Monday, August 6, 2018

Dunia Diciptakan Karena Nur (Cahaya) Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam? Apakah Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam Diciptakan Dari Cahaya?

Dunia Diciptakan Karena Nur (Cahaya) Nabi Mhuhammad Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam?

Ustadz DR Ali Musri Semjan Putra MA.
Proses tashfiyah dan tarbiyah , pemurnian ajaran Islam dan mendidik umat dengan ajaran yang sesuai dengan syariat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , harus tetap menjadi langkah acuan dalam mendakwahkan Islam. Hal ini dikarenakan masih ada keyakinan-keyakinan tidak benar yang merasuki kalbu umat. Bak rumah yang berpondasi rusak, maka aqidah yang tidak sesuai dengan ajaran Nabi ini pun akhirnya merusak umat dan berperan besar dalam menimbulkan perpecahan demi perpecahan. Di antara aqidah yang diyakini kebenarannya, padahal merupakan aqidah yang salah, aqidah Nur Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam .

HAKIKAT AQIDAH NUR MUHAMMAD
Di antara keyakinan keliru yang digagas oleh aqthâb (tokoh) Sufi, disebarkan dan dibela oleh mereka, aqidah Nur Muhammad. Mereka pun membakukan ushul (landasan-landasan) untuk membenarkan aqidah ini dalam kitab-kitab yang mereka tulis dan dalam syair-syair mereka susun. Hanya, meski cukup terkenal aqidah ini, namun para Ulama mereka belum satu kata dalam mendefinisikannya secara detail dan jelas. Masing-masing menyampaikannya sesuai dengan perasaan dan apa yang terbetik pada firasatnya (?!).

Mereka mengatakan, “(Yang dimaksud Nur Muhammad) bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam diciptakan dari cahaya, dan yang pertama kali diciptakan oleh Allâh Azza wa Jalla adalah cahaya Muhammad; dan bumi seisinya diciptakan karena Rasûlullâh, kalaulah tidak ada beliau, maka bumi tidak akan pernah ada dan diciptakan”

Yûsuf Ismâil an-Nabhâni salah satu pembela ideologi ini menjelaskan makna istilah yang aneh ini dengan berkata, “Ketahuilah, bahwasannya tatkala kehendak al-Haq (Allâh) berhubungan dengan penciptaan para makhluk-Nya, Allâh Azza wa Jalla telah menampakkan haqiqat Muhammad dari cahaya-cahaya-Nya, kemudian dengan sebabnya tersingkaplah seluruh alam dari atas hingga bawahnya …….kemudian terpancarlah darinya sumber ruh-ruh, sedangkan dia (Muhammad) merupakan jenis (ruh) yang paling tinggi di atas segala jenis dan sebagai induk terbesar bagi seluruh makhluk yang ada.” [1]

Ini mengandung pengertian bahwasanya Allâh Azza wa Jalla menciptakan Muhammad dari cahaya-Nya dan bahwa Dia Azza wa Jallamenciptakannya sebelum penciptaan Adam, bahkan sebelum menciptakan seluruh alam. Dan bahwa segala sesuatu diciptakan dari cahaya Muhammad.

Salah satu dari tokoh mereka juga mengatakan, “Kalaulah tidak ada dia (Muhammad), matahari, bulan… bintang, lauh, dan Qolam tidak akan pernah diciptakan”.[2]

MELURUSKAN AQIDAH NUR MUHAMMAD
Apa yang mereka sampaikan di atas, adalah anggapan-anggapan yang batil dan pernyataan-pernyataan yang tidak memiliki bukti (dasar) dari al-Qur`ân maupun Hadits Nabi yang shahih. Dan tatkala mereka dimintai dalil yang shahih dan jelas serta tidak kontradiktif dengan nash-nash yang ada, mereka malah berhujjah dengan hadits-hadits yang seluruhnya berderajat maudhû (palsu). Di antaranya:

لَوْلَاكَ مَا خُلَقَتِ الْأَفْلاَكُ

Kalau tidak ada kamu, bintang-bintang tidak diciptakan [3]

كُنْتُ نَبِياًّ وَلاَ آدَمَ وَلاَ مَاءَ وَلاَ طِيْنَ

Aku menjadi nabi, sedang Adam, air dan tanah belum ada [4]

إِنَّهُ كَانَ نُوْرًا حَوْلَ الْعَرْشِ فَقَالَ : يَا جِبْرِيْلُ: أَنَا كُنْتُ ذَلِكَ النُّورَ

Sesunggunya dia (Muhammad) dulu adalah cahaya yang ada di sekeliling Arsy. Kemudian beliau bersabda, “Wahai Jibril, aku dulu adalah cahaya itu” [5]

Hadits-hadits ini berderajat palsu, sementara sanad (para perawi yang meriwayatkannya) dan matannya (teks haditsnya) pun munkar. Sungguh aneh, mereka menggunakan hadits-hadits palsu ini untuk menguatkan aqidah Nur Muhammad, padahal mereka mengatakan tidak bolehnya menggunakan hadits Ahad sebagai hujjah dalam masalah aqidah, walaupun terdapat dalam Shahîh al-Bukhâri dan Shahîh Muslim !!! Apakah pantas hadits-hadits seperti ini dijadikan hujjah (dasar) dalam agama?! Bagaimana mereka bisa menggunakan hadits-hadits tersebut sebagai hujah padahal bertentangan dengan firman Allâh Azza wa Jalla ;

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku [ad-Dzâriyât/51:56]

Sungguh Allâh Azza wa Jalla telah menjelaskan dalam ayat ini bahwa Dia Azza wa Jalla tidak menciptakan jin dan manusia seluruhnya termasuk Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam kecuali untuk tujuan ibadah kepada-Nya saja. Tujuan mengadopsi kesesatan ini, agar mereka dapat menghilangkan makna tauhid. Bagaimana bisa khurofat ini melekat pada sebagian akal kaum Muslimin, seolah-olah mereka belum pernah membaca ayat di atas. Mungkin saja, karena kebodohan (tentang agama) yang terlalu parah telah bermain pada akal mereka.

Tentang keyakinan mereka bahwa Nabi Muhammad berasal dari cahaya, bukan seperti manusia dalam hal penciptaannya, keyakinan tersebut bertentangan dengan nash-nash yang telah ada dalam al-Qur`ân, seperti firman Allâh Azza wa Jalla :

قُلْ سُبْحَانَ رَبِّي هَلْ كُنْتُ إِلَّا بَشَرًا رَسُولًا

Katakanlah, “Maha suci Rabbku, bukankah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi rasul?” [al-Isrâ/16:93]

Dan juga menyelisihi firman Allâh Azza wa Jalla berikut yang menyatakan adanya nabi dan rasul sebelum beliau:

قُلْ مَا كُنْتُ بِدْعًا مِنَ الرُّسُلِ

Katakanlah, “Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul”. [al-Ahqâf/46:9]

Barangsiapa yang mengingkari Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai manusia dan meyakininya berasal dari cahaya yang tidak memiliki bayangan, sungguh orang tersebut telah menghina Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, padahal ia menginginkan untuk mengagungkan beliau.

Syaikh Ibnu Bâz rahimahullah berkata tentang aqidah Nur Muhammad, “Sehubungan dengan perkataan sebagian manusia dan khurofi, serta kalangan Sufi bahwa ‘beliau (Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ) diciptakan dari cahaya’ atau ‘yang pertama kali diciptakan adalah cahaya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam , ini semua kabar (riwayat) yang tidak ada asalnya, seluruhnya kebatilan, merupakan berita palsu yang tidak ada dasarnya (sama sekali) sebagaimana telah disebutkan di muka”.

Beliau rahimahullah mengatakan, “(Pernyataan) bahwa dunia diciptakan karena (Nabi) Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam , kalau tidak ada Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam maka dunia tidak akan pernah ada, juga tidak akan diciptakan makhluk (lainnya), ini merupakan kebatilan, tidak ada asalnya, ini perkataan yang rusak. Allâh Azza wa Jalla menciptakan dunia agar Dia k dikenal, diketahui dan diibadahi (oleh makhluk, manusia). Allâh Azza wa Jalla menciptakan dunia dan seluruh makhluk agar dikenal melalui nama-nama dan sifat-sifat-Nya, kekuasaan dan ilmu-Nya, agar ibadahi, tidak ada sekutu bagi-nya, bukan karena (Nabi) Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam , (Nab) Nuh Alaihissalam, ataupun (Nabi) Isa Alaihissallam maupun karena nabi lainnya. Allâh menciptakan seluruh makhluk agar mereka beribadah kepada-Nya. Allâh berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku [ad-Dzâriyât/51:56]

Di sini, Allâh Azza wa Jalla menjelaskan bahwa Dia menciptakan mereka agar beribadah kepada-Nya, bukan karena Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam .

Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam termasuk dalam kandungan ayat di atas, diciptakan untuk beribadah kepada-Nya. Hal ini sebagaimana firman Allâh Azza wa Jalla :

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal) [al-Hijr/15:99]

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا

Allâh-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allâh berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allâh Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu [ath-Thalâq/65:12]

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا بَاطِلًا

Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah [Shâd/38:27]”

Beliau rahimahullah juga mengatakan: “Ini semua yang engkau dengar (ada di tengah masyarakat) merupakan kebatilan, tidak ada dasarnya sama sekali (dalam Islam), Allâh Azza wa Jalla tidak menciptakan makhluk, tidak jin, manusia, langit dan bumi dan makhluk lainnya bukan lantaran Muhammad, bukan juga karena rasul yang lain. Akan tetapi, menciptakan semua makhluk dan dunia untuk tujuan agar Allâh Azza wa Jalla diibadahi dan menjadi sarana mengenal nama-nama dan sifat-sifat-Nya”[6].

Dengan demikian, sudah jelas, penyimpangan aqidah Nur Muhammad yang diyakini oleh sebagian orang (kaum Sufi). Sebuah keyakinan yang tidak pernah diajarkan oleh Nabi Muhammad kepada umat Islam. Maka, harus disingkirkan jauh-jauh dari umat Islam.
Wallâhu a’lam
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 021Tahun XV/1432H/2011. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1]. Al-Anwâr al-Muhammadiyyah hlm. 9
[2]. Tanbîhul Hudzdzâq hlm. 27, nukilan dari Huqûqin Nabiyyi , DR. Muhammad Khalîfah at-Tamîmi, 2/714
[3]. As-Silsilah adh-Dha’îfah hadits no. 282
[4]. As-Silsilah adh-Dha’îfah hadits no. 303
[5]. As-Silsilah adh-Dha’îfah hadits no. 1/474
[6]. Fatâwa Nûr ‘ala ad-Darb 1/96-100

Dunia Diciptakan Karena Nur Muhammad ?

Proses tashfiyah dan tarbiyah, permunian islam dan mendidik ummat dengan ajaran yang sesuai dengan ajaran syariat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, harus tetap menjadi langkah acuan dalam mendakwahkan islam. Hal ini dikarenakan masih ada keyakinan-keyakinan tidak benar yang merasuki kalbu umat. Bak rumah yang berpondasi rusak, maka aqidah yang tidak sesuai dengan aqidah Nabi ini pun akhirnya merusak umat dan berperan besar dalam menimbulkan perpecahan demi perbecahan. Di anatara aqidah yang diyakini kebenarannya, padahal merupakan aqidah yang salah, adalah aqidah Nur Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. 
HAKIKAT AQIDAH NUR MUHAMMAD
Di antara keyakinan keliru yang digagas olehAqthab (tokoh Sufi), disebarkan dan dibela oleh mereka, adalah aqidah Nur Muhammad. Merekapun membagukan ushul (landasan-landasan) untuk membenarkan aqidah ini dalam kitab-kitab yang mereka tulis dan dalam syiar-syiar yang mereka susun. Hanya, meski cukup terkenal aqidah ini, namun para ulama’ mereka belum satu kata dalam mendefinisikannya secara detail dan jelas. Masing-masing menyampaikannya sesuai dengan perasaan dan apa yang terbetik pada firasatnya (?!).
Mereka mengatakan, “(yang dimaksud Nur Muammad) bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, diciptakan dari cahaya, dan yang pertama kali diciptakan oleh Allah adalah Cahaya Miuhammad; dan bumi seisinya diciptakan karena Rasulullah, kalau tidak ada beliau, maka bumi tidak akan pernah ada dan diciptakan”. Yusuf ismail an-Nabhani salah satu pembela ideologi ini menjelaskan makna istilah yang aneh ini dengan berkata, “Ketahuilah, bahwasanya tatkala kehendak al-Haq (Allah) berhubungan dengan penciptaan para mahluk-Nya, Allah telah menampakkan haqiqat Muhammad dari cahaya-cahaya-Nya, kemudian dengan sebabnya tersingkaplah seluruh alam dari atas hingga bawahnya ……………kemudian terpancarlah darinya sumber ruh-ruh, sedangkan dia (Muhammad) merupakan jenis (ruh) yang paling tinggi diatas segala jenis dan sebagai induk terbesar bagi seluruh mahluk yang ada". Ini mengandung pengertian bahwasanya Allah menciptakan Muhammad dari cahaya-Nya dan bahwa Dia Azza wa Jalla menciptakannya sebelum penciptaan Adam, bahkan sebelum menciptakan seluruh alam. Dan bahwa segala sesuatu diciptakan dari cahaya Muhammad. Salah satu dari tokoh mereka juga mengatakan, “Kalaulah tidak ada dia (muhammad), matahari, bulan….. bintang, lauh dan qolam tidak akan pernah diciptakan”.
HAKIKAT AQIDAH NUR MUHAMMAD
Apa yang mereka sampaikan diatas, adalah anggapan-anggapan batil dan pernyatan-pernyatan yang tidak memiliki bukti (dasar) dari al-Qur’an maupun Hadits Nabi yang shahih. Dan tatkala mereka dimintai dalil yang shahih dan jelas serta tidak kontradiktif dengan nash-nash yang ada, mereka malah berhujjah dengan hadits-hadits yang seluruhnya berderajat maudhu (palsu). Diantaranya:
1.Kalau tidak ada kamu, bintang-bintang tidak aku ciptakan.
2.Aku menjadi Nabi, sedang adam, air dan tanah belum ada.
3.Sesungguhnya dia (Muhamnad) dulu adalah cahaya yang ada disekeliling Arsy. Kemudian beliau bersabda: ‘Wahai Jibril, aku adalah cahaya itu.
Hadits-hadits ini berderajat PALSU, sementara sanad (para perawi yang meriwayatkannya) dan matannya (teks haditsnya)pun MUNKAR, Sungguh aneh, mereka menggunakan hadits-hadits palsu ini untuk menguatkan aqidah Nur Muhammad. Apakah pantas hadits-hadits seperti ini dijadikan hujjah (dasar) dalam agama?! Bagaimana mereka bisa mengunakan hadits-hadits tersebut sebagai hujjah padahal bertentangan dengan firman Allah Azza wa Jalla, yang artinya “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.(Qs.ad-Dzariyat/51:56) Sungguh allah Azza wa Jalla telah menjelaskan dalam ayat ini bahwa Dia Azza wa Jalla tidak menciptakan jin dan manusia seluruhnya termasuk Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam kecuuali untuk tujuan Ibadah kepada-Nya saja. Mereka mengadopsi kesesatan ini, agar dapat menghilangkan makna tauhid. Bagaimana bisa khurofat ini melekat pada sebagian akal kaum muslimin, seolah-olah mereka belum pernah membaca ayat diatas. Mungkin saja, karena kebodohan (tentang agama) yang terlalu parah telah mempermainkan akal mereka.
Tentang keyakinan mereka bahwa Nabi Muhammad berasal dari Cahaya, bukan seperti manusia dalam hal penciptaannya, keyakinan tersebut bertentangan dengan nash-nash yang telah ada dalam al-Qur’an , seperti firman Allah Azza wa Jalla yang artinya “Katakanlah, maha suci Rabbku, bukankah aku ini seorang manusia yang menjadi rasul?”.(Qs. al-Isra/16:93) dan firman-Nya “Katakanlah, aku bukanlah rasul yang pertama diantara rasul-rasul”.(Qs. al-Ahqaf/46:9) Barang siapa yang mengingkari Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai manusia dan meyakini berasal dari cahaya yang tidak memiliki bayangan, sungguh orang tersebut telah menghina Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, walaupun sebenarnya ia ingin mengagungkan beliau. Syaikh Ibnu Baz Rahimahulloh berkata tentang aqidah Nur Muhammad, “sehubungan dengan perkatan sebagian orang dan khurofi, serta serta kalangan shufi bahwa beliau (Nabi Muhammad diciptakan dari cahaya atau yang pertama kali di ciptakan adalah Cahaya Muhammad, ini semua kabar (riwayat) yang tidak ada dasarnya sama sekali sebagaimana yang telah disebutkan dimuka”.
Beliau juga mengatakan, “(pernyataan) bahwa dunia diciptakan karena (Nabi) Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kalau tidak ada Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka dunia tidak akan pernah ada, juga tidak akan diciptakan mahluk lainnya, ini merupakan kebatilan, tidak ada asalnya, ini perkataan yang rusak. Allah Azza wa Jalla menciptakan dunia agar Dia dikenal, diketahui dan diibadahi (oleh mahluknya (manusia). Allah Azza wa Jalla menciptakan dunia dan seluruh mahluk agar dikenal melaui nama-nama dan sifat-sifat-Nya, kekuasaan dan ilmu-Nya, agar diibadahi, tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah menciptakan seluruh mahluk agar mereka beribadah kepada-Nya. Allah berfirman, “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.(Qs.ad-Dzariyat/51:56).
Disini Allah menjelaskan bahwa Dia menciptakan mereka agar beribadah kepada-Nya,bukan karena Nabi Muhammad. Nabi Muhammad termasuk dalam kandungan ayat diatas, diciptakan untuk beribadah kepada-Nya. Hal ini sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla, “Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu yang diyakini (Ajal)”.Qs. al-hijr/15:99.“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu”. (Qs.ath-Thalaq/65:12. “Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah”.(Qs.Shad/38/27). Dengan demikian, sudah jelas penyimpangan aqidah Nur muhammad yang diyakini oleh sebagian orang (kaum sufi). Sebuah keyakinan yang tidak pernah diajarkan oleh Nabi Muhammad kepada umat islam. Maka, harus disingkirkan jauh-jauh dari umat islam, semoga bermanfaat.
Di ringkas dari Majalah  As-Sunnah, edisi 01/thn XV jumadil akhir 1432 H/Mei 2011, Hal. 39-41
Yang ditulis Oleh  Ust.Abdulah bin Taslim

4509: Apakah Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam Diciptakan Dari Cahaya?


Saya membaca dari dua kitab bahwa Nabi Al-Musthafa adalah orang yang pertama kali diciptakan oleh Allah. Allah telah menciptakannya dari cahaya dan menjadi satu-satunya sebab diciptakannya makhluk-makhluk lain. Saya tidak yakin tentang hal ini, maka saya harapkan penjelasan anda - terimakasih
Published Date: 2002-04-09
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. 
Ada pertanyaan seperti ini yang ditujukan kepada Lajna Da'imah Lil Ifta, berikut petikannya. 
Tanya :"Sesungguhnya banyak orang yang meyakini bahwa segala sesuatu diciptakan dari Nur (cahaya) Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam, dan cahayanya diciptakan dari cahaya Allah. Mereka meriwayatkan (satu hadits): "Aku adalah cahaya Allah dan segala sesuatu berasal dari cahayaku." Mereka pun meriwayatkan hadits: "Aku adalah 'arab tanpa huruf 'ain, maksudnya Rab. Dan aku adalah ahnmad tanpa huruf mim maksudnya ahad." Apakah riwayat ini ada asalnya ? 
Jawab : Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalamtelah menerangkan tentang sifat dirinya bahwa dia adalah cahaya dari cahaya Allah. Kalau maksud perkataan itu adalah bahwa dia cahaya ayang berupa zat dari cahaya Allah, maka ini menyimpang dari Al-Quran yang menunjukan kemanusiaan beliau. Tapi apabila maksudnya bahwa dia adalah cahaya dalam arti ajaran yang dibawanya berupa wahyu menjadi sebab ditunjukinya orang-orang yang Allah kehendaki dari kalangan makhluknya, maka ini benar. 
Ada fatwa dari Lajnah tentang hal itu sebagai berikut : Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam mempunyai cahaya yaitu cahaya risalah dan hidayah. Allah memberikan hidayah dengan cahaya itu oarang-orang yang dikehendaki dari kalangan hamba-hamba-Nya. Tidaklah diragukan lagi bahwa cahaya risalah dan hidayah adalah dari Allah. Allah berfirman:
"Dan tidak ada dari seorang manusiapun bahwa Allah akan berbicara kepadanya, kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang hijab atau dengan mengutus seorang utusan lalu diwahyukan kepadanya dengan izinnya apa-apa yang dikehendakinya. Sesungguhnya dia maha tinggi dan maha bijaksana. Dan demikianlah kami wahyukan kepadamu ruh (Al-Quran) dari perintah kami. Sebelumnya kamu tidak mengetahui apakah kitab (Al-Quran) itu dan apakah iman itu, akan tetapi kami jadikan dia sebagai nur (cahaya). Kami memberi petunjuk dengan cahaya itu orang-orang yang kami kehendaki dari kalangan hamba-hamba kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus, yaitu jalan Allah, yang kepunyaan-Nyalah apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. Ingatlah kepada Allahlah kembali segala urusan." (Q.S. Asy-Syura : 51-53).
Nur (cahaya) yang dimaksud disini bukanlah hasil usaha dari penutup para wali (Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam) sebagaimana yang diduga oleh orang-orang sesat. Adapun jasad Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam maka dia terdiri dari darah, daging, tulang dan seterusnya. 
Beliau diciptakan melalui seorang bapak dan ibu. Adapun apa yang diriwayatkan bahwa yang pertama diciptakan Allah adalah nur (cahaya) Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam, atau bahwa Allah mencabut sebagian dari cahaya wajahnya, dan bagian cahaya yang dicabut ini adalah Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam, lalu Allah memandang kepada cahaya itu kemudian meneteslah beberapa tetesan, lalu diciptakanlah dari setiap tetesan itu seorang nabi, atau diciptakanlah seluruh makhluk dari cahaya Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam. 
Maka riwayat ini dan yang semisalnya tidak benar dari Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam sedikitpun.
Dari fatwa tadi jelaslah bahwa hal tersebut merupakan keyakinan yang bathil. 
Adapun apa yang diriwayatkan bahwa "aku adalah 'arab tanpa huruf 'ain," maka ini tidak ada dasar sama sekali. Demikian pula "aku ahmad tanpa huruf mim." Sifat Rububiyah dan keesaan sifat-sifat yang dikhususkan untuk Allah, tidak boleh disifatkan kepada seorangpun dari kalangan makhluk-Nya bahwa dia rab atau dia ahad secara mutlak. Maka sifat-sifat ini merupakan sifat-sifat yang dikhususkan bagi Allah dan tidak boleh disifatkan kepada para rasul, atau manusia lainnya. 
Dan semoga shalawat dan salam terlimpah kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya dan para shahabatnya.
(Lajnah Da'imah lil Buhuts Al-Ilmiyah wal Ifta / Fatawa Lajnah Da'imah : 1/310).
Tanya: Bolehkah dikatakan bahwa Allah menciptakan langit dan bumi karena penciptaan Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam. dan apakah arti "seandainya bukan karenamu (Muhammad) maka tidaklah diciptakan bintang-bintang." Apakah hadits ini ada asalnya? apakah shahih atau tidak ? terangkanlah hakikat hal ini kepada kami ! 
Jawab: Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Langit dan bumi tidaklah diciptakan karena nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam bahkan mereka diciptakan sebagaimana yang diterangkan Allah dalam firman-Nya:
"Allah yang menciptakan tujuh langit dan menciptakan bumi seperti itu, yang perintah Allah turun antara keduanya agar kalian mengetahui bahwa Allah maha kuasa atas segala sesuatu dan ilmu Allah meliputi segala sesuatu."
Adapun hadits yang disebutkan tadi maka itu hadits dusta atas nama Rasul Shalallahu 'Alaihi Wassalam yang tidak ada dasar kebenarannya sama sekali. Dan semoga shalawat dan salam terlimpah kepada Nabi kita Muhammad, para shahabatnya dan keluarganya.
(Lajnah Da'imah lil Buhuts Al-Ilmiyah wal Ifta / Fatawa Lajnah Da'imah : 1/312).
Islam Tanya & Jawab 
Syeikh Muhammad Sholih Al-Munajid
https://islamqa.info/id/4509 


Nabi Muhammad Diciptakan Dari Cahaya? Betulkah…

Keyakinan Nur Muhammad, Cikal Bakal Keyakinan Wihdatul Wujud
Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam… Beliau merupakan hamba Allah sekaligus utusan-Nya. Allah telah memilihnya sebagai hamba-Nya yang paling mulia dan sebagai pengemban risalah bagi seluruh jin dan manusia. Selain itu, Allah juga telah memuliakan beliau dengan beberapa keutamaan yang tidak dimiliki oleh makhluk selainnya.
Keyakinan Nur Muhammad
Di antara keyakinan tentang Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang banyak tersebar di Indonesia, khususnya bagi mereka yang biasa bergelut dengan dunia ke-sufi-an, adalah keyakinan bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam di ciptakan dari cahaya Allah; dan seluruh alam semesta diciptakan dari cahayanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Benarkah pemahaman ini?

Syubhat Mereka
Yang menjadi dasar atas keyakinan tersebut adalah sebuah hadits yang terdapat banyak dalam kitab-kitab sufi. Hadits tersebut adalah sebagai berikut:
`Abdurrazzaq meriwayatkan dengan sanadnya sampai kepada shahabat Jabir bin `Abdilla al-Anshariy radhiyallahu `anhu, dia mengatakan: “Saya bertanya: ‘Wahai Rasulullah, Demi bapak dan ibu saya sebagai tebusan bagimu, kabarkan kepada saya tentang makhluk yang pertama Allah ciptakan sebelum Dia menciptakan selainnya.’ Beliau menjawab: ‘Wahai Jabir, makhluk yang pertama Allah ciptakan adalah cahaya Nabimu yang Dia ciptakan dari cahaya-Nya. Kemudian Dia menjadikan cahaya tersebut berputar dengan kuat sesuai dengan kehendak-Nya. Belum ada saat itu lembaran, pena, surga, neraka, malaikat, nabi, langit, bumi, matahari, bulan, jin, dan juga manusia. Ketika Allah hendak menciptakan, Dia membagi cahaya tersebut menjadi 4 bagian. Kemudian, Allah menciptakan pena dari bagian cahaya yang pertama; lembaran dari bagian cahaya yang kedua; dan `Arsy dari bagian cahaya yang ketiga. Selanjutnya, Allah membagi bagian cahaya yang keempat menjadi 4 bagian lagi. Lalu, Allah menciptakan (malaikat) penopang `Arsy dari bagian cahaya yang pertama; Kursi dari bagian cahaya yang kedua; dan malaikat yang lainnya dari bagian cahaya yang ketiga. …[di akhir hadits beliau mengatakan] Beginilah permulaan penciptaan Nabimu, ya Jabir.”

Derajat Hadits Nur Muhammad
Wahai saudaraku, semoga Allah menunjuki kita ke jalan-Nya, ketahuilah bahwasanya sanad (silsilah orang-orang yang meriwayatkan hadits) merupakan bagian dari agama kita, yang dengannya Allah menjaga agama ini. `Abdullah bin Mubarak mengatakan: “Sanad merupakan bagian dari agama. Kalau tidak ada sanad, tentu orang akan seenaknya berkata (tentang agama ini).”
Syaikh Dr. Shadiq Muhammad Ibrahim (salah seorang yang telah melakukan penelitian terhadap hadits ini) mengatakan: “Semua kitab-kitab sufi yang terdapat di dalamnya hadits ini, tidak ada yang menyebutkan sanad dari hadits tersebut. Mereka hanya menyebutkan bahwa hadits ini diriwayatkan oleh `Aburrazzaq. Saya telah mencarihadits tersebut dalam kitab-kitab yang ditulis oleh `Abdurrazzaq dan saya tidak menemukan hadits tersebut.”
`Abdullah al-Ghamariy (seorang pakar hadits) mengatakan: “Hadits tersebut merupakan hadits maudhu` (palsu). … Bersamaan dengan itu, hadits tersebut juga tidak terdapat dalam kitab Mushannaf `Abdurrazzaq, Tafsir-nya, dan tidak juga dalam Jami`-nya. … Maka shahabat Jabir bin `Abdullah radhiyallahu `anhu (perawi hadits menurut mereka) berlepas diri dari menyampaikan hadits tersebut. Demikian juga `Abdurrazzaq, dia tidak pernah menulis hadits tersebut (dalam kitabnya). Orang yang pertama menyampaikan hadits ini adalah Ibnu Arabi. Saya tidak tahu dari mana dia mendapatkannya.”

Konsekuensi yang Sesat dan Menyesatkan
Keyakinan sesat yang timbul sebagai konsekuensi dari hadits di atas adalah sebagai berikut:
Muhammad shallallahu `alaihi wa sallam diciptakan dari cahaya
Keyakinan ini tentu saja merupakan bentuk pengingkaran terhadap al-Qur`an yang dengan jelas menyatakan tentang kemanusiaan Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa sallam.
Allah Ta`ala berfirman yang artinya: “Katakanlah: ‘Maha Suci Tuhanku, bukankah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi rasul?” (QS. Al-Israa`: 93) Dan manusia diciptakan dari tanah, bukan dari cahaya. Allah Ta`ala berfirman yang artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan kalian dari tanah. Kemudian tiba-tiba kalian (menjadi) manusia yang berkembang biak.” (QS. Ar-Ruum: 20)
Muhammad shallallahu `alaihi wa sallam berasal dari cahaya Allah
Ini merupakan perkataan tentang Allah tanpa dasar ilmu. Kita tidak bisa berbicara tentang Allah, kecuali melalui kabar dari-Nya, baik yang terdapat dalam al-Qur`an, maupun hadits yang sah dari Rasulullah shallallahu `alahi wa sallam. Allah Ta`alaberfirman yang artinya: “Dan mengapa kamu tidak berkata, di waktu mendengar berita bohong itu: ‘Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita mengatakannya, Maha Suci Engkau (Ya Tuhan kami), Ini adalah dusta yang besar.” (QS. An-Nuur: 16)

Keyakinan Ini Tidak Lebih Baik Dari Keyakinan Nashrani
Puncak dari keyakinan sesat yang timbul sebagai konsekuensi dari hadits tersebut adalah keyakinan wihdatul wujud, yaitu keyakinan bahwasanya Dzat Allah bersatu dengan semua makhluk-Nya. Mereka mengatakan bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam diciptakan dari cahaya Allah, kemudian dari cahayanya shallallahu `alaihi wa sallam diciptakanlah seluruh makhluk selainnya. Jadi, semua makhluk pada hakikatnya adalah berasal dari cahaya AllahTa’ala. Keyakinan ini (wihdatul wujud) sangat jelas kebatilannya. Bahkan, para ulama menyebutkan bahwa keyakinan orang Nashrani tentang tuhannya lebih baik dari keyakinan tersebut, karena Nashrani hanya mengatakan bahwa Dzat Allah menyatu dengan Isa `alaihis salam. Maha Suci Allah dari apa-apa yang mereka katakan. (lihat Muasuu`atur radd `ala shufiyyah)

Vonis dari Para Ulama
Ibnu `Arabi… Nama tersebut tidak asing lagi ditelinga kita. Siapakah dia? Dia merupakan salah satu tokoh sufi yang gencar dalam mempopulerkan keyakinan ini. Karena keyakinannya ini (wihdatul wujud) para ulama telah mengkafirkannya, mulai dari ulama yang sejaman dengannya, hingga ulama yang hidup saat ini. Di antara ulama-ulama besar yang mengkafirkannya adalah Ibnu Hajar al-`Atsqalany, Ibnu Katsir, Ibnu Shalah, dan al-Qasthalany, semoga Allah merahmati mereka semua. (lihat Muasuu`atur radd `ala shufiyyah)

Allah di atas Seluruh Makhluk-Nya
Di antara keyakinan Ahlus Sunnah adalah bahwasanya Allah berada di atas seluruh makhluk-Nya. Allah berfirman yang artinya: “Dan Dia-lah yang Mahakuasa, yang berada di atas hamba-hamba-Nya” (QS. Al-An`am: 18) Imam Syafi`i rahimahullah berdalil dalam menetapkan ketinggian Allah di atas seluruh makhluk-Nya, dengan hadits dari Mu`awiyah bin Hakam (yang diriwayatkan oleh Imam Muslim). Ketika itu dia ingin memerdekakan budak perempuannya. Maka Rasulullah menguji budak perempuan tersebut – apakah dia termasuk  orang beriman atau tidak – dengan bertanya: “Di mana Allah?” Kemudian budak perempuan memberikan isyarat ke arah atas. Lalu Rasulullah bertanya lagi, “Siapa saya?” Budak tadi menjawab, “(Engkau adalah) utusan Allah.” Kemudian Beliau bersabda: “Bebaskan budak tersebut karena dia adalah orang yang beriman.” (Manhaj Imam Syafi`i fi Itsbail `Aqidah, hal. 355)
Semoga Allah menunjukkan kepada kita jalannya yang lurus dan melindungi hati kita dari keyakinan-keyakinan batil tersebut. Amin.
Penulis : Abu Ka’ab Prasety0