(Pembina
Umum Yayasan Ad-Durar As-Saniyyah)
Segala puji hanya milik Allah
saja, shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi pilihan, kepada
keluarga, para shahabat dan orang yang menapak tilasi (perjuangannya), amma
ba’du:
Sudah diketahui bahwa keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat tergantung
pada mengikuti kebenaran dan menapaki jalan Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Ketika
semua mengklaim dirinya sebagai Ahlus Sunnah wal Jama'ah, lalu ada sejumlah
orang (golongan) yang menuntut agar julukan yang mulia ini dikembalikan
padanya, dengan alasan bahwa julukan ini telah dicuri sejak sekian abad, maka
menjadi kewajiban ulama untuk menjelaskan asal muasal istilah dan julukan ini,
serta menjelaskan batasan-batasan dan karakteristiknya yang hakiki.
Dalam artikel ini akan dijelaskan sebagian karakteristik Ahlus Sunnah wal
Jama'ah. Di dalamnya ada barometer yang dapat membantu seorang muslim mengenal
siapakah ahlus sunah wal jamaah, agar dia dapat berjalan di atas metodenya
serta berpegang teguh dengan pedomannya, sehingga masuk ke dalam golongannya.
Tulisan ini bukan untuk membatasi siapa penganut Ahlus Sunnah wal Jama'ah,
sebab pembahasan ini telah ada dalam kitab-kitak aqidah. Tapi maksudnya adalah
mengetahui perbedaan antara Ahlus Sunnah wal Jama'ah dengan kelompok lainnya,
dan apa keistimewaannya dibanding yang lainnya.
Yang dimaksud sunnah disini adalah pedoman yang telah diwariskan oleh Nabi
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berupa ilmu, amal, keyakinan, petunjuk dan sikap
prilaku. Maka, sunah adalah semua yang dibawa oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam.
Adapun yang dimaksud jama'ah yang disandingkan dengan sunnah adalah para
shahabat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan orang yang mengikutinya
dengan baik serta orang yang berjalan di atas pedoman dan petunjuk mereka.
Maka Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah orang yang paling bersungguh-sungguh untuk
mengikuti Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan mengetahui sepak terjang
beliau serta paling banyak kesesuaiannya dengan pedoman para sahabatnya
Radhiyallahu 'Anhum.
Dengan demikian, bukan berarti siapa saja yang mengklaim dirinya berada di atas
manhaj Ahlus Sunnah wal Jama'ah atau menamakan kelompoknya dengan istilah
salafi atau Jama'ah Ahlul Hadits atau Atsar, lalu otomatis begitu. Patokannya
adalah manhaj (metode) dan ittiba' (napak tilas) serta berpegang teguh
dengannya, bukan dengan nama dan julukannya yang populer.
Soal klaim, semua pihak dapat melakukannya.
Akan tetapi klaim tersebut tidak sah dan
tidak dibenarkan penisbatannya kepada seseorang kecuali dia merealisasikan
ciri-ciri dan karakteristik berikut. Inilah yang akan menjadi pembeda antara
orang yang memenuhi kriteria julukan tersebut dan siapa yang hanya sekedar
mengaku padahal dia sama sekali kosong di kriterianya.
Saya telah jadikan dalam beberapa point agar mudah dipahami dan diselami serta
diaplikasikan –insya Allah Ta’ala:
1) Ahlus Sunnah wal Jama'ah sumber aqidahnya adalah kitabullah Ta’ala dan
sunnah RasulNya Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan apa yang diyakini oleh para
ulama salafus saleh dan yang mereka pahami dari nash-nash dua wahyu. Mereka
tidak mendahulukan akal, penerawangan (kasysyaf), perasaan juga mimpi-pimpi di
atas naql (Al-Qur’an dan Sunah). Mereka tidak mendahulukan perkataan syekh atau
wali di atas firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sabda Rasulullah Shallallahu
'Alaihi wa Sallam.
2) Ahlus Sunnah wal Jama'ah tidak menyandarkan keyakinannya pada orang
tertentu, juga tidak kepada kelompok tertentu, tetapi mereka menyandarkannya
kepada sunnah dan ulama salaf. Mereka tidak menyandarkan kepada Asya’ari,
Maturidi, Jahm, Ja’d, Zaid, Ubaid, Mu’tazilah, Murji’ah juga tidak ke
Qodariyah. Akan tetapi menyandarkannya kepada sunnah dan para shahabat (Seperti
sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, "Sebagaimana pedomanku dan para
shahabatku")
3) Ahlus Sunnah wal Jama'ah tidak menyandarkan prilaku dan penyucian jiwa
kepada seseorang juga tidak kepada tarekatnya. Mereka tidak sandarkan ke
Jailani, Rifa’i, Qodari, Tijani, tidak juga menyandarkannya kepada
Naqsyabandiyah, 'Alawiyah, Syaziliyyah juga tidak kepada yang lainnya. Akan
tetapi, prilakunya serta penyucian jiwanya bersumber dari orang yang mengatakan
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” dan orang yang
“Akhlaknya adalah Qur’an” (Rasulullah) Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Mereka
tidak berbeda dengan umat lainnya dalam hal pokok agama berdasarkan nama
kecuali dengan nama As-Sunah dan Wal- Jama'ah. Mereka pun tidak berbeda dalam
hal prilaku dan kesucian jiwa berdasarkan nama selain nama As-Sunnah wal
jamaah.
4) Ahlus Sunnah wal Jama'ah beribadah kepada Allah sebagaimana yang
diperintahkan dengan khusyu' dan penuh kerendahan, tidak berbuat bid’ah dalam
ibadahnya, baik yang bersumber dari dirinya berdasarkan hawa nafsunya juga
tidak bersumber dari orang lain. Dia tidak beribadah dengan menampar, tidak
menabuh gendang, menari-nari dan berlenggak-lenggok.
5) Ahlus Sunnah wal Jama'ah tidak mengalihkan ibadahnya kepada selain Allah
Ta'ala seperti; berdoa, mohon bantuan (istighotsah), menyembelih, nazar dan
ibadah lainnya. Sebagaimana keadaan sebagian kelompok dan golongan yang
menyimpang dari jalan Ahlus Sunah wal Jama'ah.
6) Ahlus Sunnah wal Jama'ah menganjurkan ziarah
kubur. Karena berziarah kubur dapat mengingatkan kematian dan dapat memberikan
salam kepada penghuninya serta mendoakannya, bukan bermaksud meminta berkah dan
berdoa memohon kepada penghuni kuburan sebagai tandingan Allah Ta’ala atau
meminta bantuan padanya atau mengusap- usap kuburan, thawaf di sekitarnya atau
menyembelih di sisinya dan yang semacam itu.
7) Ahlus Sunnah wal Jama'ah menetapkan semua sifat bagi Allah 'Azza wa Jalla
yang telah Dia tetapkan untuk diri-Nya atau yang ditetapkan oleh Rasul-Nya
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tanpa ta’thil (meniadakan) dan tanpa ta'wil
(mengalihkannya kepada makna lain). Sementara (kelompok) lainnya menafikan
sifat-Nya atau menetapkan sebagian dan menta'wilkan sebagian lainnya.
8) Ahlus Sunnah wal Jama'ah meyakini bahwa iman itu adalah ucapan dan
perbuatan, dapat bertambah dan berkurang. Mereka tidak mengeluarkan amal
perbuatan dari (definisi) iman seperti kelompok Murjiah, tidak juga
mengkafirkan ahli kiblat hanya karena sekedar berbuat maksiat dan dosa besar
seperti kelompok khawarij.
9) Ahlus Sunnah wal Jama'ah tidak mengkafirkan orang yang berbeda
dengannya dari kelompok lain, hanya sekedar berbeda pendapat
dengannya. Kecuali jika dalam kelompok tersebut terhimpun pokok-pokok kekufuran
(mendasar) seperti Isma'iliyah dan Nushairiyah.
10) Ahlus Sunnah wal Jama'ah berlepas diri dari orang-orang kafir, atheis,
musyrik dan orang murtad. Mereka memusuhi dan membencinya. Sebaliknya Ahlus
Sunnah mencintai orang-orang mukmin dengan memberikan loyalitas dan menolongnya
sesuai dengan kadar iman dan amal saleh yang dimilikinya.
11) Ahlus Sunnah wal Jama'ah mencintai para shahabat Rasulullah Shallallahu
'Alaihi wa Sallam. Mereka berpendapat bahwa semuanya adil (dapat diterima
periwayatannya). Mereka mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah dengan
mencintai para shahabatnya, keluarga serta istri-istrinya yang tak lain
merupakan ummahatul mukminin (ibunda kaum beriman). Mereka berlepas diri dan
memusuhi orang yang menghina mereka, juga berlepas diri dari orang yang
berlebih-lebihan dan mengangkat mereka di atas kedudukan manusia atau
menganggapnya maksum (terjaga dari dosa).
12) Ahlus Sunnah wal Jama'ah mengambil fikih dari ijmak (konsensus) dan
petunjuk Al-Quran dan Sunah yang shahih. Mereka mengakui pendapat para
shahabat, tabiin dan tabiit tabiin dan mengikuti ulama besar umat Islam,
seperti Abu Hanifah, Malik, Asy-Syafi’i, Ahmad dan generasi ulama setelahnya
dari kalangan ulama fikih, serta para ulama yang diikuti karena mereka pengikut
sunnah serta mereka yang telah dikenal kebaikannya oleh umat ini.
13) Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah mereka yang memandang umat Islam sama dalam
hal beban dan tanggung jawab syariat. Dalam pandangan mereka tidak ada syariat
untuk orang awam dan orang khusus, tidak juga super khusus. Tidak ada tingkatan
Syariat dan Hakikat. Bagi mereka, agama adalah satu, syariatnya satu, Tuhannya
satu, yang diturunkan kepada Nabi juga satu untuk seluruh manusia.
14) Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah golongan moderat dan proporsional (adil)
dalam segala hal. Dia moderat (tengah-tengah)antara pengkultusan dan pelecehan,
antara sikap
meremehkan dan menyulitkan, antara bermudah-mudah dan ekstrim.
15) Ahlus Sunnah wal Jama'ah termasuk orang yang sangat menjaga kesepakatan
kata dan kesatuan barisan. Diantara aqidahnya adalah menunaikan jihad,
shalat Jumat dan berjama'ah di belakang setiap pemimpin (muslim), apakah
dia orang bertakwa atau pelaku maksiat. Mereka berpendapat sah shalat di
belakang pelaku bid’ah dan kemaksiatan. Mereka termasuk orang yang senang
bersatu, paling benci perpecahan. Terkadang orang yang menyematkan istilah ini
pada dirinya melakukan kesalahan dan keliru dalam memahami dan mempraktekkan
manhaj ini. Tidak setiap orang yang menisbatan dirinya kepadanya dapat beradab
seperti adab mereka dan berjalan di jalannya. Harapan besar untuk mendapatkan
kemuliaan julukan ini (Ahlus Sunnah wal Jama'ah) menyebabkan dimasukkannya
orang yang bukan bagian darinya.
16) Ahlus Sunnah wal Jama'ah di dalamnya ada orang alim, pakar fikih, khatib,
para dai, penyeru kebaikan melarang kemungkaran, dokter, insinyur, pedagang,
pekerja, kaya dan miskin, hitam dan putih, arab dan non arab. Manhaj mereka
tidak terfokus pada golongan tertentu, tidak dibedakan berdasarkan strata
masyarakat. Atau mereka tidak menjadikan ilmu, agama, nasab dan kemuliaan
dimonopoli oleh suatu kaum saja tanpa lainnya. Mereka meyakini firman Allah
ta’ala:
إن أكرمكم عندالله أتقاكم
“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang
paling bertakwa.” (QS. Al-Hujurat: 13)
17) Ahlus Sunnah wal Jama'ah diantara mereka ada orang yang ahli ibadah,
pecandu maksiat dan pelaku dosa besar. Mereka tidak dijamin terlindung dari
dosa dan kemaksiatan. Dosa dan kemaksiatan ini tidak mengeluarkan mereka dari
ruang lingkup Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Bahkan terkadang terjerumus dalam
perkara cabang bid’ah, akan tetapi mereka cepat kembali pada kebenaran jika
mereka mengetahuinya. Hal ini tidak mengeluarkan mereka dari kalangan Ahlus
Sunnah wal Jama'ah.
18) Ahlus Sunnah wal Jama'ah mengikuti kebenaran dan kasih sayang terhadap
sesama makhluk. Membenci kemaksiatan dan lemah lembut terhadap pelakunya.
Membenci bid’ah dan cemas kepada penganutnya.
Mereka itulah Ahlus Sunnah wal Jama'ah dan inilah sebagian dari ciri dan karakteristik mereka.
Saya memohon kepada Allah dengan karunia dan kemuliaan-Nya agar menjadikan kita
bagian dari mereka dan menyatukan umat ini di atas pijakan yang dahulunya
mereka bersatu.
Berikut ini kritikan keras terhadap
Muktamar Internasional di Chechnya dari Syaikh ‘Alwi Bin Abdul Qadir As-Saqqaf
yang dimuat di situs “Dorar.net”
Teks asli bisa dilihat
di alamat :
INILAH FAKTA MUKTAMAR
INTERNASIONAL DI CHECHNYA
Penulis: Fadhilatusy
Syaikh ‘Alwi bin ‘Abdil Qadir As-Saqqaf –hafizhahullahu- (Pembina Umum Yayasan
Ad-Durar As-Saniyyah).
Senin, 26 Dzulqo’dah
1437 H
Segala puji bagi Allah, Maha Penolong
hamba-hamba Nya yang beriman, bertauhid dan berdakwah kepada Allah Ta’ala
diatas ilmu dan bimbingan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta
para sahabat terbaiknya, termasuk orang-orang yang meneladani mereka dengan
baik hingga hari kiamat. Amma ba’du:
Di kota Grozny ibukota Chechnya telah
berlangsung suatu muktamar dengan mengusung tema Siapakah Ahlus Sunnah wal
Jama’ah – Pernyataan Yang Mendeskripsikan Metodologi Ahlus Sunnah
wal Jama’ah Dalam Aspek Aqidah, Fiqh, Tingkah Laku Dan Pengaruh Penyimpangan Berdasarkan
Fakta. Muktamar berakhir pada hari Sabtu, 24 Dzulqo’dah 1437 H bertepatan
dengan tanggal 27 Agustus 2016 dengan mencetuskan suatu pernyataan yang
memalukan yang disertai dengan beberapa pesan.
Sikap terhadap muktamar naas ini kutulis dalam rangka
menerangkan kebenaran kepada manusia dan menelanjangi realita muktamar ini.
Pertama: Muktamar ini
diselenggarakan di kota Grozny ibukota Chechnya yang menginduk kepada Federasi
Rusia disaat ulama ahlus sunnah wal jama’ah dan para dai penyeru tauhid dihina
oleh peserta muktamar, disaat rudal-rudal milik Rusia membombardir saudara-saudara kita
di bumi Syam. Namun, tak ada pernyataan yang muncul tentang kebiadaban Rusia
dalam muktamar tersebut.
Kedua: Penyelenggara
muktamar adalah Presiden Chechnya Ramzan Kadirov yang
dikenal memiliki loyalitas tinggi kepada Presiden Rusia Putin, bahkan ia
merangkai baris tulisan dalam akun facebook miliknya yang berbunyi “Sejatinya
ia merupakan salah satu prajurit Putin, ia dan pasukannya siap mengorbankan
hidup mereka demi Putin”. Apakah peserta muktamar menyadari sifat asli orang
ini?
Seandainya bukan karena rasa malu dan
takut kepada Allah, pasti akan kusertakan salah satu link video yang
menampilkan dirinya saat asyik menari bersama para wanita yang berpenampilan
menor dalam perayaan ulang tahun Putin.
Ketiga: Ramzan Kadirov adalah seorang
sufi yang mengimani khurafat (mitos), ia menyangka dirinya menyimpan sehelai
rambut milik Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai-sampai ia
menggelar perayaan di bandara Grozny untuk menyambut kedatangan sehelai rambut
itu dari Uzbekistan. Ia juga menyangka dirinya menyimpan potongan kain sarung
peninggalan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang panjangnya mencapai
50 cm.
Berikut ini beberapa potongan video di Youtube
yang menerangkan rekam jejak Presiden Chechnya dan penasehatnya:
1. Video pertama menampilkan wawancara
televisi melalui jaringan Sky News Arabic: Ia melontarkan tuduhan tentang penghianatan Wahhabiyyah (baca:
Ahlus Sunnah) terhadap ajaran Islam. Ia juga menuturkan bahwa pejuang Syria
bukanlah pejuang sebenarnya, namun mereka adalah orang-orang yang mencoreng
citra Islam.
2. Video kedua
menampilkan khurafat yang diimani oleh orang ini. Ia menyangka dirinya
menyimpan cangkir peninggalan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya
memamerkannya dihadapan publik kemudian menciuminya. Ia juga menyangka dirinya
memiliki sehelai rambut milik Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu
menciuminya sambil menangis. Kemudian ia menari bak tarian orang yang hilang
akalnya bersama sekelompok orang-orang sufi. Ia juga pernah menyambut
kedatangan Mufti Rezim Basyar Al-Asad yang bernama Hasoun seraya menuturkan: “Semoga Allah
melaknat kaum Wahhabi, ayah dan ibu mereka”. Ia
bahkan mengklaim dengan penuh kedustaan bahwa kaum Wahhabi-lah yang membunuh
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, seraya bersumpah akan membunuh mereka (kaum
Wahhabi).
3. Video ketiga
menampilkan rekam jejak Sang Penasehat yang juga merangkap jabatan sebagai
Kepala Bagian Urusan Keagamaan di Chechnya. Dalam salah satu pidatonya ia
menyerukan bolehnya ber-istighatsah kepada selain Allah, (yaitu)
ber-istighatsah kepada orang-orang yang sudah mati dan yang masih hidup, bahkan
ia menyerang siapapun yang menyatakan bahwa ini adalah perbuatan syirik.
Apakah pantas bagi para
peserta muktamar yang notabene dianggap sebagai ulama untuk berterimakasih
kepada seorang penipu yang memerangi tauhid beserta ahlinya, lantas mengakhiri
pernyataan mereka dengan ucapan terimakasih seraya menuturkan: “Para peserta
menyampaikan rasa terimakasih kepada Yang Mulia Presiden Ramzan Kadirov atas
jerih payahnya yang penuh berkah dalam berkhidmat kepada Al-Quran Al-Karim dan
As-Sunnah Al-Muthahharah”. Semoga Allah membalas mereka dengan hukuman yang
pantas.
Keempat: Saat ini umat Islam hidup dalam keadaan genting. Musuh-musuh Islam
mulai menampakkan permusuhan di tiap lini, bahkan sekte sesat Syiah Rafidhah dan
pasukan Nasrani yang membenci Islam pun bersekongkol bersama mereka dengan
tujuan menghabisi Ahlus Sunnah dengan sebuah busur. Dunia Islam pun dihebohkan
dengan adanya segelintir orang yang mengklaim diri mereka sebagai ulama, yang
sebenarnya tidaklah mewakili kecuali hanya diri mereka sendiri, lalu bersatu
dibawah naungan penjahat ini (yaitu Ramzan Kadirov). Mereka tidak berupaya
menasehatinya, tidak pula memperingatinya dari hukuman Allah untuknya,sebagai akibat dukungannya terhadap majikannya Putin yang telah
menghabisi saudara-saudara kita di Syria (diantara mereka ada kelompok
sunni, sufi, asy’ari dan maturidi), bahkan tidak pula menyerukan persatuan kaum
muslimin, baik salafinya, sufinya dan asy’arinya untuk melawan Rusia,
Nushairiyyah-nya Asad, Shafawiyyah-nya Iran dan kelompok teroris Hizbullat,
tidak…, justru merekalah yang menanamkan perselisihan diantara kaum
muslimin, bahkan dalam kondisi sulit yang sedang dilalui oleh umat ini.
Kelima: Lahirnya pernyataan
muktamar yang berbunyi: “Ahlus sunnah wal jama’ah mereka adalah Asy’ariyyah dan
Maturidiyyah dalam masalah aqidah, madzhab yang empat dalam masalah fiqh dan
tasawwuf murni dalam masalah ilmu, akhlaq dan tazkiyah”. Dengan demikian, mereka
telah menyelisihi sunnahdan memecah-belah jama’ah sekaligus
mengeluarkan para Imam yang hidup sebelum lahirnya Asy’ari dan
Maturidi dari lingkup ahlus sunnah wal jama’ah, seperti Malik, Asy-Syafi’i,
Ahmad, Al-Bukhari, Muslim dan lainnya. Mengaitkan para imam dan siapapun yang
meniti manhaj mereka dengan aqidah asy’ari, maturidi ataupun sufi, maka ini
sesuatu yang sangat mustahil.
Keenam: Muktamar ini bertujuan untuk
menyudutkan kelompok ekstrimis (umumnya sebutan ini disematkan kepada mereka
yang bermanhaj salafi) dengan ungkapan-ungkapan yang tidak pantas, (misalnya):
manhaj mereka menyimpang, bahaya, radikal bahkan mereka (kelompok yang dituduh
ekstrimis) telah mencomot identitas ahlus sunnah wal jama’ah kemudian mengklaim
sepihak (identitas itu) untuk diri mereka sendiri. Muktamar ini seolah
merupakan titik awal pemulihan identitas ini. Oleh karena itu kita katakan pada
mereka: “Penggugat wajib mendatangkan bukti. Buktikan bahwa manhaj sahabat
–radhiyallahu ‘anhum- dan siapapun yang meneladani mereka adalah asy’ari atau
sufi sehingga gugatan kalian menjadi jelas!”
“Muktamar ini merupakan
titik awal yang penting dan urgen, bertujuan untuk meluruskan penyelewengan
yang tajam dan serius terhadap konsep ahlus sunnah wal jama’ah pasca klaim
sepihak yang diupayakan kelompok ekstrimis terhadap identitas yang mulia ini sembari
menyingkirkan ahlinya.”
Ketujuh: Pesan utama dalam
muktamar ini adalah: “Pendirian saluran televisi pada tingkat Federasi Rusia
guna menampilkan potret Islam yang benar kepada publik sekaligus memberangus
radikalisme dan terorisme”. Ini adalah pesan politis yang
sempurna! Pembesar sufi dunia dari tiap negeri Islam berkumpul
untuk mengamanatkan pendirian saluran televisi yang disiarkan pada tingkat
Federasi Rusia guna menampilkan potret Islam yang benar kepada seluruh warga
Rusia dan Chechnya!! Adakah pelecehan yang lebih besar bagi peserta muktamar?!
Kedelapan: Diantara petunjuk bahwa
muktamar ini diadakan secara selektif dan eksklusif adalah adanya pesan ketiga
dalam muktamar yang berbunyi: “Peningkatan kerjasama antar institusi keilmuan
bergengsi seperti Universitas Al-Azhar Asy-Syarif, Universitas Al-Karaouine,
Universitas Zitouna, Universitas Hadhramout, Pusat Kajian Ilmu Pengetahuan dan
Eksplorasi dengan Institusi Keagamaan dan Saintifik Lokal Federasi Rusia”, sembari
mengesampingkan Pusat Kajian Ilmu lainnya di penjuru negeri Islam.
Kesembilan: Diantara lelucon
yang membuatku menangis adalah adanya pesan kedelapan muktamar yang
merekomendasikan “undang-undang hukum pidana kepada pemerintah atas aksi tebar
kebencian, provokasi, persengketaan internal dan pelanggaran terhadap
tempat-tempat suci”. Apakah sesuatu yang bisa menebar
kebencian dan provokasi lebih banyak dari predikat radikal, sesat dan ungkapan
provokatif lainnya yang anda tudingkan kepada ahlus sunnah?!
Kesepuluh: Dengan sengaja, Muktamar
Chechnya telah mengabaikan ulama sunni salafi di seluruh dunia. Andaikata muktamar ini bertujuan untuk menghimpun
persatuan, niscaya para ulama akan bersatu padu dengan berbagai corak pemikiran
mereka, lalu mereka akan mencetuskan konsep persatuan dan mengindahkan perkara
yang masih diperselisihkan. Khususnya saat-saat
seperti ini, dimana Syiah Rafidhah, Yahudi dan Nasrani mulai menampakkan
permusuhan kepada mereka. Namun, kesibukan mereka lebih besar terfokus untuk
menyingkirkan salafiyyun dari bingkai ahlus sunnah wal jama’ah daripada
mempersatukan barisan kaum muslimin guna melawan musuh mereka.
Kesebelas: Bila diperhatikan,
para peserta yang berpartisipasi dalam muktamar ini terdiri dari tiga golongan:
Kedua: Golongan yang
berprasangka baik kepada penyelenggara, namun akhirnya mereka kecewa.
Ketiga: Golongan yang ikut
berpartisipasi, namun mereka tidak tahu menahu mengapa mereka hadir dan untuk
siapa mereka hadir. Bisa jadi mereka terkejut dengan ucapan kasar yang muncul
dalam pernyataan di penghujung muktamar.
Merupakan kewajiban
bagi dua golongan terakhir ini untuk berani berlepas diri dari pernyataan yang
dimuat dalam kandungan muktamar. Bila tidak demikian, maka ia akan menjadi aib
dalam sejarah biografi mereka.
Adapun Ahlus Sunnah wal Jama’ah, mereka
adalah orang-orang yang meneladani Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
sahabat beliau. Muktamar dan konspirasi semacam ini tidak akan merugikan dan
membahayakan mereka. Justru ia merupakan pertanda kuat dan pesatnya penyebaran
manhaj ini, yang dapat memicu rasa gelisah bagi suatu kaum, sehingga mereka pun
berhimpun dari setiap tempat untuk mencetuskan hasil yang memalukan ini.
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas
urusannya, namun kebanyakan manusia tiada mengetahui.
Penerjemah: Haris Hermawan
Selesai diterjemahkan pada hari Kamis,
29 Dzuqo’dah 1437 H di kota Madinah