Sunday, June 14, 2015

Pendidikan Iran Ternyata Anti Arab

Pemerhati urusan Iran, Dr. Nabil Atum, berpendapat bahwa persaingan dan konflik Iran dan negara-negara Arab, ternyata tidaklah terjadi hanya di bidang militer, geografi dan keamanan saja. Namun, juga terjadi di bidang pendidikan dan kebudayaan.
Di bidang pendidikan, Iran sengaja membuat gambaran yang rancu tentang bangsa Arab. Peradaban Arab di gambarkan secara sempit, dalam bentuk perbedaan dan persaingan madzhab, dimana sejarah bangsa Arab dipandang dengan sebelah mata dan direndahkan.
Hal ini sejalan dengan kajian dilakukan oleh pengamat Yordania, yang juga memperhatikan persamaan Iran dan Israel dalam sistem kurikulum pendidikan yang diajarkan di sekolah-sekolah negeri, dalam hubungannya dengan bangsa Arab.
Dr. Nabil Atum, dalam kajiannya pada buku-buku sekolah di Iran mendapati bahwa sistem pendidikan Iran, secara resmi menggambarkan bangsa Arab itu pembohong, kurang akhlak dan tidak berbudaya luhur. Kajian beliau mencakup lima buku yang memuat empat ribu halaman.
Kajian Dr. Nabil Atum ini didasari oleh besarnya perhatian orang-orang Iran untuk mengkaji kepribadian bangsa Arab dan capaian yang telah diperolehnya, dengan merujuk pada buku-buku yang di keluarkan pemerintah Iran.
Kaum muslim harus mengkaji dan mengkritisi buku-buku sekolah Iran, dalam semua jenjang pendidikan(SD, SMP, SMA), terlebih bahwa materi yang terdapat dalam buku-buku tersebut sudah diterima secara luas di Iran dan negeri-negeri yang berada di bawah pengaruhnya.
Syiar-syiar revolusi Iran yang terdapat dalam buku tersebut, yakni tentang wihdah islamiyah yang dicanangkan oleh Imam Khomaeni, 1979 tahun lalu, ternyata justru upaya untuk memecah belah umat islam dan bukan menyatukannya. Bukan persatuan islam yang dinginkan Khomaeni, melainkan persatuan Syiah Rofidloh untuk memerangi muslim ahlus sunnah. Na’udzubillah mindzalik.
Permusuhan Iran pada bangsa Arab yang digambarkan dalam buku-buku resmi ini bertujuan untuk memengaruhi dan membentuk pola pikir dan perilakurakyat Iran, termasuk sikapnya dalam masalah politiknya regional maupun global. Buku ini berusaha membentuk pemikiran pelajar Iran “Bangsa Arab memiliki permusuhan yang sangat dalam pada bangsa Iran, Permusuhan abadi yang harus selalu diwaspadai.” Ujarnya.
Masih menurut Dr. Nabil Atum, bahwa didalam buku tersebut Iran sengaja menggambarkan bangsa Arab jelek, buruk perangai tidak berperadaban. Namun, pada saat yang sama, pujian setinggi langit pada bangsa Persia begiitu nampak nyata. Hal ini akan membentuk pola pikir pelajar yang akan sulit untuk merubahnya di masa yang akan datang.
Iran sengaja dalam kurikulum pendidikannya mengabaikan hal-hal positif bangsa Arab, barangkali itu dilakukan karena metode penyusunannya yang berusaha agar isi buku tersebut sejalan dan tidak menyimpang dari semangat revolusi Iran, agama syiah dan nasionalisme Iran.
Buku-buku sekolah di Iran penuh dengan kebohongan terhadap hakikat sejarah, khususnya sejarah islam dan Arab, yang akan membuat pembacanya disuguhi berbagai kebohongan tentang keburukan, kejahatan dan penghinaan terhadap bangsa Arab. Mereka tiadak membuka ruang dialog pada rakyatnya, yang memungkinkan terbukanya hakikat Arab dan agama Islam yang sebenarnya.
Pengaruh Negatif Pada Pelajar Iran
Sikap resmi pemerintah Iran dalam sistem pendidikannya berpengaruh negatif pada para pelajar Iran dalam hubungannya dengan dunia Arab, yakni membuat pemuda dan rakyat Iran memendam kebencian dan permusuhan pada bangsa Arab.
Buku-buku ini banyak menyebutkan sejarah kelam hubungan Iran dan Arab (Islam Ahlus Sunah). Ironisnya, prespektif buruk selalu diarahkan pada Arab dan Ahlus Sunah dan yang baik ada pada bangsa Iran dan agama Syiah Rofidlohnya.
Ditanamkan dalam benak pemikiran rakyat Iran bahwa bangsa Arab dalam sejarahnya merupakan bangsa yang memerintah dan berkuasa dengan menggunakan pedang (kekerasan), sebuah bangsa yang merendahkan wanita.
Gambaran buruk tentang Arab ini membuat darah pemuda Iran mendidih sampai ke ubun-ubun, sehingga mereka berazam untuk siap mengorbankan segalanya untuk negaranya dalam melawan kejahatan bangsa Arab.
Di forum internasional, para pemimpin Iran selalu mengumandangkan semangat dialog dan mengedepankan maslahah, namun yang terjadi, dalam sistem pendidikannya, kebencian dan penghinaan pada bangsa Arab (Islam Ahlus Sunah) dilakukan secara sistematis.
Mungkinkah ini karena mereka menerapkan konsep taqiahnya pada bangsa Arab yang umumnya kaum muslim ahlus sunah?Jika tidak ada perubahan, maka menjadi jelas bagi kita bahwa sitem pendidikan Iran akan melanggengkan pemahaman dan sikap permusuhan penuh kebencian pada bangsa Arab.
Para pelajar Iran umunya bersikap sesuai dengan apa yang mereka pelajari di sekolahnya. karenanya, mereka gagal dalam berhubungan baik dengan banga arab, perasaannya selalu resah, takut dan tidak memiliki tsiqoh, meskipun arab itu muslim.
Sekolah-sekolah Iran hanya melahirkan orang-orang yang membenci Arab, muslim ahlus sunah. Pandangan mereka bahwa bangsa Arab merupakan sekumpulan kaum terbelakang, madzhabnya salah dan kebudayaanya tidak bisa diharapkan.
Dr. Nabil Atum mengatakan bahwa bangsa Iran dalam kajian sejarahnya berpegang pada dokumen yang menegaskan bahwa mereka berada di pihak bangsa Portugis (katholik, ahlu kitab) dan Cina (musyrikin) dalam perang melawan Arab (muslim ahlus sunah) sepanjang sejarah mereka.
Buku-buku sejarah Iran menegaskan bahwa bangsa Persia telah lebih dulu berkorban untuk membela islam yang hakiki, mereka percaya bahwa mereka faktor kunci perubahan dunia, yang akan membebaskan manusia dari kegelapan. Para pelajar Iran selalu dicekoki dengan anggapan penuh kebohongan ini, bahwa bangsa Arab, muslim ahlus sunah lah yang menjadi pengahalang utama keberhasilan cita-cita mereka.
Penulis: Anis Fatah