Monday, April 27, 2015

Sukses Lumpuhkan Milisi Syiah Houthi Yaman kini Rezim Assad Diambang Kehancuran [ Insya Allah ], marg bar rafidhah !

Sukses Lumpuhkan Milisi Syiah Houthi Yaman, Raja Salman Banjir Pujian

Keputusan yang diambil Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz yang memimpin Koalisi Teluk dalam membombardir Yaman untuk memerangi milisi Syiah Houthi dianggap sukses setelah serangan ke Yaman diakhiri. Raja Salman banjir pujian dari para pejabat tinggi Kerajaaan Arab Saudi.

Gubernur daerah, menteri dan tokoh-tokoh penting di Kerajaan Arab Saudi ramai-ramai mengucapkan selamat kepada Raja Salman yang dijuluki sebagai “Penjaga Dua Masjid Suci” itu. Menurut mereka, agresi militer dengan nama “Operation Decisive Storm” sukses dan Raja Salman dianggap berhasil membela perbatasan Saudi dari agresi asing.

”Operasi anti-Houthi sukses besar,” kata Gubernur Makkah, Pangeran Khaled Al-Faisal dalam pesan ucapan selamat kepada Raja Salman.”Keputusan yang diambil oleh Raja untuk meluncurkan ‘Operation Decisive Storm’ telah mengejutkan dunia dan mencerminkan kemampuan dan keberanian Kerajaan (Saudi) untuk membela kebenaran,” katanya lagi, seperti dilansir Arab News, Kamis (23/4/2015).

Agresi militer Koalisi Teluk yang dipimpin Arab Saudi diakhiri pada Selasa lalu. Agresi itu diklaim atas permintaan presiden sah Yaman, Abed Rabbo Mansour Hadi.

Menteri Garda Nasional Saudi, Pangeran Miteb bin Abdullah juga mengucapkan selamat kepada Raja Salman dan para pemimpin Koalisi Teluk atas keberhasilannya dalam memerangi Houthi di Yaman. 

Pangeran Miteb mengatakan, Garda Nasional akan terus berkoordinasi dengan Menteri Pertahanan dan Menteri Dalam Negeri dalam segala situasi. ”Koordinasi ini tidak akan terbatas pada ‘Operation Decisive Storm’m” imbuh dia.

Washington Post: Rezim Assad Diambang Kehancuran
[ Insya Allah ]
Surat kabar kenamaan Amerika Serikat, Washington Post, menyatakan bahwa rezim Bashar al-Assad berada dalam posisi mengkhawatirkan setelah serangkaian kemenangan besar faksi-faksi perjuangan revolusi Suriah dalam beberapa waktu terakhir.
Dalam analisisnya, Washington Post menyebut dua faktor utama yang menyebabkan rezim Bashar Al Assad kini diambang kehancuran setelah meletusnya revolusi Suriah pada tahun 2011 lalu, selain fokus Iran dalam membantu pemerintah Irak menghadapi Negara Islam.
Yang pertama adalah; Kerjasama diagonal Saudi-Turki menjadi sebab kemenangan besar pejuang revolusi Suriah
Sejak mewarisi tahta pada bulan Januari lalu, Raja Salman terus bergerak agresif untuk mencegah hegmoni Iran yang terus berkembang di kawasan Timur Tengah, salah satunya dengan menjalin kerjasama dengan Qatar dan Turki.
Kita dapat melihat kerjasama Saudi-Qatar-Turki dalam mendukung faksi-faksi kecil perjuangan Suriah yang sebagian besar berideologi Islam, dan menjadikannya satu dibawah nama “Pasukan Pembebasan.”
Dalam prestasinya, faksi pejuangan Suriah yang didukung oleh Trio Timur Tengah ini telah menyebabkan hilangnya sejumlah provinsi penting seperti Idlib dari kekuasaan pasukan Bahsar Al Assad sejak awal tahun 2015.
Menurut Washington Post alasan Raja Salman mendekat ke Turki yang notabenya adalah negara kuat di ujung Eropa dengan kemandirian ekonomi dan militernya, adalah kebutuhan Arab Saudi terhadap mitra kuat lainnya selain Amerika Serikat yang tengah sibuk dalam perang mereka di Irak.
Yang kedua adalah dukungan Iran yang semakin berkurang
Di saat rezim Suriah sangat bergantung pada pemerintah Iran yang telah mengirimkan pasukan, senjata, dana yang tidak terhenti kepada rezim Bashar Al Assad, kini negara Syiah tersebut harus berjuang menghadapi krisis ekonomi akibat sanksi internasional, serta pendanaan yang tidak terhenti dalam menghadapi milisi Negara Islam di Irak dan mendukung pemberontakan Syiah Houthi di Yaman.
Seperti dikutip surat kabar dari mantan utusan AS di Suriah, Robert Ford, mengatakan, “Kita tidak bisa mengesampingkan tanda-tanda runtuhnya rezim Suriah saat ini. Kemunduran tentara rezim di medan perang, kekurangan pasukan, tidak fokus dalam pertempuran yang dijalani menjadi tanda awal dari akhir kekuasaan mereka.”
Tidak bisa dikesampingkan bahwa bergabungnya 3 negara kuat di Timteng, Saudi-Qatar-Turki, telah memaksa pemerintah Teheran harus berfokus menghadapi sejumlah pilihan mendukung sekutu-sekutunya dikawasan. (Rassd/Ram)
http://www.eramuslim.com/berita/washington-post-rezim-assad-di-ambang-kehancuran.htm#.VT9aYCGqqko

Mulai Terdesak, Menhan Suriah Ngemis Bantuan Ke Iran
Selasa 28 April 2015 Menteri Pertahanan Suriah, Fahd Jassem al-Freij, memulai kunjungan 2 hariny ke Iran untuk membahas kerjasama militer kedua negara dalam menghadapi pejuang revolusi Suriah.
Seperti dilansir kantor berita SANA menyatakan bahwa dalam kunjungannya Menhan Fahd Jassem akan bertemu dengan rekan sejawat Menhan Iran Brigadir Jenderal Hossein Dehghan, membahas upaya koordinasi dan kerja sama antara kedua negara dalam menghadapi terorisme dan tantangan umum di wilayah
Ini adalah kunjungan intensif pertama pejabat penting Damaskus di tahun 2015, setelah sebelumnya pemerintah Teheran dikabarkan mengurangi bantuan ke Suriah akibat berfokus pada perang melawan mujahidin Negara Islam di Irak.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa sepanjang tahun 2014 pasukan Garda Revolusi Iran berperan penting dalam membantu pasukan pemerintah mempertahankan sejumlah wilayah strategis di Suriah.
Tercatat Komandan Korps pasukan khusus Garda Revolusi Iran, Jenderal Qassem Soleimani, beberapa kali terekam tengah memberikan pengarahan kepada tentara iran di Suriah.