Manusia dan bendera haram jadah, tragedi !
Senin 21 Ramadhan 1434 / 29 Juli 2013 19:35
ISRAEL sudah berdiri di
Palestina selama kurang lebih 60 tahun. Waktu yang sangat lama. Mereka menjajah
Palestina dan hanya menyisakan Gaza saja yang belum futuh mereka taklukan. Di
Gaza, ada sebuah tembok besar yang tak pernah berhasil diruntuhkan oleh Israel:
Hamas.
Gerakan antisemit di seluruh
dunia melahirkan reaksi balik berupa gerakan Zionisme sedunia, yang digagas
oleh Dr. Theodore Herzl (1896), seorang Yahudi Hongaria di Paris. Menurut
Herzl, satu-satunya obat mujarab untuk menanggulangi antisemitisme adalah
adalah dengan menciptakan suatu tanah air bagi bangsa Yahudi.
Melalui pamfletnya yang
berjudul “Der Yuden Staat,” Herzl mulai mempropagandakan cita-citanya tersebut.
Awalnya Herzl belum menegaskan di mana letak tanah air bangsa Yahudi akan
dibangun. Mula-mula disebut Argentina atau Palestina. Tetapi dalam kongres kaum
Zionis pertama di Basel, Swiss tahun 1897, mereka menetapkan Palestina sebagai
pilihannya.
Alasan pemilihan Palestina
adalah latar belakang historis untuk mengembalikan ”Haikal Sulaiman” yang
merupakan lambang puncak kejayaan Kerajaan Yahudi di tanah Palestina (sekitar
975 – 935 SM). Maka, sejak 1930 eksodus Yahudi dari Eropa ke Palestina
meningkat tajam, terutama pada Era Nazi Jerman (Perang Dunia II).Berdirinya
Israel tidak lepas dari keruntuhan khilafah. Khalifah Turki Utsmani Sultan
Abdul Hamid sebagai penghalang terbesar diturunkan sebagai Khalifah oleh
gerakan Turki Muda.
Waktu itu, tahun 1909, Sultan
Abdul Hamid mengeluarkan pernyataan keras kepada Yahudi: ”Seandainya kalian
membayar dengan seluruh isi bumi ini, aku tidak akan menerima tawaran itu. Tiga
puluh tahun lebih aku mengabdi kepada kaum Muslimin dan kepada Islam itu
sendiri. Aku tidak akan mencoreng lembaran sejarah Islam yang telah dirintis oleh
nenek moyangku, para Sultan dan Khalifah Uthmaniyah. Sekali lagi aku tidak akan
menerima tawaran kalian!” Tidak heran kalau kemudian Yahudi berkonspirasi
menghancurkan Sultan Abdul Hamid.
Pada Perang Dunia I
(1914-1918), Turki Utsmani bergabung dengan Poros Central (Jerman,
Austria-Hungaria) melawan Sekutu. Namun pada 1916, Inggris dan Prancis
berkongkalingkong untuk membagi wilayah Timur Tengah dan terkenal dalam
Perjanjian Sykes Picot. Dalam Deklarasi Balfor tahun 1917, Inggris mendukung
pembentukan Negara Yahudi di tanah Palestina.
Berikut adalah isi surat dari
Arthur James Balfour yang berdiri di belakang perjanjian laknat itu. ”Lord
Rothschild yang terhormat, saya sangat senang dalam menyampaikan kepada Anda,
atas nama Pemerintahan Sri Baginda, pernyataan simpati terhadap aspirasi Zionis
Yahudi yang telah diajukan kepada dan disetujui oleh Kabinet. Pemerintahan Sri
Baginda memandang positif pendirian di Palestina tanah air untuk orang Yahudi,
dan akan menggunakan usaha keras terbaik mereka untuk memudahkan tercapainya
tujuan ini, karena jelas dipahami bahwa tidak ada suatupun yang boleh dilakukan
yang dapat merugikan hak-hak penduduk dan keagamaan dari komunitas-komunitas
non-Yahudi yang ada di Palestina, ataupun hak-hak dan status politis yang dimiliki
orang Yahudi di negara-negara lainnya . Saya sangat berterima kasih jika Anda
dapat menyampaikan deklarasi ini untuk diketahui oleh Federasi Zionis.”
Tahun 1918, Palestina jatuh.
Jendral Allenby merebut Palestina dari Khilafah Turki Utsmani. Setahun kemudian,
secara resmi mandat atas Palestina diberikan kepada Inggris oleh LBB. Pada
tahun 1947, PBB dengan sewenang-wenang membagi dua wilayah Palestina. 1948
menjadi tahun bersejarah bagi Yahudi karena merupakan tahun deklarasi
pembentukan Israel. Tepat hari berakhirnya mandat dan penarikan pasukan Inggris
dari Palestina dideklarasikan Pendirian Negara Israel, 14 Mei 1948.
Ada beberapa perang yang
pantas diingat dalam sejarah berdarah Yahudi. Pada 1948 ada Perang Arab Israel
I. Mesir, Jordania, dan Syria masing-masing menduduki Gaza, Tepi Barat dan
Dataran Tinggi Golan. Pada 1967 terjadi Perang 6 Hari, Mesir, Jordani, Syiria
menyerang Israel, tapi justru kehilangan ketiga daerah hasil perang 1948 bahkan
Gurun Sinai lepas dari Mesir. Dan pada tahun 1973 terjadi Perang Yom Kippur,
Mesir dan Syria menyerang Israel. Diikuti embargo minyak kepada negara-negara
Barat.
Tapi pada tahun 1978 dalam
Perjanjian Camp David, Mesir mendapatkan kembali Gurun Sinai dengan syarat
tidak lagi memerangi Israel. Gaza, Tepi Barat dan Dataran Tinggi Golan tetap
dalam kontrol Israel. Puncaknya pada tahun 1992 dibuat Perjanjian Oslo.
Pengakuan PLO atas eksistensi Israel dan penunjukkan PLO sebagai otoritas resmi
atas Jalur Gaza dan Tepi Barat. Sejak saat itu Israel semakin berdiri kokoh di
tanah jajahannya, Palestina. [sa/islampos]