Tuesday, January 6, 2015

Kebohongan Terbesar Dalam Sejarah Islam

Di antara kebohongan terbesar dalam sejarah Islam adalah tudingan bahwa para Sahabat Rasulullah صلى الله عليه وسلم menyembunyikan permusuhan di antara mereka! Sungguh, tudingan ini sangat bathil dan jauh dari apa yang difirmankan Allah سبحانه و تعالى:‎ 
كُنتُمْ خَيْرَأُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِوَتُؤْمِنُونَ بِاللَّـهِ ۗ
Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. (Qs. Ali-Imran:110)

Demikian juga, tidak sesuai dengan sabda Rasulullah سبحانه و تعالى :
“Sebaik-baik manusia adalah generasiku.” (HR. Al-Bukhari)
Di antara tanda keterasingan Islam setelah berlalunya perieode tiga generasi yang utama adalah munnculnya penulis-penulis yang mendistorsi dan menyelewengkan fakta sejarah. Mereka menyelisihi dan menentang kebenaran. Mereka menyangka bahwasannya tidak ada rasa persaudaraan di antara para Sahabat Rasulullah صلى الله عليه وسلم . mereka juga menyangka bahwa para Sahabat tidak saling mengasihi, tetapi saling bermusuuhan, saling mengutuk, saling menipu, bersifat hipokrit, dan melakukan konspirasi satu sama lain. Semua keburukan ini, menurut para penulis itu, semata-mata diperbuat Sahabat-Sahabat Nabi صلى الله عليه وسلم karena penentangangan, permusuhan, kecenderungan mengikuti hawa nafsu, dan egoisme untuk menggapai dunia.
Demi Allah, mereka berbohong! Sungguh, mereka telah melemparkan kedustaan yang besar dan nyata. Sebab justru sebaliknya, yang benar adalah Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Thalhah, az-Zubair, Abu Ubaidah, Aisyah, Fathimah, dan Sahabat-Sahabat yang lain begitu mulia dan suci, sehingga tidak mungkin mereka terjatuh dalam hal-hal hina tersebut.
Terlebih lagi, Bani Hasyim dan Bani Umayah mengingat keislaman, kasih sayang, dan kekerabatan mereka di samping hubungan keduanya yang erat, mereka lebih bersemangat dalam berbuat kebaikan (daripada berselisih paham). Melalui kepemimpinan merekalah negeri-negeri di luar Jazirah Arab ditaklukan, hingga orang berbondong-bondong memeluk agama Allah سبحانه و تعالى berkat upaya tersebut. Perlu diketahui pula bahwa nama-nama yang disebutkan itu nasabnya bertemu pada Bani Hasyim, baik dari jalur hubungan paman, kekerabatan, ataupun pernikahan.
Anda harus yakin bahwa berita-berita yang benar, yaitu yang dinukilkan orang Mukmin yang jujur dan shalih, menetapkan bahwa semua Sahabat Rasulullah صلى الله عليه وسلم adalah orang-orang terbaik sepanjang sejarah manusia setelah para Nabi dan Rasul صلى الله عليه وسلم. Adapun berita-berita miring tentang para Sahabat yang isinya menuduh mereka sebagai orang-orang yang berjiwa sempit, itu hanyalah bualan yang disebarkan para pendusta dan pemalsu hadits.
Bagaimana Kita Membaca Sejarah?
Kita harus membaca sejarah seperti halnya membaca hadits-hadits Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Tatkala hendak membaca hadits-hadits beliau, tentu saja kita mengklarifikasi riwayatnya terlebih dahulu, apakah sanadnya shahih, ataukah tidak? Tidak mungkin riwayat dari Rasulullah صلى الله عليه وسلم diketahui benar atau tidaknya tanpa melalui penelitian sanad dan matan. Karenanya, para ulama memperhatikan hadits dan perawinya. Mereka mengumpulkan setiap redaksi hadits yang diriwayatkan perawi, memilah-milahnya, menilainya, dan memisahkan yang shahih dari yang dha’if. Dengan metode ini, hadits-hadits yang dinisbatkan kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم  bisa dibersihkan dari cela, kebohongan, dan hal buruk semisal yang disiapkan padanya.
Akan tetapi, riwayat-riwayat terkait sejarah amat berbeda. Terkadang, kita menemukan riwayat-riwayat yang tidak bersanad. Terkadang pula, kita menemukan sanadnya tetapi biografi para perawi riwayat itu tidak ditemukan. Sering juga kita tidak menemukan jarh (kritik) ataupun ta’dil (sanjungan) ulama terhadap perawinya terkait kredibilitas periwayanya. Alhasil, kita kesulitan untuk menghukumi riwayat tentang sejarah tersebut dikarenakan tidak mengetahui keadaan sebagian perawinya. Dengan kata lain, meneliti keontetikan sejarah lebih sulit daripada keotentikan hadits. Oleh sebab itu, kita tidak boleh menyepelekannya. Justru, kita harus mengklarifikasi dan mengetahui cara pengambilan riwayat sejarah yang shahih.
Berikut beberapa kitab sejarah yang harus diwaspadai.
1.Al- Aghaani karya Abul Faraj al-Ashbahani. Kitab ini berisi obrolan, syair, dan nyanyian yang dicampuri berita-berita yang tidak benar.
2.Al-Iqdul Farid karya Ibnu Abdi Rabbih. Kitab sastra ini banyak memuat nukilan-nukilan palsu.
3.Al-Imaamah was Siyaasah yang dinisbatkan kepada Ibnu Qutaibah rahimahullah, tetapi penisbatan ini adalah dusta belaka.
4.Murujudz Dzahab atau Taatikh al-Mas’udi karya al-Mas’udi. Kisah-kisah yang dituturkan di dalam kitab ini tidak bersanad. Ibnu Taimiyah    رحمه الله bahkan mengomentarinya:”Dalam Taarikh al-Mas’udi terdapat banyak kebohongan, saking banyaknya, sampai-sampai tidak ada yang mengetahui jumlahnya kecuali Allah سبحانه و تعال 
5.Syarh Nahjil Balaaghah karya ‘Abdul Hamid bin Abul Hadid, seorang Mu’tazilah  yang dinilai dha’if oleh para ulama al-Jarh wat Ta’dil. Orang yang mengetahui alas an penyusunan kitab ini pasti akan meragukan diri dan karya penulisnya. Kitab ini disusun demi al-Wazir bin al-Alqami, seseorang yang menjadi penyebab utama terbunuhnya jutaan Muslim Baghdad di tangan bangsa Tartar.
6.Tarikh al-Ya’qubi. Kitab ini dipenuhi riwayat-riwayatmursal, tidak ada sanadnya yang bersambung secara utuh. Penulisnya sendiri adalah seorang yang tertuduh sebagai pembohong.(ZE)
Dikutip dari Buku: Inilah Faktanya (Dr. 'Utsman bin Muhammad al-Khamis)