Militan Syiah dilaporkan berada di balik pembantaian di sebuah masjid Sunni di Provinsi Diyala, Irak, pada pertengahan Agustus lalu yang menewaskan 34 orang dan melukai puluhan lainnya.
Menurut laporan Human Right Watch, HRW, yang mengutip para saksi dan korban selamat pada Minggu (2/11), militan Syiah dan tentara Irak masuk ke dalam Masjid Musab bin Omar di desa Bani Weis, sekitar 75 kilometer timur laut Baquba, sambil menenteng AK-47, saat shalat Jumat pada 22 Agustus lalu.
"Korban pembantaian oleh militan pro-pemerintah dan aparat keamanan mengenali penyerang dan tahu nama mereka," tulis laporan HRW.
Saksi mata mengatakan bahwa komplotan itu lantas melepaskan tembakan ke arah jemaah, letupan senjata terdengar hingga radius 600 meter melalui pengeras suara di masjid.
Korban tewas awalnya dilaporkan 65 namun direvisi menjadi 34 orang, puluhan terluka tembak.
Seorang saksi mengatakan pada HRW bahwa penyerang mengenakan kaos warga hijau gelap dan ikat kepala, seragam yang biasa digunakan kelompok militan Syiah yang didukung Iran, Asaib al-Haq.
"Dia berkata 'jangan bergerak, jangan ada yang keluar' dia pertama kali menembak sheikh, lalu menembaki kami. Saat mendengar tembakan, saya langsung tiarap," kata seorang saksi yang tidak disebut namanya demi keamanan.
Saksi lainnya mengatakan serangan dilakukan oleh dua pasukan, satu pasukan menembak di dalam masjid sedangkan militan lainnya berjaga di luar, menembaki jemaah yang kabur.
"Saksi mengatakan bahwa ada pos pemeriksaan militer sekitar 200 meter dari masjid dan pos polisi sekitar 150 meter, tapi tidak ada respon dari aparat keamanan, padahal penembakan itu terdengar lewat pengeras suara masjid," tulis HRW.
Serangan itu menjadi tajuk utama di banyak surat kabar internasional, memicu mundurnya anggota parlemen Sunni dalam negosiasi membentuk pemerintah baru di Irak, mendesak diselidikinya kasus ini.
Negosiasi tetap berlanjut setelah Amerika Serikat membujuk dengan alasan menyatukan Irak dan tidak memperluas perpecahan.
Irak memang membentuk tim penyidik, namun HRW mengatakan temuan tim ini tidak pernah dipublikasikan atau diinformasikan ke warga dan keluarga korban.
Menurut juru bicara Kementerian Dalam Negeri Irak, tiga orang telah dinyatakan tersangka dalam pembantaian tersebut.
Kepada HRW, dia menjelaskan bahwa serangan di masjid itu adalah pembalasan atas bom jalanan yang mengincar relawan militan Syiah dalam perjalanan mereka ke Bani Weis.
HRW mendesak pemerintah untuk mempublikasikan ke khalayak rincian
temuan tersebut. Menurut HRW, pola serangan seperti ini banyak
dilakukan kelompok militan Syiah seperti Asaib al-Haq, Brigade Badr dan Kataib
Hizbullah.
"Militan pro pemerintah menjadi lebih berani dan kejahatan mereka kian mengejutkan. Pemerintah Irak dan sekutunya telah mengabaikan serangan mengerikan ini dan mereka bertanya mengapa ISIS banyak dapat dukungan dari komunitas Sunni," kata Joe Stork, direktur Timur Tengah HRW.
Sumber : http://www.suaranews.com/2014/11/militan-syiah-bantai-umat-islam-sunni.html#ixzz3I0kLzZEZ"Militan pro pemerintah menjadi lebih berani dan kejahatan mereka kian mengejutkan. Pemerintah Irak dan sekutunya telah mengabaikan serangan mengerikan ini dan mereka bertanya mengapa ISIS banyak dapat dukungan dari komunitas Sunni," kata Joe Stork, direktur Timur Tengah HRW.
Mengekor
Orientalis, Jalaluddin Rakhmat Tengah Menulis Disertasi 'Kegagalan Nabi Tunjuk
Pemimpin'
BANDUNG (voa-islam.com) – Pentolan
syiah Jalaluddin Rakhmat kembali melontarkan pernyataan kontroversi. Beberapa
pekan yang lalu dalam sebuah diskusi bertajuk “Revolusi Mental dari Ali Hingga
Jokowi”, Jalal mengaku bahwa saat ini dirinya sedang menulis disertasi tentang
“Kegagalam Nabi Muhammad Tunjuk Pemimpin Sesudahnya”.
“Ajaib, Muhammad adalah seorang yang
cerdas dan seorang manajer yang brilian (sebelumnya ditulis
penyihir, red). Ternyata dia tidak berhasil mengorganisasikan masyarakat
sesudahnya, karena dia tidak meninggalkan siapa pemimpin masyarakat sesudahnya.
Dia pergi begitu saja, tanpa meninggalkan siapa yang dia amanati untuk
meneruskan memimpin masyarakat,” ujar Jalal, mengutip pernyataan Arnold
Toynbee dalam disertasinya seperti yang ditulis diberbagai media.
Tentu saja pernyataan Jalal tersebut
mendapat tantangan dan kecaman. Salah satunya dari Ketua Pengurus Wilayah
Pemuda Persis Jabar, Ustadz Syarif Hidayat, M.Pd.
Menurutnya, sebetulnya tidak terlalu
heran jika Jalal selalu mencari-cari cara mengdeskreditkan Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam dan generasi pertama beliau - para shahabat - radhiyallahu
'anhum ajma'in.
“Kalau tidak begitu, ya belum syi'ah.
Bukankah dalam ajaran mereka (syiah –red) menghina shahabat, khususnya
al-Khulafah al-Rasyidin selain Ali, adalah bagian ritual dan aqidah mereka,
sebagaimana dalam salah satu bait dalam maqtal Husein yang menjadi bagian
ritual Asyura setiap tahun, mereka menghina dan melaknat para shahabat,”
katanya dalam rilis yang diterima voa-islam.com, Kamis (23/10/2014)
yang lalu.
“Dan inilah, titik permusuhan umat Islam
dengan umat Syi'ah. Jadi, lebih kasar daripada itupun wajar bila Jalal yang
mengungkapkannya. Mau kegagalan Nabi, mau kesalahan Nabi, itu hal lumrah keluar
dari mulut-mulut Syi'i. Sebab, jangankan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
malah Allah pun kata golongan ghulat diantara mereka, salah alamat memberikan
wahyu. Disangkanya Allah itu seperti Ayu Ting Ting yang bingung mencari-cari
alamat. Inilah tuduhan keji musuh-musuh Islam,” tambahnya.
Namun yang lebih parah dari Jalal,
menurut Ustadz Syarif adalah metodelogi penelitian disertasinya. Entah karena
ingin disebut ilmiah atau lebih keren, ia mengambil sandaran tesis dan teorinya
dari seorang orientalis.
“Padahal, pernyataan buruk citra
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dari referensi ulama- syi'ah sendiri
kan banyak. Atau muncul supaya terlihat lebih doktoral jadi ngutip-ngutip
pendapat orientalis tanpa sikap kritis sedikit pun. Aduhai Jalal, betapa
ruginya dirimu, hari gini masih ngekor orientalis! Kemana akalmu, kemana
nuranimu,” tegasnya.
“Ana berdoa, semoga disertasi tersebu
gagal dan ditolak oleh dosen pengujinya kelak,” pungkasnya.
[syahid/voa-islam.com]
Allah ta’ala berfirman,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ لا
يَأْلُونَكُمْ خَبَالا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ
أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الآيَاتِ
إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu
(karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka
menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka,
dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh
telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” (QS.
Ali Imran[3]: 118)