Friday, August 29, 2014

Hanya Sebagian Shahabat yang Dijanjikan Surga ? [QS. Al-Fath : 29]


Diposkan oleh Abu Al-Jauzaa' : di 00.14 
Label: Al-Qur'an dan TafsirSyi'ah

Pertanyaan : “Orang Syi’ah mengatakan bahwa yang dijanjikan ampunan dan pahalan yang besar (surga) dalam QS. Al-Fath ayat 29 hanyalah sebagian shahabat saja, karena Allah memakai kata ‘minhum’ yang bermakna ‘sebagian’. Benarkah perkataan ini ?”.
Jawab : Terima kasih atas pertanyaannya. Allah taalaberfirman:
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الإنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shalih ‘dari mereka’ ampunan dan pahala yang besar” [QS. Al-Fath : 29].
Kata ‘min’ dalam kalimat ‘wa’adallahul-ladziina aamanuu wa ‘amilush-shaalihaati minhummaghfiratan wa ajran ‘adhiiman’ maknanya bukanlah ‘tab’iidl’ (yang menunjukkan sebagian). Para ulama telah menjelaskan bahwa kata ‘min’ di situ maknanya ada dua, yaitu :
1.     Min jinsihim wa amtsalihim (min yang menunjukkan dari jenisnya dan yang semisalnya), sebagaimana firman Allah ta’ala :
ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ حُرُمَاتِ اللَّهِ فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ عِنْدَ رَبِّهِ وَأُحِلَّتْ لَكُمُ الأنْعَامُ إِلا مَا يُتْلَى عَلَيْكُمْ فَاجْتَنِبُوا الرِّجْسَ مِنَالأوْثَانِ وَاجْتَنِبُوا قَوْلَ الزُّورِ
Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya. Dan telah dihalalkan bagi kamu semua binatang ternak, terkecuali yang diterangkan kepadamu keharamannya, maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta” [QS. Al-Hajj : 30].
Min dalam ayat di atas bukanlah tab’iidliyyah sehingga bermakna ‘hanya sebagian berhala saja yang dijauhi’. Akan tetapi maknanya adalah ‘min jinsihim wa amtsalihim’ sehingga yang diperintahkan untuk dijauhi adalah kenajisan dari semua macam jenis berhala.
2.     Min muakkidah (min yang menunjukkan makna penekanan), sebagaimana firman Allahta’ala :
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلا خَسَارًا
Dan Kami turunkan dari Al Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang lalim selain kerugian” [QS. Al-Israa’ : 82].
Min dalam ayat itu maknanya bukan ‘sebagian’, sehingga hanya ‘sebagian’ Al-Qur’an saja yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang beriman. Akan tetapi min di situ menunjukkan penekanan bahwa Al-Qur’an keseluruhannya menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang beriman.
Inilah yang dijelaskan para ulama[1] saat membahas QS. Al-Fath ayat 29.
Selain itu, dapat kita lihat bahwa konteks QS. Al-Fath ayat 29 secara keseluruhan membicarakan tentang pujian dengan sifat:
a.     keras terhadap orang-orang kafir;
b.     berkasih sayang sesama mereka;
c.      rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya;
d.     tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.
Sifat-sifat ini adalah sifat yang dimiliki oleh orang-orang yang bersama Muhammadshallallaahu ‘alaihi wa sallam yang disebutkan di awal ayat:
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ....
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka……”.
Sangat aneh jika kemudian minhum yang ada di akhir ayat dimaknai tab’iidliyyah.
Kesimpulan : Perkataan orang Syi’ah itu salah.
Wallaahu a’lam bish-shawwaab.
[abul-jauzaa’ – perumahan ciomas permai, ciapus, ciomas, bogor – 09031435/11012014 – 00:15 – baca juga artikel : Mencela Shahabat].


[1]      Ibnu Katsiir rahimahullah berkata :
"من" هذه لبيان الجنس
’Min’ dalam ayat ini adalah untuk menjelaskan jenisnya (li-bayaanil-jins)” [Tafsiir Al-Qur’aanil-‘Adhiim, 7/363].
Al-Qurthubiy rahimahullah berkata :
وليست {من} في قوله: {منهم} مبعضة لقوم من الصحابة دون قوم، ولكنها عامة مجنسة، مثل قوله تعالى: {فَاجْتَنِبُوا الرِّجْسَ مِنَ الْأَوْثَانِ} [الحج: 30]
Min’ dalam firman-Nya ‘minhum’ bukanlah untuk menunjukkan sebagian orang dari kalangan shahabat dan tidak sebagian yang lain. Akan tetapi min di situ adalah menunjukkan umum untuk jenisnya, seperti firman-Nya ta’ala : ‘maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu’ (QS. Al-Hajj : 30)” [Jaami’ li-Ahkaamil-Qur’aan, 16/295-296].

Definisi Sahabat
29 June 2012
Jika Anda baru berkunjung, jangan lupa untuk Berlangganan Gratis(via email/RSS). Terima kasih atas kunjungannya!
 “Mereka mengajarkan kepada kita sunnah Rasulullullah, mereka adalah orang – orang yang secara langsung menyaksikan turunnya wahyu kepada Rasulullah “/ Imam Syafi’ie Rahimahullah.
Abu bakar Shiddiq radiyallahu ‘anhu,’Umar bin khatabb Radiyallahu ‘anhu ,’Ustman bin ‘Affan radiyallahu ‘anhu ,’Ali Radiyallahu ‘anhu, Mu’awiyah radiyallahu ‘anhu, Ibnu ‘Abbas radiyallahu ‘anhuma.
Melihat nama nama di atas, tentu terlintas sesuatu di benak yang mengatakan adanya hubungan antar satu nama dengan lainnya, ..aha.. anda benar “sahabat Nabi !” , deretan nama diatas hanyalah sebagian kecil dari keseluruhan sahabat Nabi .
“Sahabat Nabi “, ketika terdengung di telinga tak ayal pikiran mengawang menuju masa 14 abad yang lalu dimana gurun pasir terbentang luas di tanah Arab lengkap dengan pedang – pedang yang digenggam para sahabat Nabi  ketika berperang.
Atau terlintas di pikiran kita yaitu orang – orang yang selalu di samping Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang merupakan manusia – manusia ahli ibadah. namun sejatinya apakah definisi sahabat ini? Apakah hewan – hewan yang bertemu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di zaman beliau merupakan sahabat? Bagaimana pula dengan Najasyi yang beriman di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam , namun tidak pernah bertemu dengan beliau, di sebut sahabatkah? Untuk mengetahui itu semua ada baiknya kita menyelami tulisan tulisan para ulama tentang definisi sahabat, kedudukan mereka dan sebagainya.
DEFINISI SAHABAT
Ibnu Hajar Al-asqolanie -seorang ulama hadist abad ke 9- berkata tentang definisi Sahabat :
“من لقي النبي صلى الله عليه و اله و سلم مؤمنا به و مات على الإسلام”
(Man laqiya an-Nabi yya shollallahu a’laihi wa alihi wa sallam mu’minan bihi wa maata ‘ala al-islam)
“Siapa saja yang berjumpa dengan Nabi  shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian beriman kepadanya dan wafat dalam keadaan Islam” (lihat : Al- Isobah fie tamyiezi as-sohabah,ibnu hajar 1/10 . Dinukil dari : Ruwat al-Hadist ,DR.’Awwad Ar-ruwaisyie, hal : 26)
Melihat Definisi di atas maka tergambar jelas siapa saja yang masuk dalam kategori sahabat dan yang bukan.
Yang termasuk dalam definisi Sahabat di atas adalah :
[a] Pria Dan Wanita
Definisi di atas menggunakan kata “man” yang ditunjukkan untuk sesuatu yang berakal, berarti “siapa saja baik laki –laki maupun perempuan yang berakal” termasuk dalam kata ini.
[b] Orang yg bertemu dgn Nabi  shallallahu ‘alaihi wa sallam baik lama atau sebentar, baik meriwayatkan hadits dari beliau atau tidak, baik ikut berperang bersama beliau atau tidak. Demikian juga orang yang pernah melihat beliau sekalipun tidak duduk dalam majelis beliau, atau orang yang pernah berjumpa dengan beliau walaupun tidak melihat karena buta
[c] Masuk dalam definisi ini pula orang yg beriman lalu murtad kemudian kembali lagi kedalam Islam dan wafat dalam keadaan Islam seperti Asy’ats bin Qais.
Yang Tidak Termasuk Definisi di Atas :
[a] Orang gila, hewan,batu,tumbuh – tumbuhan dan sebagainya yang tidak berakal.
[b] Orang yang bertemu Rasul ‘alaihissholatu wassalam dalam keadaan kafir meskipun dia masuk Islam sesudah itu (yakni sesudah beliau wafat ).
[c] Orang – orang yang beriman di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan wafat dalam keadaan islam namun tidak pernah sama sekali berjumpa dengan beliau , seperti raja An-Najasyie.
[d] Orang yang beriman kepada Rasul shallallahu ‘alaihiwasallam kemudian murtad dan wafat dalam keadaan murtad. Wal’iyaadzu billah
BAGAIMANA BISA DIKETAHUI SESEORANG ITU DIKATAKAN SHAHABAT ?
Sahabat Dapat diketahui dengan beberapa cara :
[1] Kabar Mutawatir.
hafidz ‘iraqie berkata: “seperti abu bakar,’umar, dan sepuluh orang ahli surga” rhadiyallahu ‘anhum (kepastian mereka termasuk sahabat Nabi  shallallahu ‘alihi wasallam melalui kabar mutawatir)
[2] Kabar yang masyhur yg hampir mencapai derajat mutawatir seperti Dhamam bin Tsa’labah dan ‘Ukkaasyah bin Mihsan rhadiyallahu ‘anhuma
[3] Kesaksian oleh seorang shahabat lain atau oleh Tabi’in Tsiqat (terpercaya) bahwa si fulan itu seorang shahabat, seperti Hamamah bin Abi Hamamah Ad-Dausiy wafat di Ashfahan. Abu Musa Al-Asy’ari menyaksikan bahwa ia (Hamamah) mendengar hadits dari Nabi  shallallahu‘alaihiwasallam. [4].Seseorang yang mengaku ia seorang shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi waasallam. Namun hal ini diterima dengan dua syarat :
Pertama : Orang tersebut merupakan seseorang yang terpercaya
Kedua : Memungkinkan bahwa ia bertemu dengan Rasulullah Shalla llahu ‘alaihi wa sallam , dan ulama mensyaratkan wafatnya tidak melebihi tahun 110H
Meminjam pribahasa “tak kenal maka tak sayang’, semoga dengan definisi sahabat di atas dan bagaimana cara mengetahui seseorang dapat dikatakan sahabat atau bukan bisa membuat diri ini semakin sayang dan cinta terhadap mereka.
Bukti cinta yang benar terhadap Nabi  shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat adalah dengan mengikuti jalan yang mereka tempuh. Ridha ilahi ditambah surga adalah hadiah yang Allah ta’ala berikan kepada orang – orang yang mengikuti para sahabat dengan baik.
Sebagaimana firman Allah ta’ala :
وَالسَّابِقُونَ الأوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (١٠٠)
“Artinya : Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) diantara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah, dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, dan mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar” [At-Taubah : 100]
Wallahu ta’ala a’lam.
Madinah, 6 jumadil tsanie 1433 h/ 27 april 2012
Oleh : Rizqo Kamil Ibrahim
Referensi :
- Ruwat al-Hadist,DR.’Awwad ar-ruwaitsi,mudzakkiroh li tullab kulliyat al-hadist mustawa ats-tsanie.
Last modified on Thursday, 10 May 2012 21:28Written by  Rizqo Kamil Ibrahim