Monday, August 15, 2016

Bahaya ( racun) buku-buku motivasi. Thought Suppresion (“white bear” Wegner 1987), Empat belas Abad lalu Islam sudah mengajarkannya. Cukup Al-Qur’an dan as-Sunnah

Hasil gambar untuk buku motivasi bohong
Al Quran : The Miracle Of Miracles. Allah Tidak Sekali-Kali Menjadikan Seseorang Mempunyai Dua Hati Dalam Jiwanya. Masukilah Islam Secara Kaffah ( Not Less Than 100 % Kaffah ! )
Al-Muflis ( Bangkrut )
[ IT ] Jagalah Allah !


Anda suka membaca buku motivasi? Jika iya benarkah dengan membaca buku tersebut Anda bisa mencapai tujuan Anda? Beberapa pemikiran berikut akan bisa menjadi cara pandang baru bagaimana melihat buku motivasi.
Ada beberapa bahaya yang tidak kita sadari dari buku motivasi. Antara lain: keserakahan, tidak menjadi diri sendiri, dan menjadi bingung.
Biasanya buku-buku motivasi berisi mengenai cara pencapaian impian atau keinginan. Bahkan keinginan yang muluk-muluk dan tidak masuk akal.Hal ini memanfaatkan sifat serakah manusia.
Semakin kita termakan iming-iming dalam buku motivasi maka sifat serakah kita akan mendominasi. Kita tidak bisa melihat hal-hal indah yang telah kita punyai.
Cara-cara yang disampaikan pada umumnya bersifat mencuci otak. Sehingga kita seperti dihipnotis oleh penulis buku motivasi tersebut. Hal ini akan berakibat kita akan menganggap motivator tersebut adalah dewa penyelamat.
Kita menjadi tidak berani berpikir dengan pikiran kita sendiri. Kita tidak menjadi diri sendiri. Sedikit-sedikit mencari-cari jawaban ke buku motivasi. Akibatnya kita menjadi manusia yang lemah dan mudahah dipengaruhi.
Banyaknya buku motivasi yang beredar akan membuat kita bingung. Mana buku yang benar. Padahal buku motivasi tidak bisa menjadi pegangan. Yang diuntungkan dari buku motivasi adalah orang-orang yang terlibat bisnis perbukuan.
Lalu apakah motivasi tidak kita perlukan? Motivasi tetap perlu. Dan buku motivasi bukanlah sumber motivasi yang sebenarnya.

Ingatkah Anda saat lulus SD? Kelulusan SD adalah salah satu contoh kesuksesan tanpa dibutuhkan buku motivasi.
Motivasi apa yang membuat kita lulus SD. Jawabannya adalah orang tua kita atau orang-orang yang kita cintai. Itulah motivasi kita sebenarnya. Kita akan mampu melakukan apa saat merasa disayangi. Dan kita akan mampu melakukan apa saja untuk orang-orang yang kita cintai.

Ratusan bahkan ribuan   buku motivasi (self help,  pengembangan diri) diterbitkan tiap tahunnya. Jenis maupun judulnya macam-macam. Walaupun isinya sama/hampir sama orang tetap saja membeli buku semacam ini. Tak jarang buku jenis ini menjadi  bestseller setiap tahunnya. Coba saja anda jalan-jalan ke toko buku, saya yakin anda akan mendapati buku motivasi terpajang rapi di rak bestseller atau new arrival sebagai bukti betapa diminatinya buku ini. Tahukah anda, fakta ini hanya berlaku di Indonesia, tidak di negara lain, terutama negara maju.

Terus terang, mulanya saya adalah penggemar berat buku motivasi, self help. pengembangan diri, atau semacamnya. Tak jarang saya ke toko buku hanya untuk mendapatkan buku motivasi edisi terbaru. Bahkan saya sering lupa waktu kala berhadapan dengan halaman buku ini, Sungguh menyenangkan. Akhirnya, buku motivasi saya bertumpuk, jenis terbanyak di rak buku. Kenapa? Semua masalah seakan selesai dengan buku ini. Hal yang tidak mungkin anda dapatkan di buku filsafat, buku ke-profesi-an (kedokteran, farmasi, akuntansi, ekonomi, hukum, dll). Mungkin alasan yang sama sehingga ribuan orang rela menyisihkan uang demi buku 'ajaib' ini.
Anda jangan ikuti saya?
Mungkin anda bertanya, loh, kok begitu, buku motivasi kan sangat bagus untuk pengembangan diri. Sama sekali saya tidak melarang anda membeli buku, hanya saja 1-2 maksimal 3 buku motivasi sudah cukup, malah lebih dari cukup. Anda harus tahu, semua buku motivasi isinya sama! teknik untuk sukses tidak pernah berubah sejak zaman batu, anda harus jujur, disiplin, ulet, pantang menyerah, dll untuk sukses.
Wejangansemacam ini sudah ada sejak dahulu kala. Buku motivasi kemudian muncul dengan bahasa yang berbeda, sedikit nyentrik supaya orang mau membaca wejangan usang tersebut dan tentunya laku dipasaran. Hemat saya, tidak ada gunanya anda menumpuk buku motivasi-seperti yang saya lakukan, hanya buang-buang uang. Kecuali anda punya harta melimpah. Buku jenis lain akan jauh lebih bermanfaat.
Saran?
Miliki buku motivasi, baca dengan tuntas. Sedikit saja, jangan mengoleksinya. Ini sebagai tahap awal merangsang minat baca. Selanjutnya cari (koleksi) buku yang anda minati atau yang berhubungan dengan profesi anda (diutamakan). Silahkan koleksi, itu bagus, tapi sebaiknya anda menyisihkan uang untuk buku yang lebih aplikatif dan bisa digunakan dalam keseharian anda. Intinya, jangan mengoleksi buku motivasi! maksa...hehe
Racun Pengembangan Diri
Tidak banyak orang yang menyadari bahwa berbagai referensi self-development dan self-help serta psikologi populer -baik dalam bentuk buku, tayangan video, MP3 dan audio book, maupun seminar/pelatihan- mengandung banyak racun yang justru membuat dirinya menjadi kerdil, kebingungan, berjalan di tempat, dan bahkan apatis. Apakah Anda pernah merasa demikian?
Dalam artikelnya yang berjudul Perspectives on self-help and bibliotherapy: You Are What You Read, diterbitkan dalam Handbook of Counselling Psychology, L. Craighead menuliskan tiga potensi bahaya yang terdapat dalam buku atau program pengembangan diri sebagai berikut:
“First, people may falsely label themselves as psychologically disturbed. Second, people may misdiagnose themselves and use material that deals with the wrong problem. Third, they may not be able to evaluate a program and may select an ineffective one.”
Ketiga hal di atas dapat membuat Anda memiliki masalah-masalah baru yang lebih parah dibandingkan sebelum membaca buku tersebut. Baru-baru ini saja dua orang meninggal dunia dan sembilan belas lainnya dirawat di rumah sakit dalam acara retreat seminar dari salah seorang guru The Secret.
Atau dalam kasus lain, seringkali sebenarnya Anda berada dalam kondisi yang stabil dan sehat, namun gara-gara iseng membaca sebuah penjelasan atau mencoba sebuah kuesioner pengembangan diri, Anda jadi depresi karena dinyatakan memiliki gangguanatau masalah tertentu.
Tapi ada satu lagi racun yang jarang disadari, yakni timbulnya keyakinan delusional bahwa sekedar mengkonsumsi materi pengembangan diri akan dengan sendirinya mengubah diri Anda menjadi lebih baik.
Catat baik-baik bahwa buku dan program tersebut hanya bertugas untuk memotivasi Anda, tapi ia tidak dapat mengubah Anda menjadi lebih baik! Rasa bahagia dicerahkan, terlengkapi, berpengetahuan, dsb yang Anda rasakan itu bukanlah bukti bahwa Anda sudah berubah dan memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Itu hanyalah euforia sesaat yang memang diciptakan oleh berbagai referensi self-helpdengan tujuan menempatkan Anda dalam kondisi psikologis dan kognitif yang subur untuk sesegera mungkin melakukan aksi perubahan.
Euforia bukanlah perubahan itu sendiri. Ia hanya pintu gerbang menuju kualitas dan transformasi yang Anda sebenarnya inginkan. Jadi jika Anda hanya berhenti di sana, tidak heran Anda sedikit sekali melihat perubahan permanen. Anda hanya akan menjadi seorang pecandu pengembangan diri yang hidup mengejar sensasi ilmu-ilmu baru tanpa pernah mempraktekkannya.
Setiap produk pengembangan diri di luar sana menjanjikan kesegaran, kedamaian, kesembuhan, kebebasan, kesuksesan, kebahagiaan, dan kesempurnaan hidup. Tapi berdasarkan pengamatan pribadi saya selama bertahun-tahun hingga hari ini, terlalu sedikit sekali pembaca yang berhasil mengalami hal-hal yang dijanjikan tersebut ditingkat yang lebih nyata daripada sekedar euforia sesaat.
Saya beritahu satu rahasia, saya jauh lebih banyak menangani kasus orang yang terjebak, terjerembab, dan teracuni oleh materi-materi pengembangan diri dibandingkan menangani orang polos yang memang tidak mengkonsumsi hal demikian. Mereka biasanya merasa sudah tahu apa yang harus diperbuat berkat pengetahuan buku dan pelatihan yang mereka ikuti, bahkan bisa mendekonstruksi sendiri kesulitan yang mereka sedang alami, namun anehnya tetap tidak mampu mengeluarkan diri dari kondisi tersebut.
Alasannya sederhana, bukannya sibuk mempraktekkan pengetahuan dan inspirasi yang baru saja mereka dapatkan, mereka malah sibuk sibuk mencari ilmu canggih, tehnik cepat, poin inspirasi, langkah praktis, atau sistem terobosan yang lebih manjur lainnya.
Tulisan-tulisan tersebut terlihat begitu indah dan ajaib sehingga tanpa disadari malah meracuni pikiran Anda. Sama seperti betapa konyolnya seseorang jika ia merasa sudah menyelamatkan dunia setelah menonton film Superman, demikianlah konyolnya jika Anda merasa sudah menjadi lebih baik setelah membaca buku-buku pengembangan diri.
Kita terbiasa menipu diri sendiri, teryakini dan memimpikan peningkatan kualitas hidup akan terjadi sebagai akibat langsung dari menghapal, mencatat berbagai rumus indah yang diberikan oleh para pelatih dan konsultan sukses. Seiring waktu, kita menjadi serba-tahu-segalanya, sekaligus kewalahan karena harus menyimpan teori yang kadang saling bertolak belakang, lalu akhirnya merasa bingung mengapa tidak pernah melihat buah yang nyata.
“Self-help books offer different possible moves for different games. They point the reader toward the game, invite him or her to define a strategy and then to go out to do what is necessary to actualize it.”
Renungkan berapa banyak program pengembangan diri, self-help, psikologi populer, dan referensi inspirasi dan motivasional lainnya yang pernah Anda konsumsi sampai hari ini, lalu jawab dengan jujur apakah Anda sudah mempraktekkan setidaknya setengah dari apa yang sudah Anda ketahui itu…
Saya tidak akan memberikan poin atau rumus apapun hari ini. Anda hanya perlu berhenti membuang waktu, uang, dan tenaga Anda demi ilmu-ilmu baru. Praktekkan apa yang sudah Anda baca. Titik.
Lakukan sekarang, prajurit, ini perintah!

Menjadi Tuan Bagi 
Pikiran Sendiri

Oleh : Intan Sahara (Dir. Konseling dan Konsultan Askaf Family Center, Askaf Foundation, Social Working)
Manusia merupakan salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki elemen berbeda dari makhluk lainnya. Elemen-elemen tersebut adalah tubuh, hati, dan pikiran. Pikiran yang menggerakkan segala perilaku manusia. Tuhan memberikan satu kebebasan kepada manusia, yakni kebebasan untuk berpikir dan berkehendak.

Dalam terminologi psikologi, pikiran diatur oleh sebuah mekanisme atau proses yang disebut kognitif. Dari proses itulah dihasilkan keputusan-keputusan untuk mengendalikan apa yang kita lakukan dan apa yang tidak seharusnya kita lakukan.

Pikiran akan menjadi suatu hal yang nyata dalam kehidupan ini. Pikiran menghasilkan aksi dan aksi menghasilkan reaksi. Pikiran seumpama akar sedangkan sesuatu yang dihasilkan pikiran seumpama buah dan bunga dari pohon kehidupan. Kebahagiaan, ketidakbahagiaan, sukses dan kegagalan,mood dan apa yang dirasakan merupakan buah dan bunga dari bibit yang dibentuk dalam pikiran kita.  Dalam suatu kata-kata bijaksana dari Siddharta Gautama :  “ All that we are is the result of what we have thought.”

Namun sering kita terjebak pada suatu kondisi dimana kita tidak dapat mengatur diri sendiri.  Mengatur diri sendiri berarti mengendalikan pikiran. Bagi banyak orang, terasa begitu sulit untuk dapat mengatur dirinya dan kehidupannya. Secara kontras sebagian orang dapat mengendalikan pikirannya, sehingga ia dapat dengan mudah meraih impian, menghindari hal hal yang tidak bermanfaat dan memberikan pengaruh pada orang lain.

Terdapat dua ide bagi fenomena psikologi pikiran :

Kita cenderung tidak mengamati penyebab yang tidak terlihat melainkan pada efek atau akibat.
Penyebab seringkali merupakan sesuatu yang tersembunyi atau tidak tampak, tetapi tidak dapat dipisahkan dari seluruh efek/akibat yang dihasilkan pada dunia fenomenal.
Manifestasi dari fenomena tersebut dalam kehidupan sehari hari adalah misalnya saat  Anda ingin berhenti merokok. Saat keinginan untuk berhenti merokok mulai dilaksanakan, maka secara tidak sadar Anda berpikir untuk tidak memikirkan tentang rokok atau keinginan untuk merokok serta mengatakan pada diri Anda : “Saya tidak akan merokok lagi”.  Sebaliknya, Anda mendapatkan diri Anda terus menerus memikirkan rokok, pikiran tentang rokok memenuhi isi kepala dan keinginan untuk merokok semakin kuat.

Hal yang sama terjadi pada seseorang yang melakukan diet dengan mengurangi asupan makanan tertentu. Misalnya mengurangi cemilan. Dengan berpikir menghindari cemilan, tidak akan ngemil lagi,   justru akan membuat seseorang semakin berpikir mengenai cemilan dan tubuh akan meresponnya dengan dorongan untuk ngemil.

Demikian juga keinginan  untuk merubah perilaku yang kurang baik terkadang tanpa sadar dilakukan dengan cara yang justru malah mempertinggi kemunculan perilaku kurang baik tersebut. Seperti saat seseorang mengatakan pada dirinya sendiri ‘jangan malas lagi’, ‘jangan terlambat lagi’.

Bukan hanya saat bermaksud untuk menghentikan kebiasaan, keinginan akan sesuatu, akan tetapi juga pada pikiran-pikiran yang tidak diinginkan. Terkadang pikiran menakutkan yang tidak diinginkan muncul bisa dikarenakan seseorang memiliki kenangan buruk atau trauma terhadap suatu peristiwa kehidupan sehingga sedikit banyak mempengaruhi kualitas kehidupannya.  Sudah menjadi insting otomatis bagi seseorang untuk menghilangkan pikiran itu dari kepala  atau bahkan berpura pura bahwa  pikiran itu tidak ada, akan tetapi yang terjadi justru pikiran itu semakin menghantui.

Fenomena di atas disebabkan oleh suatu proses kognitif yang dikenal dengan istilah thought suppression. Thought suppression adalah upaya yang dilakukan secara sadar guna menghilangkan dengan paksa informasi-informasi yang tidak diinginkan yang muncul dipikiran atau kesadaran seseorang.  Hal itu menjadi sesuatu yang tidak dapat tertahankan untuk menekan suatu pikiran yang muncul, yang membuat tidak nyaman, dan melihatnya sebagai suatu ekspresi yang mengancam dari diri seseorang. Hal tersebulah yang membuat Freud fokus pada sifat dasar dari alam pikiran yang dimunculkan ke kesadaran. Sebelum lebih lanjut mengenai thought suppression, mari kita pahami istilah dibawah ini.

Brain teaser : selama dua menit kedepan, pikirkan apapun yang ingin Anda pikirkan, kecuali berpikir tentang gajah berwarna merah. Pikirkanlah apapun yang ingin Anda pikirkan, tetapi jangan memikirkan gajah berwarna merah. Tentu saja yang muncul di mental imagery Anda adalah seekor atau lebih gajah berwarna merah, setelah diinstruksikan untuk melakukan suppressing pada pikiran itu. Wegner adalah peneliti pertama yang meneliti tentang hal itu dan dikenal dengan istilah “white bear” (Wegner 1987). Penelitian tersebut telah membuktikan bahwa terdapat sifat dasar yang paradoks atau berlawanan dari proses thought suppression ; yang merupakan sebab dari kembalinya pikiran-pikiran yang tidak diinginkan ; fenomena dimana mereka menyebutnya dengan rebound effect. (Wegner, Schneider, Carter, & White, 1987)

Mekanisme rebound effect yang menyebabkan hal yang kita inginkan justru terjadi sebaliknya. Apa yang kita katakan pada diri kita disaat menginginkan untuk keluar dari suatu keadaan seringkali menjadi “instruksi” untuk melakukan suppression yang kemudian menjadi alarm atau pengingat dari suatu pikiran yang tidak diinginkan. Instruksi tersebut seolah-olah menjadi isyarat atau perintah bagi orang untuk memikirkan sesuatu lebih dari yang mereka biasanya lakukan. Terdapat pengaruh yang kuat dari suppression tersebut pada keadaan intrapersonal (misalnya emosional dan kognitif) dan proses interpersonal (misalnya prasangka) serta hubungan thought suppression pada psikopatologi.

Jika thought suppression merupakan proses yang sempurna, idealnya pikiran yang di suppressed tersebut akan hilang, akan tetapi  studi  yang dilakukan para ahli telah membuktikan bahwa proses thought suppression merupakan proses yang tidak sempurna.

Dengan mengetahui mekanisme pada pikiran membuat seseorang lebih mudah untuk dapat mengendalikan pikirannya sendiri, yang tentunya akan berimplikasi pada banyak hal dalam kualitas kehidupan. Para ahli telah banyak meneliti hal yang terkait pikiran yang merupakan variabel konstruk, sehingga kita tidak perlu membedah otak secara fisik hanya untuk mengubah apa yang ada dalam pikiran.

Terdapat cara atau teknik untuk ‘menetralisir’ pikiran yang tidak diinginkan, mengubah pikiran buruk, mengubah kebiasaan buruk seperti merokok, ataupun sukses menjalankan diet antara lain :

Positive Self Talk

Cara yang pertama adalah dengan memanfaatkan self talk yang ada pada diri setiap orang. Self talk adalah bicara pada diri sendiri. Pembicaraan pribadi itulah yang oleh sebagian orang disebut dengan kegiatan berpikir atau itulah pikiran Anda. Berdasarkan prinsip bahwa apa yang orang katakan pada dirinya sendiri mempengaruhi perilaku mereka (Ellis, 1976), maka self talk adalah sesuatu yang menentukan akan menjadi seperti apa diri Anda. Self talk telah lama digunakan dalam modifikasi perilaku kognitif (Meichenbaum, 1977).  Self talk mempengaruhi mood dan emosi yang pada akhirnya mempengaruhi perilaku seseorang. Bagan dibawah ini menggambarkan bagaimana self talk bekerja :

Gambar
Bagan Oleh Intan Sahara

Self talk bekerja dengan mempengaruhi tindakan kita. Tindakan tersebut lama lama menjadi suatu kebiasaan dan kebiasaan menjadi karakter.

Dengan mengetahui bagaimana self talk bekerja, maka kita dapat memahami bahwa selftalk  menjadi faktor penentu yang dapat membantu kita untuk mengubah kebiasaan buruk dan perilaku yang tidak diinginkan. Kunci untuk memanfaatkan selftalk adalah dengan menyadari atau mengenali apa yang kita katakan pada diri sendiri, dengan itu kita dapat mengendalikan selftalk tersebut. Selanjutnya, mulailah dengan menciptakan pembicaraan yang positif dengan diri Anda. Fokus pada pikiran-pikiran positif. Bicara pada diri Anda sendiri menggunakan kata-kata positif dan membangun. Kata-kata positif dan membangun tersebut ialah dengan menghindari kata “tidak” dan  “jangan”.  Mengapa? Karena jika Anda menggunakan bentuk kata negatif seperti “tidak” atau “jangan”, itu berarti Anda sedang melakukan suppression pada pikiran Anda sendiri yang akan mengakibatkan mekanisme rebound effect terjadi. Untuk lebih jelasnya, causal loop diagram berikut ini menggambarkan bagaimana jika Anda menggunakan positive self talk dan negative selftalk dengan menggunakan kata “tidak” atau “jangan”.

 Gambar
 Bagan Oleh: Intan Sahara
Seperti ketika Anda ingin berdiet dengan berhenti ngemil, katakan pada diri Anda bahwa Anda mulai hari ini menjalani gaya hidup sehat dan hanya akan memakan makanan yang sehat seperti sayur dan buah. Jangan sekali-kali Anda mengatakan “saya tidak akan ngemil lagi, saya tidak akan memakan makanan berlemak lagi, dan jangan sampai saya menyentuhnya”.

Selain menggunakan kata-kata positif dalam self talk, gunakan juga kalimat yang spesifik mengenai apa yang Anda ingin capai atau ubah, dengan melibatkan emosi dan keinginan kuat.

Change our attitude toward the unwanted thought

Langkah pertama memastikan bahwa Anda hanya menerima pikiran-pikiran positif pada diri Anda. Namun jika pikiran negatif terlanjur dibiarkan merasuki pikiran, tindakan suppression hanya akan bersifat destruktif.  Apa yang harus dilakukan agar seseorang terhindar dari tindakan suppression pada pikiran? Hal itu penting karena seringkali tidak disadari bahwa kita ternyata melakukan suppression terhadap pikiran.

Ide dasarnya adalah bahwa pikiran yang menetap pada diri seseorang awalnya karena ia memberikan perhatian pada pikiran tersebut kemudian tenggelam kedalam suatu reaksi emosional. Reaksi emosi merupakan sumber energi bagi suatu pikiran yang ada, baik itu reaksi emosi positif ataupun negatif. Sekali Anda memiliki reaksi emosional pada pikiran tertentu, Anda akan terjebak kedalamnya, pikiran tersebut akan menetap, sampai reaksi emosi tersebut terselesaikan. Reaksi emosi yang terselesaikan berarti juga hilangnya sumber energi bagi pikiran tersebut. Seperti ketika Anda mendapatkan pujian dari seorang kawan,  seringkali secara tidak sengaja Anda mengingat pujian dan perasaan yang dirasakan saat itu. Hal itu meningkatkan tingkat kepercayaan diri dan mood Anda setiap kali mengingatnya. Sayangnya kita cenderung lebih fokus pada hal negatif daripada hal positif.  Jika seorang kawan menghina lalu Anda merasa kesal, hampir dapat dipastikan Anda memiliki reaksi emosional yang lebih kuat dan cukup lama pada hal tersebut.  Hal ini dapat menjelaskan proses traumatis pada seseorang akibat mengalami kejadian yang kurang menyenangkan.

Oleh Karena itu perlu adanya perubahan dalam sikap kita. Dengan merubah sikap berarti seseorang telah merubah bagaimana ia bereaksi terhadap pikiran tersebut. Perubahan dalam sikap akan dengan cepat mengilangkan reaksi emosional yang dimiliki terhadap suatu pikiran yang ada. Ketika reaksi emosional telah dikurangi secara signifikan, pikiran yang tidak diinginkan pun akan hilang. Menghilangkan pikiran yang tidak diinginkan, berarti merubah tindakan dan kebiasaan kita.

Triknya adalah bukan bagaimana berupaya untuk membebaskan diri dari suatu pikiran, melainkan pada bagaimana kita memiliki reaksi baru terhadap pikiran itu. Kita tidak dapat mengendalikan apa yang datang pada pikiran kita, akan tetapi kita dapat mengendalikan bagaimana kita bereaksi dan bersikap terhadapnya. Kita perlu menghadapinya, menerimanya dan memutuskan bahwa pikiran yang tidak diinginkan tidak perlu diperhatikan sehingga kita tidak meresponnya secara emosional. Oleh karena itu, kita harus dapat menerima dan merasa nyaman dengan apapun yang datang pada pikiran kita, jangan bersembunyi darinya atau mencoba untuk menghilangkannya.

Dua trik yang dipaparkan diatas merupakan cara atau teknik yang dapat membantu Anda agar dapat memahami keadaan dan mekanisme pikiran Anda, sehingga dapat menjadi tuan di pikiran Anda sendiri.

References

Leonard F. Koziol, Debrah Ely Budding, Dana Chidekel . (2011). From Movement to Thought: Executive Function, Embodied Cognition, and The Cerebellum. USA : pringer Science+Business Media, LLC.
Swami Paramananda. (1923). The Message of The East: Psychology of Thought. Gann Study Group. Vedanta Monthly.
Richard M. Wenzlaff, Daniel M. Wegner. (2000). Thought Suppression. Annual Review Psychology, 51:59-91.
Daniel G. Amen, MD.(1998). Change Your Brain Change Your Life. Times Book.
Bowen S., Witkiewitz K., Dillworth T.M., Chawla N. Simpson T.L., Ostafin B.D., et al. (2006). The Role of Thought Suppression in The Relationship Between Mindfulness Meditation and Alcohol Use. Journal Psychology of Addictive Behaviours.
Hooper, N., et al., (2011) Comparing thought suppression and acceptance as coping techniques for food cravings. Journal of Eating Behaviors, doi :10.1016/j.eatbeh.2011.10.002
Kaori Araki, Joseph K. Mintah, et al. (2006), Belief in Self talk and Dynamic Balance Performance. Journal of Sport Psychology.
A. Hatzigeorgiadis, et al. (2008). Mechanisms underlying the self-talk–performance relationship: The effects of motivational self-talk on self-confidence and anxiety. Journal of Psychology Sport and exercise, 10, 186 – 192.

Mengapa Pemikiran Suppression adalah Counter-Produktif (terjemahan)

Bagaimana mendorong pemikiran sebuah kesadaran dapat membawanya kembali dengan sepenuh hati.
KADANG-KADANG TERASA seperti pikiran kita tidak berada di tim yang sama seperti kita. Saya ingin pergi tidur, tapi ingin membuat saya peristiwa rerunning terjaga dari masa kecil saya. Saya ingin melupakan lirik itu tahun 80-an bodoh lagu pop tapi ingin mengulanginya lagi dan lagi memuakkan.

Pertempuran internal bisa apa saja dari upaya untuk menekan iritasi ringan sesekali (aku mematikan kompor?) untuk hambatan konstan dekat-ke kehidupan sehari-hari. pikiran abadi makanan berkendara orang dengan obesitas, gigih pikiran negatif isyarat depresi dan peristiwa traumatik mendorong kembali ke dalam kesadaran untuk menghidupkan kembali lagi dan lagi.

Respon klasik untuk perdebatan mental - apakah relatif sepele atau serius - adalah untuk mencoba dan melupakannya, dorong ke belakang pikiran kita atau beberapa variasi lain pada tema. Sayangnya bertentangan dengan intuisi kita tentang apa yang harus bekerja, penelitian psikologi telah menemukan dalam dua puluh tahun terakhir bahwa pendekatan ini tidak hanya salah, tetapi memiliki potensi untuk membuat situasi lebih buruk.

Rebound pikir
Dalam studi yang dimulai penelitian di bidang ini Profesor Daniel Wegner dan rekan meneliti efek dari penindasan pemikiran ( Wegner et al., 1987 ). Peserta pertama diminta untuk mencoba untuk tidak berpikir tentang beruang putih selama 5 menit, kemudian selama 5 menit berikutnya diminta untuk berpikir tentang beruang putih. Sepanjang peserta percobaan verbalised pengalaman apa pun yang mereka sedang dan, setiap kali mereka memikirkan beruang putih, membunyikan lonceng.

Peserta yang pertama kali mencoba untuk menekan pikiran mereka membunyikan bel hampir dua kali lebih sering sebagai peserta dalam kelompok kontrol. Ternyata bahwa tindakan yang sangat pertama mencoba untuk menekan pikiran membuatnya melawan semua kuat.

Efek ini telah kemudian telah direplikasi oleh peneliti lain menggunakan berbagai jenis eksperimen dan tampaknya relatif kuat (Wenzlaff & Wegner, 2000 ). Hasil yang sama bahkan ditemukan ketika orang tidak langsung diperintahkan untuk menekan pikiran tertentu, tetapi hanya didorong untuk melakukannya melalui bentuk halus dari manipulasi. Telah dijuluki 'efek rebound pasca-penindasan' dan mungkin menjadi penting untuk banyak aspek dari pengalaman kita sehari-hari.

menekan emosi

Sejak penemuan efek rebound peneliti telah diselidiki situasi di mana itu terjadi, terutama bagaimana penekanan berinteraksi dengan emosi. Tidak mengherankan pengalaman lebih emosional sarat dari beruang putih sangat rentan terhadap efek rebound. Dalam satu studi peserta diminta untuk menulis tentang baik acara sehari-hari emosional atau nonemotional ( Petrie et al., 1998 ). Itu adalah peristiwa emosional yang paling sulit bagi peserta untuk menekan. Seolah-olah isi emosional pikiran membuatnya bahkan lebih mungkin untuk mendorong kembali terhadap upaya untuk menekan itu.

Tetapi bahkan jika peristiwa emosional sangat rentan terhadap efek rebound, mungkin kita bisa lebih baik dalam menekan pikiran tertentu dengan praktek? Mungkin alasan orang merasa sulit untuk menekan ide beruang putih adalah bahwa itu adalah pemikiran yang tidak biasa. Studi telah, oleh karena itu, melihat bagaimana orang mengelola ketika mereka menekan pikiran mereka digunakan untuk menekan.

Wegner dan Emas (1995) meneliti penekanan emosional dengan menggali masa lalu yang romantis orang menggunakan perbandingan rapi antara 'api panas' dan 'api dingin'. A 'panas api' adalah mitra sebelumnya yang masih kebakaran imajinasi, sementara 'dingin api' adalah mitra sebelumnya untuk siapa sensasi itu hilang. Dalam teori 'panas api' harus menghasilkan pikiran yang lebih mengganggu sehingga orang harus memiliki lebih banyak praktek menekan mereka. Sementara itu karena api dingin tidak menghasilkan pikiran mengganggu, orang harus memiliki kurang praktek menekan mereka.

Hasil penelitian menunjukkan persis pola yang diharapkan: orang berpendapat bahwa sulit untuk menekan pemikiran tentang api dingin mungkin karena mereka memiliki praktik kurang.

Menekan pikiran di laboratorium adalah satu hal, meskipun, menekan mereka dalam kehidupan nyata, selama periode waktu, adalah hal lain. Untuk mendapatkan ide tentang penindasan dari waktu ke waktu-frame lagi, Trinder dan Salkovskis (1994) meminta orang untuk memantau pikiran mengganggu selama empat hari. Dibandingkan dengan kelompok kontrol, peserta yang mencoba untuk menekan pikiran mengganggu negatif menemukan lebih nyaman dan apalagi berpengalaman lebih dari pengalaman mereka berusaha untuk menekan. Tampaknya bahwa bahkan dengan praktek berpikir penekanan cenderung mengarah pada efek rebound dalam jangka panjang.

Kembali dengan sepenuh hati

Didorong oleh temuan ini efek paradoks penekanan pemikiran, psikolog telah menemukan efek rebound ini di segala macam konteks lain. Berikut adalah beberapa contoh dibahas oleh Wenzlaff dan Wegner (2000 ):

*Mengidam substansi. Bagi mereka pada diet atau mencoba untuk berhenti merokok, pikir penekanan mungkin menjadi kontra-produktif. Satu studi menemukan bahwa perokok yang mencoba untuk menekan pikiran tentang rokok ditemukan memiliki hasrat yang lebih tinggi daripada mereka yang tidak mencoba untuk menekan pikiran mereka ( Salkovkis & Reynolds, 1994 ). Gangguan muncul sebagai teknik yang lebih baik.
*Kenangan mengganggu. Sama seperti mencoba untuk tidak berpikir tentang makanan atau rokok, kenangan juga tampaknya kembali kuat ketika mereka sengaja ditekan. Tapi hanya beberapa aspek memori tampaknya ditingkatkan, dengan penekanan kadang-kadang mengganggu urutan peristiwa ingat.
*Depresi. Depresi memanifestasikan dirinya sebagai pola berpikir negatif mana yang terburuk terlihat di hampir semua. Hanya mencoba untuk menekan pikiran-pikiran ini mungkin membawa mereka kembali lebih kuat, dengan tekanan psikologis melipatgandakan. Akibatnya beberapa psikolog telah menyarankan model berbasis penerimaan pengobatan (misalnya Marcks & Woods, 2005 ).
Ini hanya beberapa contoh, penelitian juga telah melihat upaya masyarakat untuk menekan insiden traumatis, prasangka mereka, rasa sakit fisik dan obsesi mereka. Sebuah pola umum muncul dalam banyak penelitian: upaya untuk menjauhkan pikiran tentang rasa sakit, trauma atau obsesi membawa mereka kembali dengan sepenuh hati.

pikiran kami yang tidak taat

Jadi apa itu tentang pikiran kita yang membuat mereka begitu taat? Mengapa, ketika kita ingin menyingkirkan pikiran dari kepala kita apakah itu kembali kuat? Profesor Daniel Wegner memberikan penjelasan rapi disebut 'proses ironis teori'. Ini berpendapat bahwa efek rebound pasca-penindasan bukan hanya beberapa konsekuensi acak bagaimana otak adalah kabel, tetapi merupakan bagian integral dari proses penekanan sendiri ( Wegner, 1994) .

Menurut teori ini, inilah yang terjadi ketika saya ingin menghentikan pikiran berulang di jalurnya: Pertama saya mengalihkan perhatian diri dengan sengaja memikirkan sesuatu yang lain. Kedua, dan di sini datang ironi, pikiran saya mulai proses monitoring sadar untuk memeriksa apakah aku masih berpikir tentang hal yang saya tidak seharusnya berpikir tentang - Anda tahu, untuk memeriksa apakah proses sadar bekerja atau tidak.

Masalahnya datang ketika saya sadar berhenti berusaha untuk mengalihkan perhatian diri sendiri dan proses bawah sadar menjalankan melihat keluar untuk hal yang saya mencoba untuk menekan. Apa pun itu melihat yang terlihat samar-samar seperti target memicu pemikiran lagi dan bulat aku pergi dalam lingkaran lain dari berpikir pikiran yang sama saya berusaha keras untuk melupakan.

Ironi penekanan pemikiran, kemudian, adalah yang secara aktif berusaha untuk mengelola pikiran kita sendiri kadang-kadang bisa lebih berbahaya daripada baik. Meskipun masuk akal intuitif yang sempurna untuk mencoba dan menekan pikiran yang tidak diinginkan, sayangnya sangat proses yang kita gunakan untuk melakukan hal ini mengandung benih-benih kehancurannya sendiri. Semakin kita mencoba dan mendorong pikiran mengganggu bawah, semakin mereka muncul kembali, lebih kuat dari sebelumnya.
[Image credits: kaneda99 & tilaneseven & kaneda99 & kygp ]

Aplikasi dalam Islam :
Kalau di ghibahin Alhamdulillah dapat pahala gratis, dan merupakan do’a untuk kita.
Kalau berdosa Allah maha pengampun, Juga lihat masalah lainnya dengan do’a melalui Asmaul husna.
Fokus pada ketaatan antara waktu ( lihat artikel dibawah ). artinya antara waktu shalat fardlu anda fokus kepada : Tauhiid, Komitmen kepada Al-Qur'an dan as-Sunnah, Iman kepada Qadhaa' dan Qadar, Iman kepada Hari Akhir. di impementasikan dengan Zuhud dan Wara'.
Janji Allah kepada Orang yang bertaqwa dan lain-lain.
Surah : ( 20 ), Taha (   سورة طه    ), ayat : 131 of 135
THAAHAA ( Taha  ), Revealed At : Makkah
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِّنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ ۚ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ
Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.

Dosa terhapus antara 
dua waktu

Agustus 7, 2016 maramis setiawan
Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda

الصَّلَوَاتُ الخَمْسُ، وَالجُمُعَةُ إِلَى الجُمُعَةِ، وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّراتٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتُنِبَتِ الكَبَائِرُ (رواه مسلم )

“Shalat lima waktu, dari Jum’at yang satu ke Jum’at yang berikutnya, dari Ramadhan yang satu ke Ramadhan yang berikutnya itu dapat menjadi penghapus dosa-dosa antara jarak keduanya itu, apabila dosa-dosa besar dijauhi.” (Riwayat Muslim)

Faidah-faidah yang dapat dipetik dari hadits:

1. Shalat lima waktu akan menghapuskan dosa diantara kedua waktu shalat tersebut, yaitu antara shubuh dengan dzuhur, antara dzuhur dengan ashar, antara ashar dengan maghrib, antara maghrib dengan isya, antara isya dengan shubuh.

2. Menunjukkan keutamanan Shalat Jumat dan keutamaan Puasa Ramadhan, yaitu dosa dalam rentang waktu diantaranya akan terhapus.

3. Menunjukkan bahwa dosa itu ada yang dosa besar dan ada yang dosa kecil

4. Kalimat “apabila dosa-dosa besar dijauhi” ( إِذَا اجْتُنِبَتِ الكَبَائِرُ ) terjadi perbedaan penafsiran diantara para ulama. Yang pertama memahami bahwa itu sebagai syarat, selama tidak melakukan dosa besar selama dua rentang waktu tersebut maka dosa-dosa kecil akan terampuni, namun jika dia masih melakukan dosa besar juga dalam dua rentang waktu tersebut maka dosa-dosa kecil pun tidak akan diampuni. Pemahaman yang kedua bahwa yang akan diampuni oleh Allah adalah dosa-dosa kecil tanpa melihat apakah dalam dua rentang waktu tersebut juga memiliki dosa besar atau tidak. Adapun secara zhahir dan yang lebih kuat adalah pemahaman yang kedua, yaitu yang terhapus adalah dosa-dosa kecil tanpa syarat harus bebas dari dosa besar terlebih dahulu. wallahua’lam

5. Diantara perbuatan dosa yang masuk ke dalam dosa besar adalah :

Setiap perbuatan dosa yang terdapat hukumannya di dunia (hadd) atau terdapat ancamannya secara khusus di akhirat.
Setiap perbuatan dosa yang Allah ta’ala melaknat atau memurkai perbuatan tersebut
Setiap perbuata dosa yang disebutkan oleh Rasulullah dengan peniadaan iman yaitu dengan lafazh لاَ يُؤْمِنُ  atau dengan adanya kalimat “bukan golongan kami” (لَيسَ منّا )
5. Dosa besar tidaklah diampuni hanya dengan melakukan amalan shalih semata, dosa besar hanya akan diampuni dengan taubat secara khusus kepada Allah ta’ala dengan taubat yang sebenar-benarnya.
wabillaahittaufiq
@maramissetiawan
Catatan Faidah Pengajian Riyadhus Shalihin, oleh Ustadz Ahmad Sabiq, Gresik, 01-08-2016 , dengan beberapa tambahan nukilan dari syarah riyadhus shalihin oleh Syaikh Utsaimin dan Syaikh Salim


Jangan Menuhankan Ikhtiar

Jalan Sunshine

Oleh: KH. Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym )
Alhamdulillah. Segala puji hanya milik Allah yang menggenggam seluruh makhluk-Nya. Dialah Dzat Yang Maha Dekat, Maha Tahu lagi Maha Kuasa atas segalanya secara sempurna. Semoga sholawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah Saw.

Saudaraku, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas seluruh makhluk dan segala kejadian. Tiada satupun peristiwa sekecil dan sehalus apapun yang terjadi di alam semesta ini kecuali karena Allah mengizinkannya terjadi. Bergabung seluruh jin dan manusia untuk melakukan sesuatu, jikalau Alloh tidak mengizinkan maka pasti tidak akan terjadi.

Alloh Swt. berfirman, “…Barangsiapa bertakwa kepada Alloh niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Alloh niscaya Alloh akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Alloh melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Alloh telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath Tholaq [65]:2-3)

Kita memang harus menyempurnakan ikhtiar, sebagai bentuk ibadah kita kepada Allah Swt. Akan tetapi jangan sampai kita menuhankan ikhtiar kita, seolah hanya dengan usaha kita sendirilah kita bisa berhasil, seolah hanya dengan kecerdasan kita sendirilah kita bisa meraih sukses. Tidak demikian, karena sesungguhnya Allah yang memberi kekuatan dan kemampuan kepada kita, Allah pula yang memberi ilmu pengetahuan kepada kita. Juga Allah yang memberikan kesempatan kepada kita untuk berusaha.

Kewajiban kita adalah menjadikan segala karunia dari Allah itu sebagai ladang amal sholeh, mengisinya dengan ikhtiar yang sempurna sesuai dengan apa yang Allah ridhai; menempuh jalan yang halal dan menjauhi yang haram dan yang syubhat.

Kita pergi ke dokter, meminum obat, adalah langkah kita menyempurnakan ikhtiar agar sembuh dari sakit. Sedangkan yang memberikan sehat kepada kita, yang mengangkat sakit kita hanyalah Allah Swt. Kita pergi ke sekolah, berlajar dari para guru, adalah langkah kita menyempurnakan ikhtiar agar menjadi orang yang berilmu. Sedangkan yang memiliki dan memberikan ilmu kepada kita hakikatnya hanyalah Allah Swt.

Saudaraku, marilah kita sempurnakan ikhtiar kita sebagai bentuk ibadah kepada Allah Swt. Semoga Allah ridha kepada kita dan melimpahi kita dengan pertolongan dan keselamatan. Aamiin yaa Robbal ‘aalamiin.
*Penulis adalah pengasuh pondok pesantren Daarut Tauhiid Bandung – Jakarta.