Tuesday, November 3, 2015

Rakyat Turki Menolak Partai Sekuler, Liberal, Komunis, Nasionalis, dan Memilih AKP

Rakyat Turki Menolak Partai Sekuler, Liberal, Komunis, Nasionalis, dan Memilih AKP
Rakyat Turki menolak partai yang berhaluan sekuler, liberal, nasionalis, dan komunis warisan Kemal Attaturk. Rakyat Turki lebih memilih AKP (Partai Keadilan dan Pembangunan) yang berorientasi kepada prinsip dan nilai Islam.

Hanya dalam waktu beberapa jam, hasil  pemilihan  parlemen Turki,  hasilnya sudah dapat diketahui di seluruh dunia. Di mana Partai AKP memenangkan pemilihan parlemen, secara mutlak, hampir 50 persen atau 49,41 persen. Kemenangan AKP ini mengulangi kembali kemenangannya di tahun 2011. Di mana AKP menang 49,08 persen.
Partai AKP yang didirikan oleh Recep Tayyib Erdogan, di tahun 2000, dan ikut dalam pemilu tahun 2002, secara berturut-turut tiga kali pemilihan menang mayoritas. Ini sangat luar biasa. Bagaimana partai yang menggunakan prinsip dan nilai Islam, begitu mendapatkan kepercayaan dari rakyat Turki? Turki dibawah AKP berhasil menciptakan kehidupan yang stabil, dan melakukan perubahan besarr-besaran.
Turki dibawah Erdogan dan AKP mengalami perubahan yang sangat drastis. Di mana rakyat Turki sekarang menikmati kemajuan di berbagai bidang kehidupan. Termasuk bidang ekonomi. Ekonomi Turki sekarang ini, menjadi kekuatan ekonomi nomor empat diantara negara-negara Eropa. Pemerintahan AKP secara perlahan-lahan menuju ke arah Islamisasi, meskipun tetap mengakomodasi nilai-nilai modern.
Erdogan yang pernah sekolah "imam  dan khatib" itu bertekat dengan segala obsesinya ingin menjadikan Turki, sebagai pusat penjuru Dunia Islam. Saat kampanye di bulan Juni, Erdogan mengatakan ingin mengembalikan Khilafah Turki Otsmani. Turki menjadi pusat kekuasaan Islam, dan memimpin dunia.
Obsesi itu semakin jelas. Dengan langkah yang diambil Erdogan. Dengan langkah yang terencana yang difinitif, dan kebijakan-kebijakan serta strategi yang dijalankan oleh Erdogan. Erdogan bacaan al-Qur'annya fasih dan suara yang sangat merdu itu, tidak pernah menutupi keinginannya mengambalikan kejayaan Turki, seperti di zaman Khilafah Otsmanni.
Kemakmuran dan stabilitas yang dicapai oleh Turki dan Partai AKP itu, belum pernah terjadi di sepanjang sejarah Turki, dibawah partai-partai sekuler yang mengikuti ideologi sekulerisme yang pernah di paksakan oleh Kemal Attaturk. Sejak tahun l924. Kemal Attaturk menggulingkan Khilafah Otsmaniyah, terakhir dibawah Sultan Hamid II.
Tapi, sejak dibawah Kemal Attaturk dan penggantinya Turki tidak pernah bisa menikmati kemakmuran dan pembangunan. Turki selalu berada menghadapi konflik internal, dan tidak stabil. Adanya perebutan kekuasaan silih berganti. Baru dibawah AKP, Turki mengalami kehidupan politik yang stabil, dan berjalannya pembangunan. Militer Turki menjalankan fungsinya sebagai alat negara.
Sekarang, Turki dengan dukungan Jerman akan menuju anggota Uni Eropa. Ini menggambarkan status Turki, sejajar dengan seluruh negara Eropa, dibidang ekonomi, politik, dan pembangunan. Di era AKP pembangunan infrastruktur berkembang sangat pesat, termasuk pembangunan infrastrukur di seluruh Turki. Erdogan membangun jaringan kereta cepat, dan berbagai sarana transfortasi yang menghubungkan kota-kota Turki.
Standar kehidupan rakyat Turki sejajar dengan kehidupan rakyat di negara-negara Uni Eropa. Rakyat mendapatkan perumahan yang berstandar di negara-negara Uni Eropa. Turki membangun perumahan yang sangat luas, dan apartemen yang menjadi hunian rakyat Turki. Benar-benar standar hidup rakyat Turki sekarang sejajar dengan negara-negara Eropa.
Erdogan, Ahmed Davotuglo, dan AKP berhasil mendapatkan kepercayaan rakyat Turki, dan mendapatkan dukungan politik hampir 50 persen. Ini sebuah kemenangan yang sangat bersejarah bagi AKP yang keempat kali dalam pemilu. 
Dengan memenangkan suara mayoritas mutlak, maka AKP akan mengubah konstitusi dan seluruh aturan di Turki, dan menuju negara yang maju dan sejajar dengan negara maju manapun di dunia.
Hasil pemilu parlemen 1 Nopember, kemarin : AKP mendapat  hampir 50 persen suara dengan 316 kursi, CHP 25 persen suara dengan 134 kursi, MHP 11,93 persen suara dengan 41 kursi, dan HDP 11,70 persen suara dengan 59 kursi. Partai sekuler,  liberal, komunis, dan nasionalis, mengalami kemunduran dalam perolehan suara, dibanding pemilu bulan Juni lalu.
Komposisi hasil  pemilu itu menggambarkan bagaimana perubahan sikap rakyat Turki, dan kembali menjatuhkan pilihannya kepada Partai AKP. Hal ini akan memberikan stabilitas Turki dalam membangun masa depannya. Rakyat Turki sudah merasakan hasilnya selama lebih satu dekade dibawah AKP.
Rakyat Turki yang memilliki hak pilihnya 56,965,099 juta, dan yang menggunakan hak pilihnya 48, 180, 515, sedangkan suara yang sah 47,495,941. Seluruh rakyat Turki yang menggunakan hak pilihnya 99,58 persen. Hanya dalam waktu singkat beberapa jam saja, seluruh dunia sudah dapat melihat hasil pemilu parlemen Turki.
Ahmed Dovutoglu mengatakan, 'Kemenangan ini bukan milik kita (AKP), tapi milik bangsa dan seluruh rakyat Turki”, tegas Ahmed Dovutoglu di depan ratusan ribu rakyat Turki, yang menyambut kemenangan AKP, menjelang malam, Minggu, 1/11/2015.
Selanjutnya, Ahmed Dovutoglu berbicara di Konya sebelum menyampaikan pidato kemenangan di ibukota Ankara. Dia mengingatkan pemilih AKP, dan mengatakan: "Jangan terprovokasi", ucapnya. "Hari ini, anda akan menyapa tetangga anda, dan anda akan merangkul saudara anda lebih dari sebelumnya. Anda tidak akan terprovokasi ", tambahnya.
Davutoglu juga menyampaikan kepada para pendukung lawan politiknya, mengatakan mereka tidak harus merasa bahwa mereka kalah dalam pemilihan: "Tidak ada yang kalah hari ini, yang ada semuanya pemenang, dan pemenangnya adalah bangsa kita, republik kita, demokrasi kita”, tambahnya.
Erdogan, Ahmed Dovutoglu, dan AKP menghadapi ujiran luar biasaa, hanya berselang beberapa minggu, sebelum pemilihan parlemen Turki, terjadi pemboman yang sangat dahsyat, saat berlangsung aksi damai yang dilakukan aksi demonstrasi damai oleh kelompok pendukung Kurd,  di Ibukota Ankara. Lebih 100 orang tewas,  dan lebih 300 orang luka.
Semua pengamat politik menyimpulkan pemboman di ibukota Ankara itu akan menamatkan Erdogan, Dovutoglu dan AKP. Apalagi, Erdogan sudah difatwakan "murtad" dan "kafir" dengan memilih jalan demokrasi, seperti Muhamad Mursi. Tapi,  ternyata rakyat Turki tetap percaya kepada Erdogan, Dovutoglu, dan AKP. Kemenangan Erdogan, Ahmed Dovutoglu, dan AKP bakal mempengaruhi situasi regional yang penuh konflik  seperti yang terjadi di Suriah, Irak, dan Palestina.
Zionis-Israel berulangkali ingin meghancurkan Erdogan dan AKP dengan menggunakan kelompok separatis Kurdi. Karena Erdogan dan  Dovutoglu mendukung perjuangan Palestina dan Hamas. Erdogan  dan  Dovutoglu berulangkali bertemu dengan Ketua Biro Politik Khaled Misy'al di Ankara dan Istambul. Turki satu-satunya negara yang memiliki komitmen yang  teguh membela perjuangan rakyat Palestina.
Membandingkan antara Turki dengan Indonesia. Seperti langit dan bumi. Indonesia  sudah 70 tahun merdeka. Rakyat tambah mlarat. Makan nasi aking (basi). Penduduk yang mlarat terus bertambah. Pengangguran  berjibun. Bukan berkurang. Rakyat masih banyak yang tinggal  di kolong jembatan, emper toko, bantaran  kali, dan pinggir rel  kereta. Kemudian, mereka digusur seperti binatang,  tanpa rasa belas kasihan dan perikemanusiaan.
Hanya para pejabat dan pemimpin partai yang perutnya kenyang dan buncit. Mereka hidup mewah, bergelimang harta.  Dengan  menjual negara kepada "Asing dan A Seng". Sedangkan rakyat tetap mlarat. Mereka mengeruk uang rakyat melalui APBN. Sementara itu, pemilu hanya menjadi ajang menipu rakyat. Nasib rakyat di jajah dan diperbudak “Asing dan A Seng”, dan menjadi bangsa yang hina.
Mulai zaman Soekarno sampai era Jokowi, partai-partai sekuler, nasionalis, dan liberal, tak dapat membuat rakyat menjadi lebih makmur dan bahagia. Rakyat tambah miskin dan mlarat. Setiap pemilihan partai-partai dan pemimpinnya, selalu mengatakan ingin memakmurkan dan mensejahterakan rakyat.
Sudah 70 tahun merdeka. Tapi kemakmuran dan kesejahteraan tidak pernah ada. Begitulah hidup dibawah partai-partai yang sekuler, seperti di Indonesia. Dengan slogan dan janji yang terus digelorakan itu, tak pernah ada yang nyata dirasakana rakyat. Semuanya hanya menipu rakyat, dan membuat sengsara terhadap rakyat. Mereka yang mengaku pemimpin itu, hakekatnya para penjahat yang berkedok “pemimpin”. Wallahu'alam.