Presiden Rusia Vladimir Putin Puji Donald Trump
Jum'at, 18 Desember 2015 - 07:05 WIB
Dukungan Rusia kepada Donald Trump hanya akan menjadi
pembenar bahwa kehadiran Amerika dan Rusia adalah memusuhi umat Islam
Presiden Rusia
Vladimir Putin pada hari Kamis (17/12), memuji calon presiden (Capres) Amerika
Serikat dari Partai Republik Donald Trump sebagai “pria yang sangat luar biasa,
dan tidak diragukan lagi sangat berbakat.”
Putin,
dalam konferensi pers tahunannya di Moskow, mengatakan ia menyambut ajakan
Trump untuk membangun hubungan lebih baik dengan Moskow.
“Ia
mengatakan ingin hubungan dengan Rusia dengan tingkat yang berbeda, lebih akrab
dan lebih dalam,” kata Putin. “Bagaimana mungkin kita tidak menyambut ajakannya
itu? Tentu saja kita sambut baik,” ujarnya dikutip Voice of America (VoA).
Tapi
pemimpin Rusia itu tidak berkomentar tentang pencalonan Trump sebagai presiden
dari Partai Republik.
“Bukan
urusan kita menilainya. Tergantung rakyat AS,” kata Putin, “tapi ia memimpin
dalam arena pencalonan presiden AS.”
Pemimpin
Rusia itu mengatakan Moskow “siap bekerjasama dengan siapapun yang dipilih oleh
rakyat Amerika sebagai presiden.”
Trump,
pendatang baru pada bidang politik dan pernah menjadi pembawa acara realita TV,
tampil sebagai pemimpin dalam survei yang dilakukan di antara pendukung Partai
Republik sebelum pemilihan pendahuluan partai Republik di negara bagian, yang
akan mulai pada bulan Februari.
Namun,
analis politik Amerika mencatat bahwa para pemilih sering kali mengubah pilihan
mereka dalam bulan-bulan kampanye sebelum pemilu pada bulan November.
Trump,
ketika ditanya pada hari Rabu apa yang akan ia lakukan untuk menghentikan
serangan udara Rusia di Suriah, mengatakan bahwa ia pertama-tama akan mencoba
mengambil simpati Putin.
“Saya
rasa, saya bisa cocok dengan Putin,” kata Trump, “dan saya bisa cocok dengan
yang lainnya, dan dunia kita akan jauh lebih stabil. Saya akan bicara padanya.
Saya bisa cocok dengannya.”
Tapi
pada bulan Oktober, Trump memiliki pandangan yang berbeda. Ia mengatakan akan
“duduk” dan memperhatikan kemajuan serangan udara Moskow terhadap para
pemberontak di Suriah, karena menurutnya Rusia mungkin akan terjerat dalam
konflik Timur Tengah.
Donald
Trump menjadi kecaman dunia setelah berbagai pernyataan dan sikapknya dinilai
anti Islam (Islamophobia).
Awal Oktober lalu, bakal calon presiden AS ini menyerukan larangan “total”
terhadap Muslim untuk memasuki Amerika Serikat.
Sejak
pernyataannya dinilai membenci Islam, banyak protes berdatangan. Baru-baru ini
sebuah Petisi munul untuk Donald Trump.
Di
Inggris, muncul petisi yang meminta agar Trump dilarang masuk ke tanah
Britania. Petisi diajukan melalui situs petisi resmi pemerintah Inggris,
sebagai respons atas seruan Trump yang melarang seluruh Muslim masuk ke wilayah
AS karena ancaman terorisme yang meluas.
“Inggris
telah melarang masuk banyak orang karena pidato kebencian. Prinsip yang sama
harus diberlakukan bagi setiap orang yang ingin masuk ke Inggris,” demikian
bunyi petisi yang diajukan oleh warga Skotlandia, Suzanne Kelly, yang sudah
lama menjadi pengkritik aktivitas bisnis dan politik Trump.
Dukungan
Rusia kepada Donald Trump hanya akan menjadi pembenar kalangan Islam bahwa
kehadiran Amerika dan Rusia adalah memusuhi umat Islam.*
Rep:
Panji Islam
Editor:
Cholis Akbar
Donald
Trump: Diktator Seperti Presiden Bashar al-Assad Berguna
Kandidat
calon presiden Amerika Serikat Donald Trump, kembali melontarkan pernyataan
provokatif.
Trump
menganggap, para diktator seperti Presiden Suriah Bashar al-Assad itu berguna.
Sehingga AS seharusnya, tidak menggulingkan kekuasaan mereka.
Kali ini
pernyataan kontroversialnya "ditemani" oleh bakal capres AS dari
Partai Demokrat, Bernie Sanders, juga melontarkan pendapat senada dengan Trump.
"Kawasan
itu (Timur Tengah) jauh lebih stabil ketika (Muammar) Gaddafi, (Saddam) Hussein
dan Assad berkuasa," kata Sanders, yang menjadi salah satu bakal calon
presiden dari Partai Demokrat, dalam acara "Meet the Press" NBC.
"100
persen betul, adakah yang membuat Anda meragukannya," timpal Trump yang
berasal dari Partai Republik, pada wawancara terpisah.
Trump
berusaha menarik para pemilih konservatif Partai Republik, dengan mengkritik
pemerintahan Presiden Barack Obama karena tidak cukup menekan ISIS.
Pada saat
bersamaan, dia mengkritik, lawan-lawannya dari sesama Republik, seperti mantan
gubernur Florida Jeb Bush yang meyakini Assad harus mundur.
"Setiap
kali kita terlibat dengan para pemberontak, setiap kali itu berakhir jauh lebih
buruk dari pada orang yang pernah ada di sana," kata Trump.
Sanders dan
Trump sama-sama menginginkan AS fokus memerangi ISIS, ketimbang menjatuhkan
Assad, demikian Reuters. (Juft/rmol)