Wednesday, May 11, 2016

Menangkis Propaganda Anti Hadis ( Tulisan Lain )

wiemasen May 05, 2016 
Salah satu metode meruntuhkan ajaran Islam yang paling kuno dan sudah jadi langganan orang kafir adalah menghembuskan keragu-raguan kepada keshahihan hadits-hadits nabawi. Tasykik (menyusupkan keragu-raguan) model ini sebenarnya metode klasik yang sering dilancarkan para orientalis zaman dulu. Triknya pun sebenarnya terbilang ketinggalan zaman alias sudah out of date. Meski demikian, bila ditembakkan kepada kalangan awam yang gagap dengan esensi ajaran Islam, ternyata jurus ini terkadang masih ampuh juga.
Yang jelas bukan karena keampuhan jurusnya, tetapi memang dasarnya pertahanan fikrah umat Islam ini terlalu lemah dan rentan terhadap berbagai serangan, bahkan yang paling lemah sekalipun. Sehingga hanya sekali gebrak saja sudah jatuh betekuk lutut.

Padahal bila kita sedikit saja punya latar belakang pemahaman ilmu hadits, pastilah kita dengan mudah akan merontokkan semua tuduhan miring tentang keabsahan hadits nabawi. Kami akan sampaikan tiga contoh tuduhan orientalis dan jawaban singkatnya.
1. Teori Projecting Back
Diantara argumen yang dilancarkan oleh para orientalis adalah teori projecting back. Teori ini berkesimpulan bahwa hampir semua hadits itu hanyalah karangan para ahli fiqih yang hidup di abad ke 2 dan ke 3 hijriyah tapi dibuat seolah-olah berasal dari Rasulullah SAW. Salah satu tokohnya adalah Joseph Scacht dalam bukunya The Origins Of Mohammadan Juresprudence dan An Introduction to Islamic Law. Salah satu ungkapannya adalah “Kita tidak akan menemukan satu buah hadits hukum yang berasal dari Nabi yang dapat dipertimbangkan shahih”.
Tentu saja orang awam dan terbelakang dengan ajaran Islam akan terkagum-kagum dengan lontaran semacam ini. Dan dengan mudah akan langsung membenarkannya. Padahal, teori itu mudah sekali dipatahkan. Adalah seorang Dr. Mustafa Al-Azhami, seorang peraih gelar doktor pada Univ. Cambridge Inggris yang melakukannya dengan mudah. Beliau mengambil sebuah naskah hadits yang dituduhkannya sebagai karangan ulama saja untuk dijadikan bahan penelitian yang menumbangkan tuduhan keji musuh Islam.
Naskah itu milik As-Suhail bin Abu Shalih (w 138 H). Ayahnya yaitu Abu Shalih adalah seorang murid Abu Hurairah. Sehingga haditsnya punya runtutan rawi yang jelas dari Suhail dari Ayahnya dari Abu Hurairah dari Rasulullah SAW. Naskah ini mengandung 49 hadits yang setelah diteliti sampai ke generasi ke tiga yaitu generasi Suhail, ternyata jumlah rawinya mencapai 20 sampai 30 orang yang masing- masing berdomisili di beragam penjuru dunia yang berjauhan di masa itu. Sangat mustahil untuk ukuran masa itu mereka berkumpul untuk membuat sebuah hadits palsu sehingga redaksinya bisa mirip persis. Salah satu hadits itu adalah :
Bila salah seorang dari kamu bangun dari tidurnya, maka hendaklah dia mencuci tangannya, karena dia tidak tahu semalam tangannya berada di mana”.
Dalam naskah Suhail hadits ini ada pada urutan ke 7 dan pada jenjang pertama (tabaqah ula) diriwayatkan oleh 5 orang shahabat yaitu Abu Hurairah, Ibnu Umar, Jabir, Aisyah dan Ali ra. Abu Hurairah sendiri lalu meriwayatkan hadits ini kepada 13 orang tabi`in. Ke-13 orang ini lalu menyebar ke berbagai penjuru dunia. 8 orang tinggal di Madinah, seorang tinggal di Kufah, 2 orang tinggal di Bashrah, seorang tinggal di Yaman dan seorang lagi tinggal di Syam.
Ke 13 tabi`in ini lalu meriwayatkan lagi hadits itu kepada generasi berikutnya Atba`ut-tabi`in dan jumlah mereka menjadi 16 orang. 6 orang tinggal di Madinah, 4 orang di Bashrah, 2 orang di Kufah, 1 orang di Mekkah, 1 orang di Yaman, 1 orang di Khurasan dan 1 orang di Himsh Syam.
Maka amat mustahil ke 16 orang yang domisilinya terpencar-pencar di beragam ujung dunia itu pernah berkumpul bersama pada suatu saat untuk membuat hadits palsu bersama yang redaksinya sama. Atau mustahil pula mereka masing-masing di rumahnya membuat hadits lalu kebetulan semua bisa sama sampai pada tingkat redaksinya.
Padahal ke 16 orang itua baru dari jalur Abu Hurairah saja. Apabila jumlah rawi itu ditambah dengan yang dari ke 4 shahabat lainnya, maka jumlahnya akan menjadi lebih banyak.
2. Tuduhan Bahwa Hadits Terlalu Banyak
Orang yang awam dengan ilmu hadits pasti dengan mudah akan menganggukkan kepada manakala mendengar argumen musuh Islam yang mengatakan bahwa secara logika tidak bisa diterima adanya jumlah hadits nabi yang mencapai ratusan ribu. Apakah pekerjaan Nabi itu hanya bicara saja ? Pastilah ada banyak sekali hadits palsu.
Padahal adanya hadits yang mencapai ratusan ribu itu sebenarnya hanya karena cara penghitungannya saja. Rupanya para orientalis yang murid-muridnya tidak tahu bagaimana cara menghitung hadits nabi. Mereka menduga bahwa hadits nabi itu hanya matannya saja.
Padahal dalam ilmu hadits, hadits adalah gabungan dari antara matan dan sanadnya. Karenanya, bila terdapat matan hadits yang sama namun sanadnya berbeda misalnya 10 jalur sanad, tetap akan dihitung sebagai 10 hadits dan bukan satu hadits saja. Dari sisi ini saja sudah terbukti bahwa mereka yang melontarkan tuduhan sebenarnya tidak tahu duduk persoalannya.
3. Tuduhan Bahwa Hadits Tidak Ditulis Di Masa Nabi
Para orientalis seringkali mengatakan bahwa hadits baru ditulis seratus tahun lebih setelah Rasulullah SAW wafat. Sehingga sangat besar kemungkinan terjadinya pemalsuan. Sedangkan di masa Rasulullah SAW hadits itu tidak pernah ditulis. Tuduhan ini pun seringkali mengecoh orang awam untuk membenarkan tasykik.
Padahal para orientalis keliru memahami ungkapan Imam Malik yang menyebutkan bahwa orang yang menulis hadits adalah Ibnu Syihab Az-Zuhri (w 123 H). Bahkan penelitian menunjukkan bahwa di masa Rasulullah SAW masih hidup, tidak kurang ada 52 orang shahabat yang kerjanya menulis dan mencatat hadits-hadits beliau. Sedangkan di kalangan tabi`in ada 247 yang melakukan hal serupa.
Adapun yang dikatakan oleh Imam Malik maksudnya adalah bahwa Az-Zuhri merupakan orang yang pertama kali mengumpulkan naskah-naskah hadits menjadi satu.
Hujatan Terhadap Hadist Abu Hurairah r.a.
Kenalilah apabila ada tulisan atau pembicaraan yang mendiskreditkan Abu Hurairah para muhaddis lainnya sebagai propaganda dari kalangan inkarus sunnah yang tujuannya menghancurkan Islam dengan memanfaatkan keawaman umat Islam.
Abu Hurairah adalah tokoh besar ilmu hadits yang menduduki urutan pertama yang paling berjasa. Kalau level Abu Hurairah bisa dilecehkan seperti itu, apatah lagi para shahabat lainnya lainnya.
Umumnya hujatan mereka berkisar pada banyaknya hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, padahal masuk Islamnya termasuk belakangan. Seharusnya, menurut logika mereka, para shahabat yang lebih dahulu masuk Islam di Mekkah lebih banyak hadits riwayatnya.
Tapi mereka lupa satu hal, yaitu bila kita perhatikan isi hadits Abu Hurairah, kebanyakan merupakan merupakan rekaman hal-hal yang sangat teknis dan kecil-kecil dari sosok Rasulullah SAW. Abu Hurairah memang tidak pernah lepas dari sisi Rasulullah SAW sejak masuk Islamnya.
Berbeda dengan para shahabat lainya yang banyak diberi amanah oleh Rasulullah SAW untuk berdakwah kesana kemari, bahkan ada yang dijadikan pejabat dan tinggal di mancanegara. Abu Hurairah tidakpernah diberi amanat yang menuntutnya berjauhan jarak dari Rasulullah SAW, karena itu dengan leluasa beliau bisa `merekam’ semua gerak gerik Rasulullah SAW 24 sehari. Apalagi beliau tinggal di masjid Nabawi yang letaknya menempel dengan rumah Rasulullah SAW. Karena itu wajarlah bila hadits riwayat beliau lebih banyak dan lebih menyangkut hal-hal yang kecil tentang perbuatan, perkataan dan taqrir Rasulullah SAW.
Selain Abu Hurairah juga ada Az-Zuhri yang sering pula dilecehkan oleh kaki tangan ingkarus sunnah. Sebagaimana Abu Hurairah, Az-Zuhri pun merupakan tokoh kunci dalam ilmu hadits. Kalau selevel Az-Zuhri sampai dilecehkan, apatah lagi yang lainnya.
Hal yang sama juga terjadi pada Imam Al-Bukhori yang sering dilecehkan oleh para mungkirus sunnah. Intinya, tebanglah pohon dari pangkalnya, bukan ranting atau cabangnya. Bila kampanye dan penghujatan kepada tiga tokoh ini berhasil, maka semua tokoh hadits yang pernah ada di muka bumi ini menjadi tidak ada lagi artinya.
Karena tiga tokoh itu merupakan inti dan pondasi ilmu hadits yang disepakati oleh jumhur ulama dan umat Islam sepanjang masa. Tidak ada yang menhujat dan melecehkan mereka kecuali tokoh zindiq. Dan melecehkan dan menghujat mereka tidak lain adalah penghujatan kepada Islam itu sendiri. Karena hampir semua isi agama dan syariat Islam yang kita kenal ini, sebagian besar sumber pengambilan dalilnya dari hadits-hadits yang mereka riwayatkan. Kalau sampai mereka dihujat dan dikatakan pembohong, artinya semua isi syariat Islam ini bohong semua dan Islam pasti hilang dari muka bumi.
Mengapa Abu Hurairah Banyak Meriwayatkan Hadits?
1. Hadits Nomor 84:
Diceritakan oleh Abu Hurairah r.a.,
“Orang mengatakan Abu Hurairah banyak meriwayatkan Hadits. Kalau tidaklah karena dua ayat dalam Al-Quran niscaya saya tidak akan meriwayatkan hadits.” Kemudian dia membaca ayat, “sesungguhnya mereka menyembunyikan keterangan dan petunjuk yang kami turunkan sesudah kami jelaskan kepada manusia dalam Al-kitab, mereka itu dikutuk oleh Allah dan oleh orang-orang yang turut mengutuk. Kecuali mereka yang bertaubat, mengadakan perbaikan, dan menjelaskan kembali keterangan-keterangan Allah. Maka Tobat mereka itu akan Kuterima dan Aku Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS Al-Baqarah ayat 159-160). lalu Abu Hurairah meneruskan, “Saudara-saudara kita Para Muhajirin sibuk dengan perniagaan mereka di pasar-pasar dan saudara-saudara kita kaum Anshar sibuk dengan urusan harta kekayaan mereka masing-masing. Tetapi saya selalu mengikuti Rasulullah kemana-mana, disamping saya bisa memenuhi kebutuhan perut saya*), saya pun dapat menghadiri ceramah-ceramah Nabi yang mereka tidak dapat hadir, serta menghafal apa yang mereka tidak dapat menghafal ( Bukhari).
*Ket. penterjemah: Abu Hurairah dan beberapa shahabat yang lain pernah makan dan minumnya ditanggung oleh Rasulullah SAW karena mereka tidak mampu. hal ini menyebabkan hubungannya sangat rapat dengan Rasulullah SAW dan banyak meriwayatkan hadits.
2. Hadits No. 1977
Dari Abu Hurairah r.a. katanya:
Sesungguhnya kamu mengemukakan bahwa Abu Hurairah terlampau banyak meriwayatkan hadits dari Rasulullah saw, sedang Allah memberikan ancaman (kepada orang-orang yang membuat hadits palsu).Sesungguhnya saya ini seorang miskin yang tetap mengikuti Rasulullah SAW dengan perut kenyang. kaum Muhajirin sibuk jual beli di pasar-pasar, sedang kaum Anshar sibuk mengurus harta mereka. Saya hadir dekat Rasulullah SAW pada suatu hari dan beliau berkata, “Siapakah yang hendak mengembangkan cedarnya/jubahnya (ridaa ahu) sampai selesai ucapanku sesudah itu dilipatnya, maka dia tiada akan lupa sedikit pun apa yang didengarnya dariku.” lalu mantel yang saya pakai saya kembangkan. Demi Allah yang mengutus beliau membawa kebenaran, saya tidak lupa sedikitpun apa yang saya dengar dari beliau. (Bukhari)
3. Hadits No. 85
Dari Abu Hurairah r.a. katanya:
“Saya berkata kepada Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah! Saya banyak menerima hadits dari Anda, tetapi saya banyak lupa.” Sabda beliau, “Singkapkanlah jubahmu!” Lalu kusingkapkan jubahku. Kemudian Rasulullah menyauk dengan kedua tangannya, dan berkata, “Kumpulkanlah!” Lalu kukumpulkan dan sesudah itu aku tidak pernah lupa lagi.” (Bukhari)
4. Hadits/Atsar No. 82
Abu Hurairah r.a. berkata,
“Tidak seorangpun diantara para sahabat Nabi yang lebih banyak dari saya dalam mengumpulkan hadits kecuali Abdullah bin Amr bin Ash, dia pandai menulis tetapi saya tidak”*) (Bukhari)
*Ket. penterjemah: Dalam buku-buku hadits lebih banyak hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah daripada Abdullah bin Amr karena Abu Hurairah tetap mengajar dan menyampaikan hadits di Masjid Nabawi Madinah, sedangkan Abdullah bin Amr banyak melakukan perjalanan ke Thaif, Mesir dll dan lebih banyak beribadat daripada mengajar.
5. Hadits/Atsar No. 86:
Dari Abu Hurairah r.a. katanya,
“Saya hafal dua karung hadits dari Rasulullah. Yang satu karung telah saya sampaikan, yang satu karung lagi kalau saya siarkan niscaya dipotong orang leherku.”*) (Bukhari)
*Ket. penterjemah: Maksudnya kalau isi karung yang satunya disiarkan juga ia akan dibunuh, sebab itu tidak disiarkan. Tindakan Abu Hurairah ini bukanlah menyembunyikan ilmu yang sangat dicela oleh agama. Karena hadits yang tidak disiarkan bukanlah yang berhubungan dengan hukum agama (syariah), tetapi khabar-khabar ghaib yang akan terjadi dalam masyarakat Islam, khabar-khabar yang tidak menyenangkan bagi beberapa kelompok kaum dan pembesar-pembesar yang berkuasa dimasa itu.
Pesan Buat Para Pengingkar Hadits
Maka para pengingkar hadits dari kalangan muslimin sebenarnya perlu membuka mata untuk tahu dari manakah sebenarnya pemikiran keliru itu mereka lahap. Tidak lain dari para orientalis yang sejak awal sudah punya niat tidak baik terhadap Islam.
Seharusnya mereka perlu sedikit lebih mawas diri untuk belajar dan memperdalam ilmu agama secara benar, agar tidak terlalu mudah terlena dengan bujuk rayu musuh Islam.
Sayangnya kebanyakan mereka justru terlalu awam dengan ajaran Islam, ditambah terlalu mudah terpesona dengan apa yang lahir dari mulut musuh-musuh Islam. Seolah-olah barat itu sumber kebenaran satu- satunya.
Sumber:
http://www.syariahonline.com/konsultasi/?act=view&id=9104
http://www.syariahonline.com/jan03/10umum/00000001.htm
Hadist nomor 1-5 disimak oleh Muttaqien (MIIAS)
http://wiemasen.com/menangkis-propaganda-anti-hadis/


Related articles
Sejarah Penulisan hadits Masa Rasulullah Rasulullahshallallahu 'alaihi wa sallam dan Shahabat Radhiyallahu'Anhu
Inkar Sunnah
Bantahan Terhadap Syi’ah Dan Ingkar Sunnah: Sejarah Pengumpulan Al-Qur’an. Fungsi-Fungsi As-Sunnah (Hadits) Dalam Kaitannya Dengan Al-Qur’an
Kritik Hadits Menurut Tinjauan Ali Musthofa Ya’kub
Bentuk-Bentuk Perendahan Sunnah Nabi shallallahu 'alihi wa sallam - Golongan Al Qur’aniun ( Inkar Sunnah )
Kedudukan Shahih Bukhari Muslim [ bagian I ]
Telaah atas kritik Orientalis terhadap Hadits (Hadith Criticism) oleh 3 orientalis: Ignaz Goldziher, Joseph Schacht dan G.H.A Juynboll
http://lamurkha.blogspot.co.id/2015/05/telaah-atas-kritik-orientalis-terhadap.html