Diulis oleh
Ya Ayyuhal Muslimun ....'
Wahai Umat Islam Di Seluruh Tanah Air - Indonesia ....'
SESUNGGUHNYA BENAR, jika kita mendengar kata ‘Iran’, pikiran kita akan menuju
Timur Tengah dan membayangkan orang-orang Arab. Timur Tengah dan bangsa Arab
identik dengan Islam, tapi tidak di Iran. Memang, di Iran juga ada orang Islam
yang beraliraan Sunni, selain orang Syiah (tentu saja, dan celakanya, dunia
dibikin sama dalam eksekusi imej itu bahwa Syiah merupakan bagian atau salah
satu aliran dalam Islam), orang Yahudi, dan orang Kristen. Namun orang Islam di
Iran sangatlah minoritas dan tertindas.
Sejak bergulirnya revolusi Iran dibawah kepemimpinan Imam Khomeini, Iran
berubah menjadi sebuah negara digdaya di kawasan Arab. Kekuatan militer mereka
berkembang pesat. Mereka kerap melayangkan kritik tajam terhadap kebijakan
Barat.
Sikap permusuhan pun dipertunjukkan oleh Iran kepada Israel, seolah betapa
bencinya orang Iran kepada Israel.
Sepak terjang Iran banyak menarik simpati kaum muslimin dunia. Pasca runtuhnya
kekhilafahan Turki Utsmani, kaum muslimin memang kehilangan pelindungnya. Dan
kini Iran muncul menentang kezhaliman dunia Barat (kafir) terhadap dunia Islam
ditengah kebisuan dan ketidakberdayaan para pemimpin-pemimpin negeri Arab.
Hmmm.. Apakah Iran akan menjadi bagian dari seri sejarah keperkasaan Islam?
Secara kasat mata memang seperti itulah adanya. Namun sejarah telah berkata
lain tentang Iran yang berakidahkan Syiah Ghulat (Rafidhah). Lihatlah bagaimana
Syiah mempunyai andil atas terbunuhnya sahabat Rasulullah shalallohu alaihi wa
sallam yang mulia, Ali bin Abi Thalib. Begitu juga pengkhianatan mereka atas
Husein rodhiallohu ‘anhu. Dan tak akan hilang dari catatan sejarah bagaimana
Syiah berkonspirasi dengan pasukan Tar-Tar untuk mengkudeta kepemimpinan Harun
Ar-Rasyid. Sejarah justru bertutur bahwa Syiah adalah musuh besar bagi kaum
muslim sunni.
Iran masa kini
Lalu bagaimana dengan Syiah Iran saat ini ? Tindak-tanduknya memang terlihat
pro terhadap Islam, tapi wajib diketahui bahwa orang-orang Syiah adalah
orang-orang yang pendusta. Saat ini mereka berkata A, sedetik kemudian mereka
berpaling akan berubah menjadi B. Hal ini karena mereka memasukkan dusta
sebagai bagian dari akidah (taqiyah). (Al-kafi: 2/219)
Banyak fakta telah terungkap bahwa pada kenyataannya permusuhan Iran justru
tertuju kepada Islam itu sendiri. Lihatlah di Ibukota Iran, Teheran. Silahkan
Anda hitung berapa banyak Masjid-Masjid Sunni jika dibandingkan dengan Sinagog
(tempat peribadatan orang-orang Yahudi) ?! Tidak ada satupun Masjid sunni
berdiri disana, justru Sinagog bertebaran hingga lebih dari 45 buah! Padahal
populasi muslim sunni di Iran adalah terbesar kedua setelah Syiah. Itu hanya
secuil bukti ketimpangan amal perkataan dengan fakta lapangan.
Mungkin banyak juga yang belum tahu kalau Imam Khomeini memimpin revolusi dari
tempat pengasingannya di Prancis. Tapi pasti kaum muslimin tahu kalau Prancis
dan AS adalah sekutu intim. Tentu ada permainan diantara mereka bertiga;
Khomeini, Prancis dan AS (dalam hal ini CIA). Pun pada masa kekuasaannnya
Khomeni, Iran telah bermesraan dengan AS dan Israel. Kita bisa ketahui hal ini
dalam kasus skandal “Iran kontra”.
Dan mungkin tidak banyak orang tahu kalau yang memuluskan jalan Amerika untuk
menyerang Irak yang mayoritas Sunni adalah Syiah Iran. Syiah Iran mengizinkan
kapal induk Amerika memasuki wilayah perairan Teluk Persia Iran dan
menjadikannya sebagai basis militer angkatan laut dan udara Amerika. Mereka
juga memberikan bantuan berupa pemberian informasi intelijen ke AS. Seandainya
memang Iran pro terhadap kaum muslimin tentunya hal itu tidak akan terjadi.
Adalah kenyataan yang tak dapat dipungkiri lagi bahwa Syiah memiliki kebencian
yang mendalam kepada Sunni. Kita bisa dapati hal tersebut pada kitab-kitab
rujukannya. Jika kita mau sedikit saja berusaha mencari informasi tentang hal
ini, maka itu sudah cukup bagi kita untuk dapat menemukan sekian banyak bukti
kekejaman Syiah terhadap sunni. Mereka tega membantai 500 orang sunni yang
berada dipenjara dengan cara merubuhkan penjara tersebut. Mereka tega membantai
orang sunni hanya lantaran memiliki nama para sahabat yang mulia; Abu Bakar,
Umar, dan Utsman . Mereka tega menggantung para ulama Sunni dengan
tuduhan-tuduhan yang tak berbukti. Apakah seperti ini kelakuan pelindung umat?
Tidak, mereka hanya melindungi diri mereka sendiri sebagai Syiah bukan sebagai
bagian kaum muslimin sebagaimana yang kerap mereka gembar-gemborkan di hadapan
publik.
Tebar pesona revolusi Syi'ah ala Khomeini - 1979.
Kini Iran tengah berusaha mengekspor revolusinya ke berbagai negara, terutama
wilayah Arab. Di Libanon, Suriah dan Bahrain, Syiah telah menancapkan
ideologinya. Mereka berusaha menguasai Negara-negara terusan Suez dengan maksud
agar mempermudah suplai senjata kepada pejuang-pejuang mereka. Mereka telah
masuk ke Eritrea yang miskin, dan sedang menuju ke gerbang laut merah yang
mengontrol terusan Suez. Dari sini Iran dapat mengancam Yaman dan Arab Saudi
dan meneruskan persenjataannya ke Sudan dan Mesir Setidaknya itulah yang
dikatakan oleh mantan panglima perang dan Ahli Strategi Mesir, Hussam Sweilem.
Masih menurut Hussam Sweilem, bahkan Syiah Iran memiliki departemen tersendiri
di kementrian dalam negeri yang menangani program ekspor ideologi Syiah ke luar
negeri.
Namun keberanian Syiah menentang hegemoni AS telah menawan sebagian kaum Sunni
yang awam. Sungguh seandainya Syiah menjadi mayoritas di negeri ini, maka niscaya
nasib kita akan serupa dengan nasib saudara-saudara kita di Iran.
Tak Ada Masjid Sunni Di Iran, Yang Ada Hanya Sinagog Yahudi.
DALAM kekuasaan Iran, tak pernah ada ceritanya, orang Sunni duduk dalam kursi
pemerintahan. Baik itu untuk menterinya ataupun sekadar calon presiden belaka.
Ini terjadi sejak Revolusi Iran yang mengintegrasikan golongan Sunni ke dalam
kaum minoritas.
Dalam konstitusi Iran, sudah disepakai, presiden Iran haruslah seorang penganut
Syiah. Syiah, tak pelak, telah membuat kaum Sunni menjadi sangat inferior.
Penghinaan kaum Syiah terhadap jamaah Sunni bisa dilihat jelas pada ritual
Syiah setiap pekannya, misalnya saja dalam acara doa bersama yang memang kerap
dilaksanakan berbarengan. Di Iran, kaum Sunni mencapai 20% dari populasi penduduk
Iran yang berjumlah 70 juta orang.
Sunni Iran mengalami penekanan yang sistematik selama bertahun-tahun. Pemimpin
mereka, seperti Ahmed Mufti Zadeh dan Syeikh Ali Dahwary, dipenjarakan kemudian
dibunuh. Pemerintah Iran juga menghancurkan masjid-masjid kaum Sunni, dan
melarang adanya pendirian masjid Sunni lainnya sekarang ini. Bandingkan dengan
Sinagog Yahudi yang banyak bertebaran di seantero Iran. Bahkan, azdan oleh kaum
Sunni pun dilarang oleh pemerintah Iran.
Kaum Sunni Iran hidup di pinggiran dan perbatasan. Sementara kaum Syiah,
Kristen dan Yahudi menghuni kawasan kota-kota besar di Iran. Asal tahu saja,
kaum Sunni Iran sekarang ini, jika melakukan shalat Jumat, harus di kedutaan
besar asing.
Yahudi di Iran; Sebuah Fakta Mencengangkan !
LIHATLAH ke Iran. Bagaimana Yahudi di negara yang presidennya selalu
gembar-gembor akan menghancurkan, mencaci maki bangsa Yahudi.
Di Iran, Yahudi tersebar di tiga kota besar; Tehran, Hamdan, Isfahan. Dan
menurut data resmi Iran, ada sekitar 30.000 orang Yahudi di Iran. Sebuah jumlah
yang sangat besar di sebuah negara yang katanya anti-Zionis!
Isfahan, yang terletak di tengah-tengah Iran, dikelilingi oleh kota-kota
berbasis Syiah—seakan dengan jelas orang-orang Syiah melindungi mereka.
Padahal, orang-orang Sunni di Iran diburu seperti tikus, dan ulama-ulamanya
digantung. Bahkan orang-orang Sunni tidak punya masjid untuk shalat Jumat.
Bandingkan dengan sinagog yang bertebaran di bumi Iran.
Orang-orang Yahudi punya hubungan baik dengan pemerintahan Iran. Mereka menganggap
bahwa orang-orang Sunni sebagai musuh utama mereka. Bahkan, di parlemen Iran,
orang-orang Yahudi mempunyai deputi alias perwakilannya. Kita harus tahu bahwa
orang-orang Yahudi di Iran menolak pindah ke tanah jajahan Palestina. Mengapa?
Karena, untuk sebagian Yahudi, Iran adalah tempat suci karena banyak nabi
mereka dimakamkan di sini.
Misalnya saja Nabi Daneil. Nabi ini adalah salah satu nabi yang sudah
memprediksikan kejadian-kejadian sebelum kiamat. Dan ia dikenal luas di antara
Yahudi dan umat Kristen. Selain Nabi Daniel, ada juga Nabi Habqouq, Nabi
Sumoil, Qeedar, dan Nabi Hajayy.
Di Iran juga ada makam Bunyamin, saudara Nabi Yusuf. Jadi tidak heran jika
Yahudi mengagungkan Iran sebagai tanah suci. Dan mereka menganggap Isfahan
sebagai kota yang lebih spesifik lagi. Kota ini merupakan tempat pertama dimana
mereka berkumpul pertama kalinya setelah perusakan Yerusalem oleh
Novukhodonsur.
Sejarah sudah menyimpan hal ini, dan kemudian setelah 70 tahun penangkapan oleh
raja Babylon Nebukadnezzar, mereka berkumpul di Isfahan.
Rabi-rabi di Isfahan mengajar anak-anak Yahudi tentang berbagai kuil Yahudi.
Yang lebih mencengangkan ada sebuah hadist Nabi yang tertera dalam Sahih
Muslim, hadist ke 7034:
“Anas Bin Malik mengatakan bahwa Rasulullah saw berkata: ‘Dajjal akan diikuti
70 ribu Yahudi dari Isfahan mengenakan selendang Persia.” Ala kuli haal,
Yahudi-Yahudi di Isfahan, Iran selalu mengenakan selendang.
--. (Hadist Sahih Riwayat imam Muslim, No. 7034)
Muslim Sunni, Kaum Yang Tertindas di Iran.
PENDUDUK Iran terdiri dari banyak etnis dan golongan mulai dari Kristen,
Yahudi, Zoroastrian, Baha’is, Sunni, dan Syiah sebagai golongan penguasa.
Namun, di antara golongan-golongan tersebut, kaum Sunni lah yang paling banyak
ditindas oleh pemerintah Iran, dikarenakan perbedaan masalah aqidah antara
Syiah dan Sunni.
Penghinaan Iran Terhadap Kaum Sunni
Dalam kekuasaan Iran, tak pernah ada ceritanya, orang Sunni duduk dalam kursi
pemerintahan. Baik itu untuk menterinya ataupun sekadar calon presiden belaka.
Ini terjadi sejak Revolusi Iran yang mengintegrasikan golongan Sunni ke dalam
kaum minoritas. Dalam konstitusi Iran, sudah disepakai, presiden Iran haruslah
seorang penganut Syiah. Syiah, tak pelak, telah membuat kaum Sunni menjadi
sangat inferior.
Penghinaan kaum Syiah terhadap jamaah Sunni bisa dilihat jelas pada ritual
Syiah setiap pekannya, misalnya saja dalam acara doa bersama yang memang kerap
dilaksanakan berbarengan. Di Iran, kaum Sunni mencapai 20% dari populasi
penduduk Iran yang berjumlah 70 juta orang.
Sunni Iran mengalami penekanan yang sistematik selama bertahun-tahun. Pemimpin
mereka, seperti Ahmed Mufti Zadeh dan Syeikh Ali Dahwary, dipenjarakan kemudian
dibunuh. Pemerintah Iran juga menghancurkan masjid-masjid kaum Sunni, dan
melarang adanya pendirian masjid Sunni lainnya sekarang ini. Bandingkan dengan
Sinagog Yahudi yang banyak bertebaran di seantero Iran. Bahkan, azdan oleh kaum
Sunni pun dilarang oleh pemerintah Iran.
Perkembangan Kaum Sunni : Di Dzalimi !
Kaum Sunni Iran hidup di pinggiran dan perbatasan. Sementara kaum Syiah,
Kristen dan Yahudi menghuni kawasan kota-kota besar di Iran. Karroubi-sebelum
pemilu-berjanji akan merevisi semua konstitusi Iran yang telah bertahun-tahun
dilaksanakan, di antaranya adalah dengan melindungi kaum Sunni. Menurut Karoubi,
kaum Sunni di Iran tak lebih berharga daripada orang asing di negara itu
sendiri. Mousavi-jika terpilih-akan kembali membangun masjid pertama untuk kaum
Sunni. Asal tahu saja, kaum Sunni Iran sekarang ini, jika melakukan shalat
Jumat, maka harus di kedutaan besar asing !
Kemarahan kaum Sunni Iran terhadap Ahmadinejad dan pemerintahnya tak lepas dari
kebijakan Iran sendiri selama ini. Selain itu juga karena perbedaan aqidah yang
sangat besar, yaitu kaum Syiah tak mengakui keberadaan sahabat Rasul (kecuali
Ali). Kaum Syiah menyatakan bahwa Ali bin Abu Thalib lebih utama daripada
seluruh shahabat dan lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan kaum
muslimin, demikian pula anak cucu sepeninggal beliau. Sesuatu yang oleh Ali bin
Abu Thalib sendiri pernah disanggahnya semasa beliau hidup.
Pencetus pertama paham Syi’ah ini adalah seorang Yahudi dari negeri Yaman
(Shan’a) yang bernama Abdullah bin Saba’ Al-Himyari, yang menampakkan keislaman
di masa kekhalifahan ‘Utsman bin Affan.
Ulama besar AhluSunnah,Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata:
“Asal Ar-Rafdh ini dari munafiqin dan zanadiqah (orang-orang yang menampakkan
keislaman dan menyembunyikan kekafiran). Pencetusnya adalah Abdullah bin Saba’
Az-Zindiq. Ia tampakkan sikap ekstrem di dalam memuliakan ‘Ali, dengan suatu
slogan bahwa ‘Ali yang berhak menjadi imam (khalifah) dan ia adalah seorang
yang ma’shum (terjaga dari segala dosa,).”
--. (Majmu’ Fatawa, 4/435).
Tak pelak, ajaran Syiah sudah dianggap sebagai ajaran sesat dalam Islam dan
ulama-ulama besar internasional pun sudah mengharamkannya.
Media Iran Bungkam Soal Suriah !
TINDAK-tanduk dan kekejaman orang-orang Syiah di Suriah selama ini justru tidak
banyak diketahui oleh dunia. Orang hanya menganggap apa yang terjadi di Suriah
sekarang ini murni merupakan konflik gejolak reformasi yang biasa terjadi.
Satu hal yang pasti, berbagai media mainstream tampaknya bungkam terhadap apa
yang sedang terjadi di Suriah. Terutama media-media dari Iran.
Sebut saja presstv. Jaringan media yang besar ini—bahkan mempunyai perwakilan
di Amerika dan Inggris—sama sekali tidak menampilkan sedikitpun liputan tentang
apa yang terjadi di Suriah.
Kondisi ini persis apa yang dilakukan oleh media-media Israel, seperti ynet,
haaretz, jerusalempost, ketika Israel membantai Gaza pada tahun 2009.
Yang ada malah media-media Iran santer memberitakan (lagi-lagi!) soal kecaman
Ahmadinejad terhadap Barat yang tak pernah ada buktinya selama 10 tahun
belakangan ini.