Chicken-and-egg question over Syria: Assad or ISIS first?
by Mohamed Chebarro*
Berita dalam
beberapa hari belakangan penuh perdebatan mengenai apakah UK (Inggris) harus
memperpanjang serangan udaranya di Suriah demi mengejar ISIS.
Setelah serangan Paris, Jerman dan UK didorong
untuk beraksi demi menunjukkan solidaritas kepada sekutu mereka Perancis.
Dimulainya serangan udara UK hanya beberapa jam
setelah debat di parlemen, dimana para anggota parlemen Inggris akhirnya
mendukung permintaan David Cameron.
Untuk memiliki lebih banyak lagi Negara yang
bersekutu dalam memerangi ISIS harus disambut. Tapi dalam pandangan saya,
serangan-serangan dari beberapa pesawat Rafale Perancis dan Tornado Inggris
hanya berdampak kecil, selama mereka hanya menjadi bagian dari strategi
setengah hati barat di Suriah, di Iraq, dan akar penyebab munculnya ISIS di dua
Negara ini dan lainnya.
“Di Suriah, seharusnya bukan lagi pertanyaan
siapa yang datang duluan, ISIS atau Assad. Sama seperti perdebatan ayam dan
telur, jawabannya sudah jelas.”
Negara-negara yang dipimpin oleh AS tetap diam
selama 4 tahun belakangan, sementara itu rakyat Suriah telah meminta
berakhirnya kediktatoran Bashar al-Assad dan keluarganya selama 40 tahun.
Pertanyaan
lama
Dan baik sebelum dan sesudah serangan Paris,
pertanyaannya tetap sama. Siapa yang harus kita singkirkan dulu- ayamnya atau
telurnya?
Bagaimana cara yang terbaik untuk menghilangkan
penderitaan, dan menghentikan pengeboman barel yang dilakukan rezim dengan
menghancurkan rakyat dan kota-kota Suriah?
Bagaimana membujuk Moskow untuk menjadi penengah
yang adil, dan menyamakan usaha-usahanya dengan komunitas internasional dan
menghentikan usaha butanya mendukung Assad, sekutu Iran-nya dan krooni milisi
Lebanonnya?
Bagaimana cara terbaik untuk menghentikan aliran
pengungsi ke Uni Eropa? Apakah dengan memberikan Turki Erdogan milyaran dollar
untuk mengontrol gerbangnya, atau dengan menemukan kuota yang didistribusikan
pengungsi dengan adil ke seluruh Eropa?
Haruskah kita menutup masjid-masjid ekstrimis di
kota-kota Eropa, dan mendeportasi orang-orang berkewarganegaraan ganda ke
Negara asal mereka? Atau haruskah kita menggenerasikan ulang
pemukiman-pemukinan Eropa dimana ekstrimisme dan kejahatan kebencian tumbuh
subur bersama kemiskinan dan pengangguran yang dihadapi oleh banyak muslim
generasi kedua?
Semua pertanyaan ini penting. Tapi menjawab
pertanyaan-pertanyaan itu –hanya seperti mengebom target-target ISIS di Suriah,
hanya akan sedikit mengubah situasi, kecuali dunia bersama-sama
menyelesaikan krisis di Suriah.
Kenapa Suriah?
Menghentikan kebrutalan rezim Assad akan membawa
cahaya di ujung terowongan bagi rakyat Suriah, dimana setengah jumlah penduduk
Suriah telah terusir dari rumahnya.
Dengan membawa penyelesaian politik kepada
krisis Suriah, ada kesempatan a modus
vivendi- atau persetujuan untuk tidak
setuju- antara AS dan Rusia.
Dalam melakukan tersebut mungkin UE akan
meninjau ulang sanksi terhadap Rusia yang diterapkan setelah aneksasi Moskow
terhadap Crimea.
Iran juga akan dites dengan disingkirkannya
Assad, khususnya setelah perjanjian nuklir dengan barat. Apakah Tehran adalah
pemain regional yang tertarik untuk stabilitas, alih-alih sebuah kekuasaan yang
ingin menimbulkan api kekacauan di Negara tetangga dan berpura-pura sebagai
pemadam api?
Seandainya Assad disingkirkan dan kesatuan dan
pluralitas Suriah terjamin, Saudi Arabia akan memiliki waktu lebih banyak untuk
melanjutkan perjuangannya melawan para ekstremis di jantung komunitas mereka
dan dunia Islam secara lebih luas.
Dan sebuah perjanjian untuk persatuan multi-etnik
Suriah akan memuaskan Turki, karena kekhawatiran mereka tentang Negara Alawite
(Syiah) kecil dan wilayah otonomi Kurdi di perbatasannya. Sebuah solusi di
Suriah juga akan mendorong Iraq kepada reformasi untuk pembagian kekuasaan, dan
menghentikan kebijakan sektarian mereka yang mengasingkan Arab-Arab Sunni dan
populasi Kurdi.
Sebuah Front
Bersatu
Banyak yang dikatakan dalam debat parlemen UK.
Tetapi kata-kata darishadow foreign secretary Hilary Benn menangkap gambarannya dengan baik. Dalam
mendukung kebutuhan serangan udara, melawan pemimpin partainya Jeremy Corbyn,
Benn menyebut bahwa UK “menghadapi para fasis”, sebelum menambahkan kepada
partainya sendiri: “Kita tak akan dan tak seharusnya berjalan di sisi lain
jalanan.”
Benn mengingatkan nilai-nilai yang demokrasi
barat telah sebarkan selama puluhan tahun, dan pentingnya mengalahkan ISIS,
sama seperti mengalahkan fasisme dan Nazisme sebelumnya.
Dan, dalam opini saya, cara tercepat untuk
melakukannya adalah dengan menemukan sebuah solusi di Suriah yang melibatkan
penyingkiran Assad -yang, dengan melakukan hal tersebut, akan memindahkan
lingkungan beracun dimana ISIS menyebar.
Di Suriah, tidak seharusnya menjadi pertanyaan
mana yang harus disingkirkan duluan, ISIS (telur) atau Assad (ayam). Sama
seperti perdebatan ayam dan telur, jawabannya jelas (ayam disingkirkan dulu
biar tak lagi memproduksi telur -ed).
Sebuah front bersatu dan usaha diplomatik
besar-besaran atau KTT dibutuhkan untuk meyakinkan semua pihak bahwa telah tiba
waktunya untuk menyingkirkan rezim Assad, dan dengannya akan tersingkir ISIS
dan semua kekuatan yang bertujuan menghancurkan dunia yang kita ketahui
sekarang ini.
Sayangnya, saya meragukan pemerintahan Obama
akan menghasilkan keputusan semacam itu. Dan karena aksi-aksi Putin di Suriah
membuat pertemuan apapun di masa depan mengenai nasib Assad terlihat semakin
tak mungkin.***