وَلَن تَرْضَى عَنكَ الْيَهُودُ
وَلاَ النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللّهِ هُوَ
الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءهُم بَعْدَ الَّذِي جَاءكَ مِنَ الْعِلْمِ
مَا لَكَ مِنَ اللّهِ مِن وَلِيٍّ وَلاَ نَصِيرٍ
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah
senang kepadamu (Muhammad) hingga kamu mengikuti millah (pola hidup atau agama)
mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”.
Dan jika seandainya kamu benar-benar mengikuti hawa nafsu (kehendak) mereka
setelah datang ilmu kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan
penolong bagimu.
Surat al-baqarah (2) ayat 120
Mantan
Dubes AS Kritik Kebijakan Washington
di Suriah
May 4, 2016
Washington
– Mantan dubes AS untuk Suriah, Robert Ford menganggap kebijakan Gedung Putih
mengenai Suriah sangat “konyol” dan terbilang “munafik”.
“Pemerintah Amerika telah berada dalam
situasi yang konyol. Hanya karena keberadaan Jabhah Nushrah, mereka membolehkan
pemerintah Suriah menyerang Aleppo,” katanya kepada Anadolu Agency, Selasa
(03/05).
Dalam kritikannya tersebut, Ford juga menyalahkan pemerintah AS karena telah
mendukung dan mempersenjatai milisi Kurdi PYD, yang memiliki hubungan dengan
kelompok Kurdi PKK.
“Saya pikir kebijakan Amerika itu tidak
konsisten dan munafik. Saya tidak mengerti bagaimana mungkin orang Amerika
memberikan senjata dan material kepada milisi PYD yang memiliki hubungan dengan
PKK. Aku tidak tahu bagaimana pengacara Amerika membenarkan hal ini,” bebernya.
Perang di Suriah sendiri telah menjadi
salah satu isu kebijakan luar negeri yang paling diperdebatkan oleh Obama. Hal
ini dikarenakan, mereka ingin mengatasi kekejaman rezim Assad, namun di sisi
lain pihak AS juga ingin memerangi ISIS.
Dengan adanya perdebatan tersebut,
pemerintah AS lantas memberikan dukungan persenjataan dan sejumlah material
lainnya kepada Kurdi PYD di Suriah utara dan tidak menghiraukan sekutu NATO
mereka, Turki.
Ford juga membeberkan bahwa pemerintah AS
dan Barat telah menghindari kerja sama dengan para pejuang oposisi Suriah yang
menjadi musuh bebuyutan rezim Assad dikarenakan hubungan mereka dengan
kelompok-kelompok jihadis seperti Jabhah Nushrah.
Beralih ke pembicaraan damai PBB di
Jenewa, mantan dubes AS di Suriah ini menganggap bahwa kurangnya tekanan
internasional terhadap pemerintah rezim Assad merupakan sebuah kesalahan.
Selain itu, ia juga mengaku bersalah
karena tidak memberikan bantuan kepada pejuang oposisi Suriah pada tahun 2012
dan 2013 untuk menekan pemerintahan rezim Assad.
“Menurut saya, kesalahan kami dikarenakan
tidak memberikan bantuan lebih lanjut kepada oposisi Suriah pada tahun 2012 dan
2013. Mungkin butuh dua atau tiga tahun untuk menekan rezim Assad. Jika kita
sudah mulai dari 2012 atau 2013, mungkin kita telah melihat kemajuannya saat
ini,” pungkasnya.
Sumber: Anadolu
Menlu Saudi:
Jika Tidak Bisa Dengan Jalan Politik, Maka Kami Akan Turunkan Syiah Assad
Dengan Senjata
Rabu, 27 Rajab
1437 H / 4 Mei 2016 17:30 WIB
Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel
al-Jubeir memperingatkan bahwa senjata akan menjadi pilihan utama kelompok
pejuang revolusi jika rezim Syiah Bashar Al-Assad enggan menolak proses politik
yang diajukan untuk menyelesaikan konflik di Suriah.
Ancaman ini dilontarkan
Menlu Adel al-Jubeir dalam pertemuan dengan Menlu Amerika Serikat John Kerry di
Jenewa, Swiss, pada hari Senin (02/05) kemarin, membahas upaya negosiasi damai
konflik di Suriah serta pembantaian di kota Aleppo.
“Apa yang dilakukan Syiah
Assad dan sekutunya dengan membombardir rumah sakit sipil bertentangan dengan
hukum internasional dan Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 2254. Ini adalah
tragedi kemanusiaan internasional dimana negara-negara duni menutup mata,” ujar
Menlu Adel al-Jubeir dalam konferensi persnya seperti dilansir kantor berita
resmi Saudi.
Menlu Adel al-Jubeir
melanjutkan, “Jika tidak dapat melaksanakan perubahan dengan jalan politik maka
perubahan tersebut akan datang melalui senjata, karena tidak mungkin bagi
rakyat Suriah untuk menerima kembali pemimpin yang telah menyebabkan kematian
400 ribu orang tidak berdosa dan menelantarkan 12 juta warganya.”
Meski tidak turun langsung
dalam konflik, informasi yang beredar menyebutkan bahwa Kerajaan Arab Saudi dan
sejumlah negara Sunni lainnya ikut membiayai perang di Suriah untuk mencegah
meluasnya hegemoni Syiah Iran ke kawasan Timur Tengah. (Cnnarabic/Ram)
Mantan Kepala NATO Salahkan AS soal Kebijakan di Suriah
Washington
– Mantan kepala militer NATO mengungkapkan bahwa kelambanan Amerika Serikat
dalam menyikapi perang Suriah telah memberikan Rusia kesempatan untuk
menyebabkan kekacauan di Timur Tengah.
Dalam
sebuah acara yang diselenggarakan oleh fakultas hukum Universitas California,
Jenderal AS Wasley Clark berkomentar bahwa masuknya Rusia di Suriah dikarenakan
adanya kelambanan AS dalam menyikapi perang Suriah.
“Keadaan
konflik dan ketidakstabilan yang terus menerus di wilayah itu memberi Rusia kesempatan
untuk mencapai tujuannya untuk hadir di Timur Tengah, menjual senjata dan
teknologinya, dan untuk mendapatkan kembali kepemimpinan global di kawasan
itu,” tandasnya seperti dikutip dari Middleeastmonitor.com, Sabtu (20/02).
Selain
itu, dia juga mencontohkan hal lain, tentang perubahan di Timur Tengah sejak
penggulingan Saddam Hussein di Iraq dan kemunculan Turki sebagai kekuatan baru
di Timur Tengah.
Berbicara
pada acara yang sama, Konsulat Turki di California, Raefa Izaz menyatakan bahwa
negaranya telah melakukan berbagai upaya untuk mencapai stabilitas di kawasan
Timur Tengah.
“Turki
menyarankan rezim Suriah untuk melaksanakan pemilu sebelum dimulainya krisis.
Tetapi mereka lebih suka menggunakan kekerasan sebagai gantinya. Oleh karena
itu mereka kehilangan legitimasinya,” bebernya.
Berbicara
mengenai Suriah, profesor akademik AS, Damiel Triesman juga mengatakan bahwa
Presiden Vladimir Putin telah menggunakan propaganda melawan Turki dengan
pelanggaran yang dilakukan jet tempur mereka.
Dia juga
mengkhawatirkan eskalasi potensial antara Turki dan Rusia, jika Rusia bergerak
menuju perbatasan Turki dengan mengendalikan Aleppo, pemerintah di Ankara akan
merespon dengan serangan militer dalam Suriah.
Sumber:
Middle East Monitor
Mantan Dubes
AS di Suriah: Pasukan Koalisi Internasional Mainkan Peran Sebagai Angkatan
Udara Suriah
Washington
– Mantan Duta Besar Amerika Serikat untuk Suriah, Robert Ford, mengatakan
serangan udara yang menargetkan Daulah Islamiyah (ISIS) telah membantu rezim
Presiden Suriah, Bashar Assad. Apa yang dilakukan oleh koalisi justru memainkan
peran angkatan udara Assad.
“Kampanye serangan udara yang kita mulai pada bulan
September telah benar-benar merugikan oposisi moderat. Ini telah
mendiskreditkan mereka, karena serangan kita menargetkan wilayah yang diduduki
oleh Jabhah Nusrah, yang berafiliasi dengan Al-Qaeda, yang telah berjuang
melawan rezim Assad,” kata Ford dihadapan Komite Urusan Luar Negeri DPR AS,
Rabu (19/11).
“ISIS tidak melawan oposisi moderat, mereka melawan rezim
Assad,” imbuhnya.
“Bahkan, apa yang kita lakukan adalah kita memainkan peran
angkatan udara Assad,” kata Ford.
Lebih dari 200.000 orang telah menjadi korban kebiadaban
rezim Bashar Assad. Perang antara pejuang melawan pasukan rezim Suriah itu
telah berlangsung sejak awal tahun 2011.
Amerika Serikat memimpin koalisi internasional, yang
diantaranya diikuti oleh Perancis, Jerman, dan Arab Saudi. Setelah melancarkan
serangan yang menargetkan ISIS di Iraq, pasukan udara koalisi juga menyerang
wilayah Suriah. Tak hanya ISIS, serangan mereka juga menargetkan kelompok
mujahidin lain di Suriah yang sedang berjuang menghadapi pasukan rezim Assad.
Sumber : Anadolu
Israel, Amerika, dan Iran di Balik Proyek Pecah Belah
Umat Islam
Pesan Rahasia Antara 3 Teroris Besar: Obama, Khamenei
dan Rouhani, Telah Terbongkar
Pesan Rahasia Antara 3 Teroris Besar: Obama, Khamenei
dan Rouhani, Telah Terbongkar