Wednesday, May 20, 2015

NU Garis Lurus : Rasulullah Saw Memerintahkan Membunuh Rofidhoh

Secara gamblang said aqil siraj membela syi’ah. namun para gusdurian tetap saja mengajak kita agar berbaik sangka kepada said yang jelas-jelas sudah menentang hadist nabi.

ﻋَﻦِ ﺍﺑْﻦِ ﻋَﺒَّﺎﺱٍ ، ﻗﺎﻝ : ﻛُﻨْﺖُ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ،
ﻭَﻋِﻨْﺪَﻩُ ﻋَﻠِﻲٌّ ، ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ : « ﻳَﺎ ﻋَﻠِﻲُّ ،
ﺳَﻴَﻜُﻮْﻥُ ﻓِﻲ ﺃُﻣَّﺘِﻲْ ﻗَﻮْﻡٌ ﻳَﻨْﺘَﺤِﻠُﻮْﻥَ ﺣُﺒَّﻨَﺎ ﺃَﻫْﻞَ ﺍﻟْﺒَﻴْﺖِ ﻟَﻬُﻢْ ﻧَﺒَﺰٌ ﻳُﺴَﻤَّﻮْﻥَ
ﺍﻟﺮَّﺍﻓِﻀَﺔَ ﻓَﺎﻗْﺘُﻠُﻮْﻫُﻢْ ﻓَﺈِﻧَّﻬُﻢْ ﻣُﺸْﺮِﻛُﻮْﻥِ ».

Dari Ibnu Abbas ujarnya, saya pernah berada di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersamaan dengan Ali. Saat itu Nabi bersabda kepada Ali: Wahai Ali, nanti akan muncul di tengah umatku suatu kaum yang berlebihan dalam mencintai kita ahlul bait, mereka dikenal dengan nama Rafidhoh. Karena itu bunuhlah mereka sebab mereka adalah kaum musyrikin.
Selain dari nubuwat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ini, khalifah Ali bin Abi Thalib sendiri berkata: di belakang kami kelak akan muncul suatu kaum yang mengaku cinta kepada kamu. Mereka suka berdusta dengan nama kamu, mereka sebenanya keluar dari Islam. Ciri mereka yaitu gemar memaki Abu Bakar dan Umar.
Ammar bin Yasir berkata kepada seorang laki-laki yang mencerca Aisyah ketika berada di sisi Ammar bin Yasir: “Pergilah kamu wahai orang yang celaka, apakah engkau senang menyakiti kekasih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” [HR At-Tirmidzi, hadits hasan]
Golongan Syi’ah senang sekali mencera ummul Mukminin Sayyidatuna Aisyah radhiyallahu ‘anha…

Tokoh LBM PBNU Kembali Kritik Pimpinan NU Yang Cenderung Syiah

Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail PBNU, KH. Cholil Nafis, PhD menilai bahwa kini banyak pengurus NU yang mulai jarang
bahkan tak membaca kitab-kitab pendiri Nahdlatul Ulama (NU) HadratussyaikhHasyim Asy’ari. Akibatnya banyak diantara mereka yang tak menghargai dan tak sepaham dengan ajaran NU sesuai garis Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari. Padahal mereka adalah pimpinan NU, termasuk pimpinan PBNU. ”Mereka sudah jarang baca Qanun Asasi (NU), Risalah Ahlussunnah Waljamaah
dan buku-buku Kiai Hasyim Asy’ari,” kata Kiai Cholil Nafis kepada BANGSAONLINE.com. Ia memberi contoh pengurus NU yang tertarik terhadap Syiah. ”Padahal Kiai Hasyim Asy’ari dalam kitabnya Risalah Ahlussunnah Waljamaah sudah
menyinggung soal Rafidhah (Syiah),” katanya. Artinya, dalam pandangan Kiai Hasyim Asy’ari, Rafidhah masuk dalam
kategori 71 sekte yang dianggap sesat. ”Jadi mereka itu NU biologis, bukan NU idelogis,” tegas dosen Universitas Indonesia ini. Mereka, menurut dia, secara paham keagamaan bukan NU, tapi malah menganut paham lain seperti Syiah, Wahabi, Islam Liberal, Hizbut Tahrir dan sebagainya ”Padahal Syiah itu secara ushul (aqidah) kan berbeda dengan NU,” katanya. Artinya, perbedaan NU dan Syiah bukan perbedaan furuiyah (cabang) seperti yang diyakini Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj, tapi perbedaan aqidah yang tak bisa diterima oleh NU. Sebelumnya, Kiai Cholil Nafis menuturkan bahwa Ketua Umum PBNU KH Said Aqil  Siradj membuat nota kesepahaman (MoU)
dengan Universitas al-Musthafa al-’Alamiyah, Qom, Iran. Qom adalah sebuah kota yang merupakan ibukota Provinsi Qom di Iran. Qom menjadi sebuah kota suci bagi penganut Islam Syi’ah. Kota ini merupakan pusat pendidikan Syi’ah terbesar di dunia.
Menurut Kiai Cholil Nafis, dokumen kerjasama di bidang pendidikan, riset dan kebudayaan itu dilakukan tanpa sepengetahuan dan persetujuan Rais Am Syuriah PBNU yang saat itu dijabat KHA Sahal Mahfudz. Dokumen tertanggal 27
Oktober 2011 itu dibuat dalam dua bahasa, Persia dan Indonesia. ”Saya kopi yang berbahasa Indonesia karena saya gak begitu paham bahasa Persia,” kata Kiai Cholil Nafis yang Ketua MUI Pusat Bidang Dakwah ini. BANGSAONLINE.com juga menerima dokumen MoU tersebut dalam versi bahasa Indonesia. Menurut Cholil Nafis, Kiai Said Aqil tak
bisa mengelak karena sudah ada dokumen resmi yang dia temukan. ”Di PBNU ada, di Universitas al-Mustafa juga
ada,” tegas dosen Universitas Indonesia (UI) itu ketika ditanya dapat dari mana dokumen tersebut. Ia mengaku pernah sekali berkunjung ke Universitas al- Mustafa al-‘Alamiyah. ”Saya kesana mewakili UI dalam urusan akademik,” katanya. Menurut dia, kerjasama itu berlaku selama 4 tahun. “Kalau tak ada pembatalan, kerjasama itu akan terus dan diperpanjang dengan sendirinya,” katanya. MoU PBNU dengan Universitas al Musthafa al-Alamiyah ini sempat heboh karena Rais Am PBNU yang saat itu dijabat KHA Sahal Mahfudz tak mengatahui MoU tersebut.