) saya kirimkan kepada orang-orang yang masih berbaik sangka kepada Syi’ah dan yang menuntut agar menggauli mereka dengan baik dan lemah lembut, akibat kebodohan mereka terhadap al-Quraan dan sunnah Nabi SAW. Semoga mereka diberi petunjuk oleh Allah dan mempelajari Islam lebih dalam.” [anshary/hfdfrds].

Pondok Pesantren Sidogiri (PPS) tidak berhenti membongkar kesesatan paham Syiah. Setelah menerbitkan buku Mungkinkah Sunnah-Syiah dalam Ukhuwah? Jawaban Atas buku DR. Quraish Shihab Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan! Mungkinkah? dan Tantangan Syiah Terhadap Ahlusunah, kali ini PPS menerbitkan buku Skandal al-Qur’an Syiah yang ditulis oleh Ust. A. Qusyairi Ismail (Kepala Perpustakaan Sidogiri) dan Moh. Achyat Ahmad (Kepala Kuliah Syariah PPS).
Tidak seperti buku-buku sebelumnya, buku ini secara khusus membidik bagaimana persepsi sekte Syiah terhadap al-Qur’an. Hal ini menjadi penting karena al-Qur’an adalah pondasi pertama dan utama dalam Islam, sehingga dapat diketahui apakah sekte tersebut berada pada jalur yang benar atau sebaliknya.
Bidikan buku ini mengarah pada keimanan Syiah terhadap al-Qur’an dan perlakuan mereka terhadap sumber hukum Islam yang paling utama ini. Di mana Syiah tidak hanya mengimani terhadap al-Qur’an tetapi juga menambah kitab suci lain yang wajib diimani serta melakukan banyak distorsi (tahrif) terhadap al-Qur’an yang diimani oleh Ahlusunah Waljamaah.
Buku ini juga membeber kitab-kitab tafsir yang mereka gunakan sebagai pegangan utama dalam akidahnya, seperti Tafsir Hasan al-Askari, Tafsir al-Qummi, Tafsir, al-Ayyasyi, Tafsir Furat al-Kufi, dan yang lain.
Sekedar tambahan, PPS mengonter Syiah tidak hanya melalui buku-buku dan artikel singkat tetapi juga terlibat dalam seminar dan kuliah umum. Hanya, Syiah Indonesia rupanya tidak seperti HTI atau Islam Liberal yang berani berdialog dalam sebuah forum.
(A. Fadoil Khalik)


Kabar Gembira Bagi Ahlus Sunnah!
17/12/2012

Dengan izin Allah, Al-Allamah dan marja’ Syi’ah yang sudah sampai tingkat ijtihad dalam agama imamah syiah atau madzhab jakfari, Husain al-Muayyad, telah menyatakan keislamannya dan meninggalkan agama majusi. Dia mengunjungi Syaikh Dr. Muhammad al-Suaidi di rumahnya.
Syekh Husain al-Muayyad akan tampil di TV wesal pada hari Rabu depan jam 10 malam insyaallah.
Allahu akbar. Ya Allah perbanyaklah orang syiah yang rujuk kepada Islam yang sunnah, ajaran sahabat dan ahlulbait.[gensyiah].
www.youtube.com/watch?v=6TtG_oIAeP0
Nov 11, 2011 - Uploaded by wong1411
Taubatnya mantan syiah, dan ini sebagai renungan bagi orang yang ... Photo Rasul yg diperjual ...


Posted on 15/01/2013 by oranganjuk
Sebuah video yang mengungkap pengakuan penting dalam sebuah pertemuan khusus ulama Syiah, Al-Qazwini, Direktur Markaz Tahqiqat Waliy Ashr wa Qanat As-Salam, Ulama Hauzah Qum, Iran.
“Sesungguhnya orang-orang kafir menginfakkan harta mereka untuk menghalangi dari jalan Allah. Mereka infakkan harta mereka dan akan menjadi penyesalan dan bagi mereka. Kemudian mereka dikalahkan. Dan orang-orang kafir itu kemudian digiring ke neraka jahannam (36) Agar Allah memisahkan antara yang busuk dengan yang baik dan menjadikan sebagiannya di atas sebagian yang lain. lalu kesemuanya ditumpukkan-Nya dan dimasukkan ke dalam neraka jahannam. Mereka itulah orang-orang merugi. (37)”(QS. Al-Anfal)
(Ulama mereka mengatakan bahwa 30 santri terbaik tersebut pindah haluan ke wahhabi, dan tidak menyebutnya sebagai Ahlussunnah. Padahal wahabi masih berada dalam koridor ahlus sunnah sebagaimana ditegaskan oleh Habib Zein Al-Kaff ketika dituduh sebagai wahabi, “Wahabi sama-sama Ahlussunnah, kalau mereka (Syiah) bukan. Kalau wahabi kitab rujukannya sama, rukun Iman, rukun Islamnya juga sama, sedangkan Syiah berbeda, kita hanya berbeda dalam masalah furu’iyah (cabang) dengan Wahabi”)
Ceramah al-Qazwini
Sebelumnya saya minta maaf kepada anda semua, namun dengan berterus-terang karena buruknya langkah yang diambil oleh para murid serta ulama kita. Mereka tidaklah berada dalam posisi yang memungkinkan mereka untuk membantah wahhabiyah.
Sayyid Rabbani Khurasani, ulama yang telah dikenal oleh semua orang. Beliau mengajar Ulum al-Qur’an. Mungkin beliau mendahului semua orang dalam hal ini.
Beliau datang kepada kami sebulan yang lalu di Markaz Tahqiqat al-Qazwini di Qum.
Hadirin sekalian, Insya Allah semuanya ini berasal dari kami, majlis itu haruslah dengan amanah. Kami tidaklah menyebarkan berita ini dan tidak pula membicarakannya kecuali di majlis khusus. Semua yang berada di sini adalah ahli ilmu dan para pembesar ulama.
Berita ini tidak boleh disebarkan. Karena menyebarkannya adalah tidak baik bagi kita.
Beliau, -Rabbani Khurasani- berkata dengan berterus terang,
“Saya sebagai pembimbing para santri Hauzah telah berangkat di musim panas tahun ini. Ada 200 santri yang berangkat bersamaku untuk mengadakan umrah.
Mereka adalah santri-santri terbaik di Hauzah Ilmiah, Qum. Pada awalnya saya bersama mereka di awal perjalanan untuk menjalankan misi tasyayyu’ (mensyiahkan orang lain).
Beberapa pertemuan saya buka untuk menjawab syubhat. Di beberapa pertemuan itu saya peringatkan dan memberikan sinyal bahaya wahabi terhadap mereka.
Tapi ada 30 santri yang tidak hadir dalam pertemuan-pertemuan itu. mereka pergi bersama orang-orang wahabi. Saya katakan bahwa mereka telah terpaut dengan orang-orang wahabi tersebut. 30 santri tersebut hadir di majlis-majlis mereka.
Ada 200 santri yang saya bawa kesana namun 30 dari mereka saya lalaikan. 30 santri tersebut mempunyai pemikiran yang membingungkan. Mereka pulang ke Qum dengan membawa akidah yang menyimpang.”
Dia mengatakan bahwa ketika sampai kepada Sayyid Makarim Syirazi, ia kabarkan tentang hal itu. Begitu pula ketika sampai kepada Sayyid Sabhani, ia mengabarkannya juga.
Ia berkata, “Katakan pada mereka di suatu waktu, siapa saja dari mereka yang minta perhitungan, maka saya akan berikan padanya angka yang benar. Saya membawa 200 santri Hauzah kesana. Bukan mahasiswa universitas. Bukan pula yang buta huruf. Dihadapkan padaku 30 santri yang telah terpengaruh pemikiran wahabi yang sudah kembali ke Iran”
Baiklah, olehnya wajib bagi kita untuk mengatakan pada kondisi seperti ini, “Inna lillahi wa Innaa Ilaihi Raji’uun!”
(Muh. Istiqamah/lppimakassar.com) 11012013

Ditulis oleh Administrator
Kategori: Kisah
Diperbarui pada Rabu, 23 Januari 2013 11:32
Tanggal Diterbitkan

Saya seorang wanita berkebangsaan Irak,umurku 29 tahun berprofesi sebagai wartawan disalah satu Media Informasi  Ayahku berasal dari iraq sedangkan ibuku berasal dari Iran.Dari kecil saya telah tumbuh dalam rumah dan lingkungan beraqidah Syiah murni dan terbiasa diatas aqidah Syiah Imamiyah
Walaupun kedua orangtua saya memiliki wawasan keislaman yang luas akan tetapi keduanya meyakini kemurnian ajaran Syiah,mereka yakin bahwa AlQuran telah dirubah oleh Kaum Sunny,dan keluarga besar saya sangat membenci para sahabat Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam.
Setelah dewasa,sayapun menikah dengan seorang pemuda Syiah berasal dari keluarga Syiah juga dimana ketekunan menjalankan ajaran Syiahnya sama seperti keluargaku..dari pernikahan ini,saya melahirkan tiga orang anak..     
Suatu hari…saya berjumpa dengan salah seorang ibu rumah tangga yang menikah dengan seorang pemuda Arab Saudi,namanya Ummu Yusuf…singkat cerita,kamipun saling berkenalan dan berdialog tentang masalah "istighatsah kepada selain Allah dan masalah ziarah kubur"…Dalam dialog tersebut,saya mendapatkan darinya sebuah ucapan indah yang sempat merasuki lubuk hatiku…Ia mengatakan kepadaku 'janganlah engkau berdoa kepada Ali,tapi berdoalah kepada Tuhan Ali,Allah sebab Dia lebih dekat kepadamu dari urat lehermu'.
Saat itu…saya teringat akan sebuah hadis yang terdapat dalam sebuah kitab…sebuah hadis yang disandarkan kepada Qunbur,Maula Ali radhiyallahu'anhu –secara dusta-, hadisnya berbunyi "Suatu saat,Qunbur mendatangi tempat Ali dan berkata : 'Wahai Pelayan,dimanakah Amirul mukminin Ali berada ?', Pelayan wanita tersebutpun menjawab : 'Diamlah wahai Qunbur,sesungguhnya Ali tengah berada diatas menara yang sangat tinggi (diatas langit),sedang membagi-bagikan rezeki,dan menciptakan janin yang ada dalam setiap rahim…"
Hadis ini juga mengingatkanku akan sebuah peristiwa ketika saya pergi keseorang ulama terpandang Syiah untuk menanyakan hadis ini,iapun hanya berkata : "Kamu hanya wajib untuk meyakini kebenaran isi hadis ini,tanpa harus bertanya lagi,karena penafsiran hadis ini khusus diperuntukkan bagi orang yang telah mumpuni keilmuannya.Mungkin saya akan menjwab pertanyaanmu ini,namun tunggulah sampai umurmu mencapai empat puluh tahun agar engkau paham maknanya.Kembalikanlah kitab itu kedalam tempatnya dan jangan lagi bertanya".
Kejadian ini masih begitu jelas teringat dalam benakku…lalu saya membandingkannya dengan ucapan Ummu Yusuf yang barusan berdialog denganku…namun jiwaku tetap memberontak dan berkata : "Kalau begitu ucapan Ummu Yusuf tadi adalah pemikiran Wahhaby yang sangat menakutkan"...anehnya saya mulai bersemangat untuk mencari kebenaran tentang Ali demi menyelamatkan diriku dari was-was yang mulai merasuki hatiku…Namun,kadang hatiku terasa aneh,sebab jiwaku sekan merasa bahwa ucapan Ummu Yusuf ada benarnya..namun hatiku kembali berontak karena jika meyakini kebenaran ucapannya,maka berarti saya telah membenarkan aqidah Wahhabiyah (Ahli Sunnah) yang begitu sangat dilaknat dan dibenci oleh Kaum Syiah.

Beberapa waktu kemudian…saya berjumpa lagi dengan Ummu Yusuf…namun kali ini ia menghadiahkanku beberapa buku,tulisan Syaikh Ibnu baz,Syaikh Ibnul'Utsaimin dan beberapa ceramah Syaikh Abdullah bin Jibrin..semuanya membahas seputar masalah aqidah.

  Ketika mengambilnya…sayapun mulai membacanya…setiap pembahasan dalam kitab tersebut saya teliti dan pertimbangkan baik-baik,namun ternyata pembahasan tersebut diterima oleh logikaku dengan sangat mudah…setiap membuka halaman baru sayapun merasa semakin dekat dengan aqidah salaf,dan menjauh dari Sekte Syiah Ja'fary Imamiyah..sayapun mulai merasa tenang … namun masih ada beberapa masalah yang masih mengganjal dalam benakku…seperti perselisihan para sahabat,,hak Ali sebagai Khalifah pertama,,kezaliman para sahabat terhadap Ahli bait,,sebab semua ini adalah keyakinan Syiah yang telah mendarah daging dalam diriku,dan saya tidak tahu bagaimana harus mengusir keyakinan-keyakinan ini dari dalam diriku…sebab itu,dirikupun terasa berada dalam pergolakan aqidah dimana disebagian besar waktuku selalu memikirkannya

Masuknya diriku kedalam pengaruh aqidahAhli Sunnah semakin menjauh…saya lalu berusaha untuk kembali ke madzhab asliku 'syiah',namun hatiku tidak lagi menginginkannya,sebab saya telah yakin seyakin-yakinnya bahwa madzhab syiah hanyalah sebuah madzhab yang sesat…Lalu saya memberitahu suamiku akan hal tersebut,tetapi ia seakan tidak serius mempermasalahkannya..dan anehnya,ia tetap mengizinkanku untuk mengganti cara shalatku sesuai shalatnya Ahli Sunnah.Sayapun mulai bersedekap,dan tidak lagi meluruskan tanganku ketika berdiri dalam shalat sebagaimana madzhab syiah,,saya juga tidak lagi mengusap kedua kakiku ketika wudhu,karena  madzhab Ahli Sunnah adalah membasuhnya..dalam kondisi yang seperti ini,suamiku selalu memperhatikanku,bahkan kadang mentertawakanku…sehingga ketika ia benar-benar tahu bahwa aku serius,iapun hanya bisa membiarkanku..akan tetapi ia sama sekali belum paham tentang pemikiran dan aqidah sunny…sebab kondisi Ahli Sunnah di Irak sangat berbeda dengan kondisi seorang sunny salafy yang hakiki

Beberpa waktu kemudian…saya berkenalan dengan seorang syaikh,dan saya selalu bertanya kepadanya tentang urusan agama melalui Mesanger…beliaupun dengan sabar menjelaskan semua pertanyaanku,dan bersungguh-sungguh mengirimkanku beberapa maklumat…dan syaikh inilah yang juga memiliki pengaruh besar dalam perjalanan hidupku…semoga Allah merahmatinya,ia telah tewas ditangan tentara Amerika,semoga Allah melaknat mereka…Akhir dari nasehat yang beliau sampaikan kepadaku adalah agar saya mendakwahi suamiku kepada kebenaran ahli Sunnah,dan jika ia tidak mau,maka ia mewasiatkan agar saya wajib memisahkan diri darinya..karena ia yang bermadzhab syiah imamiyah adalah seorang musyrik…wasiat ini,beliau sampaikan pada waktu malam,dan pada keesokan harinya ia telah tewas sebagai syahid,insya Allah.
  
   Singkat waktu…sayapun menerima wasiatnya,,mendakwahi suamiku untuk masuk kedalam Ahli Sunnah namun ia menolak,,sehingga sayapun memisahkan diri darinya,tetapi problem terbesar adalah kami memiliki tiga orang anak…jadi.anak-anak kami sepekan bersama dengannya,dan sepekan bersama denganku…dan ia sama sekali tidak mengizinkanku untuk tinggal bersama anak-anakku setiap hari sebab ia khawatir mereka terpengaruh dengan pemikiranku yang sesat –menurut anggapannya dan anggapan madzhab Syiah-.
Mengetahui semua ini,keluargakupun berusaha untuk mengembalikanku ke madzhab Syiah dengan berbagai cara, namun tidak berhasil,,sehingga ayahkupun sangat marah dan mengusirku dari rumah dan dari kehidupan mereka…hanya ibuku yang sesekali menziarahiku secara sembunyi-sembunyi tanpa sepengetahuan ayahku..
Dalam keadaan terboikot seperti ini,,,saya pergi menemui Komite Ulama Muslimin untuk memohon kepada mereka agar melindungi diriku…saya khawatir Syiah dan Para pembunuh bayaran mereka akan membunuhku…saya tidak bisa tidur kecuali sedikit..Problem lainnya adalah saya bekerja di sebuah yayasan liberal…saat itu saya  ingin pindah kerja agar terbebas dari pengaruh Sekte Liberal..sebab mereka berpaham atheis,..menghina hijabku…mereka berkata : 'Allah tidak ada,tidak ada yang namanya Nabi Muhammad', Mereka berusaha menyakitiku dengan berbagai cara.
Sayapun kemudian diterima oleh para anggota Haiah (Komite) tersebut,,saya menjelaskan kepada mereka bahwa saya adalah bagian dari kalian,Ahli Sunnah..maka janganlah kalian membiarkanku terjerumus kedalam Sekte Liberal maupun kembali ke Sekte Syiah…dan bahwa sekarang saya adalah seorang sunny dan sama sekali tidak memilki hak dan kedudukan apa-apa diantara mereka.. merekapun berjanji akan melindung

Setelah itu…mulailah kehidupanku terboikot dari orang-orang disekekelilingku…namun syukurlah saya masih bisa bergaul lewat alam lain yaitu internet…saat itu,bagaimanapun juga alam internet lebih baik bagiku daripada alam manusia.
 
Namun,saya seorang yang berprofesi sebagai penulis surat kabar,tentu ada yang tahu tentangku…sehingga kadang tidak jarang diperhadapkan pada percobaan pembunuhan dari sindikat pembunuh bayaran Syiah,bahkan akhir-akhir ini,saya hampir saja terbunuh ketika berusaha melarikan diri dari balkon apartemenku…sebab saya terjatuh dari atas bangunan ketika melarikan diri dari para pembunuh bayaran tersebut.Tidak sampai disitu…ketika melihatku terjatuh,mereka lalu menyebarkan desas-desus bahwa sebab musabab terjatuhnya diriku adalah karena saya mengidap penyakit stress yang mendorongku untuk melakukan bunuh diri..namun alhamdulillah…sekarang saya sementara terus berobat dan hampir sembuh. 

Kejadian tersebut ternyata membawa hikamah tersendiri,dimana saya kemudian bisa mempengaruhi ibuku agar tetap bersamaku,dan sekarang ia sangat mendengar kata-kataku,,saya sangat mengharap Allah memberikan beliau hidayah…demikian pula,ayah dari anak-anakku yang sekarang mulai menetap denganku dan mendengar semua kata-kataku,saya juga berharap ia bisa mendapatkan hidayah dan taufiq..sebab kini ia berusaha untuk kembali berkumpul denganku dan secara umum telah paham akan sesatnya keyakinan Syiah Imamiyah…Saya memohon kepada Allah ta'ala agar bisa mendidik dan membina anak-anakku diatas aqidah yang benar,jauh dari keyakinan bid'ah dan syirik Syiah yang saya telah tumbuh dan terdidik diatasnya sehingga hampir-hampir saja saya menjadi orang yang binasa kalau tidak diselamatkan oleh Tuhanku yang memberiku rahmat hidayah,memperlihatkanku kebenaran serta memberiku taufiq untuk mengikutinya.
sumber : darul-anshar.com

Redaktur: Shabra Syatila 

Kisah Taubatnya Tiga Orang Wanita Syi’ah

Bismillahirrahmaanirrahiem, semoga shalawat dan salam tercurah atas Nabi dan Rasul termulia, junjungan kami Nabi Muhammadshallallaahu ‘alaihi wasallam, beserta keluarga dan para sahabatnya.
Ya Allah, kepada-Mu kami berlindung, kepada-Mu kami memohon pertolongan dan kepada-Mu kami bertawakkal. Engkaulah Yang Memulai dan Mengulangi, Ya Allah kami berlindung dari kejahatan perbuatan kami dan minta tolong kepada-Mu untuk selalu menaati-Mu, dan kepada-Mu lah kami bertawakkal atas setiap urusan kami.
Semenjak lahir, yang kutahu dari akidahku hanyalah ghuluw (berlebihan) dalam mencintai Ahlul bait. Kami dahulu memohon pertolongan kepada mereka, bersumpah atas nama mereka dan kembali kepada mereka tiap menghadapi bencana. Aku dan kedua saudariku telah benar-benar meresapi akidah ini sejak kanak-kanak.
Kami memang berasal dari keluarga Syi’ah asli. Kami tidak mengenal tentang mazhab ahlussunnah wal jama’ah kecuali bahwa mereka adalah musuh-musuh ahlulbait Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam.Mereka lah yang merampas kekhalifahan dari tangan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu’anhu, dan merekalah yang membunuh Husain.
Akidah ini semakin tertanam kuat dalam diri kami lewat hari-hari “Tahrim”, yaitu hari berkabung atas ahlul bait, demikian pula apa yang diucapkan oleh syaikh kami dalam perayaan Husainiyyah dan kaset-kaset ratapan yang memenuhi laciku.
Aku tak mengetahui tentang akidah mereka (ahlussunnah) sedikitpun. Semua yang kuketahui tentang mereka hanyalah bahwa mereka orang-orang munafik yang ingin menyudutkan ahlul bait yang mulia.
Faktor-faktor di atas sudah cukup untuk menyebabkan timbulnya kebencian yang mendalam terhadap penganut mazhab itu, mazhab ahlussunnah wal jama’ah.
Benar… Aku membenci mereka sebesar kecintaanku kepada para Imam. Aku membenci mereka sesuai dengan anggapan Syi’ah sebagai pihak yang terzhalimi.
Keterkejutan Pertama
Ketika itu Aku sedang duduk di sekolah dasar. Di sekolah aku mendengar penjelasan Bu Guru tentang mata pelajaran tauhid. Beliau berbicara tentang syirik, dan mengatakan bahwa menyeru selain Allah termasuk bentuk menyekutukan Allah. Contohnya seperti ketika seseorang berkata dalam doanya: “Hai Fulan, selamatkan Aku dari bencana… tolonglah Aku” lanjut Bu Guru. Maka kukatakan kepadanya: Bu, kami mengatakan “Ya Ali”, apakah itu juga termasuk syirik? Sejenak kulihat beliau terdiam… seluruh murid di sekolahku, dan sebagian besar guru-gurunya memang menganut mazhab Syi’ah… kemudian Bu Guru berkata dengan nada yakin: “Iya, itu syirik” kemudian langsung melontarkan sebuah pertanyaan kepadaku:
“Bukankah doa adalah ibadah?”
“Tidak tahu”, jawabku.
“Coba perhatikan, apa yang Allah katakan tentang doa berikut”, lanjutnya seraya membaca firman Allah:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.” (Ghaafir: 60).
“Bukankah dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa berdoa adalah ibadah, lalu mengancam orang yang enggan dan takabbur terhadap ibadah tersebut dengan Neraka?” tanyanya.
Setelah mendengar pertanyaan tersebut, aku merasakan suatu kejanggalan… aku merasa kecewa… segudang perasaan menggelayuti benakku tanpa bisa kuungkapkan. Saat itu aku berangan-angan andaikan aku tak pernah menanyakan hal itu kepadanya. Lalu kutatap dia untuk kedua kalinya… ia tetap tegar laksana gunung.
Waktu pulang kutunggu dengan penuh kesabaran, Aku berharap barangkali ayah dapat memberi solusi atas permasalahanku ini… maka sepulangku dari sekolah, kutanya ayahku tentang apa yang dikatakan oleh Bu Guru tadi.
Ayah serta merta mengatakan bahwa Bu Guru itu termasuk yang membenci Imam Ali. Ia mengatakan bahwa kami tidaklah menyembah Amirul Mukminin, kami tidak mengatakan bahwa dia adalah Allah sehingga Gurumu bisa menuduh kami telah berbuat syirik… jelas ayah.
Sebenarnya aku tidak puas dengan jawaban ayahku, sebab Bu Guru berdalil dengan firman Allah. Ayah lalu berusaha menjelaskan kepadaku kesalahan mazhab Sunni hingga kebencianku semakin bertambah, dan aku semakin yakin akan batilnya mazhab mereka.
Aku pun tetap memegangi mazhabku, mazhab Syi’ah; hingga adik perempuanku melanjutkan karirnya sebagai pegawai di Departemen Kesehatan.
Sekarang, biarlah adikku yang melanjutkan ceritanya…
Setelah masuk ke dunia kerja, aku berkenalan dengan seorang akhwat ahlussunnah wal jama’ah. Ia seorang akhwat yang multazimah (taat) dan berakhlak mulia. Ia disukai oleh semua golongan, baik Sunni maupun Syi’ah. Aku pun demikian mencintainya, dan berangan-angan andai saja dia bermazhab Syi’ah.
Saking cintanya, aku sampai berusaha agar jam kerjaku bertepatan dengan jam kerjanya, dan aku sering kali bicara lewat telepon dengannya usai jam kerja.
Ibu dan saudara-saudaraku tahu betapa erat kaitanku dengannya, sebab itu aku tak pernah berterus terang kepada mereka tentang akidah sahabatku ini, namun kukatakan kepada mereka bahwa dia seorang Syi’ah, tak lain agar mereka tidak mengganggu hubunganku dengannya.
Permulaan Hidayah
Hari ini, aku dan sahabatku berada pada shift yang sama. Kutanya dia: “Mengapa di sana ada Sunni dan Syi’ah, dan mengapa terjadi perpecahan ini?” Ia pun menjawab dengan lembut:
“Ukhti, sebelumnya maafkan aku atas apa yang akan kuucapkan… sebenarnya kalianlah yang memisahkan diri dari agama, kalian yang memisahkan diri dari Al Qur’an dan kalian yang memisahkan diri dari tauhid!!”
Kata-katanya terdengar laksana halilintar yang menembus hati dan pikiranku. Aku memang orang yang paling sedikit mempelajari mazhab di antara saudari-saudariku. Ia kemudian berkata:
“Tahukah kamu bahwa ulama-ulama kalian meyakini bahwa Al Qur’an telah dirubah-rubah, meyakini bahwa segala sesuatu ada di tangan Imam, mereka menyekutukan Allah, dan seterusnya…?” sembari menyebut sejumlah masalah yang kuharap agar ia diam karena aku tidak mempercayai semua itu.
Menjelang berakhirnya jam kerja, sahabatku mengeluarkan beberapa lembar kertas dari tasnya seraya mengatakan bahwa itu adalah tulisan saudaranya, berkenaan dengan haramnya berdoa kepada selain Allah. Kuambil lembaran-lembaran tersebut, dan dalam perjalanan pulang aku meraba-rabanya sambil merenungkan ucapan sahabatku tadi.
Aku masuk ke rumah dan kukunci pintu kamarku. Lalu mulailah kubaca tulisan tersebut. Memang, hal ini menarik perhatianku dan membuatku sering merenungkannya.
Pada hari berikutnya, sahabatku memberiku sebuah buku berjudul “Lillaah, tsumma littaariekh” (Karena Allah, kemudian karena sejarah). Sumpah demi Allah, berulang kali aku tersentak membaca apa yang tertulis di dalamnya. Inikah agama kita orang Syi’ah? Inikah keyakinan kita?!!
Sahabatku pun semakin akrab kepadaku. Ia menjelaskan hakikat banyak hal kepadaku. Ia mengatakan bahwa ahlussunnah mencintai Amirul Mukminin dan keluarganya.
Benar… aku pun beralih menganut mazhab ahlussunnah tanpa diketahui oleh seorang pun dari keluargaku. Sahabatku ini selalu menghubungiku lewat telepon. Bahkan saking seringnya, ia sempat berkenalan dengan kakak perempuanku.
Sekarang, biarlah kakakku yang melanjutkan ceritanya…
Aku mulai berkenalan dengan akhwat yang baik ini. Sungguh demi Allah, aku jadi cinta kepadanya karena demikian sering mendengar cerita adikku tentangnya. Maka begitu mendengar langsung kata-katanya, aku semakin cinta kepadanya…
Permulaan Hidayah
Hari itu, aku sedang membersihkan rumah dan adikku sedang bekerja di kantor. Aku menemukan sebuah buku bergambar yang berjudul: “Lillaah, tsumma littaariekh”.
Aku pun membukanya lalu membacanya… sungguh demi Allah, belum genap sepuluh halaman, aku merasa lemas dan tak sanggup merampungkan tugasku membersihkan rumah. Coba bayangkan, dalam sekejap, akidah yang ditanamkan kepadaku selama lebih dari 20 tahun hancur lebur seketika.
Aku menunggu-nunggu kembalinya adikku dari kantornya. Lalu kutanya dia: “Buku apa ini?”
“Itu pemberian salah seorang suster di rumah sakit”, jawabnya.
“Kau sudah membacanya?” tanyaku.
“Iya, aku sudah membacanya dan aku yakin bahwa mazhab kita keliru”, jawabnya.
“Bagaimana denganmu?” tanyanya.
“Baru beberapa halaman” jawabku.
“Bagaimana pendapatmu tentangnya?” tukasnya.
“Kurasa ini semua dusta, sebab kalau benar berarti kita betul-betul sesat dong”, sahutku.
“Mengapa tidak kita tanyakan saja isinya kepada Syaikh?” pintaku.
“Wah, ide bagus” katanya.
Buku itu lantas kukirimkan kepada Syaikh melalui adik laki-lakiku. Kuminta agar ia menanyakan kepada Syaikh apakah yang tertulis di dalamnya benar, ataukah sekedar kebohongan dan omong kosong?
Adikku mendatangi Syaikh tersebut dan memberinya buku itu. Maka Syaikh bertanya kepadanya: “Dari mana kau dapat buku ini?”
“Itu pemberian salah seorang suster kepada kakakku” jawabnya.
“Biarlah kubaca dulu” kata Syaikh, sembari aku berharap dalam hati agar kelak ia mengatakan bahwa semuanya merupakan kebohongan atas kaum Syi’ah. Akan tetapi, jauh panggang dari api! Kebatilan pastilah akan sirna…
Aku terus menunggu jawaban dari Syaikh selama sepuluh hari. Harapanku tetap sama, barang kali aku mendapatkan sesuatu darinya yang melegakan hati.
Namun selama sepuluh hari tadi, aku telah mengalami banyak perubahan. Kini sahabat adikku sering berbicara panjang lebar denganku lewat telepon, bahkan ia seakan lupa kalau mulanya ia ingin bicara dengan adikku. Kami bicara panjang lebar tentang berabagai masalah.
Pernah suatu ketika ia menanyaiku: “Apa kau puas dengan apa yang kita amalkan sebagai orang Syi’ah selama ini?”. Aku mengira bahwa dia adalah Syi’ah, dan dia tahu akan hal itu…
“Kurasa apa kita berada di atas jalan yang benar”, jawabku.
“Lalu apa pendapatmu terhadap buku milik adikmu?” tukasnya. Akupun terdiam sejenak… lalu kataku:
“Buku itu telah kuberikan ke salah seorang Syaikh agar ia menjelaskan hakikat buku itu sebenarnya”.
“Kurasa ia takkan memberimu jawaban yang bermanfaat, aku telah membacanya sebelummu berulang kali dan kuselidiki kebenaran isinya… ternyata apa yang dikandungnya memang sebuah kebenaran yang pahit”, jelasnya.
“Aku pun menjadi yakin bahwa apa yang kita yakini selama ini adalah batil” lanjutnya.
Kami terus berbincang lewat telepon dan sebagian besar perbincangan itu mengenai masalah tauhid, ibadah kepada Allah dan kepercayaan kaum Syi’ah yang keliru. Tiap hari bersamaan dengan kepulangan adikku dari kantor, ia menitipkan beberapa lembar brosur tentang akidah Syi’ah, dan selama itu aku berada dalam kebingungan…
Aku teringat kembali akan perkataan Bu Guru yang selama ini terlupakan. Kuutus adik lelakiku untuk menemui Syaikh dan meminta kembali kitab tersebut beserta bantahannya. Akan tetapi sumpah demi Allah, lagi-lagi Syaikh ini mengelak untuk bertemu dengan adikku. Padahal sebelumnya ia selalu mencari adikku, dan kini adikku yang justru menelponnya. Namun keluarga Syaikh mengatakan bahwa dia tidak ada, dan ketika adikku bertemu dengannya dalam acara Husainiyyah[1] dan menanyakan kitab tersebut; Syaikh hanya mengatakan: “Nanti”, demikian seterusnya selama dua bulan.
Selama itu, hubunganku dengan sahabat adikku lewat telepon semakin sering, dan di sela-selanya ia menjelaskan kepadaku bahwa dirinya seorang Sunni, alias ahlussunnah wal jama’ah. Dia berkata kepadaku:
“Jujur saja, apa yang membuat kalian membenci Ahlussunnah wal Jama’ah?”
Aku sempat ragu sejenak, namun kujawab: “Karena kebencian mereka terhadap Ahlulbait”.
Hai Ukhti, Ahlussunnah justeru mencintai mereka”, jawabnya.
Kemudian ia menerangkan panjang lebar tentang kecintaanAhlussunnah terhadap seluruh keluarga Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, beda dengan Syi’ah Rafidhah yang justeru membenci sebagian ahlul bait seperti isteri-isteri Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam.
Benar, kini aku tahu tentang akidah Ahlussunnah wa Jama’ah dan aku mulai mencintai akidah yang sesuai dengan fitrah dan jauh dari sikap ghuluw (ekstrim)… jauh dari syirik… dan jauh dari kedustaan.
Kebenaran yang sesungguhnya mulai tampak bagiku, dan aku pun bingung apakah aku harus meninggalkan agama nenek moyang dan keluargaku? Ataukah meninggalkan agama yang murni, ridha Allah dan Jannah-Nya??
Ya, akhirnya kupilih yang kedua dan aku menjadi seorang ahlussunnah wal jama’ah. Aku kemudian menghubungi akhwat yang shalihah tadi dan kunyatakan kepadanya bahwa hari ini aku ‘terlahir kembali’.
Aku seorang Sunni, alias Ahlussunnah wal Jama’ah.
Akhwat tersebut mengucapkan takbir lewat telepon, maka seketika itu meleleh lah air mataku… air mata yang membersihkan sanubari dari peninggalan akidah Syi’ah yang sarat dengan syirik, bid’ah dan khurafat…
Demikianlah… dan tak lama setelah kami mendapat hidayah, adik kami yang paling kecil serta salah seorang sahabatku juga mendapat hidayah atas karunia Allah Subhanahu wa Ta’aala.
(Saudari-saudari kalian yang telah bertaubat)
[basweidan.wordpress.com darihttp://www.fnoor.com/fn1024.htm
==============
[1] Ritual kaum Syi’ah dalam rangka memperingati syahidnya Imam Husain bin Ali Radhiyallohu’anhu.

Kota Suci Bejat Bernama Qom

Kerusakan kota-kota suci Iran ternyata erat kaitannya dengan paramollah. Sebab hanya para mollah itulah yang dapat masuk ke pusat-pusat pendidikan yang dikhususkan untuk gadis-gadis, meski pada dasarnya mengajar di tempat-tempat tersebut terlarang bagi laki-laki di kota Qom. Begitu juga dengan pusa-pusat kesehatan, rumah sakit dan tempat-tempat wisata yang dikhususkan buat wanita, banyak dijumpai para mollah berjalan-jalan dengan bebasnya seakan mereka adalah kelompok orang yang telah dihalalkan atas semua wanita yang masuk ke tempat-tempat tersebut.
Bahkan kerusakan di kota Qom jauh melebihi kerusakan kota Teheran yang merupakan kota yang lebih terbuka di banding Qom.
Angka bunuh diri di kalangan wanitanya dengan jalan minum racun sangatlah tinggi, dan hal itu disebabkan oleh beban mental yang banyak dirasakan oleh para wanita dan gadis-gadis yang tinggal di kota itu sebagai dampak dari situasi yang telah memaksa mereka dan juga cara-cara yang diterapkan oleh “syurthatul akhlaqil hamidah” yaitu polisi penegak akhlak terpuji di bawah kekuasaan para mollah.
Kondisi kejiwaan inilah yang di saat tertentu dapat memicu tindak kejahatan dari kaum laki-laki Iran untuk melakukan penculikan dan pemerkosaan, bahkan tak jarang berakhir dengan dibunuhnya sang korban karena takut dilaporkan. Dan sebagian wanita dan gadis korban perkosaan pun tak jarang yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri karena malu dengan apa yang menimpanya.
Nyatanya, wanita di kota Qom selalu dalam resiko penghinaan dan pelecehan seksual, khususnya yang dilakukan oleh kalangan pelajar agama di Hauzah. Setiap kali mereka melihat wanita atau gadis yang sedang berada dijalan, maka buru-buru mereka membuka percakapan dengannya tentang nikah mut’ah, bahkan sedikit pun mereka tidak membuka ruang tanya jawab meski si wanita atau gadis tersebut merasa keberatan. Hal itu dikarenakan apa yang mereka inginkan adalah perkara yang disyari’atkan dan telah ditegaskan oleh pemerintah, di samping mut’ah dalam keyakinan mereka adalah perbuatan terpuji dan telah diwasiatkan oleh para Imam mereka sebagaimana tertulis dalam kitab-kitab Imam mereka.
Karena itulah wanita-wanita di Qom harus menanggung penghinaan dan pelecehan seksual ini dari para mollah, pemuda dan juga kaum laki-laki. Mereka hanya mempunyai dua pilihan; tetap tunduk dengan aturan itu atau hidup dalam situasi kepahitan jiwa.
Sebagian besar kehidupan rumah tangga di kota Qom juga mengalami kegagalan, karena sebagian besar dari mereka hidup dengan tetap menjalani kebiasaan dan mengikuti adat yang menguasai di kota itu. Adat kebiasaan ini kadang bertentangan dengan tingkat pengetahuan dan sosial mereka, dan adat inilah yang sering kali mendorong kaum laki-laki untuk melakukan mut’ah sebab mereka meneladani para mollah. Dan sebaliknya banyak para istri yang kemudian membalas perbuatan suaminya dengan menjalin hubungan dengan laki-laki lain. Inilah yang menyebabkan kehidupan rumah tangga mereka berakhir dengan kegagalan lalu dilanjutkan dengan perceraian. Menurut penelitian tentang keadaan sosial di kota Qom, ternyata angka perceraian di kota itu menduduki peringkat terbesar kedua di negara Iran.
Seperti diketahui bahwa pengadilan yang khusus menangani kasus-kasus perdata di Iran dilaksanakan dengan perantara hakim-hakim yang selalu memotivasi para wanita dan gadis untuk melakukan perceraian, dan segera setelah perceraian itu mereka dipindahkan ke Yayasan-yayasan sosial dengan dalih menolong mereka agar cepat mendapatkan pekerjaan, namun pada kenyataannya mereka terjebak dalam perangkap para mollah untuk dijadikan budak dengan alasan mut’ah. Yayasan Az-Zahra’ termasuk Yayasan paling terkenal yang menjadi tempat tinggal para janda dan tempat bersenang-senangnya para mollah dan para pelajar agama di Hauzah yang sangat menginginkan berbuat mesum atas nama mut’ah.
Sampai ada hal yang sangat sulit dipercaya, jika dikatakan ada data yang tidak resmi menegaskan bahwa kota Qom telah mencatat angka tertinggi dalam masalah aborsi dengan cara yang tidak diatur oleh undang-undang. Sehingga sangat mustahil bila dalam sehari tidak ditemukan janin-janin yang telah dibuang di tempat-tempat sampah atau selokan air.
Kerusakan kota Qom tidak hanya itu, sebab kerusakan-serusakan lain juga telah mencatat angka yang sangat tinggi seperti pertikaian dan perkelahian antar kelompok dan perorangan yang menyebabkan menumpuknya korban luka-luka di rumah sakit Nakui di Qom setiap harinya. Salah satu jalan yang sering terjadi perkelahian adalah jalan Bajik.
Kota Qom juga mencatat angka tertinggi kedua penderita AIDS. Demikian juga dengan angka pecandu kokain jenis “crack”, tercatat bahwa satu dari tiga orang di kota Qom adalah pecandu opium.
Kota Qom juga tercatat sebagai kota yang paling banyak menggunakan minuman keras oplosan yang mengandung bahan kimia yang dapat menyebabkan kematian atau hilangnya penglihatan, sebagaimana yang pernah terjadi dalam peristiwa peringatan “Iedun Nairuz”.
Sedang kondisi mata pencaharian masyarakat dan tingkat kemiskinan di kota Qom juga sangat memprihatinkan. Angka kemiskinan dan kelaparan di kota ini sangat tidak bisa dipercaya. Banyak masyarakat di kota ini yang sulit bahkan sekedar melindungi diri mereka dari cuaca dingin yang ekstrim atau musim panas yang menyengat. Makanan mereka sehari-hari adalah roti dan air, dan agak lebih baik sedikit adalah makaroni. Sering kali orang tua mereka menyaksikan kematian anak-anaknya di depan mata mereka karena ketidakmampuan berobat, bahkan mereka juga tidak memiliki kartu jaminan kesehatan.
Di antara keluarga-keluarga miskin di kota Qom juga sangat banyak yang mempekerjakan anak-anak kecil mereka di pabrik pembuatan batu bata dari malam hingga siang hari untuk sekedar bertahan hidup.
Sedang pemandangan seperti ini berlangsung di tengah banyaknya mollah yang hidup dalam kondisi serba mewah yang dihasilkan dari kekuasaan mereka atas proyek-proyek ekonomi dan kepemilikan saham pada banyak perusahaan-perusahaan besar. Mereka dapatkan bagian itu dari apa yang dinamakan harta “humus” yaitu berhak atas 5% dari harta yang diambil dari para pengikutnya. Harta humus ini bisa mencapai milyaran Tuman dalam setahunnya sehingga memungkinkan para mollah memiliki bangunan-bangunan istana di kawasan elit seperti Salarie, Amin Boulvare dan lain-lain di samping kepemilikan mereka atas rumah-rumah mewah di kawasan Niavaran utara Teheran.
Sumber :
Penulis : Fairuz Ahmad

Jubir Hizbullah: “Jika Mereka Membom Gunung Qasiun Di Damaskus, Kami Akan Memusnahkan Mekkah Dan Madinah!”

FAIZ Syakir, salah seorang juru bicara Hizbullah (Libanon, berbicara secara langsung dalam sebuah acara tv di OTV. “Hizbullah tidak akan dapat dimusnahkan. Hizbullah pasukan terkuat di kalangan negara-negara Arab. Lebih kuat daripada seluruh peradaban di dunia dari segi ekonomi, kekuatan militer dan sosial,” ujar Syakir, dan kemudian rekamannya juga beredar di youtube.
Pernyataan Syakir ini sehubungan dengan adanya ancaman Bandar bin Sultan—putera mahkota Raja Qatar yang akan menyerang Basyar al-Assad. “Apa lagi yang kalian pikirkan? Kami tidak takut pada ancaman itu? Bahkan kami tidak takut pada Saudi, sekalipun dengan seluruh kekuatannya, dari raja hingga rakyat mereka yang terakhir. Mereka pikir, mereka siapa?”
“Jika mereka membom Gunung Qasiun di Damaskus, pusat kekuatan militer Basyar, maka kami akan menyerang Mekah di depan kepala mereka sendiri!”
Wartawan yang hadir di situ sontak melontarkan pertanyaan, “Mekkah? Bukankah itu tempat suci bagi mereka?”
“Biarkan saya berbicara. Saya tidak peduli lagi semuanya. Ini fakta. Kami akan memusnahkan Mekkah dan Madinah, juga Jeddah dan Riyadh, dengan semua yang ada di dalamnya, yang tinggal dalam kota-kota ini. Ini fakta dan strategi kami. Keberadaan kami lebih penting dari ‘batu-batu’ dan ‘bukit-bukit’ mereka.”
Wartawan yang masih dalam keadaan terkejut, kembali bertanya, “Siapa yang akan memusnahkan Mekkah? Iran? Suriah? Hizbullah? Tempat itu adalah tempat suci bagi mereka…”
“Saya tidak akan mengatakannya. Tapi jika mereka mengancam kami, kami tahu bagaimana membalas ancaman itu,” demikian Syakir. [islampos/youtube]

Sesatnya Syiah: Khomeini Mut’ah dengan Anak Kecil dan Bayi yang Masih Menyusu

Underground Tauhid - Sayyid Husain Al-Musawi bukanlah nama yang asing di kalangan Syiah. Beliau adalah seorang ulama besar Syiah kelahiran Karbala dan belajar di ‘Hauzah’ hingga mendapatkan gelar mujtahid dari Sayyid Muhammad Husain Ali Kasyif al-Ghitha’. Selain itu dia juga mendapatkan posisi yang istimewa di sisi Imam Ayatullah Khomeini.
Setelah melalui pengembaraan spiritual yang panjang, akhirnya Sayyid Husain mendapatkan hidayah dari Allah Swt. Beliau menemukan banyak sekali kesesatan dan penyimpangan dalam ajaran Syiah yang selama ini dianutnya. Hingga dia pun memutuskan keluar dari Syiah, masuk ke dalam Ahlus Sunnah dan kemudian menulis buku “LilLah tsumma Li at-Tarikh”. Buku itu telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan dengan judul “Mengapa Saya Keluar dari Syiah”, oleh Pusataka Al-Kautsar, Jakarta.
Di antara kesesatan Syiah yang diungkap Sayyid Husain Al-Musawi adalah berkaitan dengan ajaran dan praktik nikah mut’ah (kawin kontrak) yang dilakukan bukan saja oleh orang-orang Syiah kebanyakan, tetapi juga oleh pembesar-pembesar Syiah. Sayyid Hussain, karena bukunya inilah kemudian mendapatkan ancaman pembunuhan dari kalangan Syiah. Sebelumnya, dia telah difatwa sesat dan menyesatkan bahkan murtad oleh Husain Bahrululum pada 20 Shafar 1421H di sarang Syiah terbesar, Najaf.
Memang, tokoh-tokoh Syiah yang berusaha meluruskan ajaran Syiah nyaris semua berakhir tragis. Sayyid Abul Hasan Al-Asfahani, Sayyid Musa Al-Musawi, Sayyid Ahmad Al-Kasrawi adalah pembesar-pembesar Syiah yang akhirnya dibunuh karena berusaha meluruskan ajaran Syiah.
Berikut adalah kesaksian Sayyid Husain Al-Musawi tentang mut’ah yang dilakukan oleh pemimpin tertinggi Syiah sekaligus Pemimpin Revolusi Iran, Imam Ayatullah Khomeini, seperti yang ditulis Sayyid Husain dalam buku tersebut. Berkaitan dengan nikah mut’ah, Sayyid Husain menulis tentang beberapa kisah dari pembesar Syiah lainnya. Untuk sementara, Suara Islam Online mencuplikkan satu kisah ini terlebih dahulu. Selamat Membaca!
Ketika Imam Khomeini tinggal di Iraq, kami bolak-balik berkunjung kepadanya. Kami menuntut ilmu darinya sehingga hubungan antara kami dengannya menjadi erat sekali. Suatu waktu disepakati untuk menuju suatu kota dalam rangka memenuhi undangan, yaitu kota yang terletak di sebelah barat Mosul, yang ditempuh kurang lebih satu setengah jam dengan perjalanan mobil. Imam Khomeini memintaku untuk pergi bersamanya, maka saya pergi bersamanya. Kami disambut dan dimuliakan dengan pemuliaan keluarga Syiah yang tinggal di sana. Dia telah menyatakan janji setia untuk menyebarkan paham Syiah di wilayah tersebut.
Ketika berakhir masa perjalanan, kami kembali. Di jalan saat kami pulang, kami melewati Baghdad dan Imam hendak beristirahat dari keletihan perjalanan. Maka dia memerintahkan untuk menuju daerah peristirahatan, di mana di sana tinggal seorang laki-laki asal Iran yang bernama Sayid Shahib. Antara dia dan imam terjalin hubungan persahabatan yang cukup kental.
Sayid  Shahib merasa bahagia dengan kedatangan kami. Kami sampai ke rumahanya waktu zhuhur, maka dia membuatkan makan siang bagi kami dengan hidangan yang sangat luar biasa. Dia menghubungi beberapa kerabatnya dan mereka pun datang. Rumah menjadi ramai dalam rangka menyambut kedatangan kami. Sayid Shahib meminta kami untuk menginap di rumahnya pada malam itu, maka imam pun menyetujuinya. Katika datang maktu Isya’ dihidangkan kepada kami makanm malam. Orang-orang yang hadir mencium tangan Imam dan menanyakannya tentang beberapa masalah dan imam pun menjawabnya. Ketiak tiba saatnya untuk tidur dan orang-orang yang hadir sudah pada pulang kecuali tuan rumah, Imam Khomeini melihat anak perempuan yang masih kecil, umurnya sekitar empat atau lima tahun, tetapi dia sangat cantik. Imam meminta kepada bapaknya, yaitu Sayid Shahib untuk menghadiahkan anak itu kepadanya agar dia melakukan mut’ah dengannya, maka si bapak menyetujuinya dan dia merasa sangat senang. Lalu Imam Khomeini tidur dan anak perempuan ada di pelukannya, sedangkan kami mendengar tangisan dan teriaknnya!.
Yang penting, berlalulah malam itu. Ketika tiba waktu pergi kami duduk untuk menyantap makan pagi. Sang Imam melihat kepadaku dan di wajahku terlihat tanda-tanda ketidaksukaan dan pengingkaran yang sangat jelas, karena bagaimana dia melakukan mut’ah dengan anak yang masih kecil, padahal di dalam rumah terdapat gadis-gadis yang sudah baligh, yang mungkin baginya untuk melakukan mut’ah dengan salah satu di antara mereka, tetapi mengapa dia melakukan hal itu dengan anak kecil?.
Dia berkata kepadaku, “Sayyid Husain, apa pendapatmu tentang melakukan mut’ah dengan anak kecil?”
Saya berkata kepadanya, “Ucapan yang paling tinggi adalah ucapanmu yang benar adalah perbuatanmu dan engkau adalah seorang imam mujtahid. Tidak mungkin bagiku untuk berpendapat atau mengatakan kecuali sesuai dengan pendapat dan perkataanmu. Perlu dipahami bahwa tidak mungkin bagi saya untuk menentang fatwamu.”
Dia berkata, “Sayid Husain, sesungguhnya mut’ah dengan anak kecil itu hukumnya boleh, tetapi hanya dengan cumbuan, ciuman dan himpitan paha. Adapun jima’, maka sesungguhnya dia belum kuat untuk melakukannya.”
Imam Khomeini berpendapat atas kebolehan melakukan mut’ah sekalipun dengan anak yang masih disusui. Dia berkata, “Tidak mengapa melakukan mut’ah dengan anak yang masih disusui dengan pelukan, humpitan paha –meletakkan kemaluannya di antara dua pahanya- dan ciuman. (lihat kitabnya berjudul Tahrir al-Wasilah, 1/241, nomor 12).
Naudzubillah tsumma naudzubillah….
(suaraislam.com – shodiq ramadhan, dinukil dari buku “Mengapa Saya Keluar dari Syiah”, yang diterbitkan Pustaka Al-Kautsar Jakarta)




Syiah Kaget, Makam Umar di Samping Makam Rasulullah

ADA seorang syiah yang berkunjung ke kota Madinah dan hendak menziarahi makam Rasulullah. Ketika ia sampai di makam Rasulullah, ia memberi salam dan mendo’akan beliau.
Ada yang aneh, dia melihat orang-orang di dekatnya ikut mendoakan dua makam di dekat makam Rasulullah. Dua makam itu tidak lain adalah makam Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Alangkah kaget dan terkejut dia melihat hal tersebut. Musuh terbesar dalam agamanya yaitu Abu Bakar dan Umar, musuh yang selalu ia cela, maki, dan ia kafirkan selama ini justru dikuburkan berdampingan dengan makam orang yang dicintainya. Bagaimana mungkin musuh dimakamkan dekat dengan Rasulullah?
Ia pun tersadar, dan merasa dibohongi oleh para ulama syi’ah. Kemudian dia bertaubat memohon ampun pada Allah dan mengganti aqidahnya dari syi’ah menjadi ahlus sunnah. Tidaklah terlalu mengherankan, karena imam Syiah sendiri (orang yang yang mereka anggap sebagai Imam), Ali bin Musa Ar-Ridha dikuburkan dekat dengan makam khalifah Abbasiyah yang Sunni, Harun ar-Rasyid di kota Masyhad (dulu bernama Thus), Iran.
Bahkan, orang yang dianggap sebagai Imam ke-8 oleh orang Syi’ah ini yang meminta sendiri agar dimakamkan di sisi makam Harun ar-Rasyid. Makam Imam Ali bin Musa ar-Ridha melekat dengan makam Harun Ar-Rasyid di bawah kubah yang sama dalam masjid yang sama di Kota Masyhad, Iran.
Kata Syaikh Mamduh Farhan Al-Buhairi, “Tidak mungkin seorang laki-laki memberikan wasiat untuk dikuburkan di sisi jenazah seseorang, melainkan jika jenazah tersebut termasuk golongan orang-orang shalih dan bertakwa.” (Majalah Qiblati, edisi Rabiul Akhir 1433 H)
Bagaimana tanggapan Syi’ah atas kuburan Umar yang berada di sisi Rasulullah; dan Imam Ali ar-Ridha yang berada bersebelahan dengan makam Harun ar-Rasyid? [lppi makassar] islampos.com, Kamis 24 Rabiulakhir 1434 / 7 Maret 2013 17:46
See more at: http://www.nahimunkar.com/syiah-kaget-makam-umar-di-samping-makam-rasulullah/#sthash.xqzA2Q71.dpuf