Wednesday, December 30, 2015

Pertanyaan Ayam dan Telur Mengenai Suriah: Assad atau ISIS Dulu Yang Harus Disingkirkan?


Chicken-and-egg question over Syria: Assad or ISIS first?
by Mohamed Chebarro*
Berita dalam beberapa hari belakangan penuh perdebatan mengenai apakah UK (Inggris) harus memperpanjang serangan udaranya di Suriah demi mengejar ISIS.
Setelah serangan Paris, Jerman dan UK didorong untuk beraksi demi menunjukkan solidaritas kepada sekutu mereka Perancis.

Dimulainya serangan udara UK hanya beberapa jam setelah debat di parlemen, dimana para anggota parlemen Inggris akhirnya mendukung permintaan David Cameron.

Untuk memiliki lebih banyak lagi Negara yang bersekutu dalam memerangi ISIS harus disambut. Tapi dalam pandangan saya, serangan-serangan dari beberapa pesawat Rafale Perancis dan Tornado Inggris hanya berdampak kecil, selama mereka hanya menjadi bagian dari strategi setengah hati barat di Suriah, di Iraq, dan akar penyebab munculnya ISIS di dua Negara ini dan lainnya.

“Di Suriah, seharusnya bukan lagi pertanyaan siapa yang datang duluan, ISIS atau Assad. Sama seperti perdebatan ayam dan telur, jawabannya sudah jelas.”

Negara-negara yang dipimpin oleh AS tetap diam selama 4 tahun belakangan, sementara itu rakyat Suriah telah meminta berakhirnya kediktatoran Bashar al-Assad dan keluarganya selama 40 tahun.

Pertanyaan lama

Dan baik sebelum dan sesudah serangan Paris, pertanyaannya tetap sama. Siapa yang harus kita singkirkan dulu- ayamnya atau telurnya?

Bagaimana cara yang terbaik untuk menghilangkan penderitaan, dan menghentikan pengeboman barel yang dilakukan rezim dengan menghancurkan rakyat dan kota-kota Suriah?

Bagaimana membujuk Moskow untuk menjadi penengah yang adil, dan menyamakan usaha-usahanya dengan komunitas internasional dan menghentikan usaha butanya mendukung Assad, sekutu Iran-nya dan krooni milisi Lebanonnya?

Bagaimana cara terbaik untuk menghentikan aliran pengungsi ke Uni Eropa? Apakah dengan memberikan Turki Erdogan milyaran dollar untuk mengontrol gerbangnya, atau dengan menemukan kuota yang didistribusikan pengungsi dengan adil ke seluruh Eropa?

Haruskah kita menutup masjid-masjid ekstrimis di kota-kota Eropa, dan mendeportasi orang-orang berkewarganegaraan ganda ke Negara asal mereka? Atau haruskah kita menggenerasikan ulang pemukiman-pemukinan Eropa dimana ekstrimisme dan kejahatan kebencian tumbuh subur bersama kemiskinan dan pengangguran yang dihadapi oleh banyak muslim generasi kedua?

Semua pertanyaan ini penting. Tapi menjawab pertanyaan-pertanyaan itu –hanya seperti mengebom target-target ISIS di Suriah, hanya akan sedikit mengubah situasi, kecuali dunia bersama-sama  menyelesaikan krisis di Suriah.

Kenapa Suriah?

Menghentikan kebrutalan rezim Assad akan membawa cahaya di ujung terowongan bagi rakyat Suriah, dimana setengah jumlah penduduk Suriah telah terusir dari rumahnya.

Dengan membawa penyelesaian politik kepada krisis Suriah, ada kesempatan a modus vivendi- atau persetujuan untuk tidak setuju- antara AS dan Rusia.

Dalam melakukan tersebut mungkin UE akan meninjau ulang sanksi terhadap Rusia yang diterapkan setelah aneksasi Moskow terhadap Crimea.

Iran juga akan dites dengan disingkirkannya Assad, khususnya setelah perjanjian nuklir dengan barat. Apakah Tehran adalah pemain regional yang tertarik untuk stabilitas, alih-alih sebuah kekuasaan yang ingin menimbulkan api kekacauan di Negara tetangga dan berpura-pura sebagai pemadam api?

Seandainya Assad disingkirkan dan kesatuan dan pluralitas Suriah terjamin, Saudi Arabia akan memiliki waktu lebih banyak untuk melanjutkan perjuangannya melawan para ekstremis di jantung komunitas mereka dan dunia Islam secara lebih luas.

Dan sebuah perjanjian untuk persatuan multi-etnik Suriah akan memuaskan Turki, karena kekhawatiran mereka tentang Negara Alawite (Syiah) kecil dan wilayah otonomi Kurdi di perbatasannya. Sebuah solusi di Suriah juga akan mendorong Iraq kepada reformasi untuk pembagian kekuasaan, dan menghentikan kebijakan sektarian mereka yang mengasingkan Arab-Arab Sunni dan populasi Kurdi.

Sebuah Front Bersatu

Banyak yang dikatakan dalam debat parlemen UK. Tetapi kata-kata darishadow foreign secretary Hilary Benn menangkap gambarannya dengan baik. Dalam mendukung kebutuhan serangan udara, melawan pemimpin partainya Jeremy Corbyn, Benn menyebut bahwa UK “menghadapi para fasis”, sebelum menambahkan kepada partainya sendiri: “Kita tak akan dan tak seharusnya berjalan di sisi lain jalanan.”

Benn mengingatkan nilai-nilai yang demokrasi barat telah sebarkan selama puluhan tahun, dan pentingnya mengalahkan ISIS, sama seperti mengalahkan fasisme dan Nazisme sebelumnya.

Dan, dalam opini saya, cara tercepat untuk melakukannya adalah dengan menemukan sebuah solusi di Suriah yang melibatkan penyingkiran Assad -yang, dengan melakukan hal tersebut, akan memindahkan lingkungan beracun dimana ISIS menyebar.

Di Suriah, tidak seharusnya menjadi pertanyaan mana yang harus disingkirkan duluan, ISIS (telur) atau Assad (ayam). Sama seperti perdebatan ayam dan telur, jawabannya jelas (ayam disingkirkan dulu biar tak lagi memproduksi telur -ed).

Sebuah front bersatu dan usaha diplomatik besar-besaran atau KTT dibutuhkan untuk meyakinkan semua pihak bahwa telah tiba waktunya untuk menyingkirkan rezim Assad, dan dengannya akan tersingkir ISIS dan semua kekuatan yang bertujuan menghancurkan dunia yang kita ketahui sekarang ini.

Sayangnya, saya meragukan pemerintahan Obama akan menghasilkan keputusan semacam itu. Dan karena aksi-aksi Putin di Suriah membuat pertemuan apapun di masa depan mengenai nasib Assad terlihat semakin tak mungkin.***
Sumber: Kolom Alarabiya (04/12/2015)