Wednesday, October 15, 2014

Sederet Kekeliruan Quraish Shihab dan Kurangnya Amanah Ilmiah

selasa, Oktober 14, 2014

sejumlah kelemahan ilmiah Prof DR Quraish Shihab, diantaranya ialah tidak cermat dan teliti dalam penukilan, sangat sedikit menggunakan referensi fiqh, tidak merujuk pada referensi primer, pengaburan terhadap pendapat para ulama, dan seabreg kurangnya pemenuhan amanah ilmiah dalam mengambil kesimpulan hukum.
… tidak pas memahami haditsnya. Cuma dipotong setengah-setengah.
Menurut DR Zain, Prof DR. Quraish Shihab dalam beberapa hal tidak mampu memahami nash-nash Qur’an dan Hadist.
Inilah beritanya.
***
Ini sederet kekeliruan Prof DR Quraish Shihab menurut ketua Majelis Fatwa MIUMI
Dr. Ahmad Zain An-Najah, MA
JAKARTA (Arrahmah.com) – Ketua Majelis Fatwa Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) DR. Ahmad Zain An-Najah mengaku bahwa dirinya tahu persis bagaimana karakter Prof. DR Quraish Shihab. Pada tahun 2006 silam, DR Ahmad Zain yang juga pernah menempuh studi doktoral di Al-Azhar Mesir pernah membuat buku bantahan tentang jilbab yang ditulis oleh Prof DR Quraish Shihab.
“Kita sudah pernah menulis bantahan terhadap bukunya beliau yang jilbab. Jadi tahu persis bagaimana karakter Quraish Shihab. Dia itu maunya ilmiah, malah gak ilmiah, membuat bingung orang. Itu gaya Quraish Shihab seperti itu,” pungkas DR. Ahmad Zain kepada reporter Kiblat.net, Selasa, (15/07) melalui sambungan telepon.
“Kayak jilbab itu pinginnya ilmiah, tapi membuat bingung orang. Ada beberapa hal yang beliau juga seperti itu, seperti dalam masalah jilbab, syiah dan masalah ini. Itu menunjukkan bahwa beliau itu banyak hal-hal yang beliau itu tidak paham. Bahwa jilbab itu masalah syariah dan usul fiqih, beliau tidak paham. Masalah syiah beliau tidak paham tentang syiah,” tambah beliau.
“Seandainya beliau benar-benar berkata seperti itu, itu tidak pas memahami haditsnya. Cuman dipotong setengah-setengah,” ujar pengampu situs kajian keislaman ahmadzain.com.
DR. Ahmad Zain An-Najah pernah membantah buku karangan Quraish Shihab yang berjudul “Jilbab Pakaian Wanita Muslimah”, dengan buku bantahan berjudul “Jilbab Menurut Syariat Islam (Meluruskan Pandangan Quraish Shihab).
Doktor bidang fiqh tersebut menguraikan dengan gamblang sejumlah kelemahan ilmiah Prof DR Quraish Shihab, diantaranya ialah tidak cermat dan teliti dalam penukilan, sangat sedikit menggunakan referensi fiqh, tidak merujuk pada referensi primer, pengaburan terhadap pendapat para ulama, dan seabreg kurangnya pemenuhan amanah ilmiah dalam mengambil kesimpulan hukum.
“Waktu (membahas masalah) jilbab pun demikian, ketika memahami ulama berbeda pendapat. Berbeda pendapat itu dalam hal apa, itu perbedaan dalam masalah cadar wajib atau tidak wajib,” pungkas beliau.
Dalam konteks ini, DR Ahmad Zain juga mengkritisi cara pandang Prof. DR Quraish Shihab yang hanya mengambil dalil sepotong-potong. “Seolah Rasullah SAW tidak masuk syurga dengan amalannya, titik. Padahal di situ bukan titik, tapi ada koma. Yaitu rahmat dan karunia Allah. Itu yang tidak di baca…….!!”
“Itu dipotong setengah-setengah, itulah kekeliruan Quraish Shihab. Beliau suka memotong kalimat yang bersambung, jadi akibatnya fatal,” tambah ulama kelahiran Klaten ini.
Menurut DR Zain, Prof DR. Quraish Shihab dalam beberapa hal tidak mampu memahami nash-nash qur’an dan hadist. Termasuk yang menjadi catatannya lagi, tentang perkara jilbab itu hanya bertujuan supaya perempuan aman, atau tidak disakiti. Prof DR Quraish Shihab justru memahami, ini adalah alasan memakai jilbab, supaya tidak diganggu, supaya jelas ini muslim dan ini tidak muslim. Selama tidak diganggu, maka tidak memakai jilbab tidak apa-apa.
“Ini salah paham, supaya tidak diganggu itu hanyalah salah satu hikmah dari memakai jilbab, bukan tujuan. Jadi, pemahaman beliau dalam masalah fiqih dan usul fiqih, setelah saya baca, agak kurang sempurna,” tambah DR Zain.
Kembali pada hadits yang dijadikan dalil oleh Prof DR Quraish Shihab, DR Zain menegaskan ada istilah dalam hadist ini yang perlu digaris bawahi, Walaa ana, (Dan tidak juga saya, red). Saya tidak masuk surga dengan perbuatan syurga. Namun Prof Quraish Shihab tidak melanjutkan dengan membaca lanjutan hadistnya. Ini merupakan kesalahan yang sangat fatal.
Padahal, berdasarkan ayat, hadist, ribuan ayat, ribuan hadist, baik secara langsung maupun tidak langsung, bahwa Nabi Muhammad SAW itu dijamin masuk syurga.
Nabi dijamin masuk syurga dan para sahabatnya yang taat dijamin masuk syurga.
“Beliau semestinya menarik ucapan itu dan bertobat kepada Allah,” tutup DR Ahmad Zain.
(
kiblat.net) Samir MusaRabu, 18 Ramadhan 1435 H / 16 Juli 2014 02:26