Rezim
Assad Semakin Terdesak, Warga Alawiyyin Mulai Ambil Jarak
Damaskus – Selama kurun
waktu lima tahun Perang Sipil di Suriah, kelompok minoritas Alawiyyin, di mana
keluarga besar Presiden Assad juga berasal dari sekte komunitas ini, berada di
pihak Assad dan sangat kuat mendukung rezim Nushairi. Serangan-serangan
kelompok oposisi yang juga menargetkan wilayah mereka membuat para penganut
sekte Alawy itu kembali berfikir ulang bahwa kekalahan militer Assad di
berbagai wilayah di Suriah itu sangat membahayakan posisi mereka.
Sementara proses
perdamaian dan gencatan senjata tengah digagas dan dicoba untuk
diimplementasikan oleh rezim Assad dan negara-negara lainnya di bawah
pengawasan PBB, para tokoh dan pemimpin agama sekte Alawy mencoba memposisikan
diri dengan mengambil jarak terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah Basyar
Assad. Mereka menegaskan bahwa mereka mendukung kesepakatan damai, di samping
itu juga mencoba mencitrakan komunitas mereka bukan merupakan representasi
rezim Assad.
Sebagai bagian dari
sekte Syiah, jumlah para penganut agama Alawiyyin ini mencapai 12 persen dari
seluruh populasi warga Suriah. Asal daerah tradisional mereka berada di bagian
barat laut Suriah di Latakia, di samping itu populasi mereka juga
terkonsentrasi di sekitar ibukota Damaskus yang dalam beberapa tahun terakhir
terus meningkat akibat perpindahan para Alawiyyin terutama dari Latakia karena
khawatir akan serangan pasukan oposisi.
Pernyataan sikap para
tokoh dan pemimpin agama sekte Alawy itu dilaporkan oleh sejumlah media asing,
dan nampaknya pesan-pesan tersebut memang ditujukan kepada komunitas
internasional. Sayangnya, pernyataan sikap “netral” tersebut kemungkinan tidak
akan berdampak signifikan di level domestik, karena mereka (Alawiyyin) dan
sekte-sekte minoritas lainnya masih akan dianggap sebagai pendukung pemerintah
rezim Assad oleh faksi-faksi oposisi Sunni.
Sumber: Antiwar
Sumber: Antiwar
Penulis: Yasin Muslim
http://www.kiblat.net/2016/04/05/rezim-assad-semakin-terdesak-warga-alawiyyin-mulai-ambil-jarak/
http://www.kiblat.net/2016/04/05/rezim-assad-semakin-terdesak-warga-alawiyyin-mulai-ambil-jarak/
Wednesday,
April 06, 2016
Damascus - Para
pemimpin agama sekte syiah alawiyah mulai menjaga jarak dengan Presiden Suriah
Bashar al-Assad dan meminta warganya membentuk Suriah Baru.
Sejumlah
kantor berita terkenal melansir bocoran itu, di antaranya BBC, harian 'Welt am
Sonntag, harian La Repubblica dari Italia dan Le Figaro dari Prancis.
Deklarasi
sebanyak delapan halaman itu menyebutkan pembentukan Suriah masa depan
berdasarkan sekularisme dan demokrasi. Dokumen itu juga menyebutkan bahwa
Pemerintahan Assad adalah rezim totaliter.
''Penguasa
politik sekarang, siapapun dia, tidak mewakili kami dan tidak membuat identitas
dan reputasi kami jadi aman,'' tulis deklarasi itu.
Selama
ini aliran syiah Alawiyah menjadi keyakinan utama Keluarga Bashar al-Assad,
walaupun hanya mewakili 12 persen dari penduduk Suriah. Pengaruh Alawiyah
semakin kuat seiring dengan bertumbuhnya Partai Baath pendukung Assad.
Para
pemimpin Alawiyah juga bertekad untuk bertarung melawan sektarian dan meminta
rekonsiliasi Suriah yang mayoritas dihuni penduduk Sunni.
''Suriah
membutuhkan integrasi nasional, dan menerapkan sekularisme, sebuah sistem di
mana Islam, Kristiani dan agama lain adalah sama,'' bunyi deklarasi itu.
Apakah
ini langkah para pemimpin Alawiyah ini merupakan isyarat Presiden al-Assad
bakal mundur? Leon Goldsmith, seorang ahli Alawiyah menjelaskan pada harian
Daily Telegraph bahwa dokumen itu bisa jadi menjadi titik balik.
''Dokumen
itu sangat penting, dan bisa mengancam posisi Assad,'' kata Leon Goldsmith.
Lima
Tahun Perang Suriah, dan Tujuan Iran Menghapus Sunni Dari Dunia Arab
Gerombolan Pengacau Majusi
Iran yang menjadi 'induknya” Syi'ah di seluruh
dunia, ikut memiliki peran yang sangat besar atas luluh-lantaknya Suriah. Iran
yang memiliki ambisi ingin menguasai Dunia Arab dan Timur Tengah dengan
mengeksploitasi krisis dan perang di Suriah, Irak, Yaman, dan Lebanon yang
menjadi pusat pusaran koflik dan perang, dan bertujuan melakukan pemusnahan
golongan Sunni
Peran Iran dalam perang di Suriah benar-benar
menjadi sejarah yang sangat kelam, absurd dan menjijikkan. Campur tangan dan
dukungan dana, senjata, dan seluruh kekuatan personil militer telah digunakan
secara total mendukung rezim Syi'ah Alawiyyin Bashar al-Assad, memusnahkan
golongan Sunni.
Iran yang pernah mendapat julukan oleh Presiden
Amerika George Bush Jr sebagai “evil” (setan), berhasil memanipulasi
pusat-pusat kekuasaan di Barat dengan membuat opini palsu yaitu “teroris”.
Dengan bekal “teroris” itulah Iran menggerus, menghancurkan golongan Sunni, dan
dengan segala dukungan oleh negara-negara utama Barat. Termasuk Barat dalam hal
ini, Amerika, Rusia, Cina, Inggris, Perancis, dan Jerman telah mendukung
program nuklir Iran.
Iran berhasil memanipulasi dunia, bahwa golongan
Sunni sebagai “biang kerok” aksi-aksi terorisme secara global. Sekarang seluruh
kekuatan global berada dibelakang Iran, dan mereposisi Iran sebagai kekuatan
koalisi baru di Timur Tengah bersama dengan negara-negara utama Barat, bahu
membahu dalam kerjasama memerangi teroris. Syi'ah Iran telah berhasil menggeser
masalah utama di Timur Tengah menjadi isu terorisme.
Masalah utama di Timur Tengah dan di Dunia Arab,
yaitu adanya “cancer” yang sangat ganas, dan berada di dalam jantung Dunia
Arab, yaitu Zionis-Israel. Inilah hakikat masalah utama yang sangat mendasar.
Sejak Zionis menjadi entitas politik dan berhasil menciptakan negara di tanah
Palestina, maka “cancer” itu, semakin menggerogoti tubuh bangsa Arab secara
kejam.
Sejak perang dan konflik yang sudah berlangsung
selama lima tahun, Suriah sudah hancur berkeping-keping, luluh-lantak, dan terjadinya
tragedi kemanusiaan yang sangat luar biasa. Rezim minoritas Syi'ah Alawiyyin,
yang dipimpin oleh Bashar al-Assad telah melakukan “genosida” dan “pembersihan”
kaum Sunni di Suriah, yang di dukung Iran dan Barat dengan dalih memerangi
teroris.
Iran hakikatnya dengan menghancurkan para
pejuang Islam di Suriah, hanyalah ingin menyelamatkan Zionis-Israel. Itulah
hakikatnya sebenarnya, dan Iran berhasil dengan menggunakan
"topeng" memerangi teroris, terus membangkitkan perang di seluruh
kawasan di Timur Tengah dan Dunia Arab, melawan para pejuang Sunni.
Dengan cara ini Iran memberikan rasa keamanan dan damai bagi Zionis-Israel yang
sudah melakukan kejahatan kemanusiaan terhadap bangsa Palestina, sejak tahun
l948.
Sejak tahun 2009 sampai hari ini, rezim Syiah
Iran membantu rezim Syiah Suriah dengan dukungan teknis, sistem sosial, media,
pengawasan, intelijen dan dukungan penasihat militer bertujuan memadamkan
protes terhadap Bashar al-Assad. Sekarang berubah total dukungan Iran menjadi
dukungan yang tanpa batas terhadap Bashar al-Assad. Iran terus memasok senjata
rudal, termasuk rudal balistik, pasukan, milisi dan ahli-ahli strategi perang
guna melanggengkan Bashar al-Assad dan menghancurkan para pejuang Sunni.
Teheran tidak ingin melihat negara-negara Arab
jatuh ke tangan fundamentalis Sunni yang dipandang menjadi ancamann bagi Iran.
Dengan menggunakan pion-pion yang menjadi perpanjangan tangan Teheran, seperti
Bashar al-Assad, Al Abadi, Hasan Nasrullah, dan sejumlah tokoh Syiah lainnya,
Iran terus memainkan perannya menggerus dan menghancurkan golongan Sunni.
Sampai tak bersisa lagi. Seperti di Suriah dan Irak. Wallahu'alam.
Jaysh al-Islam
melancarkan perang psikologis di Damaskus
Kantor
media yang berafiliasi dengan Jaysh al-Islam mengumumkan, Kamis, mereka
menyebarkan selebaran di sekitar distrik Damaskus, menjanjikan
pembebasan ibukota, di tengah naiknya tingkat kewaspadaan di jajaran
pasukan rezim al-Assad.
Sumber tersebut mengatakan bahwa sebuah
pesawat tanpa awak milik Jaysh al-Islam hari ini telah menjatuhkan selebaran di
lingkungan Masjid Umayyah, dan Masaken Barza, al-Muhajirin, dan daerah lain
yang dikendalikan oleh rezim al-Assad, mengumumkan penaklukan Damaskus
yang semakin dekat dan pejuang revolusi telah berada di gerbang kota untuk
mengembalikan hak kepada pemiliknya.
Selebaran meminta penduduk kota Damaskus dan mengimbau untuk mencegah
anak-anak mereka bergabung dengan rezim Assad, dan agar tidak membunuh
atau meneror orang yang tidak bersalah.
Ini adalah pertama kalinya sebuah faksi
militer oposisi menggunakan perang psikologis revolusioner melawan rezim
al-Assad, dimana selama ini metode yang sama telah digunakan rezim untuk
melemahkan kepercayaan diantara warga sipil dan faksi pejuang oposisi.
ElDorar AlShamia