Risalah
“Amman” lebih focus pada aktualisasi “taqlid”, menyikapi mazhab sebagai haluan
berpikir umat Islam di dunia. Condong berpikir menutup jalan ulama ulama Islam
selain yang tergabung dalam deklarasi “Risalah Amman”. Tidak ada muatan di
dalamnya yang berbicara tentang sesatnya aliran sesat, tetapi terarah pada
suatu pola pikir “kebersamaan” dengan kemasan “ bersama berpegang Quran dan Hadist” meskipun
jauh dari klaim mereka.
Risalah
“Amman” tak lebih dari sebuah akal akalan kelompok tertentu, memalingkan opini
public , bersama untuk mengecam “Wahabi”. Karena intinya berisi tuntutan
menghentikan “pentakfiran” terhadap sebuah kelompok yang memang takfiriyah
seperti Syiah, ketika menuduh para sahabat nabi kafir, hal ini tidak di bahas
oleh Risalah Amman .
Risalah
“Amman” membutakan mata terhadap berbagai kesesatan yang ada, termasuk kelompok
“thoriqah thoriqah” dari berbagai aliran, disamping memarginakan kelompok
kelompok yang kuat memegang prinsip “sunah”. Justru di mata mereka mazhab
adalah harga mati.
Di sisi lain
Risalah Amman memicu semaraknya anti wahabi di belahan bumi Islam, fitnah
fitnah berserakan di se antero dunia Islam, yang rata rata memunculkan makian
terhadap “Wahabi”, di samping mendorong Syiah makin memojokkan wahabi.
Karena dalam keputusan bersama para pentolan Islam yang banyak di dominasi para
Profesor Islam memberikan hak kepada Syiah untuk mengembangkan agamanya.
Takfiriyah
syiah berbangga ria merayakan lahirnya “RISALAH AMMAN”, artinya telah
memberikan mandat kepada syiah untuk selamanya “mengutuk para sahabat Nabi”,
hal itu terdapat pada butir Risalah Amman:”Siapa saja yang mengikuti dan menganut salah satu dari empat mazhab
Ahlus Sunnah (Syafi’i, Hanafi, Maliki, Hanbali), dua mazhab Syiah (Ja’fari dan
Zaydi), mazhab Ibadi dan mazhab Zhahiri adalah Muslim. Tidak diperbolehkan
mengkafirkan salah seorang dari pengikut/penganut mazhab-mazhab yang disebut di
atas. Darah, kehormatan dan harta benda salah seorang dari pengikut/penganut
mazhab-mazhab yang disebut di atas tidak boleh dihalalkan. Kalimat yang terkandung dalam bait tersebut ternyata
member angin segar kepada“Jakfariyah
Imamiyah” untuk
lebih meningkatkan kegiatan anti sahabat nabi. Bait yang memalukan dan
memilukan umat Islam untuk turut bersama melakukan dosa dosa besar, dengan
bersama terlibat dalam penistaan sahabat nabi.
Kelemahan
Risalah “Amman” tidak pernah ada kalimat yang melarang umat menghina sahabat
nabi, menghina istri nabi, sekaligus menghina nabi. Tentu itu merupakan bekal
utama Takfiri Syiah merajalela memaki tokoh tokoh ahlussunah. Sebagai panutan
dan imam “sunnah”, para sahabat nabi tidaklah pernah dianggap ada oleh mereka,
bahkan tidak berhenti di hujat sebagai responsive syiah terhadap mandat Risalah
“amman”
Di sisi lain
para peserta Risalah “amman” bukanlah orang yang aqli Dhabit, mereka tidak
mampu menelesuri rawi rawi agama Syiah sebagaimana ditempuh para ulama hadist
untuk mengetahui seseorang. Tetapi para Profesor yang hadir dalam risalah
“amman” pada tahun 2005 itu adalah orang orang yang tak banyak belajar dari
tokoh tokoh Islam sebelumnya, yang sepakat mengkafirkan Takfiri Syiah.
Pada bait
berikut bisa di baca “Lebih
lanjut, tidak diperbolehkan mengkafirkan siapa saja yang mengikuti akidah
Asy’ari atau siapa saja yang mengamalkan tasawuf (sufisme). Demikian pula,
tidak diperbolehkan mengkafirkan siapa saja yang mengikuti pemikiran Salafi
yang sejati. Sejalan dengan itu, tidak diperbolehkan mengkafirkan kelompok
Muslim manapun yang percaya pada Allah, mengagungkan dan mensucikan-Nya, meyakini
Rasulullah (saw) dan rukun-rukun iman, mengakui lima rukun Islam, serta tidak
mengingkari ajaran-ajaran yang sudah pasti dan disepakati dalam agama Islam. Perhatikan kata kata tidak “diperbolehkan”mengandung
makna pembenaran terhadap paham “Asy’ariyah dan Sufisme yang cendrung banyak
pengikutnya di Indonesia. Berbagai aliran thoriqah di Indonesia yang ghuluw
(berlebihan memuja orang Sholeh] merasa terhormat dengan keputusan Risalah
Amman Tersebut
Juga bila
diperhatikan kata kata berikut ini :” tidak diperbolehkan mengkafirkan siapa saja yang mengikuti pemikiran
Salafi yang sejati”. Adalah
kata yang multi tafsir, karena tidak subtansial menyebut siapa mereka. Yang
bisa melahirkan banyak tafsir dari semua kelompok yang mengklaim sebagai “salafi Sejati”. Merupakan
salah satu bentuk pembodohan terhadap umat Islam di dunia. Tak heran kalau
Syiah dengan :Risalah Amman makin memandang ajaran “sunni” dengan mata salah.
Sebab tanpa sadar “risalah Amman” menjadi legalitas Syiah melancarkan misi
sesatnya, menyesatkan umat Islam dari jalan Allah. Di sisi lain menempatkan
peserta konferensi Amman sebagai kelompok legal yang bisa menentukan hukum dan
vonis pada kelompok yang tidak menghendaki lahirnya risalah “Amman”
Coba perhatikan kalimat ini :” Ada jauh
lebih banyak kesamaan dalam mazhab-mazhab Islam dibandingkan dengan
perbedaan-perbedaan di antara mereka. Para pengikut/penganut kedelapan mazhab
Islam yang telah disebutkan di atas semuanya sepakat dalam prinsip-prinsip
utama Islam (Ushuluddin). Semua mazhab yang disebut di atas percaya pada satu
Allah yang Mahaesa dan Makakuasa; percaya pada al-Qur’an sebagai wahyu Allah;
dan bahwa Baginda Muhammad saw adalah Nabi dan Rasul untuk seluruh manusia. Ada pembenaran peserta konferensi bahwa perbedaan
dengan Syiah adalah masalah Furu’iyah bukan masalah “ushuluddin”, yang
memungkinkan Syiah makin senang menerima “risalah Amman” . Sedangkan dalam
fakta dan data Syiah tidak pernah menerima AlQuran dan hadist Bukhari Muslim
sebagai kitab mereka. Selebihnya syiah makin mengeluarkan celaan terhadap
Bukhari Muslim. Tak terbilang berapa banyak pentolan Takfiri Syiah Jakfariyah
Imamiyah melakukan takfir terhadap para tokoh tokoh “Sunni” sejak jaman
sahabat.
Di bidang
teologi, syiah juga dipastikan tidak pernah menyimpang dari retorika kaum
paganis musyrikin dengan syirik syirik besar yang melenyapkan kemurnian ajaran
Islam, kalau mereka sebagai Islam. Bila tidak, mereka telah melakukan makar
terhadap ajaran tauhid
Yang menarik
dari peserta konferesi Amman adalah, peserta konferensi yang didominasi para
pengekor Syiah diantaranya.
Ayatullah
al-‘Uzhma Sayyid Ali Husayni Khamenei, rahbar Iran.
Ayatullah
al-‘Uzhma Sayyid Ali Husayni Sistani, marja’ Irak.
Ayatullah
al-‘Uzhma Sayyid Muhammad Said al-Hakim, marja’ Irak.
Ayatullah
al-‘Uzhma Syaikh Ishaq al-Fayyad, marja’ Irak.
Ayatullah
al-‘Uzhma Syaikh Basyir an-Najan, marja’ Irak.
Ayatullah
al-‘Uzhma Sayyid Hasan Ismail Sadr, marja’ Irak.
Ayatullah
al-‘Uzhma Sayyid Fadhil Lankarani, marja’ Iran.
Ayatullah
al-‘Uzhma Syaikh Muhammad Ali Taskhiri, Sekretaris Jenderal forum taqrib.
Ayatullah
al-‘zhma Sayyid Muhammad Husein Fadhlallah, marja’ Libanon.
Ini juga
marja para “sunni” yang hadir dalam konferensi “Amman”
Konferensi dan Risalah Amman
Bertentangan dengan Keyakinan Empat Mazhab dalam Islam
1.Alqamah
Ibnu Qais [62 H] menyatakan :
لقد غلت هذه
الشيعة في علي -رضي الله عنه- كما غلت النصارى في عيسى بن مريم
“Syiah
sangat berlebihan terhadap Ali Radhiallahu’anhu sebagaimana Nashara berlebihan
terhadap terhadap Isa bin Maryam” [ Asunah Abdullah bin Ahmad 2: 548].
Ini suatu perkatan yang menunjukkan sikap Al-Qomah Ibnu qais sangat tidak
menyukai gaya syiah yang memperlakukan Ali diluar batas kewajaran atau ghuluw.
2.Amir as-Sya’bi [105 H] juga menyatakan :
لو كانت الشيعة من الطير لكانوا رخماً
“Seandainya
Syiah itu burung, adalah sejenis burung elang yang melengking tinggi suaranya”
[Assunah Abdullah bin Ahmad dan al Khilal ]
Juga
komentarnya :
ما رأيت قوماً أحمق من الشيعة
“Aku tidak
melihat suatu kaum yang paling bebal otaknya selain syiah” [Al Lallilkaa’i
Syarah Sunah]
Kata beliau
lagi :
نظرت في هذه الأهواء وكلمت أهلها فلم أر قوماً أقل
عقولاً من الخشبية.
“Aku
memperhatikan syiah (pengikut hawa nafsu ini) dan telah berbicara dengan
pakarnya ternyata tidak pernah aku melihat suatu kaum yang lebih kecil akalnya
dari para pemain gambang (syiah )” [as-Sunnah Abdullah bin Ahmad ]
3. Thalha bin Musharrif [112 H.]
الرافضة لا تنكح نساؤهم، ولا تؤكل ذبائحهم، لأنهم أهل
ردة
“Janganlah
kalian nikah dengan wanita wanita rofidhoh, dan jangan makan sembelian mereka,
karena mereka (syiah) adalah para Murtadin” [al Ibaanat Shugr 161 ]
4. Al Imam Abu Hanifah [150 H]
الجماعة أن تفضل أبا بكر وعمر وعلياً وعثمان ولا تنتقص
أحداً من أصحاب رسول الله صلىالله عليه وسلم
“Ahlussunah
Waljamaah beranggapan, mereka yang utama dikalangan sahabat, mereka adalah
Abubakar, Ali dan Usman . Dan Ahlussunah tidak merendahkan seorangpun dari para
sahabat Rasululullah shallallahu’alahi wasallam” [al intiqa’ fii fadhoili
Tsalaatsah al Immatl Fuqaha’ hal 163 H]
5. Mis’ar bin Kuddam [155 H ] berkata :
أن مسعر بن كدام لقيه رجل من الرافضة فكلمه بشئ... فقال
له مسعر: تنح عني فإنك شيطان
“Mis’ar bin
Kuddam bertemu seorang syiah Rofidhoh, lalu syiah Rofidho tersebut membicarakan
sesuatu dengannya. Lalu berkata Mis’ar :” enyahlah kau, karena kamu adalah
syaiton” [ Al Lallilka’i Syarah sunah 5 ; 14 57 ]
6. Imam Malik bin Anas :
الذي يشتم أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم، ليس لهم سهم،
أوقال نصيب في الإسلام
“ Mereka
yang menghina sahabat nabi shallallahu’alaihi wasallam , mereka tak punya
bagian apa apa dalam Islam” [al Ibaanat Shugro 162]
Allallilka’i
meriwayatkan dari Imam Malik :” Siapa yang memaki sahabat nabi Muhammad
shallallahu’alaihi wasallam maka dia tidak memiliki hak untuk di bela,
sebagaimana firman Allah : “(juga) bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir
dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari
Allah dan keridhaan-Nya. Mereka adalah kalangan sahabat rasulullah
shallallahu’alaihi wasallam yang hijrah bersamanya, kemudian Firman Allah :”
dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman “. Mereka
adalah kaum Anshor, kemudian firman Allah yang berbunyi :” dan orang-orang yang
datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb
Kami, beri ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami yang telah beriman lebih dulu
dari Kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati Kami terhadap
orang-orang yang beriman; Ya Rabb Kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi
Maha Penyayang. [a hashr 8-10 ]. Mereka adalah 3 kelompok, sedangkan siapa
diantara mereka memaki sahabat rasulullah, maka mereka bukan dari tiga kelompok
tersebut dan tidak ada dalam diri mereka kebenaran. [Syarah Ushul I’tiqad
ahlussunah 1268-1269].
7. Al Qadhi
Abu Yusuf [182]
لا أصلي خلف جهمي، ولا رافضي، ولا قدري
“Aku tidak mau
shalat dibelakang seorang Jahmi, Rafidhi dan orang berpaham qadariyah” [Syarah
Ushul I’tiqad Ahlussunah 4/733.]. Bayan :” pernyataan Abu Yusuf ini
menggambarkan sikap pembelaannya terhadap ahlussunah ketika menghadapi paham
paham yang merusak Islam. Terutama syiah memang menjadi perhatian tersendiri,
karena syiah merupakan motor penggerak dari retorika akal yang dikembangkan
kalangan mu’tazilah dan Qadariyah”.
8. Abdurrahman bin Mahdi [198 H.]
هما ملتان: الجهمية، والرافضة
“Dua sosok
agama (baru), yaitu Jahmiyah dan Raafidhoh”. [‘Ammar at Tholiby hal. 125 ]
9. Al Imam Syafi’i [204 H]
لم أر أحداً من أصحاب الأهواء،أكذب في الدعوى، ولا أشهد
بالزور من الرافضة
“Aku belum
pernah melihat pengekor hawa nafsu yang lebih dusta pengakuannya dan sumpah
palsunya kecuali Syiah Rofidhoh” [ Ibaanatul Kubra Ibnu Batthoh 2/545]
10. Imam Ahmad bin Hambal [241H.] :
سألت أبا عبدالله عن من يشتم أبا بكر وعمر وعائشة؟
قال: ما أراه على الإسلام
Abu Bakar Al
Marudzi: Aku bertanya pada Imam Ahmad tentang orang orang yang mencela Abu
Bakar, Umar dan Aisyah , beliau Menjawab:” Aku tidak melihatnya diatas Islam”
[As-Sunah Oleh al Khallal 1; 1493]
Dalam
pandangan mereka Syiah bukanlah Islam. Semua imam imam besar dari kalangan sunni
sepakat, tentang murtadnya syiah dari Islam. Tidak tersisa sedikitpun iman
dalam hati mereka, melainkan sebongkahh kebencian pada para sahabat sahabat
nabi. Mereka bukanlah kelompok mazhab yang berbeda dengan mazhab mazhab dalam
Islam, melainkan millah atau agama tersendiri yang didasarkan pada ilham ilham
istidraj dari kalangan imam mereka. Tidak ada bagian sedikitpun dari Islam yang
bisa di sematkan kedalam diri syiah, oleh sebab mereka menolak syariat Muhammad
dan menggantinya dengan syariat buatan mereka. Allah mereka beda dengan Allah
yangg disebutkan dalam Quran, meskipun dalam tipu muslihat mereka selalu
menyebut Allah. Permusuhan mereka terhadap para sahabat rasulullah selain Ali
adalah bukti bahwa mereka tidak pernah beragama sesuai dengan cara cara Islam
melainkan dengan cara cara Syiah.
Imam Bukhari
seorang ahlul hadist yang sangat terkenal karena himpuunan hadist hadist
shhohinya, dan merupakan letaratur Islam kedua setelah Quran memperingatkan :
ما أبالي صليت خلف الجهمي والرافضي، أم صليت خلف اليهود
والنصارى، ولا يسلم عليهم، ولا يعادون، ولا يناكحون ، ولا يشهدون، ولا تؤكل
ذبائحهم
“Aku tak
bisa membedakan shalat di belakang Jahmi, rafidzi atau shalat dibelakang Yahudi
dan Nashrani (sama) , aku tidak memberikan salam kepada mereka, aku tidak bergaul
dengan mereka tidak menikahi mereka, tidak menjadi saksi atas mereka dan tidak
makan sembelihan mereka”. Ini menunjukkan sikap Imam Bukhari dijamannya saja
tidak pernah mendekati syiah, karena syiah dalam pandangan beliau bukanlah
Islam yang dikenal Imam Bukhari. Ironinya banyak muslim dijaman sekarang
memandangg syiah adalah Islam. Tentu itu sebuah cara pandang salah seorang
muslim dalam menatap dunia syiah.
Sejarah masa
lalu, kalangan intelektual muslim yang terbilang dekat dengan zaman nabi saja
telah menjaga diri dan memperingatkan kaumnya dari syiah, untuk tidak bergaul
mesra dengan syiah, oleh sebab konsep ajaran syiah yg jauh berbeda dengan
islam. Peringatan peringatan ulama sangat keras menjaga lingkungan dan umatnya,
dengan mendirikan pagar pagar perintang, sehingga umat kala itu benar benar
terlepas dari Syiah. Sedangkan abad ini syiah telah dipandang lazim, masuk
dalam kategore mazhab, padahal lebih tepat, Syiah itu dimasukkan dalam kategore
agama tersendiri yang berusaha menghancurkan Islam.
Didalam
keterangan lain seorang ulama Ahmad bin Yunus [227 H ] berkata:
إنا لا نأكل ذبيحة رجل رافضي، فإنه عندي مرتد
“Kami tidak
pernah makan sembelihan seorang Rofidhi, karena sesungguhnya orang itu di
mataku telah murtad”
Berdasarkan
fatwa ulama ulama yang lebih dekat dan mengerti tentang Syiah, maka risalah
“amman” batal demiki hukum, karena bertentangn dengan fatwa fatwa empat mazhab
yang di masukkan dalam Risalah Amman. Mereka bukan mujtahid yang bisa merobah
ketentuan kesepakatan ulama ulama diawalnya. Justru para peserta konferensi
Amman telah melakukan dosa besar terhadap umat Islam, sebab melakukan abortus
terhadap aqidah Islam