Friday, August 14, 2015

Syeikh Wahbah al-Zuhaili dan Syi’ah

Kamis, 13 Agustus 2015 - 10:42 WIB
Dari sekian banyak guru itulah beliau menimba ilmu dan menempa diri sampai sebagai seorang ‘alim yang kaya karya.
Syeikh Wahbah mengkritik bahwa Iran telah “merayu” penduduk di sana untuk masuk ke dalam Syi’ah
Oleh: Qosim Nursheha Dzulhadi  
SYEIKH Wahbah ibn Mustafa al-Zuhaili (1932-8 Agustus 2015) adalah salah seorang ulama’ Sunni yang memiliki kontribusi besar terhadap Islam, khususnya di Suriah dan Timur Tengah. Namanya harum mewangi di dunia Islam melalui kiprah, dakwah, dan karyanya. Kiprahnya dalam bidang fiqh begitu hebat, karena dinobatkan sebagai salah satu pakarnya: di Mekkah, Jeddah, India, Amerika, dan Sudan. Bahkan di Universitas Damascus beliau adalah ketua Jurusan Fiqih Islam. Itu semua menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang faqih yang mumpuni sampai disegani.
Guru Syeikh Wahbah dan Karyanya
Kedalaman dan ketinggian Syeikh Wahbah tidak dapat dilepaskan dari sosok guru-gurunya yang penting. Di Damascus beliau belajar kepada: Syeikh Mahmud Yasin (guru Hadits), Mahmud al-Rankusi (guru ‘Aqidah), Hasan al-Syatha (guru Fara’idh), Hasyim al-Khathib (guru Fiqih Syafi’i), Luthfi al-Fayyoumi (guru Ushul al-Fiqh dan Musthalah al-Hadits), Syeikh Ahmad al-Sammaq (guru Tajwid), Abu al-hasan al-Qushab (guru Nahwu-Sharaf), Syeikh Hasan Habanakah dan Syeikh Shadiq Habanakah al-Maidani (guru Tafsir), Syeikh Shalih al-Farfur (guru Bahasa Arab,seperti: Balaghah dan Sastra), Syeikh Hasan al-Khathib, Syeikh ‘Ali Sa’d al-Din, Syeikh Subhi al-Khaizuran, dan Syeikh Kamil al-Qushar (guru Hadits), Syeikh Jawdat al-Mardini (guru Retorika), Syeikh Rasyid al-Sathi dan Prof Hikmat al-Sathi (guru Sejarah dan Akhlaq), Syeikh Nazhim Mahmud Nusaimi, Syeikh Mahir Hammadah, dan banyak lagi (guru Kimia, Fisika, Bahasa Inggris, dan ilmu-ilmu kontemporer lainnya).
Sementara di Mesir beliau belajar kepada ulama-ulama besar, seperti: Syeikh Mahmud Syaltut (mantan Grand Sheikh Al-Azhar), Syeikh ‘Abdurrahman Taj, Syeikh ‘Isa Mannun Ramadhan (guruFiqih Syafi’i), Syeikh Mahmud ‘Abd al-Dayim (guru Fiqih Syafi’i), Syeikh Musthafa ‘Abd al-Khaliq dan saudaranya Syeikh ‘Abd al-Ghani ‘Abd al-Khaliq (guru Ushul al-Fiqh), Syeikh ‘Utsman al-Maraziqi dan Syeikh Hasan Wahdan (guru Ushul al-Fiqh), Syeikh al-Zhawahiri al-Syafi’i (guru Ushul al-Fiqh), Syeikh Musthafa Mujahid (guru Fiqih Syafi’i), Syeikh Muhammad Abu Zahrah, Syeikh ‘Ali al-Khafif, Syeikh Muhammad al-Banna, Syeikh Muhammad Zafzaf, Syeikh Sallam Madkur, Syeikh Faraj al-Sanhuri (guru Studi Islam/Dirasat Islamiyyah, dan Fiqih Perbandingan (Fiqh Muqaran), Ushul al-Fiqh).
Dari sekian banyak guru itulah beliau menimba ilmu dan menempa diri sampai sebagai seorang ‘alim yang kaya karya. Karena dia, secara umum diakui, merupakan seorang ulama’ yang pakar dalam tiga cabang ilmu penting: fiqih, hadits, dan tafsir. Menurut hitungan sementara, beliau telah menulis 75 buku. Diantaranya 4 ensklopedi. Dan terbitan lainnya, yang mencapai 120 jilid, dan 5000 halaman. (http://www.islamist-movements.com/30764, Rabu, 12/08/2015).
Dalam bidang Fiqh dan Ushul al-Fiqh seorang ‘alim yang mendapat gelar “Imam al-Suyuti abad ini” menulis beberapa buku penting, seperti: Atsar al-Harb fi al-Fiqh al-Islami, al-Wajiz fi Ushul al-Fiqh, Ushul al-Fiqh al-Islami, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu (11 Jilid), Mausu’at al-Fiqh al-Islami al-Mu’ashir (8 Jilid), Masu’at al-Fiqh al-Islami wa al-Qadhaya al-Mu’ashirah (14 Jilid), Qadhaya al-Fiqh wa al-Fikr al-Mu’ashir (3 Jilid), al-Fiqh al-Islami fi Uslubihi al-Jadid, Tajdid al-Fiqh al-Islami, Nazhariyyat al-Dhaman fi al-Fiqh al-Islami, al-Kitab al-Fiqhi al-Jami’i, Ushul al-Fiqh al-Hanafi, al-Fiqh al-Syafi’i al-Muyassar, al-Fiqh al-Hanafi al-Muyassar, al-Fiqh al-Hanbali al-Muyassar, al-Fiqh al-Maliki al-Muyassar, al-Wasith fi Ushul al-Fiqh, Nazhariyyat al-Dharurah fi al-Syari’ah, al-‘Uqubat al-Syar’iyyah wa Asbabhuha (bersama Dr. Ramadhan ‘Ali al-Sayyid), al-Dhawabith al-Syar’iyyah li al-Akhdz bi Aysar al-Madzahib, al-Rukhash al-Syar’iyyah: Ahkamuha wa Dhawabithuha, al-Ahkam al-Dharuriyyah wa al-Qath’iyyah fi al-Islam, Qawa’id al-Fiqh al-Hanbali, pengantar dan tahqiq kitabNayl al-Authar karya Imam al-Syaukani, Hiwar Haula Tajdid al-Fiqh al-Islami, al-Usrah al-Muslimah fi al-‘Alam al-Mu’ashir, al-Masharif al-Islamiyyah, al-‘Uqud al-Musammah fi Qanun al-Mu’amalat al-Madaniyyah al-Imarati wa al-Qanun al-Madani al-Urduni, al-Mu’amalat al-Maliyah al-Mu’ashirah, al-Iqtishad al-Islami, Fatawa Mu’ashirah, al-Wudhu’ wa al-Shalah ‘ala al-Madzhab al-Maliki, danAhkam al-‘Ibadat li al-Nasyi’ah.
Dalam bidang hadits karya-karya beliau sangat banyak, yaitu: Takhrij dan Tahqiq hadits-hadits dalam kitab Tuhfat al-Fuqaha’ karya Imam al-Samarqandi, Tahqiq dan Takhrij hadits-hadits kitabJami’ al-‘Ulum wa al-Hikam karya al-Hafizh Ibn Rajab al-Hanbali, Tahqiq, Takhrij, dan Iktishar kitabal-Anwar fi Syama’il al-Nabiy al-Mukhtar karya Imam Muhy al-Sunnah al-Baghawi, Taqdim danTahqiq kitab Syarh Muslim karya Imam al-Nawawi, al-Ahadits al-Nabawiyyah li al-Nasyi’ah.
Sementara dalam bidang tafsir dan Ulum Al-Qur’an karyanya sangat luar biasa, seperti: al-Qisshah al-Qur’aniyyah, al-Qur’an al-Karim Bunyatuhu al-Tasyri’iyyah wa Khasha’ishuhu al-Hadhariyyah, al-Mausu’ah al-Qur’aniyyah al-Muyassarah, al-Tafsir al-Munir fi al-‘Aqidah wa al-Syari’ah wa al-Manhaj (16 Jilid), al-Tafsir al-Wajiz, al-Tafsir al-Wasith (3 Jilid), al-Muwazanah bayna al-Qur’an wa al-Sunnah fi al-Ahkam, dan Qawa’id al-Akhlaq fi al-Qur’an al-Karim (2 Jilid).
Selain tiga bidang ilmu yang beliau pakar di dalamnya, karyanya dalam bidang yang lain tidak dapat dinafikan. Dalam perbandingan agama dapat dibaca karyanya yang berjudul al-Ushul al-‘Ammah li Wahdat al-Din al-Haqq. Dalam Aqidah, Syeikh Wahbah menulis buku penting yang bertajuk Ushul al-Iman wa al-Islam. Sedangkan dalam biografi, beliau menulis kitab al-Imam al-Syafi’i dan al-Mujaddid Jamaluddin al-Afghani.*
DALAM wacana-wacana kontemporer, seperti dalam masalah politik dan HAM, karya-karyanya adalah: al-Islam Din al-Jihad La al-‘Udwan, al-Istinsakh Jadal al-‘Ilm wa al-Din wa al-Akhlaq, Huquq al-Insan fi al-Islam, al-Qanun al-Duali al-Insani fi al-Islam (bersama penulis yang lain),al-‘Alam al-Islami fi Muwajahat al-Tahaddiyyat al-Gharbiyyah, al-Islam wa al-I’aqah, Musykilat fi Thariq al-Nuhudh, al-‘Ilaqat al-Dawliyyah fi al-Islam: Muqaranat bi al-Qanun al-Dauli al-Hadits, Haqq al-Hurriyyah fi al-‘Alam, dan Nizham al-Islam.
Maka, dapat dikatakan bahwa Syeikh Wahbah adalah seorang ulama yang benar kaya karya. Karena beliau tercatat sebagai salah seorang penulis yang amat produktif. Maka sangat wajar beliau mendapat gelar “Imam al-Suyuthi Abad Ini”. Akhirnya, beliau wafat pada hari Sabtu, tanggal 23 Syawwal 1436 H/8 Agustus 2015 M dengan meninggalkan warisan Nabi itu: ilmu. Sehingga Syeikh ‘Aidh al-Qarni memberi doa dan pujian, “Semoga Allah mengampuni beliau. Saya telah banyak bertemu dengannya di berbagai muktamar dan diskusi ilmiah. Sungguh, beliau adalah seorang alim, muhaqqiq, berwibawa, cinta kebaikan bagi umat Islam dan tidak pernah menyakiti siapapun.” Sementara Syeikh Dr. Salman al-‘Audah menyatakan pula, “Saya mengenalnya sebagai seorang penulis. Saya pun ikut majelisnya dan menyertainya dalam berbagai acara (program). Sungguh, beliau adalah seorang yang “ensiklopedik”, tenang, sangat pencemburu terhadap umat ini. Ya Allah, angkatlah derajatnya di surga.”
Syeikh Wahbah dan Syi’ah
Jika Syeikh Wahbah adalah seorang ulama Sunni yang dikenal luas ilmunya, lantas apakah beliau punya sikap tegas terhadap Syi’ah? Jawabannya adalah: Ya. Sikapnya sangat tegas.
Pertamakritiknya yang begitu pedas terhadap pemerintahan diktator di Suriah. Sementara Syi’ah memang dikuasai oleh Syiah.
Kedua, kritiknya terhadap Syi’ah beliau lancarkan di Muktamar Doha yang mengulasa tentang ‘Dialog antara Mazhab Islam’ pada tahun 2007, di Qatar. Beliau ketika itu mengkritik selah seorang dewan penasehat kebudayaan Iran di Damascus. Beliau meminta supaya Iran berhenti untuk menyebarkan “tasyayyu’ (paham Syi’ah) di negara-negara Sunni” (muthaliban bi dharurat tawaqquf Iran ‘an nasyr “tasyayyu’ fi al-bilad al-sunniyyah”.
Beliau menguatkan pandangannya dengan peristiwa penting yang terjadi di kota Tel Abidh, sebelah utara al-Raqqah. Ketika itu terjadi perselisihan penduduknya dengan kaum Sunni dengan sebagian penganut Syi’ah. Ketika itu kaum Syi’ah meminta Hasan Nasrallah untuk ikut campur dalam masalah tersebut. (http://www.enabbaladi.org/archives/40887, Rabu, 12/08/2015). Bahkan, etua aliansi nasional Suriah, Khalid Khaujah juga menyatakan bahwa Syeikh Wahbah memiliki sikap tegas dalam menghadang gerakan Iran-Syi’ah di Suriah. (https://www.zamanalwsl.net/news/63230.html, Rabu, 12/08/2015).
Beliau juga mengkritik bahwa Iran telah “merayu” penduduk di sana untuk masuk ke dalam Syi’ah. Buktinya, ratusan orang Suriah di Dir al-Zur, al-Ruqqah, Dar’a, daerah al-Ghutah, dekat Damascus, telah terjebak dalam “iming-iming” Syi’ah dan masuk ke dalam Syi’ah. Ini dapat dibuktikan dengan laporan jurnalis pada 31 Oktober 2006 di London.
Karena kritik “pedas” yang dilancarkannya kepada aktivitas Iran-Syi’ah di Suriah, Syeikh Wahbah sampai dipanggil dua kali melalui intelijen Suriah: Pertama, pertama ke kantor intelijen militer dan kedua,dipanggil ke kantor Kemananan Politik (al-Aman al-Siyasi). Kemudian beliau diperingatkan dengan keras (tahdzir) oleh pemerintah Suriah. (http://www.islamist-movements.com/30764, Rabu, 12/08/2015).
Dari sana kemudian dapat dipahami bahwa kesunnian Syeikh Wahbah tak dapat diragukan. Kritiknya terhadap pemerintah Suriah membuktikan bahwa beliau adalah seorang ulama sejati. Karena menjaga jarak dengan pemerintah adalah salah satu sifat ulamarabbani. Sementara kritiknya terhadap Syi’ah menjadi kebenaran‘aqidah beliau sebagai Sunni. Dimana ‘aqidah Sunni mustahil dipertemukan dengan Syi’ah. Wallahu a’lam bi al-shawab.*
Penulis adalah staf pengajar di PP. Ar-Raudhatul Hasanah, Medan-Sumatera Utara

Info lainnya :
Syeikh Wahbah Az-Zuhaili Menulis Lebih 200 Kitab