Saya ingin memulai catatan
ini dengan sebuah pernyataan sederhana: ISIS bukan representasi Islam. Dan
jangan sebut para tentara ISIS sebagai mujahid!
Serangan teror yang mereka lakukan di Paris 13
November lalu adalah sebuah kebiadaban yang tak bisa dibenarkan dari sudut pandang
agama manapun, juga tak bisa diterima akal sehat siapapun. Serangan itu jelas
sebuah teror: Serangan dengan motivasi politik tertentu terhadap masyarakat
sipil non-kombatan yang dirancang untuk menciptakan ketakutan. Mereka teroris.
Terlepas serang itu benar dilakukan ISIS, atau
sekadar klaim mereka saja untuk mengatakan kepada dunia bahwa mereka kuat dan
bisa melakukan serangan di mana-mana, kita patut berduka atas tindakan keji
yang telah mengoyak-koyak rasa kemanusiaan itu. Dan di sanalah kita tahu ISIS
adalah musuh kemanusiaan, musuh kita semua, yang secara kurang ajar memakai
topeng agama untuk melegalkan kejahatannya.
Tetapi setelah kejadian Paris, tepatnya dua hari
setelah tragedi itu, kita akan sadar bahwa ISIS adalah musuh yang sebenarnya
kecil belaka. Penjahat yang lebih besar, atau jika ingin menggunakan kata
'teroris yang lebih besar', adalah mereka yang secara membabi-buta
menghancurkan kota-kota dan membunuh jutaan rakyat sipil biasa dengan
menggunakan persenjataan militer canggih. Seperti bisa diduga, Perancis
akhirnya 'membalas' serangan ISIS dengan membombardir Raqqa, Syiria, yang
merupakan markas organisasi teroris itu. Sialnya, serangan udara Perancis, yang
dibantu Rusia, tak hanya menghancurkan markas ISIS, tetapi meluluh lantakkan sebuah
kota sekaligus membunuh dan melukai masyarakat tak berdosa di sana--bahkan
termasuk perempuan dan anak-anak!
Ketakutan segera menyeruak di Syiria, tentu
saja. Serangan udara 'From Paris with Love' tiba-tiba mengancam masyarakat
sipil lainnya di sekitar Raqqa. Bahkan, karena sebuah bom udara menghancurkan
pintu perbatasan kota, suplai air dan makanan ke beberapa daerah jadi terputus.
Jika terorisme adalah sebuah tindakan bermotif politik tertentu terhadap
non-kombatan, dilakukan oleh aktor negara atau non-negara, maka apa yang
dilakukan militer Perancis di Raqqa dan sekitarnya tak ubahnya tindakan terror
itu sendiri--tentu saja dengan persenjataan militer yang jauh lebih mematikan
dan serangan yang lebih terorganisir.
Kita tak perlu membawa-bawa agama di sini. Tak
usah meniru media mainstream yang semena-mena menghubung-kaitkan aksi teror
tertentu dengan Islam, seraya penuh tendensi untuk memojokkan agama tersebut.
Seolah-olah yang dilakukan kelompok atau negara Islam adalah kejahatan luar
biasa yang harus diperangi oleh rakyat seluruh dunia, sementara jika 'teror'
yang sama dilakukan negar-negara Barat terhadap negara-negara Islam itu tak
lain sebuah misi kemanusiaan? Bah!
Tentang terorisme, dunia memang tak adil. Suka
atau tidak suka, faktanya memang Islam selalu menjadi pihak yang
dipersalahkan--dan karenanya harus dihukum beramai-ramai. Padahal boleh jadi
rumor yang beredar itu benar: Bahwa Al-Qaeda pada awalnya dibentuk-didanai-dan
dipersenjatai Amerika Serikat, bahwa ISIS juga bentukan negara tersebut untuk
mengacaukan stabilitas politik di Timur Tengah, bahwa propaganda teror
digaungkan untuk melegalkan perang untuk menambang minyak, bahwa tragedi Paris
menggunakan cara yang sama seperti 9/11, false flag, agar Perancis bisa
menginvasi Syiria dan AS leluasa memanfaatkan semua kekacauannya?
Jangan lupakan Amerika Serikat yang menyerang
dan meluluhlantakkan Afghanistan atas nama 'war on terror'. Lalu setelah negara
itu memporak porandakan Irak karena menuduh Saddam Hussein memiliki senjata
biologis pemusnah massal, di manakah gerangan senjata itu?
Apakah saya percaya teori konspirasi? Tidak
juga, sebenarnya. Saya hanya tidak bisa berpura-pura bodoh tidak melihat benang
merah dan pola dari berbagai hal yang telah terjadi pada negara-negara Islam
sejak 9/11. Dan jika memang ISIS adalah 'pasukan pembela Islam yang ingin
menegakkan khilafah', mengapa mereka tak sedikitpun menyentuh Israel? Mengapa
mereka tak berani untuk sekadar bergabung membela rakyat Palestina yang
berjuang di jalur Gaza? Siapa yang sebenarnya dibela ISIS? Kepada siapa mereka
mengabdi?
Ada yang aneh dengan semua ini. Kita tengah
digiring untuk percaya bahwa apa yang terjadi di dunia hanya fenomena perebutan
kekuasaan belaka. Politics as usual. Bahwa ada kelompok tertentu, yang seenaknya
dilabeli 'jihadis' membuat kekacauan di berbagai tempat, menbunuh banyak orang,
dan karenanya harus dihabisi dengan cara menghabisi negara-negara Islam yang
menjadi 'rumah' mereka? Bahwa atas nama kemanusiaan, artinya negara-negara
Barat dengan persenjataan canggih boleh membombardir negara-negara Islam yang
menjadi sarang 'teroris' itu? Bah!
Saya mengambil banyak resiko dengan menuliskan
semua kegelisahan ini: Akan ada orang yang menganggap saya tolol karena tidak
mengerti 'politik internasional', akan ada yang menganggap saya 'bodoh' karena
mempertanyakan semua ini, akan ada yang menganggap saya memihak kelompok
tertentu karena menentang 'standard ganda' yang diterapkan Amerika Serikat dan
sekutu-sekutunya. Tidak apa-apa, entoh saya hanya ingin bertanya sekaligus
menumpahkan segala kegelisahan saya selama ini. Silakan Anda menyebut dan
melabeli saya dengan apapun.
Yang jelas, bagi saya, apa yang terjadi sekarang
adalah perang para teroris. Teror yang dibalas dengan teror lainnya. Sementara
itu kita dipaksa untuk memilih berpihak pada yang mana? Terus berdebat tentang
kubu mana yang paling benar? Bah!
Saya tak mau berpihak pada kubu manapun. Saya
tak mau mendukung kebiadaban manapun. Teror yang dilakukan aktor non-negara
ataupun negara adalah kejahatan kemanusiaan yang sesegera mungkin harus
dihentikan! Kekerasan yang dilawan kekerasan haya akan terus membuat dunia
porak-poranda, dan korban tak berdosa terus berjatuhan...
ISIS adalah teroris. Negara-negara yang
menghancurkan dan menyerang negara lain adalah teroris yang lebih besar lagi.
Mereka harus dilawan. Mereka harus dihentikan. Bagaimana caranya? Mungkin
susah... Tapi mungkin kita bisa memulainya dengan cara tak mengikuti logika
yang dibangun untuk melegalkan semua kejahatan mereka!
Surabaya, 21 November 2015
FAHD PAHDEPIE
Sumber FB FAHD PAHDEPIE
http://www.sahabatcyber.org/2015/11/saya-tak-bersama-perancis-saya-tak.html
PM Malaysia: Solusi Milliter Tidak Cukup Untuk Kalahkan Terorisme
Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak, menekankan
bahwa solusi militer semata tidak cukup untuk mengalahkan dan menghabisi aksi
terorisme global.
Pernyataan ini dikatakan dikatakan PM Najib Razak
dalam pertemuan dengan pemimpin negara bagian Malaysia pada hari Sabtu (21/11)
kemarin.
“Tidak ada orang diruangan ini yang tidak sedih
mendengar dan melihat sejumlah peristiwa yang terjadi dalam sepekan kebelakang.
Kita tentu merasa sedih dengan apa yang telah terjadi, akan tetapi respon
militer saja tidak cukup untuk mengalahkan orang-orang yang menginginkan
perang,” ujar PM Najib Razak.
PM Najib Razak melanjutkan, “Di waktu berkabung ini,
kita tidak boleh melupakan fakta bahwa kita juga harus memerangi kebohongan
ideologi mereka untuk memenangkan perang ini.”
Dunia saat ini memerlukan pemimpin seperti Mahatma
Gandhi, Nelson Mandela dan Martin Luther King yang memenangkan hati dan pikiran
musuh-musuh mereka, dan membalikannya menjadi teman. (Almasryalyoum/Ram)