Moral Pejuang Suriah Meningkat Tinggi Setelah
Pengumuman Penarikan Pasukan oleh Rusia
SURIAH -
Penarikan mengejutkan Rusia dari Suriah telah meningkatkan moral pejuang
oposisi sekuler, mujahidin dan aktivis yang tinggal di daerah yang dikuasai
oposisi yang melihat tindakan itu sebagai pukulan besar bagi rezim Damaskus.
"Semangat kami setinggi langit. Rezim tidak akan dapat bertahan hidup
sendirian," kata Raed al-Alawi, seorang komandan untuk kelompok
pemberontak Jaish al-Tahrir (Tentara Pembebasan) di provinsi Hama di Suriah
tengah seperti dilansir AFP hari Selasa (15/3/2016).
"Ini adalah kemenangan" bagi pasukan oposisi yang berusaha
menggulingkan Presiden Bashar Assad, katanya kepada AFP.
"Rusia belum berhasil memenuhi tujuannya untuk menyelamatkan Assad."
Di Moskow, hari Senin, Presiden Vladimir Putin memerintahkan penarikan
"bagian utama" dari pasukan Rusia dari Suriah, hampir enam bulan
setelah meluncurkan kampanye udara utama dalam mendukung Assad.
Intervensi tersebut sangat membantu tentara Suriah dan milisi Syi'ah sekutu -
yang hampir keok setelah bertahun-tahun perang melawan mujahidin - untuk
melakukan ofensif dan merebut kembali beberapa daerah mereka yang telah hilang
ke oposisi bersenjata.
Sementara Moskow mengklaim 9.000 serangan tempur mendadak telah menargetkan
mujahidin, Barat, sekutu regional dan para aktivis di lapangan bersikeras
serangan itu terutama membombardir pejuang oposisi sekuler dan bahkan sasaran
sipil.
Di provinsi Aleppo, di mana rezim telah membuat kemajuan signifikan di bawah
bantuan serangan udara Rusia, komandan pejuang oposisi Modar Najjar merayakan
pengumuman tersebut.
Penarikan Rusia "menunjukkan bahwa mereka tidak dapat mengakhiri
revolusi," kata Najjar kepada AFP melalui internet, menambahkan bahwa
semangat para pemberontak sedang "sangat tinggi".
"Rusia akan jatuh dalam sejarah kerena telah membantu pembunuh Bashar (Assad)
dalam lima bulan terakhir, mengakibatkan ... kematian warga sipil dan
kehancuran puluhan rumah sakit, sekolah dan infrastruktur publik lainnya,"
kata Najjar, seorang komandan terkemuka dari Jabha Shamiya.
"Revolusi akan berlanjut sampai jatuhnya rezim."
Menurut Thomas Pierret, seorang spesialis Suriah di University of Edinburgh,
pejuang oposisi sekuler utama akan berada di bawah tekanan Barat untuk tidak
mengambil keuntungan dari situasi meskipun kegembiraan mereka, ketika delegasi
oposisi dan delegasi rezim mengadakan pembicaraan damai tidak langsung di
Jenewa.
"Untuk para jihadis, tentu saja, godaan untuk 'mengetes' penarikan Rusia
akan sangat sulit untuk ditolak," kata Pierret.
Afiliasi Al-Qaidah di Jabhat Al-Nusra, yang sejak awal memang tidak masuk dalam
bagian gencatan senjata, langsung menyambut keputusan Rusia dengan mengancam
rezim pagi hari setelah pengumuman Putin, dengan komandan jihad di lapangan
bersumpah untuk melakukan ofensif "dalam 48 jam ke depan".
"Kalau bukan karena pesawat-pesawat tempur Rusia, kita akan berada di
(kota) Latakia," katanya kepada AFP tanpa menyebut nama, merujuk pada
ibukota provinsi jantung sekte Alawite Assad.
Meskipun pengumuman tersebut, helikopter Rusia pada Selasa tetap melakukan
serangan udara terhadap jihadis di sekitar kota kuno Palmyra.
Aktivis, khususnya mereka yang tinggal di daerah-daerah yang telah berada di
bawah pemboman Rusia, masih memiliki kecurigaan tentang langkah tersebut.
"Tentu saja ada semacam kebahagiaan, tetapi orang-orang Suriah tidak
percaya Rusia," kata Abu Anas, seorang aktivis di provinsi Daraa di
perbatasan dengan Yordania.
Moskow telah menjadi pendukung utama rezim Assad sejak pecahnya pemberontakan
tahun 2011 yang berkembang menjadi perang saudara yang brutal.
Kremlin membantah bahwa pengumuman terbaru Putin berarti Rusia sedang mencoba
untuk menekan sekutunya.
"Rusia adalah musuh ... dan Anda tidak harus percaya musuh Anda,"
kata Abu Anas.
Komandan pejuang oposisi Abu Ibrahim, yang memimpin Divisi ke-10 pejuang
oposisi di provinsi Latakia di pantai Mediterania, mengamini pernyataan Abu
Anas.
"Keputusan Rusia untuk menarik (pasukan) adalah kejutan. Kami belum
melihat apakah itu akan berarti di lapangan. Jangan emosional, saya tidak
melihat itu sebagai kekalahan" untuk Moskow dan Damaskus, katanya.
Abu Ibrahim percaya pengumuman itu terkait dengan pembicaraan Jenewa.
"Saya sangat curiga tentang apa yang akan terjadi selanjutnya. Rusia tidak
akan menyerah dan menarik diri tanpa mendapatkan sesuatu sebagai
balasannya."
Di sisi lain terpisah, seorang perwira militer dari tentara Suriah mengaku
bahwa ia juga terkejut dengan pengumuman itu.
"Kami tidak tahu apa yang terjadi," katanya kepada AFP tanpa menyebut
nama. (st/AFP)
http://www.voa-islam.id./read/international-jihad/2016/03/16/42855/moral-pejuang-suriah-meningkat-tinggi-setelah-pengumuman-penarikan-pasukan-oleh-rusia/#sthash.E0C90PN3.dpbs
http://www.voa-islam.id./read/international-jihad/2016/03/16/42855/moral-pejuang-suriah-meningkat-tinggi-setelah-pengumuman-penarikan-pasukan-oleh-rusia/#sthash.E0C90PN3.dpbs
“Siapa yang
Tak Peduli Syam, Berarti Tak Peduli dengan Islam”
banyak
sekali ayat-ayat Alqur’an dan Hadits Nabi SAW yang menerangkan
keutamaan-keutamaan bumi Syam.
“Syam adalah negeri yang diberkahi oleh
Alloh, Syam adalah negeri tempat diturunkannya para nabi dan Rasul. Benteng
kaum muslimin di akhir zaman, dan jangan lupa, Syam adalah negeri tempat
dimulainya Al-Malhamah Qubro (perang besar di akhir zaman) yang dikenal
oleh masyarakat barat sebagai Armageddon.
“Kita
peduli atau tidak terhadap nasib mereka, Alloh akan tetap menangkan mereka.
Maka barangsiapa yang tidak peduli terhadap Syam, Sesungguhnya dia tidak peduli
terhadap Islam. Karena Syam adalah hak kaum muslimin dan bumi Islam di akhir
zaman,” tandasnya.
apa yang terjadi di Suriah dan
Palestina sejatinya merupakan ujian keimanan bagi bagi umat Islam seluruhnya.
“Adakah andil kita untuk kejayaan
Islam? Karena nanti di akhir zaman hanya ada dua kubu yang akan saling
berhadapan, tinggal kita mau memilih berpihak pada kubu yang mana,”
“Sekecil apapun andil yang kita berikan
untuk Islam, mudah-mudahan hal itu adalah bentuk penegasan keberpihakan kita
padanya,”
Dikutip dari islampos.com