Jika pun deklarasi tersebut
mengesahkan aliran Syiah, maka keputusan tersebut tidak dapat membatalkan
fatwa-fatwa para ulama generasi terdahulu dari kalangan salafuna shalih yang
sudah ijmak bahwa aliran Syiah itu sesat-menyesatkan. (Kholili Hasib, Risalah
Amman dan Kampanye Politis Syiah, hidayatullah.com, Rabu, 23 April 2014 – 13:52
WIB)
Imam Ibnu Katsir
menegaskan: Dari ayat ini (surat Al Fath
ayat 29), dalam satu riwayat dari Imam Malik, beliau mengambil kesimpulan bahwa
golongan Rofidhoh (Syiah), yaitu orang-orang yang membenci para sahabat Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, adalah Kafir.
Beliau berkata: “Karena
mereka ini membenci para sahabat, maka dia adalah Kafir berdasarkan ayat ini”.
Pendapat tersebut disepakati oleh sejumlah Ulama. (Tafsir Ibn Katsir,
4-219)
Imam Al Qurthubi
berkata : “Sesungguhnya ucapan Imam Malik itu benar dan penafsirannya juga
benar, siapapun yang menghina seorang sahabat atau mencela periwayatannya, maka
ia telah menentang Allah, Tuhan seru sekalian alam dan membatalkan syariat kaum
Muslimin”. (Tafsir Al Qurthubi, 16-297).
Imam Ahmad:
الامام احمد ابن حمبل:
روى الخلال عن ابى بكر المروزى قال : سألت ابا عبد الله عمن يشتم
أبا بكر وعمر وعائشة
؟ قال: ماأراه على الاسلام
( الخلال / السنة : ۲، ٥٥٧)
Al Khalal meriwayatkan dari
Abu Bakar Al Marwazi, ia berkata : “Saya bertanya kepada Abu Abdullah tentang
orang yang mencela Abu Bakar, Umar dan Aisyah? Jawabnya, saya berpendapat bahwa
dia bukan orang Islam”. ( Al Khalal / As Sunnah, 2-557).
(syiahindonesia.com/nahimunkar.com)
***
Disamping tidak dapat
membatalkan fatwa-fatwa para ulama salafunas shalih, masih pula di antara para
ulama penandatangan deklarasi Amman tetap tegas menilai sesatnya syiah.
Tetap
bersifat tegas terhadap Syiah.
Beberapa ulama yang menandatangani
deklarasi (Amman) tersebut tetap bersifat tegas terhadap Syiah. Seperti Syeikh
al-Qardhawi, dan Syeikh Ahmad Thayyib.
Lihatlah fatwa Syeikh Yusuf
al-Qardhawi. Beliau mengatakan, “Sesungguhnya perbedaan yang mendasar di antara
kedua madzab ini (Sunni dan Syiah) adalah perbedaan di dalam masalah ushuluddin (pokok-pokok
agama) dan bukan di dalam masalah furu’. Oleh karena itu, sebutan untuk
perbedaan ini adalah perbedaan di antara dua golongan, yaitu Ahlus Sunnah di
satu sisi dan Syiah di sisi yang lainnya. Perbedaan ini bukan di antara dua
madzab fikih.” (Fatawa
Mu’ashirah jilid IV).
Dalam fatwanya tersebut Syeikh
al-Qardhawi menerangkan kesesatan-kesesatan Syiah. Beliau menjelaskan, memang
benar, tidak mungkin kita akan bersatu. Ketika saya mengatakan, ”Abu Bakar
semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala meridhainya. Umar semoga Allah Subhanahu Wata’ala meridhainya.”
Sedangkan engkau (Syiah) berkata, ”Abu Bakar semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala
melaknatnya. Umar semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala melaknatnya.”
Ingat, alangkah besarnya jurang perbedaan antara kalimat ‘semoga Allah
Subhanahu wa Ta’ala meridhainya’ dengan kalimat ‘semoga Allah Subhanahu wa
Ta’ala melaknatnya’.
Tentang gerakan kaum Syiah yang
sering mengelabuhi kaum Muslimin beliau berkata: “Kami melihat mereka (Syiah)
bersikap masa bodoh. Mereka menerobos masuk ke masyarakat Sunni dengan
memanfaatkan kekaguman Ahlu Sunnah atas sikap Syi’ah di bidang politik dan
militer. Mereka menjadikan hal tersebut sebagai alat propaganda”.
Syeikh Ahmad Thayyib, Mufti
al-Azhar, mengatakan, “Meski para ulama besar Al-Azhar terdahulu pernah
terlibat di dalam berbagai konferensi persatuan Islam antara Sunni dan Syiah
guna melenyapkan fitnah yang memecah belah umat Islam, penting saya garis
bawahi bahwa seluruh konferensi itu nyatanya hanya ingin memenangkan
kepentingan kalangan Syiah (Imamiyah) dan mengorbankan kepentingan, akidah dan
simbol-simbol Ahlus Sunnah, sehingga upaya taqrib itu kehilangan kepercayaan
dan kredibilitasnya seperti yang kami harapkan. Kami juga sangat menyesalkan
celaan dan pelecehan terhadap para sahabat dan istri Nabi SAW yang terus menerus
kami dengar dari kalangan Syiah, yang tentu saja hal itu sangat kami tolak.
Perkara serius lainnya yang kami tolak adalah upaya penyusupan penyebaran Syiah
di tengah masyarakat Muslim di Negara-negara Sunni.”(lihat tulisan Fahmi
Salim, Sikap Al-Azhar Mesir tentang
‘Taqrib’ Sunni-Syiah di hidayatullah.com).
Terlepas dari itu, jika pun
deklarasi tersebut mengesahkan aliran Syiah, maka keputusan tersebut tidak
dapat membatalkan fatwa-fatwa para ulama generasi terdahulu dari kalangansalafuna shalih yang
sudah ijmak bahwa aliran Syiah itu sesat-menyesatkan. Mereka lah generasi yang
mendapat garansi.
Mereka lah
generasi yang mendapat garansi.
Ajakan taqrib (pendekatan)
Syiah ternyata hanya strategi Syiah untuk mensyiahkan kaum Ahlus Sunnah. Syeikh
Mustafa al-Siba’i pernah dikhianati oleh orang-orang Syiah ketika beliau
bersepakat untuk mengadakan taqrib. Namun ajakan itu dikhianati
dengan kelakuan Syiah yang mencaci para Sahabat Nabi dan melakukan Syiahisasi.
Ia pun sampai pada kesimpulan bahwa ajakan Syiah sebetulnya bukan ber-ukhwah
dengan Ahlus Sunnah, namun sejatinya mengajak Sunni untuk menjadi Syiah.*
Penulis (Kholili Hasib) adalah Peneliti InPAS, Anggota MIUMI Jawa Timur
Rep: Admin Hidcom
Editor: Cholis Akbar/
hidayatullah.com
(nahimunkar.com)