Saturday, August 8, 2015

Hadits Puasa 9 Hari Awal Bulan Dzulhijjah ? (Bagian 1)


Dari sebagian istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam :
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، وَتِسْعًا مِنْ ذِي الْحِجَّةِ، وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنَ الشَّهْرِ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَخَمِيسَيْنِ "
“Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam biasa melakukan puasa ‘Aasyuuraa’, puasa sembilan hari awal bulan Dzulhijjah, dan puasa tiga hari dalam setiap bulan : hari Senin pada awal bulan dan dua Kamis”.
Hadits ini lemah, karena terdapat idlthiraab dalam sanad dan matannya yang berporos pada Hunaidah bin Khaalid. Berikut penjelasannya jalur periwayatan hadits tersebut :

Hadits ini adalah hadits di atas. 
Diriwayatkan oleh An-Nasaa’iy[1] no. 2372 & 2417 dan dalam Al-Kubraa[2] no. 2693 & 2738, Ahmad[3] no. 21828 & 25928 & 26829, Ath-Thahawiy[4] dalamSyarh Ma’aanil-Aatsaar no. 2119, Al-Baihaqiy dalam Al-Kubraa[5] 4/284-285 dan dalam Syu’abul-Iimaan[6] no. 3754, Asy-Syajriy[7] dalam Al-Amaaliy no. 1831; dari beberapa jalan, semuanya dari Abu ‘Awaanah, dari Al-Hurr bin Ash-Shayyaah, dari Hunaidah bin Khaalid, dari istrinya, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku sebagian istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “... (al-hadits)....”.
Berikut keterangan para perawinya :
a.      Al-Wadldlaah bin ‘Abdillah Al-Yasykuuriy, Abu ‘Awaanah Al-Waasithiy Al-Bazzaar; seorang yang tsiqah lagi tsabat. Termasuk thabaqah ke-7, wafat tahun 175/176 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 1036 no. 7457].
b.      Al-Hurr bin Ash-Shayyaah An-Nakha’iy Al-Kuufiy; seorang yang tsiqah. Termasuk thabaqah ke-3. Dipakai oleh Abu Daawud, At-Tirmidziy, dan An-Nasaa’iy [Taqriibut-Tahdziib, hal. 227 no. 1168].
c.      Hunaidah bin Khaalid Al-Khuzaa’iy; seorang yang diperselisihkan status kebershahabatannya.
‘Abdurrahmaan bin Mahdiy meriwayatkan dari Abu ‘Awaanah dengan penyebutan lafadh : ‘sepuluh hari’. Diriwayatkan oleh An-Nasaa’iy[8] no. 2418 dan dalam Al-Kubraa[9] no. 2739 : Telah mengkhabarkan kepada kami Muhammad bin ‘Utsmaan bin Abi Shafwaan Ats-Tsaqafiy, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrahmaan, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Awaanah, dari Al-Hurr bin Ash-Shayyaah, dari Hunaidah bin Khaalid, dari istrinya, dari sebagian istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata :
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ الْعَشْرَ، وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ الِاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسَ "
“Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa sepuluh hari awal bulan Dzulhijjah dan tiga hari dalam setiap bulan, yaitu pada hari Senin dan Kamis” [selesai].
Keterangan para perawinya :
a.      Muhammad bin ‘Utsmaan bin Abi Shafwaan Ats-Tsaqafiy, Abu ‘Abdillah/Abu Shafwaan Al-Bashriy; seorang yang tsiqah. Termasuk thabaqah ke-11. Dan wafat tahun 252 H. Dipakai oleh Abu Daawud dan An-Nasaa’iy [Taqriibut-Tahdziib, hal. 877 no. 6171].
b.      ‘Abdurrahmaan bin Mahdiy bin Hassaan bin ‘Abdirrahmaan Al-‘Anbariy Abu Sa’iid Al-Bashriy; seorang yang tsiqahtsabt, lagi haafidh. Termasuk thabaqah ke-9, lahir tahun 135 H, dan wafat tahun 198 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 601 no. 4044].
Abu ‘Awaanah diselisihi Abu Khaitsamah dimana dalam periwayatannya, Hunaidah langsung mendengar riwayat dari Ummul-Mukminiin, tanpa menyebutkan puasa awal bulan Dzulhijjah. Diriwayatkan oleh An-Nasaa’iy[10] no. 2415 dan dalam Al-Kubraa[11] no. 2734 : Telah mengkhabarkan kepada kami ‘Aliy bin Muhammad bin ‘Aliy, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Khalaf bin Tamiim, dari Zuhair, dari Al-Hurr bin Ash-Shayyaah, ia berkata : Aku mendengar Hunaidah Al-Khuzaa’iyberkata : Aku pernah masuk menemui Ummul-Mukminiin, aku mendengarnya berkata :
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ، أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ، ثُمَّ الْخَمِيسَ، ثُمَّ الْخَمِيسَ الَّذِي يَلِيهِ
“Dulu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa tiga hari dalam setiap bulan, yaitu : awal hari Senin dalam satu bulan, kemudian hari Kamis, kemudian hari Kamis berikutnya” [selesai].
Keterangan para perawinya :
a.      ‘Aliy bin Muhammad bin ‘Aliy bin Abil-Madlaa’ Al-Mashiishiy Al-Qaadliy; seorang yang tsiqah. Termasuk thabaqah ke-11. Dipakai oleh An-Nasaa’iy [Taqriibut-Tahdziib, hal. 704 no. 4829].
b.      Khalaf bin Tamiim bin Abi ‘Attaab Maalik At-Tamiimiy Ad-Daarimiy, Abu ‘Abdirrahmaan Al-Kuufiy Al-; seorang yang tsiqah. Termasuk thabaqah ke-9, dan wafat tahun 206 H. Dipakai oleh An-Nasaa’iy dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 298 no. 1737 dan Tahriirut-Taqriib 1/362 no. 1727].
c.      Zuhair bin Mu’aawiyyah bin Hudaij bin Ruhail bin Zuhair bin Khaitsamah, Abu Khaitsamah Al-Ju’fiy Al-Kuufiy; seorang yang tsiqah lagi tsabat, kecuali riwayatnya dari Abu Ishaaq adalah dla’iif, karena ia mendengar riwayat darinya setelah ikhtilath-nya di akhir usianya/Abu Ishaaq. Termasuk thabaqah ke-7, lahir tahun 100 H, dan wafat tahun 172 H/173/174 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 342 no. 2062].
2.     Hadits Ummu Salamah radliyallaahu ‘anhaa.
Diriwayatkan oleh Abu Ya’laa[12] no. 6898, Ath-Thabaraaniy[13] dalam Al-Kabiir23/216 no. 397 & 23/420-421 no. 1017, dan Abul-Fadh Az-Zuhriy[14] dalamHadiits-nya no. 578; semuanya dari jalan Abu Bakr bin Abi Syaibah : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrahiim, dari Al-Hasan bin ‘Ubaidillah, dari Al-Hurr bin Ash-Shayyaah, dari Hunaidah Al-Khuzaa’iy, dari istrinya, dari Ummu Salamah, ia berkata : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepada kami :
صُمْ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ثَلاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ أَوَّلِهِ: الاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسَ، وَالْخَمِيسَ الَّذِي يَلِيهِ
Berpuasalah tiga hari dalam setiap bulan, yaitu : awalnya pada hari Senin, hari Kamis, dan kemudian hari Kamis berikutnya” [selesai].
Keterangan para perawinya :
a.      ‘Abdullah bin Muhammad bin Ibraahiim bin ‘Utsmaan Al-Khawaasitiy Al-‘Absiy, Abu Bakr bin Abi Syaibah Al-Kuufiy; seorang yang tsiqah, haafidh, shaahibut-tashaanif (mempunyai banyak karangan/tulisan). Termasuk thabaqah ke-10, dan wafat tahun 235 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah. [Taqriibut-Tahdziib, hal. 540 no. 3600].
b.      ‘Abdurrahiim bin Sulaimaan Al-Kinaaniy Ath-Thaa’iy, Abu ‘Aliy Al-Asyal Al-Marwaziy; seorang yang tsiqah, mempunyai beberapa tulisan. Termasukthabaqah ke-8, dan wafat tahun 187 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 607 no. 4084].
c.      Al-Hasan bin ‘Ubaidillah bin ‘Urwah An-Nakha’iy, Abu ‘Urwah Al-Kuufiy; seorang yang tsiqah lagi faadlil. Termasuk thabaqah ke-6, dan wafat tahun 139 H/142 H. Dipakai oleh Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 239 no. 1264].
‘Abdurrahiim diselisihi Muhammad bin Fudlail dimana ia (Muhammad bin Fudlail) meriwayatkan hadits Al-Hasan bin ‘Ubaidillah dengan menggugurkan Al-Hurr bin Ash-Shayyaah, dan membawakan ibu Hunaidah sebagai ganti istri Hunaidah.
Diriwayatkan oleh Abu Daawud[15] no. 2452, An-Nasaa’iy[16] no. 2419 dan dalamAl-Kubraa[17] no. 2740, Ahmad[18] no. 25940 & 26099, Abu Ya’laa[19] no. 6889 & 6898 & 6982, Ath-Thabariy[20] dalam Tahdziibul-Aatsaar no. 1219, dan Al-Baihaqiy dalam Al-Kubraa[21] 4/294 dan dalam Syu’abul-Iimaan[22] no. 3854; dari beberapa jalan, semuanya dari jalan Muhammad bin Fudlail : Telah menceritakan kepada kami Al-Hasan bin ‘Ubaidillah, dari Hunaidah Al-Khuzaa’iydari ibunya, ia berkata : Aku pernah masuk menemui Ummu Salamah radliyallaahu ‘anhaa dan aku bertanya kepadanya tentang puasa, lalu ia menjawab :
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُنِي أَنْ أَصُومَ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ، أَوَّلُهَا الِاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ
“Dulu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menyuruhku untuk berpuasa tiga hari dalam setiap bulan : yang pertama adalah puasa di hari Senin dan Kamis”.
Dalam riwayat Ahmad disebutkan dengan lafadh :
يَأْمُرُنِي أَنْ أَصُومَ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ، أَوَّلُهَا الِاثْنَيْنِ، وَالْجُمُعَةُ، وَالْخَمِيسُ
“Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam menyuruhku berpuasa tiga hari dalam setiap bulan, yaitu : awalnya pada hari Senin, Jum’at, lalu Kamis” [selesai].
Dalam riwayat An-Nasaa’iy (Al-Kubraa no. 2740) disebutkan dengan lafadh :
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُ بِصِيَامِ ثَلاثَةِ أَيَّامٍ أَوَّلَ خَمِيسٍ، وَالاثْنَيْنِ، وَالاثْنَيْنِ
“Dulu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menyuruhku berpuasa tiga hari (dalam setiap bulan), yaitu : awal hari Kamis, hari Senin, dan hari Senin (berikutnya)” [selesai].
Dalam riwayat Ath-Thabariy (Tahdziibul-Aatsaar no. 1219), Al-Baihaqiy (Al-Kubraa,4/294) dan Abu Ya’laa (no. 6898) disebutkan dengan lafadh :
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُنِي أَنْ أَصُومَ ثَلاثَةَ أَيَّامٍ مِنَ الشَّهْرِ: الاثْنَيْنِ، وَالْخَمِيسَ وَالْخَمِيسَ
“Dulu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menyuruhku berpuasa tiga hari dalam setiap bulan, yaitu : hari Senin, hari Kamis, dan hari Kamis (berikutnya)” [selesai].
Dalam riwayat Al-Baihaqiy (Syu’abul-Iimaan no. 3854) disebutkan dengan lafadh :
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُنِي أَنْ أَصُومَ ثَلاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَهَا الاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسَ
“Dulu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menyuruhku berpuasa tiga hari dalam setiap bulan, yaitu awalnya pada hari Senin dan Kamis” [selesai].
Lafadh hadits dalam jalur riwayat ini tidak menyebutkan puasa awal bulan Dzulhijjah, sedangkan penetapan jenis hari dalam puasa tiga hari setiap bulan berbeda-beda.
Muhammad bin Fudlail bin Ghazwaan bin Jariir Adl-Dlabbiy, Abu ‘Abdirahmaan Al-Kuufiy; seorang yang shaduuq. Termasuk thabaqah ke-9, wafat tahun 295 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 889 no. 6267].
Namun yang mahfuudh adalah riwayat ‘Abdurrahiim, karena ia lebih kuat/tsiqahdibandingkan Muhammad bin Fudlail.
Dapat kita lihat, lafadh dari jalan riwayat ini tidak menyebutkan puasa awal bulan Dzulhijjah. Riwayat Ummu Salamah ini mempunyai jalan lain – selain jalan Hunaidah – yang juga tanpa ada penyebutan puasa awal bulan Dzulhijjah :
Diriwayatkan oleh An-Nasaa’iy[23] no. 2365 dan dalam Al-Kubraa[24] no. 2686 : Telah mengkhabarkan kepadaku Abu Bakr bin ‘Aliy, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Abun-Nashr At-Tammaar, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Hammaad bin Salamah, dari ‘Aashim, dari Sawaa’, dari Ummu Salamah, ia berkata :
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ الِاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسَ مِنْ هَذِهِ الْجُمُعَةِ وَالِاثْنَيْنِ مِنَ الْمُقْبِلَةِ
“Dulu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa tiga hari dalam setiap bulan, yaitu : hari Senin dan hari Kamis pada pekan ini, dan hari Kamis pekan berikutnya” [selesai].
Keterangan para perawinya :
a.      Abu Bakr bin ‘Aliy namanya adalah : Ahmad bin ‘Aliy bin Sa’iid bin Ibraahiim Al-Qurasyiy Al-Umawiy Al-Marwaziy, Abu Bakr Al-Qaadliy; seorang yang tsiqahlagi haafidh. Termasuk thabaqah ke-12, lahir tahun 202 H, dan wafat tahun 292 H. Dipakai oleh An-Nasaa’iy [Taqriibut-Tahdziib, hal. 95 no. 81].
b.      Abun-Nashr At-Tammaar namanya adalah : ‘Abdul-Malik bin ‘Abdil-‘Aziiz Al-Qusyairiy An-Nasaa’iy, Abu Nashr At-Tammaar Ad-Daqiiqiy; seorang yangtsiqah. Termasuk thabaqah ke-9, lahir tahun 137 H, dan wafat tahun 228 H. Dipakai oleh Muslim dan An-Nasaa’iy [Taqriibut-Tahdziib, hal. 624 no. 4222].
c.      Hammaad bin Salamah bin Diinaar Al-Bashriy, Abu Salamah; seorang yang tsiqah, lagi ‘aabid, orang yang paling tsabt dalam periwayatan hadits Tsaabit (Al-Bunaaniy). Berubah hapalannya di akhir usianya. Termasuk thabaqah ke-8, wafat tahun 167 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy secara muallaq, Muslim, Abu Daawud, Ar-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 268-269 no. 1507].
d.      ‘Aashim bin Bahdalah/Ibnu Abin-Nujuud Al-Asadiy Al-Kuufiy, Abu Bakr Al-Muqri’; seorang yang shaduuq, namun mempunyai beberapa keraguan (wahm).Termasuk thabaqah ke-6, wafat tahun 128 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 471 no. 3071].
e.      Sawaa’ Al-Khuzaa’iy; seorang perawi maqbuul. Termasuk thabaqah ke-3. Dipakai oleh Abu Daawud dan An-Nasaa’iy [Taqriibut-Tahdziib, hal. 433 no. 2692].
3.     Hadits Hafshah bintu ‘Umar bin Al-Khaththaab radliyallaahu ‘anhaa.
Diriwayatkan oleh An-Nasaa’iy[25] no. 2416 dan dalam Al-Kubraa[26] 3/197-198, Ahmad[27] no. 25919, Abu Ya’laa[28] no. 7041 & 7048, Ibnu Hibbaan[29] 14/332-333 no. 6422, Ath-Thabaraaniy[30] dalam Al-Ausath no. 7831 dan dalam Al-Kabiir[31] no. 354 & 396, Al-Khathiib[32] dalam At-Taariikh 10/150 & 10/338 & 14/328, dan Al-Mizziy[33] dalam Tahdziibul-Kamaal 33/28; semuanya dari jalan Abun-Nadlr Haasyim bin Al-Qaasim : Telah menceritakan kepada kami Abu Ishaaq Al-Asyja’iy Al-Kuufiy, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami ‘Amru bin Qais Al-Mulaa’iy, dari Al-Hurr bin Ash-Shayyaah, dari Hunaidah bin Khaalid Al-Khuzaa’iy, dari Hafshah, ia berkata :
أَرْبَعٌ لَمْ يَكُنْ يَدَعُهُنَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: صِيَامَ عَاشُورَاءَ، وَالْعَشْرَ، وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ، وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْغَدَاةِ
“Empat hal yang tidak pernah ditinggalkan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, yaitu : (1) puasa ‘Aasyuuraa’, (2) puasa sepuluh hari awal bulan Dzulhijjah, (3) puasa tiga hari dalam setiap bulan, dan (4) dua raka’at shalat sunnah sebelum Shubuh” [selesai].
Keterangan para perawinya :
a.      Haasyim bin Al-Qaasim bin Muslim, Abun-Nadlr Al-Laitsiy Al-Baghdaadiy; seorang yang tsiqah lagi tsabat. Termasuk thabaqah ke-9, lahir tahun 134 H, dan wafat tahun 205 H/207 H di Baghdaad. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 1017 no. 7305 dan Mu’jamu Syuyuukh Al-Imaam Ahmad hal. 361 no. 254].
b.      Abu Ishaaq Al-Asyja’iy Al-Kuufiy; seorang yang majhuul. Termasuk thabaqahke-8. Dipakai oleh An-Nasaa’iy [Taqriibut-Tahdziib, hal. 1107 no. 7990 danTahriirut-Taqriib, 4/148 no. 7933].
c.      ‘Amru bin Qais Al-Mulaaiy, Abu ‘Abdillah Al-Kuufiy; seorang yang tsiqah lagi mutqin. Termasuk thabaqah ke-6, dan wafat tahun 146 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy dalam Adabul-Mufraad, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 743 no. 5135].
Sanad riwayat ini ghariib lagi tidak shahih hingga Hunaidah karena kemajhulan Abu Ishaaq Al-Asyja’iy.
Ibnu Abi Haatim rahimahullah berkata :
وَسألت أبي، وَأَبَا زُرْعَةَ عَنْ حديث رَوَاهُ شَرِيكٌ، عَنِ الْحُرِّ بْنِ الصَّبَّاحِ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ: " أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَصُومُ مِنَ الشَّهْرِ الاثْنَيْنَ، وَالْخَمِيسَ الَّذِي يَلِيهِ، ثُمَّ الاثْنَيْنَ الَّذِي يَلِيهِ ". فَقَالا: هَذَا خَطَأٌ، إِنَّمَا هُوَ الْحُرُّ بْنُ صَبَّاحٍ، عَنْ  هُنَيْدَةَ بْنِ خَالِدٍ، عَنِ امْرَأَتِهِ، عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Dan aku pernah bertanya kepada ayahku dan Abu Zur’ah tentang hadits yang diriwayatkan oleh Syariik, dari Al-Hurr bin Ash-Shabbaah, dari Ibnu ‘Umar : Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa tiga hari dalam setiap bulan, yaitu hari Senin, hari Kamis berikutnya, dan hari Kamis berikutnya. Mereka (Abu Haatim dan Abu Zur’ah) berkata : ‘Hadits ini keliru, Hadits itu hanyalah hadits Al-Hurr bin Ash-Shabbaah, dari Hunaidah bin Khaalid, dari istrinya, dari Ummu Salamah, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam” [Al-‘Ilal 3/33-34 no. 671].
Dengan melihat keseluruhan jalur periwayatan yang disebutkan di atas, nampak adanyaidlthirab dalam sanad dan matannya yang berporos pada Hunaidah. Bahkan, jalur periwayatan yang tidak menyebutkan tambahan lafadh puasa di awal bulan Dzulhijjah lebih kuat.
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, Hunaidah adalah perawi yang diperselisihkan status kebershahabatannya. Ibnu ‘Abdil-Barr dan Ibnu Mandah memasukkannya dalam golongan shahabat. Ibnu Hibbaan memasukkanya dalam golongan shahabat, namun di tempat lain memasukkanya dalam golongan tabi’iin. Al-‘Alaaiy mengatakan bahwa Ash-Shaghaaniy memasukkannya dalam golongan yang diperselisihkan status kebershahabatannya, dan ia (Al-‘Alaaiy) sendiri memasukkannya dalam golongan tabi’iin. Adz-Dzahabiy memasukkannya dalam golongan tabi’in. Yangraajih – wallaahu a’lam -, ia bukan termasuk shahabat. Ia tidak meriwayatkan hadits dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Hanya Ibnu Hibbaan rahimahullah yang mentsiqahkannya. Adanya idlthiraab tersebut di atas merupakan satu qarinah akan kurangnya sifat dlabth yang ada pada diri Hunaidah, wallaahu a'lam.
Selain itu, hadits tersebut kontradiktif dengan hadits :
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، وَأَبُو كُرَيْبٍ، وَإِسْحَاق، قَالَ إِسْحَاق: أَخْبَرَنَا، وَقَالَ الْآخَرَانِ: حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، عَنِ الْأَسْوَدِ، عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ: " مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَائِمًا فِي الْعَشْرِ قَطُّ "
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abi Syaibah, Abu Kuraib, dan Ishaaq – Ishaaq berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami, sedangkan yang lain : Telah menceritakan kepada kami – Abu Mu’aawiyyah, dari Al-A’masy, dari Ibraahiim, dari Al-Aswad, dari ‘Aaisyah radliyallaahu ‘anhaa, ia berkata : “Aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam berpuasa pada sepuluh hari pertama (secara penuh) bulan Dzulhijjah” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1176].
Semoga tulisan ringkas ini ada manfaatnya.
[abul-jauzaa’ – perum ciomas permai, 22102012].
-------------------------------------
[1]      Riwayatnya adalah :
No. 2372 :
أَخْبَرَنِي زَكَرِيَّا بْنُ يَحْيَى، قَالَ: حَدَّثَنَا شَيْبَانُ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ، عَنِ الْحُرِّ بْنِ صَيَّاحٍ، عَنْ  هُنَيْدَةَ بْنِ خَالِدٍ، عَنِ امْرَأَتِهِ، قَالَتْ: حَدَّثَتْنِي بَعْضُ نِسَاءِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، وَتِسْعًا مِنْ ذِي الْحِجَّةِ، وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنَ الشَّهْرِ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَخَمِيسَيْنِ
No. 2417 :
أَخْبَرَنِي أَحْمَدُ بْنُ يَحْيَى، عَنْ أَبِي نُعَيْمٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ، عَنِ الْحُرِّ بْنِ الصَّيَّاحِ، عَنْ  هُنَيْدَةَ بْنِ خَالِدٍ، عَنِ امْرَأَتِهِ، عَنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَصُومُ تِسْعًا مِنْ ذِي الْحِجَّةِ، وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ، وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَخَمِيسَيْنِ "
[2]      Riwayatnya adalah :
No. 2693 :
أَنْبَأَ زَكَرِيَّا بْنُ يَحْيَى، قَالَ: أَنْبَأَ شَيْبَانُ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ، عَنِ الْحُرِّ بْنِ الصَّيَّاحِ، عَنْ  هُنَيْدَةَ بْنِ خَالِدٍ، عَنِ امْرَأَتِهِ، قَالَتْ: حَدَّثَتْنِي بَعْضُ نِسَاءِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَوَتِسْعًا مِنْ ذِي الْحِجَّةِ، وَثَلاثَةَ أَيَّامٍ مِنَ الشَّهْرِ: أَوَّلَ الاثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ، وَخَمِيسَيْنِ "
No. 2738 :
أنبأ أَحْمَدُ بْنُ يَحْيَى، عَنْ أَبِي نُعَيْمٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ، عَنِ الْحُرِّ بْنِ صَيَّاحٍ، عَنْ  هُنَيْدَةَ بْنِ خَالِدٍ، عَنِ امْرَأَتِهِ، عَنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَصُومُ تِسْعًا مِنْ ذِي الْحِجَّةِ، وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ، وَثَلاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَخَمِيسَيْنِ "
[3]      Riwayatnya adalah :
No. 21828 :
حَدَّثَنَا سُرَيْجٌ، وَعَفَّانُ، قَالَا: حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ، حَدَّثَنَا الْحُرُّ بْنُ الصَّيَّاحِ، قَالَ: سُرَيْجٌ، عَنِ الْحُرِّ، عَنْ  هُنَيْدَةَ بْنِ خَالِدٍ، عَنِ امْرَأَتِهِ، عَنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ: " كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ تِسْعَ ذِي الْحِجَّةِ، وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ، وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ "، قَالَ عَفَّانُ: أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَخَمِيسَيْنِ
No. 25928 :
حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ، حَدَّثَنَا الْحُرُّ بْنُ الصَّيَّاحِ، عَنْ  هُنَيْدَةَ بْنِ خَالِدٍ، عَنِ امْرَأَتِهِ، عَنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " يَصُومُ تِسْعَ ذِي الْحِجَّةِ، وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ، وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ، وَخَمِيسَيْنِ
No. 26829 :
حَدَّثَنَا عَفَّانُ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا الْحُرُّ بْنُ الصَّيَّاحِ، عَنْ  هُنَيْدَةَ بْنِ خَالِدٍ، عَنِ امْرَأَتِهِ، عَنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ تِسْعَ ذِي الْحِجَّةِ، وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ، وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ: أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ، وَخَمِيسَيْنِ "
[4]      Riwayatnya adalah :
حَدَّثَنَا رَبِيعٌ الْجِيزِيُّ، قَالَ: ثنا أَسَدٌ، قَالَ: ثنا أَبُو عَوَانَةَ عَنِ الْحُرِّ بْنِ الصَّيَّاحِ، عَنْ  هُنَيْدَةَ بْنِ خَالِدٍ، عَنِ امْرَأَتِهِ، عَنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَصُومُ تِسْعَ ذِي الْحِجَّةِ، وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ، وَثَلاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ "
[5]      Riwayatnya adalah :
أَخْبَرَنَا عَلِيُّ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ عَبْدَانَ، أنبأ أَحْمَدُ بْنُ عُبَيْدٍ، ثنا زِيَادُ بْنُ الْخَلِيلِ، ثنا مُسَدَّدٌ، ثنا أَبُو عَوَانَةَ، عَنِ الْحُرِّ بْنِ الصَّبَّاحِ، عَنْ  هُنَيْدَةَ ابْنِ خَالِدٍ، عَنِ امْرَأَتِهِ، عَنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ: " كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ تِسْعَ ذِي الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَالْخَمِيسَ تَعْنِي وَيَوْمًا آخَرَ "
[6]      Riwayatnya adalah :
أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ، وَمُحَمَّدُ بْنُ مُوسَى، قَالا: نا أَبُو الْعَبَّاسِ الأَصَمُّ، أنا الرَّبِيعُ بْنُ سُلَيْمَانَ، نا أَسَدُ بْنُ مُوسَى، ناأَبُو عَوَانَةَ، عَنِ الْحَسَنِ بْنِ الصَّبَّاحِ، عَنْ  هُنَيْدَةَ بْنِ خَالِدٍ، عَنِ امْرَأَتِهِ، عَنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَصُومُ تِسْعَ ذِي الْحِجَّةِ، وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ، وَثَلاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَخَمِيسَيْنِ "
[7]      Riwayatnya adalah :
أَخْبَرَنَا أَبُو الْعَلَاءِ مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ بْنِ الشَّاهِ الصُّعَدِيُّ، قِرَاءَةً عَلَيْهِ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو مُحَمَّدٍ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ جَعْفَرٍ بْنِ حِبَّانَ، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى الْمَرْوَزِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَاصِمُ بْنُ عَلِيٍّ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو عُوَانَةَ، عَنِ الْحُرِّ بْنِ الصَّبَّاحِ، عَنْ هُنَيْدَةَ ، عَنِ امْرَأَتِهِ، عَنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ، قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ " يَصُومُ تِسْعَ ذِي الْحِجَّةِ، وَيَصُومُ عَاشُورَاءَ "
[8]      Riwayatnya adalah :
أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُثْمَانَ بْنِ أَبِي صَفْوَانَ الثَّقَفِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ، عَنِ الْحُرِّ بْنِ الصَّيَّاحِ، عَنْ هُنَيْدَةَ بْنِ خَالِدٍ، عَنِ امْرَأَتِهِ، عَنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ: " كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ الْعَشْرَ، وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ الِاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسَ "
[9]      Riwayatnya adalah :
أنبأ مُحَمَّدُ بْنُ عُثْمَانَ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ، عَنِ حُرِّ بْنِ الصَّيَّاحِ، عَنْ  هُنَيْدَةَ بْنِ خَالِدٍ، عَنِ امْرَأَتِهِ، عَنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ الْعَشْرَ، وَثَلاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ الاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسَ "
[10]     Riwayatnya adalah :
أَخْبَرَنَا عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيٍّ، قَالَ: حَدَّثَنَا خَلَفُ بْنُ تَمِيمٍ، عَنْ زُهَيْرٍ، عَنِ الْحُرِّ بْنِ الصَّيَّاحِ، قَالَ: سَمِعْتُ  هُنَيْدَةَ الْخُزَاعِيَّ، قَالَ: دَخَلْتُ عَلَى أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ سَمِعْتُهَا، تَقُولُ: " كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ، أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ، ثُمَّ الْخَمِيسَ، ثُمَّ الْخَمِيسَ الَّذِي يَلِيهِ "
[11]     Riwayatnya adalah :
أنبأ عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا خَلَفُ بْنُ تمِيمٍ، عَنْ زُهَيْرٍ، عَنِ الْحُرِّ بْنِ صَيَّاحٍ، قَالَ: سَمِعْتُ  هُنَيْدَةَ الْخُزَاعِيَّ، يَقُولُ: دَخَلْتُ عَلَى أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ فَسَمِعْتُهَا، تَقُولُ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ثَلاثَةَ أَيَّامٍ: أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ، ثُمَّ الْخَمِيسَ ثُمَّ الْخَمِيسَ الَّذِي يَلِيهِ "
[12]     Riwayatnya adalah :
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحِيمِ، عَنِ الْحَسَنِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ، عَنِ الْحُرِّ بْنِ الصَّيَّاحِ، عَنْ  هُنَيْدَةَ الْخُزَاعِيِّ،عَنِ امْرَأَتِهِ، عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ، قَالَتْ: قَالَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " صُمْ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ثَلاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ أَوَّلِهِ: الاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسَ، وَالْخَمِيسَ الَّذِي يَلِيهِ "
[13]     Riwayatnya adalah :
No. 397 :
حَدَّثَنَا عُبَيْدٌ، ثنا أَبُو بَكْرٍ، ثنا عَبْدُ الرَّحِيمِ بْنُ سُلَيْمَانَ، عَنِ الْحَسَنِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ، عَنِ الْحُرِّ بْنِ صَبَاحٍ، عَنْ  هُنَيْدَةَ بْنِ خَالِدٍ الْخُزَاعِيِّ، عَنِ امْرَأَتِهِ، عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ، قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " صُمْنَ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ثَلاثَةَ أَيَّامٍ، أَوْ مِنَ الشَّهْرِ الاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسَ، وَالْخَمِيسَ الَّذِي يَلِيهِ "
23/420-421 no. 1017 :
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ سَعِيدٍ الأَصْبَهَانِيُّ، ح وَحَدَّثَنَا عُبَيْدُ بْنُ غَنَّامٍ، ثنا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، ثنا عَبْدُ الرَّحِيمِ، عَنِ الْحَسَنِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ، عَنِ الْحُرِّ بْنِ صَبَاحٍ، عَنْ  هُنَيْدَةَ بْنِ خَالِدٍ الْخُزَاعِيِّ، عَنِ امْرَأَتِهِ، عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ، قَالَتْ: قَالَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " صُمْنَ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ثَلاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ أَوَّلِهِ الاثْنَيْنَ وَالْخَمِيسَ، وَالْخَمِيسَ الَّذِي يَلِيهِ "
[14]     Riwayatnya adalah :
نا أَبُو الْقَاسِمِ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ، نا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، نا عَبْدُ الرَّحِيمِ بْنُ سُلَيْمَانَ، عَنِ الْحَسَنِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ، عَنِ الْحُرِّ بْنِ الصَّيَّاحِ، عَنْ  هُنَيْدَةَ بْنِ خَالِدٍ، عَنْ أُمِّ امْرَأَتِهِ، عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ، قَالَتْ: قَالَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " صُمْنَ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ثَلاثَةَ أَيَّامٍ، أَوَّلَ الشَّهْرِ، وَالاثْنَيْنَ وَالْخَمِيسَ، وَالْخَمِيسَ الَّذِي يَلِيهِ "
[15]     Riwayatnya adalah :
حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ، حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ، عَنْ  هُنَيْدَةَ الْخُزَاعِيِّ، عَنْ أُمِّهِ، قَالَتْ: دَخَلْتُ عَلَى أُمِّ سَلَمَةَ فَسَأَلْتُهَا عَنِ الصِّيَامِ، فَقَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُنِي أَنْ أَصُومَ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ، أَوَّلُهَا الِاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ "
[16]     Riwayatnya adalah :
أَخْبَرَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعِيدٍ الْجَوْهَرِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ، عَنِ الْحَسَنِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ، عَنْ  هُنَيْدَةَ الْخُزَاعِيِّ، عَنْ أُمِّهِ، عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ، قَالَتْ: " كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُ بِصِيَامِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ أَوَّلِ خَمِيسٍ وَالإِثْنَيْنِ "
[17]     Riwayatnya adalah :
أنا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعِيدٍ الْجَوْهَرِيُّ، قَالَ: حدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ، عَنِ الْحَسَنِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ، عَنْ  هُنَيْدَةَ الْخُزَاعِيِّ، عَنْ أُمِّهِ، عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ، قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُ بِصِيَامِ ثَلاثَةِ أَيَّامٍ أَوَّلَ خَمِيسٍ، وَالاثْنَيْنِ، وَالاثْنَيْنِ "
[18]     Riwayatnya adalah :
No. 25940 :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ، حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ، عَنْ  هُنَيْدَةَ الْخُزَاعِيِّ، عَنْ أُمِّهِ، قَالَتْ: دَخَلْتُ عَلَى أُمِّ سَلَمَةَ، فَسَأَلْتُهَا عَنِ الصِّيَامِ، فَقَالَتْ: كَانَ النبيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " يَأْمُرُنِي أَنْ أَصُومَ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ، أَوَّلُهَا الِاثْنَيْنِ، وَالْجُمُعَةُ، وَالْخَمِيسُ
No. 26099 :
حَدَّثَنَا ابْنُ فُضَيْلٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ، حَدَّثَنَا  هُنَيْدَةُ الْخُزَاعِيُّ، عَنْ أُمِّهِ، قَالَتْ: دَخَلْتُ عَلَى أُمِّ سَلَمَةَ،فَسَأَلْتُهَا عَنِ الصِّيَامِ، فَقَالَتْ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ " يَأْمُرُنِي أَنْ أَصُومَ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ، أَوَّلُهَا: الِاثْنَيْنِ، وَالْجُمُعَةُ، وَالْخَمِيسُ "
[19]     Riwayatnya adalah :
No. 6889 :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ، حَدَّثَنَا ابْنُ فُضَيْلٍ، حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ، عَنْ  هُنَيْدَةَ بْنِ خَالِدٍ الْخُزَاعِيِّ، عَنْ أُمِّهِ، قَالَتْ: دَخَلْتُ عَلَى أُمِّ سَلَمَةَ، فَسَأَلْتُهَا عَنِ الصِّيَامِ، فَقَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُ بِصِيَامِ ثَلاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ مِنْ أَوَّلِهَا: الاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسَ، وَيَوْمًا لا أَحْفَظُهُ "
No. 6982 :
حَدَّثَنَا أَبُو خَيْثَمَةَ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ، حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ، عَنْ  هُنَيْدَةَ الْخُزَاعِيِّ، عَنْ أُمِّهِ، قَالَتْ: دَخَلْتُ عَلَى أُمِّ سَلَمَةَ فَسَأَلْتُهَا عَنِ الصِّيَامِ، فَقَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُنِي أَنْ أَصُومَ ثَلاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ، أَوَّلُهَا الاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسُ وَالاثْنَيْنِ "
[20]     Riwayatnya adalah :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلاءِ، وَإِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعِيدٍ الْجَوْهَرِيُّ، قَالا: حَدَّثَنَا ابْنُ فُضَيْلٍ، عَنِ الْحَسَنِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ، عَنْ  هُنَيْدَةَ الْخُزَاعِيِّ، عَنْ أُمِّهِ، قَالَتْ: دَخَلْتُ عَلَى أُمِّ سَلَمَةَ، فَسَأَلْتُهَا عَنِ الصِّيَامِ، فَقَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ يَأْمُرُنِي بِصِيَامِ ثَلاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ، أَوَّلُهَا: الاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ وَالْخَمِيسِ "
[21]     Riwayatnya adalah :
أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ، وَأَبُو سَعِيدِ بْنُ أَبِي عَمْرٍو، قَالا: ثنا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ، ثنا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ الْجَبَّارِ، ثناابْنُ فُضَيْلٍ، عَنِ الْحَسَنِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ، عَنْ  هُنَيْدَةَ الْخُزَاعِيِّ، عَنْ أُمِّهِ، عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ: " كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُنِي أَنْ أَصُومَ ثَلاثَةَ أَيَّامٍ مِنَ الشَّهْرِ: الاثْنَيْنِ، وَالْخَمِيسَ وَالْخَمِيسَ "
[22]     Riwayatnya adalah :
أَخْبَرَنَا أَبُو عَلِيٍّ الرُّوذْبَارِيُّ، أنا مُحَمَّدُ بْنُ بَكْرٍ، نا أَبُو دَاوُدَ، نا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ، نا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ، ثنا الْحَسَنُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ، عَنْ  هُنَيْدَةَ الْخُزَاعِيِّ، عَنْ أُمِّهِ، قَالَتْ: دَخَلْتُ عَلَى أُمِّ سَلَمَةَ فَسَأَلْتُهَا عَنِ الصِّيَامِ، فَقَالَتْ: " كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُنِي أَنْ أَصُومَ ثَلاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَهَا الاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسَ "
[23]     Riwayatnya adalah :
أَخْبَرَنِي أَبُو بَكْرِ بْنُ عَلِيٍّ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو نَصْرٍ التَّمَّارُ، قَالَ: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ عَاصِمٍ، عَنْ سَوَاءٍ، عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ، قَالَتْ: " كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ الِاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسَ مِنْ هَذِهِ الْجُمُعَةِ وَالِاثْنَيْنِ مِنَ الْمُقْبِلَةِ "
[24]     Riwayatnya adalah :
أَخْبَرَنِي أَبُو بَكْرِ بْنُ عَلِيٍّ، قَالَ: حَدَّثَنِي أَبُو نَصْرٍ التَّمَّارُ، قَالَ: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ عَاصِمٍ، عَنْ سَوَاءٍ، عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ، قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ " يَصُومُ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ثَلاثَةَ أَيَّامٍ: الاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسَ مِنْ هَذِهِ الْجُمُعَةِ، وَالاثْنَيْنِ مِنَ الْمُقْبِلَةِ "
[25]     Riwayatnya adalah :
أَخْبَرَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي النَّضْرِ، قَالَ: حَدَّثَنِي أَبُو النَّضْرِ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو إِسْحَاقَ الْأَشْجَعِيُّ كُوفِيٌّ، عَنْ عَمْرِو بْنِ قَيْسٍ الْمُلَائِيِّ، عَنِ الْحُرِّ بْنِ الصَّيَّاحِ، عَنْ  هُنَيْدَةَ بْنِ خَالِدٍ الْخُزَاعِيِّ، عَنْ حَفْصَةَ، قَالَتْ: " أَرْبَعٌ لَمْ يَكُنْ يَدَعُهُنَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: صِيَامَ عَاشُورَاءَ، وَالْعَشْرَ، وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ، وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْغَدَاةِ
[26]     Riwayatnya adalah :
أنبأ أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي النَّضْرِ جَارُ ابْنِ الدَّوْرَقِيِّ، قَالَ: حَدَّثَنِي أَبُو النَّضْرِ هَاشِمُ بْنُ الْقَاسِمِ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو إِسْحَاقَ الأَشْجَعِيُّ كُوفِيٌّ، عَنْ عَمْرِو بْنِ قَيْسٍ الْمُلائِيِّ، عَنِ الْحُرِّ بْنِ صَيَّاحٍ، عَنْ  هُنَيْدَةَ بْنِ خَالِدٍ الْخُزَاعِيِّ، عَنْ حَفْصَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ، قَالَتْ: أَرْبَعٌ لَمْ يَكُنْ يَدَعُهُنَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صِيَامُ عَاشُورَاءَ، وَالْعَشْرُ، وَثَلاثَةُ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ، وَرَكْعَتَانِ قَبْلَ الْغَدَاةِ "
[27]     Riwayatnya adalah :
حَدَّثَنَا هَاشِمُ بْنُ الْقَاسِمِ، حَدَّثَنَا أَبُو إِسْحَاقَ الْأَشْجَعِيُّ الْكُوفِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ قَيْسٍ الْمُلَائِيُّ، عَنِ الْحُرِّ بْنِ الصَّيَّاحِ، عَنْ  هُنَيْدَةَ بْنِ خَالِدٍ الْخُزَاعِيِّ، عَنْ حَفْصَةَ، قَالَتْ: أَرْبَعٌ لَمْ يَكُنْ يَدَعُهُنَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " صِيَامَ عَاشُورَاءَ، وَالْعَشْرَ، وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ، وَالرَّكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْغَدَاةِ
[28]     Riwayatnya adalah :
No. 7041 :
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا هَاشِمُ بْنُ الْقَاسِمِ، حَدَّثَنَا الأَشَجِّيُّ، عَنْ عَمْرِو بْنِ قَيْسٍ، عَنِ الْحُرِّ بْنِ الصَّيَّاحِ، عَنْ هُنَيْدَةَ بْنِ خَالِدٍ، عَنْ حَفْصَةَ، قَالَتْ: " أَرْبَعَةٌ لَمْ يَكُنْ يَدَعَهُنَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: صِيَامَ يَوْمِ عَاشُورَاءَ،وَالْعَشْرَ، وَثَلاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ، وَالرَّكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْغَدَاةِ "
No. 7048 :
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي النَّضْرِ، حَدَّثَنَا أَبُو النَّضْرِ، حَدَّثَنَا أَبُو إِسْحَاقَ الأَشْجَعِيُّ، وَلَيْسَ بِعُبَيْدِ اللَّهِ، عَنْ عَمْرِو بْنِ قَيْسٍ، عَنِ الْحُرِّ بْنِ الصَّيَّاحِ، عَنْ  هُنَيْدَةَ بْنِ خَالِدٍ الْخُزَاعِيِّ، عَنْ حَفْصَةَ، قَالَتْ: " أَرْبَعٌ لَمْ يَكُنْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَعَهُنَّ: صِيَامَ الْعَشْرِ، وَعَاشُورَاءَ، وَصَوْمَ ثَلاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ، وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْغَدَاةِ ". حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا هَاشِمُ بْنُ الْقَاسِمِ، حَدَّثَنَا الأَشْجَعِيُّ، عَنْ عَمْرِو بْنِ قَيْسٍ، وَلَمْ يَذْكُرْ فِيهِ مَا ذَكَرَ ابْنُهُ
[29]     Riwayatnya adalah :
أَخْبَرَنَا أَبُو يَعْلَى، حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا هَاشِمُ بْنُ الْقَاسِمِ، حَدَّثَنَا الأَشْجَعِيُّ، عَنْ عَمْرِو بْنِ قَيْسٍ، عَنِ الْحُرِّ بنِ الصَّيَّاحِ، عَنْ  هُنَيْدَةَ بْنِ خَالِدٍ الْخُزَاعِيِّ، عَنْ حَفْصَةَ، قَالَتْ: " أَرْبَعٌ لَمْ يَكُنْ يَدَعُهُنَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: صِيَامَ يَوْمِ عَاشُورَاءَ، وَالْعَشْرَ، وَثَلاثَةَ أيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ، وَالرَّكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْغَدَاةِ "
[30]     Riwayatnya adalah :
حَدَّثَنَا مَحْمُودٌ، ثَنَا عُثْمَانُ، ثَنَا هَاشِمُ بْنُ الْقَاسِمِ، ثَنَا أَبُو إِسْحَاقَ الأَشْجَعِيُّ، عَنْ عَمْرِو بْنِ قَيْسٍ، عَنِ الْحُرِّ بْنِ الصَّيَّاحِ، عَنْ  هُنَيْدَةَ بْنِ خَالِدٍ الْخُزَاعِيِّ، عَنْ حَفْصَةَ، قَالَتْ: " أَرْبَعًا لَمْ يَكُنْ يَدَعُهُنَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: صِيَامَ عَاشُورَاءَ، وَالْعَشْرَ، وَثَلاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ، وَالرَّكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْغَدَاةِ "،
لَمْ يَرْوِ هَذَا الْحَدِيثَ عَنْ عَمْرِو بْنِ قَيْسٍ، إلا الأَشْجَعِيُّ، وَلا عَنِ الأَشْجَعِيِّ، إلا أَبُو النَّضْرِ، تَفَرَّدَ بِهِ: عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ
[31]     Riwayatnya adalah :
No. 354 :
حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْوَاسِطِيُّ، ثنا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، ثنا هَاشِمُ بْنُ الْقَاسِمِ أَبُو النَّضْرِ، ثنا أَبُو إِسْحَاقَ الأَشْجَعِيُّ، عَنْ عَمْرِو بْنِ قَيْسٍ الْمُلائِيِّ، عَنِ الْحُرِّ بْنِ الصَّبَّاحِ، عَنْ  هُنَيْدَةَ بْنِ خَالِدٍ، عَنْ حَفْصَةَ، قَالَتْ: " أَرْبَعٌ لَمْ يَكُنْ يَدَعُهُنَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: صِيَامُ عَاشُورَاءَ، وَالْعَشْرِ، وَثَلاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ، وَالرَّكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْغَدَاةِ "
No. 394 :
حَدَّثَنَا عُبَيْدُ بْنُ غَنَّامٍ، ثنا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، ثنا هَاشِمُ بْنُ الْقَاسِمِ، ثنا أَبُو إِسْحَاقَ الأَشْجَعِيُّ، عَنْ عَمْرِو بْنِ قَيْسٍ، عَنِ الْحُرِّ بْنِ صَبَاحٍ، عَنْ  هُنَيْدَةَ بْنِ خَالِدٍ الْخُزَاعِيِّ، عَنْ حَفْصَةَ، قَالَتْ: " أَرْبَعٌ لَمْ يَكُنْ يَدَعُهُنَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: صِيَامُ عَاشُورَاءَ، وَالْعَشْرِ، وَثَلاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ "
[32]     Riwayatnya adalah :
10/150 :
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَلِيٍّ الطَّحَّانُ لَفْظًا، قَالَ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عُمَرَ بْنِ مُحَمَّدٍ السُّكَّرِيِّ، قَالَ: حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ أَبِي عَمْرٍو أَبُو مُحَمَّدٍ الْخُتُّلِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا سَلْمَانُ بْنُ تَوْبَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو النَّضْرِ، قَالَ: حَدَّثَنَا الأَشْجَعِيُّ، عَنْ عَمْرِو بْنِ قَيْسٍ، عَنِ الْحُرِّ بْنِ الصَّيَّاحِ، عَنْ  هُنَيْدَةَ بْنِ خَالِدٍ الْخُزَاعِيِّ، عَنْ حَفْصَةَ، قَالَتْ: " أَرْبَعٌ لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتْرُكُهَا: صَوْمُ عَاشُورَاءَ، وَالْعَشْرِ، وَثَلاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ، وَالرَّكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْغَدَاةِ "
10/338 :
أَخْبَرَنَا أَبُو الْحُسَيْنِ مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عُثْمَانَ التَّمِيمِيُّ، بِدِمَشْقٍ، قَالَ: أَخْبَرَنَا الْقَاضِي أَبُو بَكْرٍ يُوسُفُ بْنُ الْقَاسِمِ الْمَيَانَجِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو مُحَمَّدٍ شُعَيْبُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ أَبِي عَمْرٍو خَتَنُ الْبَرَاثِيِّ، قَالَ: أَخْبَرَنَا سَلْمَانُ بْنُ تَوْبَةَ، عَنْ أَبِي النَّضْرِ، قَالَ: حَدَّثَنَا الأَشْجَعِيُّ، عَنْ عَمْرِو بْنِ قَيْسٍ الْمُلائِيِّ، عَنِ الْحُرِّ بْنِ الصَّيَّاحِ، عَنْ  هُنَيْدَةَ بْنِ خَالِدٍ الْخُزَاعِيِّ، عَنْ حَفْصَةَ، قَالَتْ: " أَرْبَعٌ لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَعُهُنَّ: صَوْمَ عَاشُورَاءَ، وَالْعَشْرَ، وَثَلاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ، وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْغَدَاةِ "
14/328 :
أَخْبَرَنَا أَبُو عُمَرَ عَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَهْدِيٍّ، قَالَ: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مَخْلَدٍ الْعَطَّارُ، قَالَ: حَدَّثَنَا فَضْلُ بْنُ سَهْلٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو النَّضْرِ هَاشِمُ بْنُ الْقَاسِمِ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو إِسْحَاقَ الأَشْجَعِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ قَيْسٍ الْمُلائِيُّ، عَنِ الْحُرِّ بْنِ الصَّيَّاحِ، عَنْ  هُنَيْدَةَ بْنِ خَالِدٍ، عَنْ حَفْصَةَ، قَالَتْ: " أَرْبَعٌ لَمْ يَدَعْهُنَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: صِيَامُ عَاشُورَاءَ وَالْعَشْرَ، وَثَلاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ، وَرَكْعَتَيِ الْغَدَاةِ "
[33]     Riwayatnya adalah :
أَخْبَرَنَا بِهِ أَبُو الْفَرَجِ بْنُ قُدَامَةَ، وأَبُو الحسن بْن البخاري، وأَحْمَدُ بْنُ شَيْبَانَ، وزَيْنَبُ بِنْتُ مَكِّيٍّ، قَالُوا: أَخْبَرَنَا أَبُو حَفْصِ بْنُ طَبَرْزَدَ، قال: أَخْبَرَنَا أَبُو مَنْصُورٍ مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ خَيْرُونٍ، قال: أَخْبَرَنَا الْحَافِظُ أَبُو بَكْرِ بْنُ ثَابِتٍ الْخَطِيبُ، قال: أَخْبَرَنَا أَبُو عُمَرَ عَبْدُ الْوَاحِدِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَهْدِيٍّ، قال: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مَخْلَدٍ الْعَطَّارُ، قال: حَدَّثَنَا فَضْلُ بْنُ سَهْلٍ، قال: حَدَّثَنَا أَبُو النَّضْرِ هَاشِمُ بْنُ الْقَاسِمِ، قال: حَدَّثَنَا أَبُو إِسْحَاقَ الأَشْجَعِيُّ، قال: حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ قَيْسٍ الْمُلائِيُّ، عَنِ الْحُرِّ بْنِ الصَّيَّاحِ، عَنْ  هُنَيْدَةَ بْنِ خَالِدٍ، عَنْ حَفْصَةَ، قَالَتْ: " أَرْبَعٌ لَمْ يَدَعَهُنَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: صِيَامُ عَاشُورَاءَ،والْعَشْرُ، وثَلاثَةُ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ، ورَكْعَتِيِ الْغَدَاةِ "
أَخْبَرَنَا بِهِ أَحْمَدُ بْنُ هِبَةَ اللَّهِ بْنِ أَحْمَدَ، قال: أَنْبَأَنَا أَبُو رَوْحٍ عَبْدُ الْمُعِزِّ بْنُ مُحَمَّدٍ الْهَرَوِيُّ، قال: أَخْبَرَنَا أَبُو الْقَاسِمِ تَمِيمُ بْنُ أَبِي سَعِيدٍ الْجُرَجَانِيُّ، قال: أَخْبَرَنَا أَبُو سَعْدٍ الْكَنْجَرُوذِيُّ، قال: أَخْبَرَنَا أَبُو عَمْرِو بْنُ حَمْدَانَ، قال: حَدَّثَنَا أَبُو يَعْلَى الْمَوْصِلِيُّ، قال: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي النَّضْرِ، قال: حَدَّثَنَا أَبُو النَّضْرِ، قال: حَدَّثَنَا أَبُو إِسْحَاقَ الأَشْجَعِيُّ، ولَيْسَ بِعُبَيْدِ اللَّهِ، عَنْ عَمْرِو بْنِ قَيْسٍ، عَنِ الْحُرِّ بْنِ الصَّيَّاحِ، عَنْ  هُنَيْدَةَ ، عَنْ خَالِدٍ الْخُزَاعِيِّ، عَنْ حَفْصَةَ، قَالَتْ: " أَرْبَعٌ لَمْ يَكُنْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَعَهُنَّ: صِيَامُ الْعَشْرِ، وعَاشُورَاءُ، وصِيَامُ ثَلاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ، ورَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْغَدَاةِ "
COMMENTS
Anonim mengatakan...
Assalamu'alaikum
ustadz, puasa apa lg yg tidak ada dlm hadist shohih atau tdk diperintahkan?
dan puasa2 apa saja yg secara sunnah, terdapat dlm islam...? terimakasih
Anonim mengatakan...
Assalamu'alaikum ustadz,
Jadi hadits ini aslinya tidak shahih ya ustadz. Tapi bagaimana bila ana berpatokan dengan hadits berikut jika ana mau puasa di awal2 bulan Dzulhijjah :
ا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ
"Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah)." Para sahabat bertanya: "Tidak pula jihad di jalan Allah?" Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: "Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun."
Karena mengingat keutamaan2 pada hari2 awal bulan Dzulhijjah yang memang memiliki keutamaan terlepas dari hadits yg ada di artikel ini. Akan tetapi dikomparasikan dengan hadits Aisyah bahwa Nabi tidak pernah berpuasa secara penuh pada awal bulan Dzulhijjah. Mohon jawaban ustadz. Jazakallahu khairan
--Tommi--
Anonim mengatakan...
Tommi, kan tdk boleh puasa berterusan kecuali puasa wajib, kalau mau puasa dawud, sehari puasa, sehari buka.
Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...
Yang tidak dilakukan oleh Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam adalah puasa penuh di awal Dzulhijjah.
Anonim mengatakan...
Ana mengerti skrg insya Allah, jadi yg dimaksud adalah dianjurkan memperbanyak ibadah di awal2 Dzulhijjah termasuk puasa namun tidak adanya dalil yg shahih yg menunjukkan Rasulullah puasa terus menerus di awal Dzulhijjah. Jazakallahu khairan atas tulisan dan jawabannya, ustadz Abul Jauzaa....
--Tommi--
Anonim mengatakan...
Ustadz bagaimana dengan hadits ini, Dari Hunaidah bin Kholid, dari istrinya, beberapa istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
عَنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُ تِسْعَ ذِى الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَالْخَمِيسَ.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah, pada hari ‘Asyura’ (10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap bulannya...." (HR. Abu Daud no. 2437. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih) 
saya baca sebuah artikel dan mendapati hadits ini didalamnya. apakah hadits ini dari jalur riwayat lain selain yg terdapat pada tulisan antum?
-zaky-
Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...
Hadits yang antum sebut adalah hadits yang saya angkat di artikel di atas.
Anonim mengatakan...
saya sudah dan akan melakukan ini , insya allah - mohon dikoreksi ya ustad :
tanggal 01 , 03, 05, 07 = niat puasa dawud
tanggal 02 ,06 = niat puasa senin-kemis 
tangal 08, 09 = buasa dzulhijah .
saya pikir semua ini ada dalilnya , terimakasih atas bantuannya.
Anonim mengatakan...
sama ya stadz afwan saya kurang cermat bacanya, saya pikir berbeda soalnya di satu hadits peyebutan puasa sembilan hari di awal itu sebelum puasa asyuraa dan yg satu setelah puasa asyuraa.
baraakallahu fiik
-zaky-
Anonim mengatakan...
Ustadz, ttg hdist 'maa min ayyamin al amalushsholih... Qoluu: walaljihad fi sabilillah? Qola: walaljihad fi sabilillah illa....'. Amal sholih di sana umum ato tdk? Dr artikl n kjian yg sy dpt amal sholih dsna umum tapi knp sahabat bertanya ttg jihad, bukankah jihad tmsk amal sholih? Trus kl emang umum berarti dianjurkan puasa pd hri2 tsb (tg 1-9)? Krn puasa tmsk amal sholih. Syukron wa jazakallohukhoir. 
Ustazd bahas jg hdist2 ttng puasa tarwiyah!.
Mades Blog mengatakan...
asslmkm. afwan ustad gmn bagi ana yg sudah terlanjur berpuasa 9 hari penuh di bulan dzulhijjah ini, bagaimana apakah saya telah melakukan perbuatan yg sia2. karena saya baru terbaca artikel ini, sedangkan artikel yg pertama ana jumpai di muslim.or.id tentang anjuran puasa awal dzulhijjah, jazakaallah khair.
Anonim mengatakan...
Masyarakat bingung nih.... tolong MUI yang kumpulan kyai memberi penjelasan, biar clear
Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...
Puasa termasuk bagian dari amal shalih yang dianjurkan dilakukan di waktu awal bulan Dzulhijjah. Tidak ada larangan untuk berpuasa penuh di awal bulan Dzulhijjah. Akan tetapi mengikuti Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam adalah lebih utama. Dan beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam tidak pernah berpuasa penuh di awal bulan Dzulhijjah
Wallaahu a'lam.
Anonim mengatakan...
Ustadz, ulama siapa saja yang mendhaifkan hadits ini ?
Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...
Ad-Daaruquthniy rahimahullah menyebutkan bahwa perselisihan sanad hadits ini tanpa memberikan sisi perajihannya dalam Al-Khaamis minal-'Ilal (no. 758). Asy-Syaikh Usaamah bin 'Abdil-'Aziiz hafidhahullah (murid Asy-Syaikh Mushthafaa bin Al-'Adawiy) mendla'ifkan hadits ini dalam kitab Shiyaamuth-Tathawwu'. 
Dan yang lainnya.


Displaying 1a.jpgDisplaying 2a.jpg

Displaying 3a.jpgDisplaying 4a.jpg

Displaying 5a.jpgDisplaying 6a.jpg

Displaying 7a.jpgDisplaying 8a.jpg

Displaying 9a.jpgDisplaying 10a.jpg

Sebagai tambahan penjelasan yang rinci silahkan buka buku : Puasa Sunnah, Hukum Dan Keutamaannya. Usamah Abdul Aziz. Penerbit Darul Haq. Halaman 21-31.
2.Puasa Sepuluh Awal Dzulhijjah (Syaikh Musthafa al-‘Adawi & Syaikh ‘Abdul ‘Azîz bin Ibrâhim al-Khudhair)

Ada beberapa hal yang disepakati oleh ‘ulama dan diketahui baik oleh kalangan awam mengenai amalan yang dianjurkan pada sepuluh awal bulan Dzulhijjah, diantaranya adalah berpuasa pada tanggal 9 Dzulhijjah atau disebut dengan puasa ‘Arafah dan berqurban pada tanggal 10 Dzulhijjah. Dan ada pula amalan yang diperselisihkan oleh ‘Ulama akan kesunnahannya dan tidak begitu populer dikalangan awam, yaitu berpuasa penuh dari tanggal 1-9 Dzulhijjah (atau disebut dengan istilah berpuasa di sepuluh awal Dzulhijjah). Apakah puasa ini benar-benar disunnahkan (sebagaimana yang dikatakan oleh mayoritas ahli fiqh) ataukah bukan hal yang sunnah? Untuk mendapatkan jawabannya, maka silahkan menyimak dua fatwa berikut ini:
————————-
– Syaikh Musthafa al-‘Adawi-
Soal:
Apa hukum berpuasa di sepuluh awal dari bulan Dzulhijjah?
Jawab:
(Mengenai) berpuasa di sepuluh awal dari bulan Dzulhijjah terdapat dua hadits dari Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam tentangnya:
Hadits pertama:
Hadits Ummul Mukminîn ‘Aisyah radhiyallâhu ‘anha yang dikeluarkan oleh Muslim yang redaksinya, “Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam samasekali tidak pernah berpuasa sepuluh (hari awal Dzulhijjah).”
Hadits kedua:
Dikeluarkan oleh an-Nasâi dan lainnya dari jalur seorang rawi yang bernama Hunaidah bin Khâlid, terkadang ia meriwayatkannya dari Hafshah ia berkata, “Empat hal yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam: (diantaranya): puasa sepuluh (hari awal Dzulhijjah).” (Pernyataan) Hunaidah (pada riwayat ini) diperselisihkan oleh ulama, sebab terkadang ia meriwayatkan dari ibunya, dari Ummu Salamah sebagai ganti dari Hafshah, dan terkadang pula dari Ummu Salamah secara langsung, kemudian ia mendatangkan bentuk lain dari bentuk-bentuk yang berbeda!”
Dari sisi keabsahan, maka yang unggul –wallahu subhânahu wa ta’ala a’lam- bahwa hadits ‘Aisyah yang terdapat di dalam shahîh Muslim adalah lebih shahîh, sekalipun padanya terdapat bentuk perselisihan dari al-A’masy dan Manshûr.
Namun diantara ulama ada yang mencoba mengkompromikan dua hadits tersebut yang kesimpulannya, “Bahwa masing-masing dari istri Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam menceritakan apa yang ia saksikan dari beliau, bagi yang tidak menyaksikan menafikkan keberadaannya, dan yang menyaksikan menetapkan keberadaannya, sedang Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam sendiri menggilir setiap istrinya dalam sembilan malam (hanya) satu malam. Maka atas dasar ini dapat dikatakan, “Jika seseorang terkadang berpuasa dan terkadang tidak berpuasa, atau ia berpuasa beberapa tahun lalu tidak berpuasa beberapa tahun (berikutnya) ada benarnya, maka manapun dari dua pendapat tersebut diamalkan maka ia telah memiliki salaf(pendahulu).
Dan diantara ahli ilmu ada yang memasukkan puasa dalam cakupan ‘amalan shalih’ yang terdapat didalam sabda Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam, “Tidak ada hari-hari di mana amalan shalih yang dikerjakan didalamnya lebih dicintai oleh Allah daripada sepuluh (hari awal Dzulhijjah). Para shahabat bertanya: Termasuk pula jihad fisabilillah? Berliau bersabda, “Ya, termasuk pula jihad fisabilillah, kecuali seseorang yang keluar dengan jiwa dan hartanya dan tidak kembali darinya sedikitpun.”
———————————
-Syaikh ‘Abdul ‘Azîz bin Ibrâhim al-Khudhair-
Telah datang dari imam yang empat atas dianjurkannya berpuasa pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.
Dalam masalah ini terdapat hadits Hunaidah bin Khâlid dari istrinya (Hunaidah) dari salah seorang istri Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, “Adalah Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa sembilan (hari) pada bulan Dzulhijjah.” HR. Abu Dâwud, at-Tirmidzi, dan lainnya.
Namun berita (dari Hunaidah) ini padanya terdapat idhthirab (kegoncangan), dinilai cacat oleh al-Mundziri dan lainnya. Tidak ada satu beritapun yang valid dari Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau pernah berpuasa pada sepuluh (hari awal Dzulhijjah), (bahkan sebaliknya) ‘Aisyah radhiyallâhu ‘anha pernah menyatakan, “Aku sama sekali tidak pernah melihat Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam berpuasa pada sepuluh (hari awal Dzulhijjah).” HR. Muslim di dalam Shahihnya.
Dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa disyariatkannya berpuasa pada sepuluh (hari awal Dzulhijjah) ini ditinjau dari masuknya (puasa) sebagai amalan shalih namun bukan (puasa) sunnah khusus untuk sepuluh (hari awal Dzulhijjah), berdasarkan keumuman hadits Ibnu ‘Abbas yang lalu, “Tidak ada hari-hari di mana amalan shalih..” , dan tidak diperkenankan mengeluarkan amalan puasa dari keumuman ini kecuali dengan dalil dan tidak ada dalil (yang mengeluarkannya) dari permasalahan ini bahkan para shahabat memahami masuknya semua amalan ketaatan (dalam hadits tersebut) dimana mereka sampai bertanya, “Termasuk pula jihad fisabilillah?” beliau menjawab, “Ya, termasuk pula jihad fisabilillah, kecuali seseorang yang keluar dengan jiwa dan hartanya dan tidak kembali darinya sedikitpun.” Maka ini adalah seutama-utama amal di sepuluh (hari awal Dzulhijjah), adapun amal-amal yang lainnya maka tidaklah mungkin disandingkan dengan amal di sepuluh (hari awal bulan Dzulhijjah) ini.
Oleh: Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Ibrâhim al-Khudhair
Dalam risalah Fadhâil ‘Asyra Dzilhijjah
Kesimpulan:
1. Tidak ada yang disebut dengan istilah puasa khusus 10 awal Dzulhijjah.
2. Puasa adalah bagian dari ‘amalan shalih’, dengan demikian berpuasa pada sepuluh awal Dzulhijjah adalah sunnah, demikian pendapat mayoritas ulama.
3. Barangsiapa yang mencukupkan berpuasa pada tanggal 9 Dzulhijjah saja tanpa melakukan aktivitas puasa sebelumnya sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak melakukannya, atau terkadang berpuasa dan terkadang pula tidak (sebagaimana yang dikompromikan oleh para ulama) maka pendapat ini, juga tidak jauh dari kebenaran. Wallâhu a’lam. (Abu Halbas).
Dikumpulkan, disimpulkan dan diterjemahkan oleh:
Abu Halbas Muhammad Ayyub
Jember, 01 Dzulhijjah 1433 H.


3.Puasa Hari Tarwiyah (8 Dzulhijjah)? (Oleh: Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat)

Derajat Hadits Puasa Hari Tarwiyah
Oleh: Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat
Sudah terlalu sering saya ditanya tentang puasa pada hari tarwiyah (tanggal delapan Dzulhijjah) yang biasa diamalkan oleh umumnya kaum muslimin. Mereka berpuasa selama dua hari yaitu pada tanggal delapan dan sembilan Dzulhijjah (hari Arafah). Dan selalu pertanyaan itu saya jawab : Saya tidak tahu! Karena memang saya belum mendapatkan haditsnya yang mereka jadikan sandaran untuk berpuasa pada hari tarwiyah tersebut.
Alhamdulillah, pada hari ini 3 Agustus 1987 [seperti tertulis di dalam buku, admin] saya telah menemukan haditsnya yang lafadznya sebagai berikut.
صوم يوم التروية كفارة سنة، وصوم يوم عرفة كفارة سنتين
“Artinya : Puasa pada hari tarwiyah menghapuskan (dosa) satu tahun, dan puasa pada hari Arafah menghapuskan (dosa) dua tahun”.
Diriwayatkan oleh Imam Dailami di kitabnya Musnad Firdaus (2/248) dari jalan :
[1]. Abu Syaikh dari :
[2]. Ali bin Ali Al-Himyari dari :
[3]. Kalbiy dari :
[4]. Abi Shaalih dari :
[5]. Ibnu Abbas marfu’ (yaitu sanadnya sampai kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam)
Saya berkata : Hadits ini derajatnya maudhu’ (موضوع).
Sanad hadits ini mempunyai dua penyakit.
Pertama: Kalbi (no. 3) yang namanya : Muhammad bin Saaib Al-Kalbi. Dia ini seorang rawi pendusta. Dia pernah mengatakan kepada Sufyan Ats-Tsauri, “Apa-apa hadits yang engkau dengar dariku dari jalan Abi Shaalih dari Ibnu Abbas, maka hadits ini dusta” (Sedangkan hadits di atas Kalbiy meriwayatkan dari jalan Abi Shaalih dari Ibnu Abbas).
Imam Hakim berkata : “Ia meriwayatkan dari Abi Shaalih hadits-hadits yang maudlu’ (palsu)” Tentang Kalbi ini dapatlah dibaca lebih lanjut di kitab-kitab Jarh Wat Ta’dil:
[1]. At-Taqrib 2/163 oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar
[2]. Adl-Dlu’afaa 2/253, 254, 255, 256 oleh Imam Ibnu Hibban
[3]. Adl-Dlu’afaa wal Matruukin no. 467 oleh Imam Daruquthni
[4]. Al-Jarh Wat Ta’dil 7/721 oleh Imam Ibnu Abi Hatim
[5]. Tahdzibut Tahdzib 9/5178 oleh Al-Hafizd Ibnu Hajar
Kedua : Ali bin Ali Al-Himyari (no. 2) adalah seorang rawi yang majhul (tidak dikenal).
Kesimpulan:
[1]. Puasa pada hari tarwiyah (8 Dzulhijjah) adalah hukumnya bid’ah. Karena hadits yang mereka jadikan sandaran adalah hadits palsu/maudhu’ yang sama sekali tidak boleh dibuat sebagai dalil. Jangankan dijadikan dalil, bahkan membawakan hadits maudlu’ bukan dengan maksud menerangkan kepalsuannya kepada umat, adalah hukumnya haram dengan kesepakatan para ulama.
[2]. Puasa pada hari Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah) adalah hukumnya sunat sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di bawah ini.
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ
“Artinya : … Dan puasa pada hari Arafah –aku mengharap dari Allah- menghapuskan (dosa) satu tahun yang telah lalu dan satu tahun yang akan datang. Dan puasa pada hari ‘Asyura’ (tanggal 10 Muharram) –aku mengharap dari Allah menghapuskan (dosa) satu tahun yang telah lalu”. [Shahih riwayat Imam Muslim (3/168), Abu Dawud (no. 2425), Ahmad (5/297, 308, 311), Baihaqi (4/286) dan lain-lain]
Kata ulama : Dosa-dosa yang dihapuskan di sini adalah dosa-dosa yang kecil. Wallahu a’lam!
Disalin dari kitab Al-Masaa’il Jilid 2 (Masalah 48) hal. 176-178 , oleh guru kami Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat ~semoga Allah menjaganya~. (Pustaka Darus Sunnah – Jakarta, Cetakan 4, Th. 1427H/2007M)

Hukum Puasa Tarwiyah


Adakah tuntunan puasa hari tarwiyah? Hari tarwiyah yaitu tanggal 8 Dzulhijjah.
Dalil Anjuran Puasa Tarwiyah
Dalil yang menjadi pegangan anjuran puasa tarwiyah, 8 Dzulhijjah,
صوم يوم التروية كفارة سنة وصوم يوم عرفة كفارة سنتين (أبو الشيخ ، وابن النجار عن ابن عباس)
“Puasa pada hari tarwiyah (8 Dzulhijah) akan mengampuni dosa setahun yang lalu.Sedangkan puasa hari Arafah (9 Dzulhijjah) akan mengampuni dosa dua tahun.” Diriwayatkan oleh Abusy Syaikh dan Ibnu An Najjar dari Ibnu ‘Abbas.
Ibnul Jauzi mengatakan bahwa hadits ini tidak shahih.[1] Asy Syaukani mengatakan bahwa hadits ini tidak shahih dan dalam riwayatnya ada perowi yang pendusta.[2] Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini dho’if (lemah).[3]
Jika hadits di atas adalah dho’if (lemah), maka berarti tidak boleh diamalkan dengan sendirinya.
Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Tidak boleh bersandar pada hadits-hadits dho’if (lemah) yang bukanlah hadits shahih dan bukan pula hadits hasan. Akan tetapi, Imam Ahmad bin Hambal dan ulama lainnya membolehkan meriwayatkan hadits dho’if dalam fadhilah amal selama tidak diketahui hadits tersebut shahih atau hadits tersebut bukan diriwayatkan oleh perowi pendusta. Namun boleh mengamalkan isinya jika diketahui ada dalil syar’i yang mendukungnya. Jika haditsnya bukan diriwayatkan oleh perowi yang pendusta, boleh jadi pahala yang disebutkan dalam hadits tersebut benar. Akan tetapi, para ulama katakan bahwa tidak boleh menyatakan wajib atau sunnah pada suatu amalan dengan dasar hadits dho’if. Jika ada yang mengatakan bolehnya, maka dia telah menyelisihi ijma’ (kata sepakat para ulama).” (Al Majmu’ Al Fatawa, 1: 250-251)
Masih Bisa Berpuasa Tanggal 8 Dzulhijjah Jika ….
Masih bisa berpuasa pada tanggal 8 Dzulhijjah namun bukan berdasarkan hadits yang penulis sebutkan di atas, namun karena mengingat keutamaan beramal di awal Dzulhijjah dan puasa adalah sebaik-baiknya amalan yang dikerjakan saat itu. Ditambah ada contoh dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat untuk berpuasa pada tanggal 1 hingga 9 Dzulhijjah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ  وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ
“Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah).” Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun.” (HR. Abu Daud no. 2438, At Tirmidzi no. 757, Ibnu Majah no. 1727, dan Ahmad no. 1968, dari Ibnu ‘Abbas. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim). Mengenai hadits ini, Ibnu Qudamah rahimahullah berkata, “Sepuluh hari awal Dzulhijjah seluruhnya adalah hari yang mulia dan dimuliakan, di dalamnya dilipatgandakan (pahala) amalan dan disunnahkan bersungguh-sungguh ibadah pada waktu tersebut.” (Al Mughni, 4: 443).
Yang menjadi dalil keutamaan puasa pada awal Dzulhijjah adalah hadits dari Hunaidah bin Kholid, dari istrinya, beberapa istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallammengatakan,
عَنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُ تِسْعَ ذِى الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَالْخَمِيسَ.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah, pada hari ‘Asyura’ (10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap bulannya, …” (HR. Abu Daud no. 2437. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Kata Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah bahwa di antara sahabat yang mempraktekkan puasa selama sembilan hari awal Dzulhijah adalah Ibnu ‘Umar. Ulama lain seperti Al Hasan Al Bashri, Ibnu Sirin dan Qotadah juga menyebutkan keutamaan berpuasa pada hari-hari tersebut. Lihat Latho-if Al Ma’arif, hal. 459.
Lebih-lebih puasa Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah punya keutamaan yang besar daripada puasa awal Dzulhijjah lainnya. Dari Abu Qotadah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ
“Puasa Arofah dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 1162)
Semoga bermanfaat.
Referensi:
1- Al Mughni, Ibnu Qudamah Al Maqdisi, terbitan Dar ‘Alamil Kutub, cetakan tahun 1432 H.
2- Latho-itul Ma’arif, Ibnu Rajab Al Hambali, terbitan Al Maktab Al Islami, cetakan pertama, tahun 1428 H.
3- Majmu’atul Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, terbitan Darul Wafa’ dan Dar Ibni Hazm, cetakan keempat, tahun 1432 H.
Selesai disusun di sore hari, 6 Dzulhijjah 1434 H, di kantor Pesantren Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul
------------------------------------------------
Tak Perlu Sidang Isbat, Idul Adha Bergantung Wukuf
Sidang isbat untuk menentukan Idul Adha dianggap tidak perlu dilakukan. Sebab, berbeda dengan awal Ramadhan atau Idul Fitri yang bisa ditentukan lewat penampakan hilal, Hari Raya Qurban ini tergantung pelaksanaan wukuf di Padang Arafah.
"Idul Adha itu sangat berkaitan dengan ibadah haji. Jadi pemerintah tidak perlu menggelar sidang itsbat segala. Kalau hari ini jamaah haji sudah wukuf di Arafah, ya besoknya langsung pelaksanaan qurban (Idul Adha)," kata mantan staf ahli menteri agama, Prof Yusri Abadi APU, kepadaRepublika, usai khotbah Shalat Jumat (26/9), bertema Idul Adha, di Masjid Raya Alkautsar, kompleks Vila Dago, Pamulang, Tangerang Selatan, Banten.
Dosen pascasarjana di berbagai perguruan tinggi Islam Indonesia itu menegaskan, tidak mungkin Idul Adha mendahului atau sebelum wukuf di Arafah sebagai puncak haji. Sebab, dari sejarahnya, wukuf merupakah masa persinggahan Nabi Ibrahim AS sebelum berangkat ke Muzdalifah.
"Di Muzdalifah itulah Nabi Ibrahim AS tertidur. Dalam mimpinya beliau mendapat wahyu dari Allah SWT berupa perintah menyembelih putranya yang masih remaja, Ismail (Nabi Ismail AS)," ungkap Yusri.
Atas ketaatan Nabi Ibrahim AS dan istinya Siti Hajar, serta keikhlasan dan kesabaran Nabi Ismail atas perintah tersebut, lanjut Yusri, Allah SWT menggantikan pengorbanan itu. Yang kemudian mereka sembelih adalah kambing gibas.
"Begitu kronologisnya. Jadi, tibanya Hari Raya Idul Adha atau Idul Qurban itu patokannya adalah setelah wukuf di Arafah,  bukan berdasarkan kemunculan hilal. Tak perlulah itu sidang isbat," tutup Yusri.


Imam Ahmad menjelaskan bahwa maksud riwayat ‘Aisyah adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berpuasa penuh selama sepuluh hari Dzulhijah. Sedangkan maksud riwayat Hafshoh adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa di mayoritas hari yang ada. Jadi, hendaklah berpuasa di sebagian hari dan berbuka di sebagian hari lainnya. (Latho-if Al Ma’arif, hal. 459-460)
Read more https://rumaysho.com/8935-nabi-tidak-melakukan-puasa-awal-dzulhijjah-benarkah.html

Adakah puasa 10 hari diawal bulan dzulhijah ?

Disepakati bahwa 10 hari awal dzulhijah adalah waktu yg utama untuk beramal shaleh apa saja.
Dalilnya, “Tidak ada satu amal sholeh yg lebih dicintai oleh Allah melebihi amal sholeh yg dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah)…”. (HR. Abu Daud no. 2438, At Tirmidzi no. 757, Ibnu Majah no. 1727, dan Ahmad no. 1968, dari Ibnu ‘Abbas)
Lalu bagaimana dgn puasa tgl 1 s/d 9 dzulhijah?
Dalilnya, Sebagaimana diceritakan dari Hunaidah bin Kholid, dari istrinya, beberapa istri Nabi saw (Hafshoh) mengatakan,“Rasulullah saw biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah”. (HR. Abu Daud no. 2437)
Tapi di hadits tsb tidak disebutkan puasa apa, karenanya kembali ke asal yaitu puasa sunnah yg biasa dilakukan, senin kamis & daud.
Namun ada sebuah riwayat dari ‘Aisyah yg menyebutkan, “Aku tidak pernah melihat Rasulullah saw berpuasa pada sepuluh hari bulan Dzulhijah sama sekali”. (HR. Muslim no. 1176).
Kedua hadits diatas seperti bertentangan, Imam Ahmad menjelaskan bahwa maksud riwayat ‘Aisyah adalah Nabi saw tidak berpuasa penuh selama sepuluh hari Dzulhijah.
Sedangkan maksud riwayat istri Nabi saw Hafshoh adalah Nabi saw berpuasa di mayoritas hari yg ada. Jadi, hendaklah berpuasa di sebagian hari dan berbuka di sebagian hari lainnya. (Latho-if Al Ma’arif, hal. 459-460)
Kini jelas bahwa, Nabi saw tidak berpuasa penuh 9 hari di awal Dzulhijah, maka tepat jika dikatakan bahwa puasa di 9 hari awal dzulhijah adalah puasa sunah yg biasa dilakukan yaitu senin-kamis atau daud.
Dan yg penting jgn meninggalkan puasa Arafah 9 Dzulhijah.
“Puasa Arofah dapat menghapuskan dosa setahun yg lalu dan setahun akan datang…”. (HR. Muslim no. 1162).
Kesimpulan:
Shaum yang disyariatkan pada bulan Dzulhijjah adalah puasa Arafah tgl 9 Dzulhijjah.


( perlu dikaji lebih lanjut, tulisan/web dibawah ini )
kelemahan hadis tentang puasa arofah
Polemik ke dua tentang kelemahan hadis puasa Arofah

Bersambung......Insya Allah