Category: Aqidah
Published on Friday, 15
November 2013 15:55
Oleh
Syaikh DR. Imad Ali Abdus Sami’
Saya
tidak ingin pada pada bab ini memaparkan secara panjang lebar tentang akidah
Syi’ah, semisal masalah imamah, masalah caci mereka terhadap para sahabat Nabi,
masalah perubahan Al-Qur’anul Karim, atau lain sebagainya. Karena permasalahan
akidah seperti ini telah dibahas dalam banyak tulisan yang memang memusatkan
kajiannya pada sisi keakidahan kaum Syi’ah. Di sini, saya hanya ingin
menyebutkan beberapa akidah yang berkaitan dengan pengkhianatan. Akidah inilah
yang menjadi mesin penggerak bagi syi’ah dalam setiap pengkhianatannya. Dan
tidak diragukan lagi bahwa apa yang dilakukan manusia bersumber dari hasil
akidah yang dianutnya yang berada di dalam hati, ia terwujud dalam polah
keagamaan. Berdasar akidah itulah seseorang beragama, kemudian dengan kuatnya
dia berpegang pada akidah itu, serta berusaha dengan penuh loyalitas untuk
menjalankannya.
Dari
sini, Anda dapat melihat bahwa pengkhianatan Syi’ah kepada Ahli Sunnah merupakan bagian dari
sikap keagamaan mereka. Bahkan bagi mereka, hal itu merupakan sebuah jalan
pendekatan menuju ridha Allah Subhanahu wa ta’ala.
1.Kafir, Bagi Orang yang Tidak Beriman Terhadap
Otoritas Imam Itsna Asyariah (Imam Dua Belas)
Telah disebutkan dalam buku-buku dan referensi
syi’ah bahwa imamah adalah salah satu dasar dari beberapa dasar agama, dan
siapa yang mengingkari imamah atau mengingkari salah seorang imam yang ada,
maka orang tersebut dinyatakan telah kafir.
Pengarang kitab Hakikat Syi’ah telah menukilkan
pendapat dari berbagai perkataan para imam Syi’ah yang menetapkan akidah yang
seperti itu, dan saya akan paparkan kepada Anda beberapa di antaranya:
Pendapat salah seorang tokoh mereka, Muhammad bin
Ali bin Husein bin Babaweh Al-Qummi yang biasa mereka juluki dengan gelar
As-Shaduq, dalam risalah Al-I’tiqadat (hal. 103, Markas Nasyr Al-Kitab – Iran
1370 H) bunyinya, “Akidah kita meyakini bagi siapa yang menoloak imamah Amirul
Mukminin Ali bin Abi Thalib dan para imam setelahnya –Alaihissalaam- maka orang
tersebut bertanda telah menolak kenabian semua para nabi. Dan bagi siapa yang
mengakui Ali sebagai Amirul Mukminin tetapi mengingkari salah seorang imam
setelahnya, bertanda orang tersebut telah mengakui kenabian para nabi akan
tetapi mengingkari kenabian Nabi kita Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.” Dan ia
menukilkan sebuah hadits yang bersandar pada Al-Imam As-Shadiq yang berbunyi,
“Orang yang mengingkari generasi akhir kami, sama seperti mengingkari generasi
awal kami.”
Dia juga menukilkan sebuah hadits yang dinisbatkan
kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, yang berbunyi:
“Para imam setelahku (Nabi Muhammad) berjumlah dua
belas orang, yang pertama dari mereka adalah Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib
dan yang terakhir adalah Al-Qa’im (Imam Mahdi); ketaatan kamu kepada mereka
berarti ketaatannmu kepadaku, maksiat kemu kepada mereka berarti meksiat
kepadaku, siapa yang mengingkari salah seorang dari mereka maka berarti ia
telah mengingkari aku.”
Pendapat-pendapat dari para As-Shaduq ini dan
hadits-hadits yang mereka nukilkan, dinukil pula oleh ulama mereka, Muhammad
Bakir Al-Majlisi dalam kitab Bihar Al-Anwar, 27/ 61-62.
Jamaludin bin Al-Husein bin Yusuf bin Muthahar
Al-Hully menyebutkan secara tegas dalam kitabnya Al-Alfain Fi Imamah Amirul
Mukminin Ali bin Abi Thalib, halaman 13 cetakan ke-3 Mu’assasah Al-A’lami Lil
Mathbu’aat, 1982: “Imamah adalah kasih sayang yang umum (Al-Lutfu Al-Am), sedangkan
kenabian adalah kasih sayang yang khusus (Al-Lutfu Al-Khas), karena masih
mungkin ada zaman yang tidak ada seorang pun nabi hidup di zaman itu. Berbeda
dengan Al-Imam, karena dia akan datang kemudian. Pengingkaran terhadap Al-Lutfu
Al-Aam merupakan kejahatan yang lebih besar daripada pengingkaran terhadap
Al-Lutfu Al-Khas. Sampai di sini Imam As-Shadiq mengisyaratkan dengan
perkataannya terhadap orang yang mengingkari keberadaan imamah, baik pada para
imam yang terdahulu maupun imam yang terakhir, sebagai sejahat-jahatnya
manusia.”
Berkata Syaikh Yusuf Al-Bahraani di dalam
ensiklopedinya yang diakui para pemeluk Syi’ah sebagai buku pegangan mereka,
dengan judul Al-Hada’iq An-Nadirah Fi Ahkam Al-Itrah At-Thahirah, 18/153 Dar
Al-Adwa’, Beirut, Libanon, ”Apakah ada perbedaan antara kelompok yang
mengingkari para imam, padahal masalah imamah telah ditetapkan sebagai bagian
dari dasar agama?!”
Berkata Al-Mulla Muhammad Bakir Al-Majlisi yang
mempunyai gelar keilmuan Al-Allamah Al-Hujjah Al-Fakhr Al-Ummah di dalam kitab
Bihar Al-Anwar, 23/390: ”Ketahuilah, bahwa syirik dan kufur yang
sebenar-benarnya ditujukan terhadap orang yang tidak mengitikadkan imamah
amirul mukminin dan para imam dari keturunannya dan meyakini bahwa mereka
memiliki derajat keutamaan atas selainnya. Bagi orang yang tidak beritikad
demikian, maka mereka akan kekal di dalam neraka.”
Berkata Syaikh Muhammad Hassan An-Najfi dalam
kitab Jawahir Al-Kallam, 6/62 Dar Ihya’ At-Turats Al-Arabi , Beirut: ”Orang
yang berbeda dengan ahli haq adalah kafir tanpa ada perselisihan di antara
kami.” Pendapat yang sama dianut oleh Al-Mukhki dari Al-Fadhil Muhammad Shaleh
dalam kitab Syarh Ushul Al-Kafi dan Asy-Syarif Al-Qadhi Nurullah dalam kitab
Ihqaqul Haq: ”Kufur hukumnya orang yang mengingkari otoritas para imam, karena
itu merupakan salah satu dasar agama.”
Telah menukilkan Syaikh Muhsin At-Thabathaba’i
yang bergelar Al-Hakim: ”Kafir hukumnya bagi orang yang menyalahi para imam,
dan ini tanpa ada perselisihan di antara mereka.” Tercantum dalam kitab
Mustamsik Al-Urwah Al-Wutsqa, 1/392 Cet. Ke-3 Mathba’ah Al-Adab An-Najaf, 1970.
Berkata Ayatullah As-Syaikh Abdullah, yang biasa
mereka kenal dengan sebutan Al-Allamah At-Tsani dalam kitab Tanqihul Maqaam,
1/208 bab Al-Fawa’id An-Najf, 1952. Pesan yang terpenting yang kita terima
adalah, ”Di akhirat nanti dianggap kafir dan musyrik bagi orang yang tidak
mengikuti Imam dua belas.”
Berkata Ayatullah Al-Uzhma sekaligus tokoh sentral
mereka, Abdul Qasim Al-Khu’iy dalam kitabnya Misbah Al-Faqahah Fi Al-Muamalat,
2/11 Dar Al-Hadi Beirut: ”Tidak ada keraguan untuk mengkafirkan orang yang
menyalahi imam, karena keingkaran mereka terhadap para imam, walaupun
pengingkaran itu hanya terhadap salah seorang di antara mereka. Sebagaimana
tidak ada keraguan mengkafirkan terhadap mereka yang memiliki keyakinan/akidah
yang menyimpang, seperti Jabariyah dan lain sebagainya. Wajib dihukumi sebagai
kafir dan zindiq, hal itu sesuai dengan akhbarul mutawatir yang secara jelas
mengkafirkan orang yang mengingkari otoritas imam; karena yang demikian itu,
menunjukkan tidak adanya persaudaraan dan tidak adanya kewajiban saling
melindungi antara kita dengan mereka.”
Berkata Syaikh Muhammad Hassan An-Najfi,
iamengeluarkan pernyataan yang lantang mengenai permusuhan Syiah dengan Ahli
Sunnah, halitu terdapat di dalam ensiklopedi fikih terbesar di kalangan kaum
Syi’ah, yaitu kitab Jawahir Al-Kalam fi Syarai’ Al-Islam, 22/62, yang berbunyi:
”Sudah sama-sama kita ketahui, bahwa Allah
Subhanahu wa Ta’ala mengikat tali persaudaraan di antara kaum mukminin,
sebagaimana dalam firman-Nya,
”Sesungguhnya orang mukmin itu bersaudara.”
(Al-Hujaraat: 10)Tetapi tidak dengan mereka, bagaimana mungkin kita bisa
membayangkan adanya persaudaraan di antara kaum mukminin dan orang yang
menyalahi otoritas imam, karena hadits-hadits yang mutawatir dan ayat-ayat
Al-Qur’an telah begitu banyak mewajibkan kita memerangi mereka dan berlepas
diri dari mereka.”
Berkata Al-Allamah As-Sayyid Abdullah Syabr yang
biasa dikenal dengan As-Sayyid Al-A’zham Al-Imam Al-Aqwam Allamatul Ulama wa
tajul Fuqaha Ra’isul Millah wa Ad-Diin Jami’ Al-Ma’qul wa Al-Manqul Muhadzib
Al-Furu’ wa Al-Ushul dalam kitabnya Haqqul Yakin Fi Ma’rifati ushuliddin,
21/1/88, Beirut:
”Adapun semua orang yang menyalahi imam dan orang
yang tidak loyal dan tidak mendukung, serta tidak fanatik terhadap para imam,
semisal Sayid Al-Murtadha, maka mereka telah kafir di dunia dan akhirat, dan
mereka termasuk orang kafir yang kekal di neraka kelak.”
Dari pendapat-pendapat tersebut, Anda bisa
mengetahui bahwa akidah Syiah telah jelas-jelas mengkafirkan kaum Ahli Sunnah.
Karena itulah, mereka bebas memusuhi dan mengkhianati Ahli Sunnah dan
menghalalkan darah serta harta benda kaum Ahli Sunnah, sebagaimana akan kami
jelaskan pada paparan berikut (pada buku PENGKHIANATAN-PENGKHIANATAN SYI’AH dan
Pengaruhnya Terhadap Kekalahan Umat Islam).
((Sumber:
Buku PENGKHIANATAN-PENGKHIANATAN SYI’AH dan Pengaruhnya Terhadap Kekalahan Umat
Islam. Karya DR. Imad Ali Abdus Sami’, hal. 13-19))
Published on Friday, 15
November 2013 16:29
Oleh
Syaikh DR. Imad Ali Abdus Sami’
Di
sini, saya hanya ingin menyebutkan beberapa akidah yang berkaitan dengan
pengkhianatan. Akidah inilah yang menjadi mesin penggerak bagi syi’ah dalam
setiap pengkhianatannya. Dan tidak diragukan lagi bahwa apa yang dilakukan
manusia bersumber dari hasil akidah yang dianutnya yang berada di dalam hati,
ia terwujud dalam polah keagamaan. Berdasar akidah itulah seseorang beragama,
kemudian dengan kuatnya dia berpegang pada akidah itu, serta berusaha dengan
penuh loyalitas untuk menjalankannya.
Dari
sini, Anda dapat melihat bahwa pengkhianatan Syi’ah kepada Ahli Sunnah
merupakan bagian dari sikap keagamaan mereka. Bahkan bagi mereka, hal itu
merupakan sebuah jalan pendekatan menuju ridha Allah Subhanahu wa ta’ala.
Pada
pembahasan sebelumnya telah disebutkan bahwa diantara akidah Syi'ah yang
melatar belakangi pengkhianatan mereka kepada umat islam adalah Orang yang
Tidak Beriman Terhadap Otoritas Imam Itsna Asyariah (Imam Dua Belas),Adalah
Kafir, dan berikutnya yaitu:
(.)Syi’ah Meyakini Bahwa Ahli Sunnah Memusuhi
Ahli Bait.
Akidah
yang paling berbahaya yang menyulut api pengkhianatan dalam dada kaum Syi’ah
adalah keyakinan mereka bahwa Ahli Sunnah musuh bagi Ahli Bait Rasulullah
Shallallahu ’Alaihi wa Sallam, mereka membenci, memarahi dan mencela Ahli Bait.
Maka menurut Syi’ah; dalam pandangan kaum Ahli Sunnah, Ahli Bait adalah musuh
bahkan sebesar-besarnya musuh. Karena itulah, mereka menyebut Ahli Sunnah
dengan gelar An-Nawasib yaitu orang-orang yang sangat bersungguh-sungguh dalam
memusuhi Ahli Bait.
Karena
demikian, ada beberapa pendapat dari para syaikh, juru bicara, fuqaha kaum
Syi’ah yang menerangkan bahwa musuh kaum Syi’ah yang sebenarnya adalah Ahli
Sunnah, bukan yang lain.
Berkata
seorang syaikh, alim, muhaqqiq (komentator), mudaqqiq (para ahli), Husain bin
As-Syaikh Muhammad Ali Ushfur Ad-Daraazi Al-Bahrani As-Syi’i dalam kitabnya
Al-Muhaasin An-Nafsaaniyah fi Ajwibah Al-Masa’il Al-Khurasaniyah hlm. 147 cet.
Beirut:
”…Bahkan
imam-imam kaum Syi’ah meyebutkan, bahwa An-Nasib (orang yang sangat memusuhi
Syi’ah) adalah yang mereka kenal dengan sebutan Sunni, dan tidak ada satu pun
pendapat yang menunjukkan bahwa lafal An-Nasib dimaksudkan sebagai orang yang
melaksanakan sunnah.”
Berkata
Asy-Syaikh Asy-Syi’i Ali Alu Muhsin dalam kitabnya Kasyful Al-Haqa’iq, Daar
As-Safwah, Bairut, hlm. 249, ”Adapun An-Nawasib (ornag yang sangat memusuhi)
dari ulama Ahli Sunnah berjumlah sangat benyak, di antara mereka adalah; Ibnu
Taimiyah, ibnu Katsir ad-Dimasyq, ibnul jauzi, Syamsuddin Adz-Dzahabi, Ibnu
Hazm Al-Andalusi, dan lain-lain.”
Al-Allamah
Asy-Syi’i Muhsin Al-Mu’allim telah meyebutkan dalam kitabnya An-Nasbu wan
Nawasib, cet. Dar Al-hadi, Bairut, pada Bab V Pasal 3 hlm. 259 dengan judul
An-Nawasib Fi Al-Ibaad Aktsar min Mi’atai nasib (Orang yang paling memusuhi
kaum Syi’ah berjumlah lebih dari 200 orang) –menurut pandangan mereka- di
antaranya adalah:
”Umar
bin Al-Khathtab, Abu Bakar As-Siddiq, utsman bin Affan, Ummul Mukminin ’Aisyah,
Anas bin Malik, Hasan bin Sabit, Az-Zubair bin Al-Awwam, Said bin Al-Musayyab,
Sa’ad bin Abi Waqqas, Thalhah bin Ubaidillah, Al-Imam Al-Auza’i, Al-Imam Malik,
Abu Musa Al-Asy’ari, Urwah bin Az-Zubair, Al-Imam Adz-Dzahabi, Al-Imam
Al-Bukhari, Az-Zuhri, Al-Mughirah bin Su’bah, Abu Bakar Al-Baqilani, Asy-Syaikh
Hamid (Ketua Anshar As-Sunnah Al-Muhammadiyah di Mesir), Muhammad Rasyid Ridha,
Mahbuddin Al-Khatib, Mahmud Syukri Al-Alusi, dan lain-lain.”
Saya
belum tahu, siapakah yang tersisa dari Ahli Sunnah yang belum dimasukkan oleh
kaum Syi’ah dalam kelompok kaum An-Nawasib?!
DR.
Asy-Syi’i Muhammad At-Tijani berkata dalam kiyabnya Asy-Syi’ah Hum Ahlus
Sunnah, terbitan Mu’assasah Al-Fajr di London dan Bairut:
”Ahli
hadits (Syi’ah) adalah Ahlu Sunnah wal Jama’ah, terbukti dengan dalil yang
tidak diragukan lagi. Ahli Sunnah; kata Sunnah yang dimaksud kaum Sunni adalah
membenci Ali bin Abi Thalib, mencaci makinya, dan tidak memberikan pertolongan
kepadanya itulah yang disebut An-Nasbu (orang yang sangat memusuhi).”
Sang
penulis juga mengatakan di dalam bukunya: ”Maka dari itu, cukup dapat
diketahui, bahwa madzhab An-Nawasib adalah madzhab Ahli Sunnah wal Jama’ah.”
Pada
halaman 163 disebutkan: ”Setelah dipaparkan semua keterangan, tampaklah jelas
bahwa pengertian An-Nawasib dimaksudkan untuk orang-orang yang memusuhi Ali
’Alaihissalaam dan memerangi Ahli Bait, dan mereka adalah orang-orang yang
menyebut dirinya dengan sebutan Ahli Sunnah wal Jama’ah.”
Pada
halaman 295 dikatakan: ”Jika kita ingin memperluas pembahasan, niscaya kita
akan mengatakan bahwa kaum Ahli Sunnah wal Jama’ahlah yang telah memerangi Ahli
Bait Nabi dengan pimpinan Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah.”
At-Tijani
telah mencantumkan dalam buku yang sama, sebuah pasal yang berjudul Permusuhan
Ahli Sunnah terhadap Ahli bait; Penyingkapan terhadap Identitas Mereka.
Iamenyebutkan pada hal. 159, di antaranya:
”Penulis
berdiri tercengang ketika mendapati kenyataan yang sangat berseberangan
mengenai Ahli Sunnah wal Jama’ah, dan penulis mendapati bahwa mereka adalah
musuh Ahli Bait, merekalah yang memerangai Ahli Bait, mencaci-maki, dan
melakukan tindakan yang mengakibatkan terbunuhnya para Ahli Bait, puncaknya
merekamenghapus semua peniggalan para Ahlu Bait.”
Pada
hlm. 164, ia melanjutkan: ”Jika kita melihat dari dekat apa yang tersembungi
pada pasal ini, maka Anda akan mengetahui sisi yang tersembunyi dari Ahli
Sunnah, bahwa mereka akan selalu benci terhadap Ahli Bait Nabi Shallallahu
’Alaihi wa Sallam, sampai tidak ada satu pun peninggalan Ahli Bait kecuali
telah diubah oleh Ahli Sunnah.”
Pada
hlm. 299, ia melanjutkan: ”Setelah melihat dan meneliti akidah Ahli Sunnah wal
Jama’ah, sekaligus pula kepada referensi mereka, dan pola laku tindakan mereka
dalam catatan sejarah terhadap Ahli bait, mereka mengasah pedang mereka untuk
membunuh Ahlu bait, dan menggunakan pena-pena mereka untuk mendeskreditkan Ahlu
Bait sesuai dengan keinginan mereka dan untuk mengibarkan bendera permusuhan
mereka.”
Pembaca…!
Ini hanyalah sebelintir dari begitu banyaknya bukti ucapan yang menjelaskan
kepada kita tentang akidah Syi’ah; berisi keyakinan adanya permusuhan Ahli
Sunnah kepada Ahli Bait, akan tetapi, yang Ahli Sunnah benci adalah orang-orang
yang membenci dan menjelek-jelekkan Ahli Bait rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wa
Sallam, mengatakan sesuatu atas nama Ahli Bait, dan menisbatkan diri kepada
mereka dengan penuh kebohongan.
Selanjutnya,
Anda akan kami sodorkan beberapa hal mengenai pengkhianatan Syi’ah yang
didasari karena pemahaman akidah mereka. Ketika kaum Syi’ah berkhianat terhadap
Ahli Sunnah, maka hal itu dianggap sebagai suatu kebajikan, dan amal shaleh,
karena mereka telah menolong Ahlu Bait dari musuh dan pendengki mereka.
((Sumber: Buku PENGKHIANATAN-PENGKHIANATAN
SYI’AH dan Pengaruhnya Terhadap Kekalahan Umat Islam. Karya DR. Imad Ali Abdus
Sami’, hal. 19-23))