Wednesday, January 9, 2019

Inggris : Assad Kehilangan Legitimasi. Negara-Negara Arab Jangan Gegabah Berubah Sikap Terhadap Syiah Nushairiyah Al Kadzab Bashar Assadis.


 

Rezim Assad di Suriah “kehilangan legitimasinya karena kekejamannya terhadap rakyat Suriah,” menurut Martin Longden, perwakilan khusus Inggris untuk Suriah. seperti dilansir dari Middle East Monitor, Kamis,(10/1/2019).
Longden mengatakan di Twitter pada hari Selasa bahwa Inggris menutup kedutaan besarnya di Damaskus pada tahun 2012 dan “kami tidak memiliki rencana untuk membukanya kembali.”
“Akhir dari cerita,” tegasnya.
Inggris menutup kedutaannya di Damaskus setelah rezim Bashar al-Assad menargetkan warga Suriah menyusul protes anti-rezim, yang mengikuti protes serupa di Musim Semi Arab.
Inggris telah kritis terhadap rezim di Suriah sejak awal kekejaman yang menargetkan warga sipil.
“Melindungi warga Suriah dan memberi mereka bantuan apa yang mereka butuhkan haruslah yang terpenting,” kata Menlu Boris Johnson saat itu hampir setahun yang lalu, sebagai tanggapan atas pengepungan yang menghancurkan di Ghouta Timur.
“Inggris berkomitmen untuk bekerja sama dengan semua mitra internasional untuk menjamin berakhirnya pertumpahan darah yang mengerikan dan membuat terobosan untuk memajukan solusi politik, hal ini merupakan satu-satunya cara untuk membawa perdamaian bagi rakyat Suriah,” katanya.
“Rezim Suriah memiliki catatan kelam, dimana rezim ini menggunakan senjata kimia terhadap rakyatnya sendiri,” dan senjata kimia telah “menjadi senjata perang yang terlalu biasa dalam konflik Suriah,” Peter Wilson, perwakilan Inggris untuk Organisasi Larangan Senjata Kimia (OPCW), mengatakan penggunaan senjata kimia telah dilakukan oleh pasukan Assad di berbagai lokasi, termasuk Douma.
Pernyataan Wilson datang pada Rapat Dewan Eksekutif OPCW tahun lalu setelah serangan udara bersama oleh AS, Inggris, dan Prancis ke gudang senjata kimia rezim Assad yang di Suriah.
Suriah telah dikunci dalam perang saudara yang ganas sejak awal 2011, ketika rezim Assad menindak demonstran dengan keganasan yang mendadak.
Sejak itu, ratusan ribu orang diyakini telah terbunuh dan jutaan lainnya kehilangan tempat tinggal akibat konflik.
Sumber : Middle East Monitor | Redaktur : Fairuz syaugi